UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF BERPIKIR LOGIS MELALUI APE BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B1

DI TK PERTIWI IV SIDOHARJO SEMESTER II TAHUN 2017/2018

 

Suwarni

TK Pertiwi IV Sidoharjo

 

ABSTRAK

 Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan kognitif berpikir simbolis anak Kelompok B TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun 2017/2018 melalui APE Bentuk Geometri, (2) Mengetahui bagaimana penerapan upaya meningkatkan kemampuan kognitif berpikir logis anak Kelompok B TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun 2017/2018 melalui APE Bentuk Geometri.3) Meningkatkan mutu pembelajaran di TK Pertiwi IV Sidoharjo Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan kognitif berpikir logis anak Kelompok B TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun 2017/2018 melalui APE Bentuk Geometri. Langkah penelitian diawali identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui APE Bentuk Geometri dapat meningkatkan kemampuan kognitif berpikir logis. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran baru mencapai 25%, siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 65% kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 85%.

Kata Kunci: kemampuan kognitif berpikir logis , APE Geometri, anak

 

PENDAHULUAN

Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. Anak usia Taman Kanak-kanak dalam rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada dalam masa usia emas (golden age) segala sesuatunya sangat berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya. Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan PAUD (Pendidikan Anak usia Dini) yang menyediakan program pendidikan bagi anak usia dini (usia 4-6 tahun sampai memasuki pendidikan dasar).

Kemampuan dasar kognitif merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikembangkan di taman kanak-kanak Kemampuan kognitif anak sangat penting untuk dikembangkan dan distimulasi dengan berbagai metode, media, dan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak. Kemampuan kognitif diantaranya membilang, mengelompokkan benda berdasarkan ciri-citi tertentu, mengenal dan mengelompokkan bentuk geometri, menyusun puzle, menyebutkan sebab akibat dan sebagainya.

Menurut Agung Triharso, (2013:46) Anak usia TK berada pada tahapan praoperasional kongkret yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian yang konkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan besar, bentuk, dan benda –benda didasarkan interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri). Sedangkan menurut Florence Beetlestone (2012: 20) bahwa Piaget memandang pemikiran anak-anak sebagai berbeda secara kualitatif dengan orang dewasa.

Di TK Pertiwi IV Sidoharjo, pembelajaran kognitif terutama dalam berpikir logis , mengenal dan mengelompokkan bentuk geometri hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Pembelajaran di TK Pertiwi IV Sidoharjo dalam mengenal bentuk – bentuk geometri, anak-anak kurang bersemangat, kurang motivasi dan kelas jadi tidak hidup, anak –anak banyak yang mengajak cepat istirahat. Diantara 20 anak hanya 5 anak yang sudah memahami tentang bentuk geometri dengan nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan). Dengan demikian baru 25% (5 anak) dari jumlah anak yang berhasil dalam pembelajaran kognitif. Sedangkan yang diharapkan keberhasilan pembelajaran kognitif dalam mengenal geometri minimal 80% atau 16 anak.

Maka dari itu pada tahun ajaran 2017/2018 ini penulis melakukan penelitian tindakan kelas di Kelas B TK Pertiwi IV Sidoharjo menggunakan APE bentuk–bentuk Geometri untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini mengangkat judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Berpikir Logis Anak Melalui APE Bentuk Geometri Di Kelompok B1 TK Pertiwi IV Sidoharjo Semester II Tahun 2017/2018”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui APE bentuk geometri dapat meningkatkan kemampuan kognitif berpikir logis anak kelompok B1 TK Pertiwi IV Sidoharjo ? (2) Bagaimanakah meningkatkan kognitif berpikir logis anak kelompok B1 TK Pertiwi IV Sidoharjo melalui APE bentuk geometri?

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatan kemampuan Kognitif berpikir logis anak Kelompok B1 TK Pertiwi IV Sidoharjo melalui APE bentuk geometri.(2) Untuk mengetahui deskripsi penerapan peningkatan kemampuan kognitifberpikir logis anak Kelompok B1 TK Pertiwi IV Sidoharjo melalui Alat Permaina Edukatif (APE) bentuk geometri.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan

Menurut Shallay dalam Irina V. Sokolova (2008:142) kemampuan adalah pengetahuan mengenai area yang di dalamnya seorang individu bekerja dan memerlukan ketrampilan untuk memproses informasi secara kreatif dalam menghasilkan berbagai respon yang baru dan sesuai. Dengan bahasa yang lebih sederhana kemampuan seseorang mengenai suatu obyek sebelum mereka memunculkan gagasan baru mengenai subyek tersebut.

Pengertian Kognitif

Menurut Minnet dalam Winda Gunarti (2002:24) perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan bagian otak bagian yang digunakan untuk bernalar, berpikir, dan memahami sesuatu. Setiap hari pemikiran anak akan berkembang ketika mereka belajar tentang orang- orang yang ada disekitarnya, belajar berkomunikasi dan mencoba mendapatkan pengalaman lainnya.

Menurut Musfiroh, (2008:3.32) kemampuan Kognitif juga termasuk didalamnya kemampuan klasifikasi dan serial dapat dirangsang dengan mengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti mengumpulkan daun, balok, berdasarkan ukuran, mengelompokkan lego berdasarkan bentuk, dan mengelompokkan karet berdasarkan warna.

Tahap perkembangan Kognitif

Menurut Aisyiah (2008: 5.7) Piaget mengkategorikan mengenai perilaku kedalam 4 tahap perkembangan kognitif , yaitu: sensorimotorik (lahir sampai 2 tahun) , praoperasional, 2 tahun sampai 8 tahun, kongkret operasional, 8 sampai 11 tahun, dan formal operasional umur 11 sampai dewasa. Tahap tahap ini tidak pernah dapat dilewati/diloncati anak karena keberhasilan dalam setiap tahap dibangun dari ketercapaian tahap sebelumnya.

Berpikir Logis

Perkembangan Kognitif anak sesuai Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak dalam Permendikbud N0.137 tahun 2018 dibagi menjadi 3, yaiti Belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis dan berpikir simbolik (Cep Unang Wardaya: 2018). Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Berpikir logis umur 4-5 tahun sebagai berikut: (1) Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk atau warna atau ukuran (2) Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya (3) Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi (4) Mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya (5) Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna.

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Berpikir logis umur 5-6 tahun sebagai berikut: (1) Mengenal perbedaan ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”; dan “paling/ter” (2) Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: “ayo kita bermain pura-pura seperti burung) (3) Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan (4) Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah (5) Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi) (6) Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi (7) Mengenal pola ABCD-ABCD

Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)

Menurut Ismail, (2012: 8) pengertian alat permainan edukatif atau biasa disebut dengan APE adalah alat bantu yang digunakan dalam proses belajar yang diadakan di kelas. PAUD dan TK sangat membutuhkan alat peraga edukatif ini yang bisa saja terbuat dari bahan kayu, plastik ataupun kertas. Menurut Mayke,(2011:81) alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.

Ismail (2012:8) menyatakan alat bermain adalah segala sarana yang bisa merangsang segala aktivitas yang membuat anak senang. Sedangkan alat permainan edukatif yaitu alat bermain yang dapat meningkatkan fungsi menghibur dan fungsi mendidik. Artinya alat permainan edukatif adalah sarana yang dapat merangsang aktivitas anak untuk mempelajari sesuatu tanpa anak menyadarinya, baik menggunakan teknologi modern maupun maupun menggunakan teknologi sederhana bahkan bersifat tradisional. Alat permainan edukatif juga merupakan alat yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak tentang sesuatu. Hal ini penting bagi perkembangan kognisi, afeksi dan psikomotor anak pada umumnya. Selain dapat membantu meningkatkan daya nalar/pikir dan kepribadiannya, bermain juga amat membantu perkembangan fisik anak dengan gerakan halus dan gerakan kasar.

Bentuk Geometri

Bentuk geometri sering dibahas dalam konsep matematika. Menurut Azizah Muiz (2013:137) dalam Konsep matematika anak usia dini hingga sekolah menengah berdasarkan The National Council Teachers of Mathematics (NCTM) tahun 2000 terdapat lima konsep yang dipelajari oleh anak, yaitu: bilangan dan operasi bilangan, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data serta probabilitas (Henniger, 2009). Sebelum anak mempelajari konsep matematika tersebut, anak perlu untuk diberikan pengalaman matematika permulaan yaitu mencocokan, korespondensi satu – satu, klasifikasi, membandingkan, mengurutkan atau seriasi. Pengalaman matematika permulaan ini merupakan keterampilan dasar dalam untuk memahami konsep matematika selanjutnya.

NCTM (1989) mendefinisikan kepekaan ruang (spaial sense) sebagai intuisi seseorang terhadap ruang disekelilingnya dan benda yang ada disekitarnya. Untuk mengembangkan kepekaan ruang, seorang anak harus memiliki pengalaman yang mengarah pada hubungan geometri, yaitu arah, orientasi ruang dan sudut pandang terhadap benda di dalam ruang, ukuran dan bentuk benda, serta bagaimana bentuk dapat berubah yang dipengaruhi oleh perubahan ukuran.

Menurut Utami (2013:139) tujuan anak mempelajari geometri dari jenjang pra-sekolah hingga SD kelas rendah yaitu: mengenal bentuk, memahami bentuk, mengenal bentuk berdasarkan ciri – cirinya, memahami bentuk kurva tertutup dan terbuka, mengenali bentuk geometri yang bergerak, memahami bentuk simetri, pemetaan dengan menggunakan koordinat geometri, luas dan volume, dan sudut (konsep dasar)

Menurut Agung Triharso, (2013: 50) APE Bentuk geometri adalah berbagai APE yang berasal dari berbagai macam bahan seperti plastik , kayu , gabungan bermacam macam bahan yang berbentuk geometri. Macam bentuk geometri yang dimaksud diantaranya segi tiga , lingkaran, persegi, persegi panjang, balok , kubus, prisma, kerucut, setengah lingkaran , tabung dan trapesium, atau bentuk geometri lainnya. Membangun konsep dasar geometri pada anak dimulai dengan mengidentifikasi bentuk – bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar- gambar biasa seperti segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak, seperti dibawah, diatas, kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri.

Kerangka Pikir

Berdasarkan penelitian yang diperoleh mengembangkan kemampuan kognitif memerlukan berbagai kegiatan, alat peraga atau media kreatif sehingga memperoleh kemampuan kognitif yang maksimal, misalnya dengan menggunakan APE Bentuk geometri. Kerangka pikir ini didasarkan pada kondisi awal pembelajaran sebelum diterapkan penggunaan APE bentuk geometri kemampuan kognitif masih rendah, kemudian diberikan pembelajaran dengan APE bentuk geometri yang menarik dan menyenangkan bagi anak.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesa tindakan: Melalui APE bentuk geometri dapat meningkatkan kemampuan kognitif berpikir logis anak di TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Dengan bermain APE geometri anak akan dapat mengenal bentuk geometri, menyusun bentuk geometri menjadi berbagai bangunan, mengenal konsep lebih besar, lebih kecil, menyusun dari yang terkecil atau yang terbesar, mengklasifikasikan bentuk dan warna, dan sebagainya.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Dalam penelitian kualitatif mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses dari pada hasil” artinya hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses (Moleong, 1997:7). Strategi yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan untuk dapat mengklasifikasikan secara tepat hasil penelitian ini adalah memberikan treatment pada saat pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitif melalui APE bentuk – bentuk Geometri.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas B1 TK Pertiwi IV Sidoharjo Desa Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Waktu Penelitian

Penelitian di TK Pertiwi IV Sidoharjo , Desa Plasan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen pada bulan Januari 2018 sampai bulan Juni 2018.

Subjek Penelitian

Subyek penelitian ditetapkan pada anak Kelompok B1 TK Pertiwi IV Sidoharjo desa Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dengan jumlah anak didik 20 anak, terdiri dari 12 anak laki-laki, 8 anak perempuan. Dengan 2 pendidik, yang berkualifikasi SI.

Sumber Data

Sumber data dari Penelitian ini adalah anak didik, guru dan kepala Sekolah TK Pertiwi IV Sidoharjo.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Wawancara

Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara atau diskusi dilakukan antara peneliti dan guru. Wawancara atau diskusi dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran sains anak.

Pengamatan/Observasi

Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pengamatan langsung pada kegiatan anak. Dalam posisi itu, peneliti dapat secara lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar-mengajar siswa dan guru di kelas.

Kajian dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Kurikulum, RPPM, RPPH yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil unjuk kerja anak, dan buku penilaian yang dibuat guru.

Keabsahan Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya/keabsahannya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci.

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar , kesulitan anak dalam mengenal bentuk geometri berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada.

Indikator Keberhasilan

Dalam penelitian diperlukan indikator keberhasilan kinerja yang menjadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian. Anak dikatakan tuntas apabila memenuhi penilaian BSB dan BSH dengan prosentase 80%.

 

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Pra Siklus

Sebelum dilakukan tindakan penelitian diadakan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kompetensi anak dalam bidang kemampuan kognitif terutama mengenal bentuk geometri. Dalam kegiatan ini anak melakukan kegiatan bermain dengan APE geometri dengan mengelompokkan bentuk geometri, menyebutkan bentuk-bentuk geometri dan menyebutkan benda- benda yang berbentuk geometri serta menjiplak bentuk geometri. Berdasarkan hasil observasi, peneliti dan guru merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada saat kegiatan, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan kognitif anak terlihat tingkat ketidak tuntasan anak lebih besar yaitu 70% daripada tingkat ketuntasan yang hanya 30%. Pelaksanaannya disepakati pada hari Senin sampai Rabu, tanggal 5 sampai 7 Maret 2018

 Diskripsi Siklus Pertama

Penulis melakukan perencanaan, pelaksanaan observasi dan refleksi terhadap kegiatan anak dalam bermain dengan APE Bentuk geometri. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) anak sudah cukup mampu dalam menyebutkan bentuk-bentuk geometri, 2) anak sudah cukup mampu mengelompokkan bentuk geometri, 3) anak sudah cukup mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri, 4) anak sudah cukup mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi ketuntasan kemampuan kognitif anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 30% setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari pertama menjadi 50% atau 10 anak. Sedangkan pada hari ke-2 menjadi 55% atau 11 anak dan pada hari ke-3 meningkat menjadi 65% atau 13 anak. Penulis merefleksi kekurangan dalam pembelajaran, karena hasilnya belum sesuai indikator keberhasilan 80% maka diadakan perbaikan siklus II. Pelaksanaannya disepakati pada hari Senin sampai Rabu, tanggal 12 sampai 14 Maret 2018

Diskripsi Siklus Kedua

Penulis melakukan perencanaan, pelaksanaan observasi dan refleksi terhadap kegiatan anak dalam bermain dengan APE Bentuk geometri. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) anak sudah mampu dalam menyebutkan bentuk-bentuk geometri, 2) anak sudah mampu mengelompokkan bentuk geometri, 3) anak sudah mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri, 4) anak cukup mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II hari pertama menjadi 70% atau 14 anak. Sedangkan pada hari ke-2 menjadi 75% atau 15 anak dan pada hari ke-3 meningkat menjadi 85% atau 17 anak. Penulis merefleksi dalam pembelajaran, karena hasilnya sudah melebihi indikator keberhasilan 80%, yaitu ketuntasan mencapai 85%, maka penelitian ini dicukupkan pada siklus II.

Pembahasan

Siklus I

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I, peneliti mengambil langkah awal dengan melakukan apersepsi yang sesuai dengan kegiatan bermain menggunakan APE bentuk geometri. Pada akhir kegiatan peneliti melakukan evaluasi dan hasilnya sudah ada peningkatan kemampuan kognitif anak dibandingkan hasil kegiatan pada pra siklus. Namun peningkatan ini belum signifikan karena anak belum dapat menggunakan APE bentuk geometri sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketuntasan pada pra siklus yang hanya 25% atau 5 anak, setelah diadakan perbaikan pada siklus I prosentase keberhasilan kemampuan kognitif anak meningkat menjadi 65% atau 13, tetapi belum memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui bermain APE bentuk Geometri pada siklus I berdasarkan indikator ketuntasan 80% dinyatakan belum berhasil dan harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada siklus II setelah melakukan apersepsi yang sesuai dengan materi pembelajaran, kegiatan bermain menggunakan APE bentuk geometri dilakukan dengan menambah variasi bentuk dan warna bentuk geometri agar anak tertarik serta tidak merasa bosan saat bermain. Setelah peneliti mengadakan evaluasi hasil kegiatan terdapat peningkatan yang signifikan. Pada siklus II ini hasil pembelajaran yang diperoleh sudah optimal dan sudah sesuai dengan indikator ketuntasan yang ditetapkan.

Hal ini dapat dilihat pada prosentase indikator keberhasilan pada siklus II sudah mencapai 85% atau 17 anak, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui APE bentuk geometri pada siklus II berdasarkan indikator ketuntasan 80% bisa dikatakan memuaskan dan penelitian dikatakan berhasil dan berhenti pada siklus ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Melalui bermain dengan APE bentuk geometri dapat meningkatkan kemampuan kognitif berpikir logis anak, terutama dalam menyebutkan bentuk-bentuk geometri, mengelompokkan bentuk geometri, menyebutkan benda- benda yang berbentuk geometri dan dapat membedakan ciri –ciri bentuk geometri. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil ketuntasan anak pada pra siklus hanya 25% atau 5 anak, setelah diadakan perbaikan pada siklus I hasilnya meningkat menjadi 65% atau 13 anak dan pada siklus II hasilnya sudah maksimal yaitu 85% atau 17 anak, dengan syarat ketuntasan 80%.
  2. Pengembangan kemampuan kognitif berpikir logis melalui APE bentuk geometri dapat berhasil karena pembelajaran yang menyenangkan, guru yang kreatif dan didukung sarana APE yang bervariasi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai tindak lajut bagi peningkatan mutu kualitas pendidikan. Saran saran tersebut sebagai berikut:

Saran untuk Guru TK

  1. Guru hendaknya mengetahui masalah yang timbul dalam pembelajaran kognitif.
  2. Guru hendaknya meningkatkan kinerjanya dalam mendidik agar semua kompetensi anak didik dapat tercapai dengan baik.
  3. Guru hendaknya memberikan solusi dalam masalah pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran yang kreatif, menyenangkan dan bervariasi.

Saran bagi Sekolah

  1. Sekolah hendaknya menjadi tempat yang menarik dan menyenangkan bagi anak dalam berbagai kegiatan bermain maupun belajar.
  2. Sekolah hendaknya memberikan fasilitas , sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak secara memadai untuk keberhasilan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Dwi Utami, dkk (2013). Pendidikan Anak Usia Dini Konsorsorium Sertifikasi 2013

Agung Triharso (2013). Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini , Penerbit Andi Yogyakarta.

Andang Ismail.(2011). Alat Peraga APE, Syibyan Yogyakarta

Azizah Muis, dkk. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta.

Florence Beetlestone (2012).Creative Learning. Bandung. Nusa Media

Irina V. Sokolova (2008). Kepribadian anak. Sehatkah Kepribadian Anak Anda?. Penerbit Kata Hati. Jogjakarta.

  1. Lexy Moleong (1997). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosdakarya

Mayke S. Tedjasaputra (2007). Bermain , Mainan dan Permainan. PT Grasindo

Mirroh Fikriyati (2013).Usia Emas (Golden Age), Laras Media Prima, Yogyakarta.

Siti Aisyiah. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan anak Usia Dini. Departemen pendidikan Nasional. Universitas Terbuka.

Tadkiroatun Musfiroh.(2008). Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Universitas Terbuka.

Winda Gunarti. (2008). Metode pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional.