UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUKUR DAN MENGGAMBAR SUDUT MELALUI PERAGAAN BUSUR DERAJAT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAUMAN JEPARA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sri Endang Setyaningsih

SD Negeri Kauman Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah melalui peragaan busur derajad dapat meningkatkan kemampuan mengukur dan menggambar sudut siswa kelas IV SD Negeri Kauman semester I tahun peajaran 2017/2018?.Tujuan penelitian adalah untuk menghetahui peningkatan kemampuan mengukur dan menggambar sudut siswa kelas IV SD Negeri Kauman semester I tahun peajaran 2017/2018 melalui peragaan busur derajad. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi. Adapun hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata pada Siklus I adalah 70. Jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 26 yang tuntas 20 siswa atau 76,92% di atas KKM, yang belum tuntas 5 siswa atau 23,08% di bawah KKM, dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 40. Sedangkan nilai rata-rata pada Siklus II adalah 79,23. Jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 26 yang tuntas 23 siswa atau 88,46% di atas KKM, yang belum tuntas 3 siswa atau 11,54% di bawah KKM, dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 50. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media alat peraga busur derajat dan penerapan metode peragaan dapat meningkatkan kemampuan siswa dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh dan telah dianalisis dari siklus I ke siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 11,54%.

Kata kunci: kemampuan, mengukur dan menggambar sudut, busur derajad

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam menjalankan peran sebagai pengajar, peneliti sebagai guru SD tidak jarang menemui kendala dalam membelajarkan suatu materi. Kendala yang paling sering dihadapi adalah ketika harus mengajarkan materi Matematika. Matematika seringkali dianggap materi yang sulit bagi siswa. Tidak jarang suatu konsep matematika begitu mudah dipahami oleh beberapa siswa, namun bila angka atau model soalnya diubah, siswa yang semula sudah memahami konsep awalpun terkadang masih kesulitan. Apalagi siswa yang sejak awal tidak mampu memahami konsep tersebut. Pada saat penanaman konsep awal banyak kendala yang peneliti hadapi. Mulai dari sikap awal siswa yang kurang berminat terhadap pelajaran matematika, kurangnya motivasi siswa pada saat mengikuti proses belajar dan kesungguhan siswa dalam mengerjakan latian soal.Berdasarkan kenyataan pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Kauman Jepara dengan kompetensi “Mengukur Sudut dan Menggambar Sudut” hasil belajar yang dicapai siswa cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dari 36 siswa hanya 21 siswa yang nilainya diatas KKM. Melihat hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa belum menguasai kompetensi mengukur dan menggambar sudut. Selain itu banyak siswa yang salah dalam mengukur besar sudut dan menggambar sudut yang besarnya sudah ditentukan. Faktor-faktor kurang optimalnya hasil belajar seperti di atas penyebabnya adalah sebagai berikut: kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran, siswa sering usil dengan teman sehingga mengakibatkan gaduh, siswa kurang antusias dan berminat dalam menerima pembelajaran dan kurang teliti dalam mengukur sudut.

Melihat kenyataan seperti inilah penulis sebagai guru pengampu pembelajaran di kelas IV SD Negeri Kauman Jepara perlu mengambil langkah untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan metode penugasan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengukur dan menggambar sudut. Melalui penugasan mengukur besar sudut di papan tulis dengan menggunakan busur derajat diharapkan kemampuan siswa dalam mengukur dan menggambar sudut dapat meningkat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: Apakah melalui peragaan busur derajad dapat meningkatkan kemampuan mengukur dan menggambar sudut siswa kelas IV SD Negeri Kauman semester I tahun peajaran 2017/2018?.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu: Tujuan penelitian adalah untuk menghetahui peningkatan kemampuan mengukur dan menggambar sudut siswa kelas IV SD Negeri Kauman semester I tahun peajaran 2017/2018 melalui peragaan busur derajad.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi siswa, memperoleh pengalaman untuk menguasai konsep materi pembelajaran sesuai kompetensi yang diharapkan. Manfaat bagi guru membantu meningkatkan profesionalnya dan membantu siswa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Manfaat bagi sekolah, sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.

KAJIAN TEORI

Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran adalah sebuah proses yang memberi perubahan terjadinya perilaku sebagai hasil dari pengalaman belajar dan sebuah produk dari hasil proses pembelajaran tersebut (Smith, 2010: 28). Menurut Raigeluth (dalam Yamin, 2010: 24) pembelajaran adalah suatu proses membangun situasi serta kondisi belajar melalui penataan pelaksanaan komponen tujuan pembelajaran, materi, metode, kondisi, media, waktu, dan evaluasi yang tujuannya adalah pencapaian hasil belajar anak.

Pembelajaran menurut Kemp (dalam Yamin, 2010: 46) adalah merupakan proses yang kompleks terdiri dari fungsi dan bagianbagian yang saling berhubungan satu sama lain serta diselenggarakan secara logis untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Nasution (dalam Sugihartono, 2007: 80) mengungkapkan bahwa pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik- baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar mengajar.

Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Hamalik (1995: 57) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.

Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh W.S. Winkel (1996: 51) yaitu ”Semua perubahan di dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi pada diri manusia”. Pengertian lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Nana Sudjana (2009: 22) yaitu: hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Hasil penilaian dapat dilaporkan dalam bentuk nilai atau angka. Benyamin S. Bloom (Nana Sudjana, 2009: 22) berpendapat bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga bagian menurut hasil yang dicapainya yaitu hasil belajar yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.

Proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan siswa yaitu manusia yang belajar dan factorfaktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi menurut M. Dalyono (1997: 55-60) dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik) dan faktor ekstern (faktor dari luar peserta didik).

Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan manthenein yang berarti mempelajari. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Pada hakekatnya belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya (Sri Subarinah, 2006: 1). Menurut James dalam Ruseffendi, dkk (1996: 27) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. 

Reys dkk. dalam Ruseffendi, dkk. (1996: 28) mengemukakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau cara berpikir, suatu seni suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Galileo Galilei (dalam Masykur, 2008: 46) “alam semesta ini bagaikan sebuah buku raksasa yang hanya dapat dibaca kalau orang mengerti bahasanya dan akrab dengan lambang dari huruf-huruf yang digunakan didalamnya, dan bahasa alam tersebut tidak lain adalah Matematika”.

Pembelajaran Matematika adalah sesuatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang berhubungan dengan bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan. (Joula Ekaningsih, 1998: 3)

Pembelajaran Matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik, karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat Matematika. Anak usia sekolah dasar sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru dalam mengajar Matematika, karena pusat pengajaran berhasil atau tidaknya pemecahan masalah, dan salah satu factor pendukung berhasil atau tidaknya pengajaran Matematika adalah dengan menguasai teori belajar mengajar (Joula Ekaningsih, 1998: 12).

Menurut R.T. Russefensi (1989: 25) program pembelajaran matematika supaya diberikan secara bertahap agar anak secara bertahap dapat mengkonsolidasikan konsep-konsep melalui kegiatan praktis maupun teoritis.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar Matematika di sekolah dasar adalah mempelajari setiap konsep secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-hubungan, symbol-simbol, kemudian mengaplikasikan konsep-konsep ke situasi baru.

Media Pembelajaran

Menurut Asyad (2002: 4) media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu samapai kepada penerima yang dituju.

Dalam konteks dunia pendidikan, Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002: 3) mengungkapkan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperolah pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Dalam pembelajaran Matematika di sekolah dasar untuk menanamkan materi menentukan besar sudut menggunakan satua derajat dan materi lainnya, media yang dapat dimanfaatkan adalah penggaris busur derajat yang terbuat dari kayu maupun atom baik besar maupun kecil. Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan media alat peraga berupa busur derajat baik dari kayu maupun terbuat dari atom, baik dengan ukuran kecil dan besar.

Alat Peraga

Menurut Dirjen Dikdasmen (Depdikbud, 1996: 11) alat peraga adalah alat untuk memupuk kreativitas guru maupun siswa, sehingga dengan mengguanakan alat peraga diharapkan dapat memperlancar serta meningkatkan proses belajar mengajar. Pendapat lain dari Dale (1992: 47) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi. Alat ini dapat berupa benda atau perilaku inti belajar berupa interaksi siswa dengan guru.

Pendapat lain datang dari Gagne, Gagne menerapkan alat peraga sebagai sumber. Alat peraga sebagai komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang merangsang siswa untuk belajar. Schramm, seperti yang dikutip oleh Nasution. (1998), melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan. Sementara itu Briggs, seperti yang dikutip oleh Nasution. (1998), berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran.

Adapun pentingnya alat peraga dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.Membuat siswa lebih efektif dalam meningkatkan semngat belajar, menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan belajar lebih giat dan terarah

Alat peraga sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif. Pengguanaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.

Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Pengguanaan alat peraga semata-mata bukan sebagai alat hiburan dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar mengajar agar lebih menarik perhatian siswa. Pengguanaan alat peraga lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Penggunaan alat peraga diutamakan untuk mempertinggi mutu pembelajaran (Sudjana, 1989: 99-100).

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa alat peraga adalah alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Alat peraga digunakan untuk menerangkan atau mewujudkan konsep sehingga dapat menemukan sendiri konsep yang ada, dapat memupuk kreatifitas siswa serta dapat memperlancar dan meningkatkan mutu pendidikan. Dalam perbaikan pembelajaran ini peneliti menggunakan busur derajat sebagai alat peraga dengan maksud agar siswa mempunyai gambaran yang jelas dan dapat mengukurbesar sudutdengan satuan derajat.

Pemanfaatan Busur Derajat

Busur derajat adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur sudut dalam derajat (Clave, 2005: 176). Cara menggunakan busur derajat adalah sebagai berikut: 1)Letakkan busur derajat pada sudut yang diukur; 2)Garis 00 (nol derajat) letakkan berimpit dengan salah satu kaki sudut; 3)Titik tengah sudut berimpit dengan titik sudut; dan 4)Kaki sudut yang satunya akan berimpit dengan besar sudut yang diukur dengan satuan derajatnya (Citra Lesmana, 2011: 53).

Sudut dibedakan menjadi tiga buah jenis, tergantung pada besar kecilnya sudut. Sudut lancip adalah sudut yang ukurannya lebih kecil dari sudut siku-siku atau besarnya kurang dari 900. Sudut tumpul adalah sudut yang ukurannya lebih besar dari sudut siku-siku, atau besarnya lebih dari 900. Dan sudut siku-siku adalah sudut yang besarnya 900.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: melalui peragaan busur derajad dapat meningkatkan kemampuan mengukur dan menggambar sudut siswa kelas IV SD Negeri Kauman semester I tahun peajaran 2017/2018?.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kauman Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.Subjek adalah siswa kelas IV semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 SD Negeri Kauman Jepara, sebanyak 26 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Teknik Analisis Data

Data hasil pengamatan atau observasi diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif berupa tes sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Data hasil tes dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah mengalami tindakan tergantung dari berapa banyak siklusnya. Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif.Data kuantitatif ini berupa hasil belajar kognitif yang dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dengan menentukan mean atau rerata kelas. Adapun penyajian data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif. Data Kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika serta catatan lembar pengamatan selama pembelajaran.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan sekolah, dilaksanakan 2 siklus setiap siklus melalui 4 tahapan, perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Indikator Penelitian

Kriteria keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan akhir penelitian ini yaitu apabila siswa secara kognitif mencapai ketuntasan belajar individual >75% (batas KKM) dan secara kelompok >85% siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Adapun indikator keberhasilannya sebagai berikut: 1)Sekurang-kurangnya 80% siswa kelas IV SD Negeri Kauman Jepara mendapat nilai ulangan harian sesuai nilai standar KKM, yaitu nilai 60;Sekurang-kurangnya 80% siswa kelas IV SD Negeri Kauman Jepara termotivasi (berminat) terhadap pembelajaran Matematika

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

 Deskripsi Prasiklus

Pelaksanaan pembelajaran prasiklus dilakukan dengan mengadakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang tertera dalam rencana pembelajaran. Siswa diberi tugas menyelesaikan soal sesuai indikator yaitu menentukan besar sudut menggunakan satuan derajat. Setelah diperiksa, hasilnya dimasukkan dalam kolom indikator keberhasilan siswa. Ternyata kemampuan menentukan besar sudut dengan menggunakan satuan derajat mencapai skor 2, 31.

Berikut hasil belajar siswa yang peneliti laksanakan pada prasiklus mata pelajaran Matematika kelas IV SD Negeri Kauman Jepara.

 

 

 

 

 

Tabel Rentang Nilai Tes Formatif Prasiklus

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

1

91 – 100

2

81 – 90

3

71 – 80

1

4%

4

61 – 70

4

15%

5

51 – 60

6

< 50

21

80,77%

 

Jumlah

26

 

 

Dari daftar tabel di atas terlihat bahwa hasil belajar prasiklus dari 26 siswa yang tuntas 5 siswa, yaitu sebesar 19,23% dan belum tuntas 21 siswa yaitu sebesar 80,77%. KKM mata pelajaran Matematika kelas IV SDN Kauman tahun pelajaran 2017/2018 adalah 70. Sementara 4 siswa yang berada pada rentang nilai 61-70 mencapai nilai 70, jadi keempat siswa tersebut berada pada kelompok tuntas KKM.

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dengan mengadakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap yang tertera dalam rencana pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa diberi tugas mengerjakan soal dengan materi menentukan besar sudut. Setelah diperiksa hasilnya dimasukkan dalam kolom indikator keberhasilan siswa, ternyata skor mencapai nilai 3,19. Hasil siklus I dapat dilihat tabel berikut.

Tabel Rentang Nilai Tes Formatif Siklus I

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

1

91 – 100

2

81 – 90

2

7,69%

3

71 – 80

8

30,77%

4

61 – 70

10

38,46%

5

51 – 60

2

7,69%

6

< 50

4

23,08%

 

Jumlah

26

 

 

Dari daftar tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada siklus I adalah 70. Jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 26 dengan jumlah 20 siswa sudah tuntas dengan presentase di atas KKM yaitu 76,92%. Sedangkan 6 siswa masih belum tuntas dengan presentase di bawah KKM yaitu 23,08%. Sementara untuk nilai tertinggi adalah 90 dan terendah adalah 40. Untuk 10 siswa yang berada pada rentang nilai 61-70 mencapai nilai sebanyak 70 masing-masing siswa, jadi 10 siswa tersebut tuntas KKM.

Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukan dengan mengadakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap yang tertera dalam rencana pembelajaran. Pada akhir pembelajaran siswa diberi tugas mengerjakan soal dengan materi menentukan besar sudut menggunakan satuan derajat, setelah diperiksa hasilnya dimasukkan dalam kolom indikator keberhasilan siswa, ternyata skor mencapai nilai 3,79 ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mulai menguasai dengan baik materi menentukan besar sudut dengan menentukan satuan derajat.

Tabel Rentang Nilai Tes Formatif Siklus II

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

1

91 – 100

4

15,38%

2

81 – 90

3

11,54%

3

71 – 80

10

38,46%

4

61 – 70

6

23,08%

5

51 – 60

2

7,69%

6

< 50

1

3,85%

 

Jumlah

26

 

 

Dari daftar tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada Siklus II adalah 79,23. Jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 26 yang tuntas 23 siswa atau 88,46% di atas KKM, yang belum tuntas 3 siswa atau 11,54% di bawah KKM, dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 50.

Sementara 6 siswa yang berada pada rentang nilai 61-70 masing-masing mencapai nilai 70 dan masuk dalam kelompok tuntas KKM. Dengan hasil belajar siswa yang terlihat di atas, menunjukkan bahwa kegiatan perbaikan sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Maka selesailah kegiatan perbaikan yang penulis lakukan dan tidak perlu adanya perbaikan lagi pada pembelajaran yang sama.

Untuk lebih jelasnya peningkatan ketuntasan dari prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat tabel berikut.

Tabel Tingkat Ketuntasan Pembelajaran Matematika

 

No

 

Siklus

Nilai

Rata Rata

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Tingkat

Ketuntasan

1

Pra

40,38

20

80

19,23%

2

I

70,00

40

90

76,92%

3

II

79,23

50

100

88,46%

 

Pembahasan

Prasiklus

Dalam pelaksanaan pembelajaran prasiklus penulis masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu hanya metode caramah dan tanya jawab, selanjutnya diadakan tes formatif. Ternyata hasilnya siswa belum mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan guru. Dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada prasiklus adalah 40,38. Jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 26 yang tuntas 5 siswa atau 19,23% di atas KKM, yang belum tuntas 21 siswa atau 80,77% di bawah KKM, dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 20.

Siklus I

Melihat dari kekurangan prasiklus pada siklus I penulis menggunakan media alat peraga busur dan menerapkan metode pembelajaran penugasan. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat siswa aktif agar lebih menguasai materi pelajaran. Setelah dilakukan tes formatif terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa. Dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada Siklus I adalah 70. Jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 26 yang tuntas 20 siswa atau 76,92% di atas KKM, yang belum tuntas 6 siswa atau 23,08% di bawah KKM, dengan nilai tertinggi 90 dan terendah 40.

Siklus II

Perbaikan pembelajaran pada siklus II sama halnya dengan siklus I. Bedanya hanya pada pengulangan materi dan pemantapan pada siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan. Siswa dibuat aktif dan termotivasi dengan worksheet yang tidak mempersulit siswa tetapi mengacu pada materi ajar sehingga siswa benar-benar menguasai materi pelajaran.

Setelah diadakan tes formatif hanya tiga siswa yang masih tertinggal. Dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada Siklus II adalah 79,23. Jumlah siswa yang mengikuti tes adalah 26 siswa dengan jumlah yang tuntas 23 siswa atau 88,46% di atas KKM, yang belum tuntas 3 siswa atau 11,54% di bawah KKM, dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 50.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelian dan pembahasan dapat disimpukan bahwa melalui alat peraga busur dan penerapan metode penugasan dalam pembelajaran Matematika siswa kelas IV semester I SD Negeri Kauman Jepara telah mampu memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kemampuan guru dan siswa sehingga pembelajaran meningkat.

Peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dan persentase ketuntasan belajar terjadi mulai dari masa Prasiklus sampai pelaksanaan Siklus 2. Pada masa Prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 40,38 nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 80, dengan ketuntasan 19,23%. Pada masa Siklus 1 nilai rata-rata siswa 70 nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 90, dengan ketuntasan 76,92%. Sedangkan pada masa Siklus 2 nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 79,23 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan belajar adalah 23 siswa (88,46%), sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar hanya 3 siswa (11,54%).

Saran

Saran penelitan bagi siswa, hendaknya siswa lebih kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran serta meningkatkan kerja sama dalam kelompoknya. Saran bagi guru, hendaaknya dalam menggunakan alat peraga busur derajat dan menerapkan metode peragaan memperhatikan dengan detail kemampuan siswa. Hal ini dilakukan agar dalam pembagian kelompok siswa-siswa yang pandai tidak berkumpul dalam satu kelompok sehingga kegiatan pembelajaran hanya dikuasai oleh satu kelompok saja. Saran bagi sekolah, hendaknya memberikan fasilitas dan mendorong guru-guru untuk memanfaatkan perga yang tersedia di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Ashar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dale, Edgar. 1992. Alat Peraga. Jakarta: Depdikbud.

Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1996. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD/TK.

Fauzi, Ahmad, H. Drs. 1999. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Hamalik, Oemar. (2003). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Lesmana, Donny Citra, 2011. Mudah Berhitung Matematika 4. Jakarta: Yudhistira.

Martinis, Yamin. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Pers.

Nasution. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Paimin, Joula Ekaningsih. 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta: PT Puspa Swara.

Poerwadarminta, W.J.S. 1958. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Robbins, Stephen P dan Timoty A Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Rus Effendi, ET. 1997. Pendidikan Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Seto. 2004. Bermain dan Kreatifitas. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung: PT Reamaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Wardani, I.G.A.K, Wihardit,K, dan Nasution,N. (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo