UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMUKUL BOLA

PADA PERMAINAN ROUNDERS

MELALUI MODIFIKASI BOLA GANTUNG MAPEL PENJASORKES

KELAS V SEMESTER I SDN 1 SARIMULYO KECAMATAN NGAWEN TAHUN 2019/2020

 

Bekti Gendro Winarso

SDN 1 Sarimulyo, Kec. Ngawen, Kab. Blora

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan memukul pada pembelajaran Rounders siswa kelas V SD Negeri 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Kebumen relatif rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memukul pada pembelajaran permainan Rounders tahun 2019/2020. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian yang digunakan siswa kelas V sejumlah 33 anak. Penelitian tindakan selama dua siklus, setiap siklus dengan dua kali pertemuan, setiap pertemuan selama 70 menit. Peningkatan pembelajaran permainan Rounders difokuskan pada suasana proses pembelajaran yang berupa aktif, semangat, dan tekun serta kemampuan memukul. Data yang diambil oleh peneliti dan kolaborator dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi pengamatan, angket tanggapan siswa dan evaluasi unjuk kerja kemampuan memumukul dalam bermain rounders. Pengambilan data dilakukan saat pembelajaran. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tindakan dengan modivikasi bola gantung dilakukan dalam dua siklus dengan keseluruhan tiga kali pertemuan, ternyata mampu meningkatkan kemampuan memukul dalam permainan Rounders siswa kelas V SD Negeri 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Kebumen. Peningkatan tersebut meliputi: kemampuan memukul siswa dan suasana pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator pada saat proses pembelajaran berlangsung. Saat proses pembelajaran terlihat meningkatnya kemampuan memukul siswa mencapai 84,33%, keaktifan belajar siswa, semangat beraktifitas dari siswa, dan ketekunan dari siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kata Kunci: Kemampuan Memukul,bola Rounders, bola gantung.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Aktifitas fisik dalam bentuk permainan yang sering dilaksanakan disekolah dasar adalah kasti, kippers, Rounders,sepakbola, volleyball, basket ball. Diantara permainan-permainan tersebut yang sering terabaikan oleh peserta didik dan beberapa guru adalah permainan rounders. Entah mengapa permainan ini tidak begitu dikenal dikalangan peserta didik ataupun pendidik di sekolah dasar, padahal permainan ini termasuk dalam kategori permainan kecil yang boleh diajarkan di sekolah-sekolah. Tujuan permainan Rounders dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan fungsi tubuh, meningkatkan sikap sportivitas antar pemain atau teman, meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktifitas yang terorganisasi, menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama yang baik, belajar berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreatifitas, mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktifitas suatu permainan dan untuk mendapatkan olahraga yang murah meriah dan tidak menakutkan peserta didik. Bermain Rounders memiliki banyak pengaruh bagi individu bila berolahraga dengan sikap dan cara yang baik, cukup menyenangkan, menggairahkan dan memberi banyak pesona, banyak keuntungan yang diperoleh dari bermain rounders. Konsentrasi, keteguhan hati, dan keyakinan akan menjadi modal besar yang dapat membantu dalam permainan rounders. Mempelajari keterampilan rounders dapat meningkatkan kekuatan, kelincahan,kecepatan dan lain sebagainya.

Permainan Rounders memiliki beberapa keterampilan atau tehnik dasar yaitu: melempar, menangkap, dan memukul bola dan lain-lain. Bermain rounders sungguh-sungguh menarik kalau beberapa aspek tersebut mampu dilakukan oleh siswa ketika sedang bermain, karena permainan ini tidak ada melempar bola ke pemain untuk mematikan yang menjadi momok bagi siswa dalam bermain karena hal ini akan kelihatan menyakitkan seperti pada permainan kasti atau kippers, sementara indikator-indikator yang diharapkan adalah siswa mampu memukul bola rounders dan jatuh di antara garis salah, siswa mampu menangkap bola rounders dengan jarak tertentu, siswa mampu melempar bola pada jarak tertentu. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang tidak dapat dan mampu untuk melakukan aspek-aspek tersebut khususnya dalam hal memukul bola betul (bola dipukul kena dan jatuh diantara home base dengan base kedua dan home dengan base kelima dan kepanjangannya). Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD Negeri 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam memukul betul masih sangat sedikit terbukti dari tahun ke tahun masih kecil prosentase memukul betul, rendahnya kemampuan memukul yang betul dalam permainan rounders tersebut, karena: 1) dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar disekolah tersebut pada umumnya guru pendidikan jasmani cenderung memakai gaya klasik atau guru penjas masih berorientasi mengajar olahraga dan langsung bermain rounders tanpa memperhatikan gerak dasar 2) kurangnya penggunaan media pembelajaran yang tidak dimodivikasi. 3) terbatasnya sarana dan prasarana olahraga yang tersedia disekolah, 4) motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran belum tinggi. 5) kemampuan memukul siswa masih kurang, hal ini diakibatkan oleh tidak baiknya hasil lambungan dari pelambung (pitcher), 6) bola gantung (sebagai pengganti Pitcher) belum pernah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi karena hal tersebut menjadikan guru sepenuhnya mengambil peran dalam kegiatan belajar mengajar, siswa hanya mengikuti petunjuk dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dan dengan penjelasan, demontrasi, dan kemudian siswa bermain rounders. Biasanya pembelajaran ini dimulai dengan penjelasan tentang teknik dan taktik kemudian siswa mencontoh dan melakukannya dalam bermain Rounders. Sangat banyak siswa sewaktu melakukan pukulan bola hasil pukulannya salah, terlebih-lebih dalam perkenaan bola sewaktu memukul, hal ini diakibatkan oleh ayunan lengan yang kurang tepat waktunya dan kurangnya kesempatan siswa melakukan pukulan sehingga mempengaruhi perkenaan bola, serta sulitnya seorang siswa menjadi pelambung (pitcher) saat bertugas melambungkan bola supaya bola dalam keadaan strike supaya mudah dan harus dipukul oleh pemukul. Dalam hal ini siswa memerlukan latihan-latihan yang memerlukan pengganti pelambung (pitcher) supaya bola menjadi mudah untuk sasaran pukulan, dan pengganti pelambung untuk sasaran pukulan yang paling tepat adalah bola gantung.

Meningkatkan kemampuan siswa melakukan keterampilan atau tehnik dasar permainan perlu dilakukan guru, khususnya dalam meningkatkan kemampuan siswa melakukan pukulan bola. Siswa yang gagal dalam melakukan pukulan bola cenderung malu kepada siswa-siswa lainnya, Sehingga dengan kegagalannya tersebut siswa merasa kurang percaya diri dalam melakukan pukulan-pukulan berikutnya, hal ini menjadikan permainan rounders bagi sebagian siswa kurang menguntungkan, padahal sebetulnya permaianan ini termasuk disukai dan menyenangkan peserta didik. Guru dalam fungsinya sebagai fasilitator memfasilitasi siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas ataupun dilapangan, guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kondisi siswa dan berusaha mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap proses serta hasil pembelajaran. Sedangkan guru sebagai motivator bertindak untuk membantu siswa menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Guru sebagai pembimbing harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta siswa akan proses pembelajaran serta membantu siswa untuk mengerti cara belajar yang optimal.

Banyak cara mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan salah satunya adalah dengan modifikasi penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu meningkatkan keterampilan siswa. Dalam hal inilah sangat diperlukan peran guru dalam pemanfaatan media.

Menurut Djamarah, Zain (1995: 124) dari Sardes Silaban “Guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar”. Melihat perlunya penggunaan media dalam Proses Belajar Mengajar maka peneliti merancang media yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa memukul bola pada permainan rounders adalah dengan menggunakan media bola gantung. Alasan peneliti menggunakan media bola gantung untuk meningkatkan kemampuan memukul bola pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Sarimulyo kecamatan Ngawen adalah karena pada kenyataannya kemampuan memukul bola rounders siswa di SD Negeri 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen belum baik sehingga peneliti menggunakan media bola gantung untuk meningkatkan kemampuan memukul siswa. Karena media bola gantung pada pembelajaran adalah media yang dianggap paling tepat digunakan untuk memperbaiki kemampuan memukul siswa, dengan menggunakan media pembelajaran ini siswa dapat belajar memukul bola secara tepat dengan sasaran bola gantung yang tersedia. Dengan siswa belajar dan bermain rounders menggunakan media bola gantung sebagai pengganti pelambung diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memukul siswa dan permainan rounders lebih dikenal dan disukai oleh peserta didik.

Berdasarkan uraian maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Memukul Bola Siswa Kelas V Pada Permainan Rounders Melalui Modifikasi Bola Gantung Di SD Negeri 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Tahun 2019/2020”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah , maka dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar guru pendidikan jasmani cenderung mengajar olahraga
  2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah
  3. Masih kurangnya penggunaan media pembelajaran yang tidak dimodivikasi
  4. Siswa belum termotivasi untuk bermain rounders
  5. Kemampuan memukul siswa masih rendah
  6. Penggunaan media bola gantung belum pernah diterapkan

Batasan Masalah

Apakah penggunaan model modifikasi alat bantu dapat meningkatkan kualitas keterampilan modivikasi bola gantung Permainan Rounders dan hasil belajar Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan pada materi permainan Permainan Rounders siswa Kelas V Semester I SDN 1 Sarimulyo

Rumusan Masalah

Dari batasan masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah melalui pembelajaran menggunakan modifikasi bola gantung dapat meningkatkan kemampuan memukul bola siswa kelas V pada permainan rounders SD Negeri 1 Sarimulyo kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2019/2020.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan memukul bola siswa pada permainan rounders dengan menerapkan modifikasi bola gantung sebagai pengganti pelambung (pitcher) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sarimulyo kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2019/2020.

Manfaat Penelitian

Secara teoritis.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi pengguna dalam pembelajaran pendidikan jasmani materi permainan bola kecil khususnya rounders, bola gantung dapat diterapkan untuk menggantikan pelambung (bowler atau pitcher).

Manfaat Praktis

Bagi Guru

Guru sebagai sumber informasi dalam proses belajar mengajar sehingga siswa memiliki kompetensi yang diajarkan dan sebagai solusi bagi guru untuk mengatasi kejenuhan dan membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran matematika.

 

Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Sehingga peneliti-peneliti yang lain menjadikannya sebagai bahan rujukan.

Bagi perpustakaan

Bagi perpustakaan hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lain dan bisa menjadi tambahan kelengkapan karya ilmiah diperpustakaan.

Bagi Sekolah

Bagi sekolah penulisan ini diharapkan mampu memperbaiki pembelajaran, peningkatan mutu sekolah khususnya pembelajaran matematika, dan meningkatkan kinerja guru dan juga sebagai penyemangat guru lain untuk melakukan pembelajaran yang inofatif dengan menggunakan metode atau media pembelajaran yang lain dalam semua mata pelajaran lainnya, dan juga sebagai kajian semua guru dalam pembelajaran dikelasnya.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori

Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes)

Pengertian Pendidikan jasmani “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional” (Toto Subroto, 2008:1.5). Menurut Bucher(1983) dalam Siti Safariatun (2008: 1.5), menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada aktifitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani, namun tetap berorientasi pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan dijelaskan oleh Rusli Lutan (1999: 1), pendidikan jasmani adalah

“wahana untuk mendidik anak, para ahli sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktifitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat disepanjang hayatnya”.

Pengertian pendidikan jasmani dan olahraga menurut Permendiknas RI No. 22 dalam latar belakang dijelaskan:

“Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosoial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan nasional (2006: 682)”.

 

Aktifitas jasmani itu dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih kegiatan itu bukan sembarang aktifitas, atau bukan pula hanya sekedar berupa gerak badan yang tidak bermakna karena kegiatan terpilih ini merupakan pengalaman belajar yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Aneka aktifitas jasmani atau gerak insani itu dimanfaatkan untuk mengembangkan kepribadian anak secara menyeluruh, karena itu para ahli sepakat bahwa pendidikan merupakan proses melalui aktifitas jasmani. Jadi secara sederhana pendididikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

  • Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan aktifitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
  • Mengembangkan percayadiri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktifitas jasmani.
  • Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari efisien dan terkendali.
  • Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisiasi dalam aktifitas jasmani baik berkelompok maupun perorangan (Depdikbud, 2000: 2).

Sejarah Rounders

Permainan rounders telah dimainkan di Inggris sejak zaman Tudor, dengan referensi awal yang pada 1744 di Sebuah Buku Pocket-Pretty Little yang mana ia disebut “dasar-bola” oleh. John Newbery Pada 1828, William Clarke di London menerbitkan edisi kedua dari Buku Pemilik The Boy, yang mencakup aturan kasti dan yang berisi deskripsi dicetak pertama dalam bahasa Inggris dari pemukul dan bola basis-menjalankan permainan yang dimainkan di Berlin. Tahun berikutnya, buku itu diterbitkan di Boston, Massachusetts. Aturan nasional diresmikan pertama disusun oleh Asosiasi Atletik Gaelic (GAA) di Irlandia pada 1884. Permainan ini masih diatur oleh GAA di Irlandia. Di Inggris itu diatur oleh National Rounders Association (NRA), yang dibentuk pada 1943. Sementara dua asosiasi berbeda, mereka berbagi elemen semacam itu dari gameplay dan budaya. Kompetisi diadakan antara tim dari kedua tradisi, dengan permainan bergantian antara kode dan satu versi yang dimainkan di pagi hari dan yang lainnya di sore hari. Setelah aturan kasti yang diformalkan di Irlandia, asosiasi didirikan di Liverpool dan Skotlandia pada 1889. Kedua ‘New York permainan’ dan sekarang sudah tidak berfungsi versi ‘Massachusetts permainan bisbol, serta softball, berbagi akar sejarah yang sama seperti kasti dan memiliki kemiripan dengan versi GAA dari permainan. Rounders terkait dengan bisbol Inggris, yang masih bermain di Liverpool, Cardiff dan Newport. Meskipun kasti dianggap lebih tua dari bisbol, referensi sastra untuk bentuk awal ‘basis-bola’ di Inggris pra-date penggunaan kasti panjang. Permainan ini sekarang dimainkan hingga tingkat internasional.

Hakikat pembelajaran Rounders

Menurut Andun Sudijandoko (2010: 2) Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang untuk mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Pada pembelajaran Rounders juga dirancang sebagai konsep yang dikembangkan sebagai konsepsi baru tentang rounders yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan bagi anak-anak.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelas V Semester I SDN 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2019/2020

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan Pra siklus dilaksanakan tanggal 3 Agustus 2019 Siklus I dilaksanakan tanggal 10 Agustus 2019 dan Siklus II dilaksanakan tanggal 31 Agustus 2019.

Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada waktu pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dengan Permainan Rounders Kelas V Semester I di SDN 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2019/2020.

Penelitian dilakukan di Kelas V dimana jumlah siswa terdiri dari 33 siswa dengan perbandingan 18 putri dan 15 putra dengan karakteristik siswa mayoritas kehidupan dari kalangan Petani dengan tingkat kemampuan ekonomi dan kepandaian siswa rata-rata kurang.

Prosedur Penelitian

Pra Siklus (3 Agustus 2019)

Pada tahap ini semua aktivitas siswa diamati selama proses pembelajaran. Aktivitas dalam mengikuti pembelajaran dan saat melaksanakan tugas observasi dilakukan dengan mencatat kejadian-kejadian observasi, segala perubahan perilaku siswa dicatat dalam lembar observasi.

Siklus I (Sabtu, 10 Agustus 2019)

Pada pelaksanaan tindakan diawali dengan kegiatan awal yang meliputi membariskan siswa menjadi 4 bersaf, memberi salam, memimpin do’a, melakukan presensi, dan memimpin pemanasan.

Peneliti menjelaskan dan memperagakan permainan “Berburu Kelelawar”, yaitu siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok putra dan kelompok putri dan masing-masing kelompok membentuk formasi lingkaran besar, kemudian mencari pasangan dan menempatkan di posisi depan atau belakang pasangannya. Peneliti memerintahkan dua orang anak secara sukarela ke tengah lingkaran untuk diundi. Yang menang menjadi kampret dan yang kalah menjadi pemburu, setelah ada aba-aba dari peneliti kampret berlari dikejar oleh pemburu, apabila kampret hinggap di depan salah satu kelompok teman yang berjumlah dua anak tersebut maka anak yang berada di belakang harus lari menggantikan menjadi kampret dan apabila kampret tertangkap, maka posisi kampret bergantian menjadi pemburu.

Kegiatan inti tindakan siklus I adalah peneliti memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Peneliti bertanya kepada siswa tentang teknik dasar melompat dan meloncat, kemudian siswa menjawab pertanyaan. Peneliti membariskan siswa menjadi dua berbanjar menghadap lingkaran ban. Siswa memperagakan melompat pada lingkaran ban secara bergantian dan kembali membentuk barisan, dengan sikap badan tegak, pandangan ke depan, bertumpu pada satu kaki dan berat badan berada pada kaki tumpu, dilakukan berulang-ulang dengan posisi ban semakin direnggangkan.

Siswa melakukan gerakan melompat melewati bilah bambu yang dibentuk seperti gergaji dengan sikap badan tegak, pandangan mata ke depan bawah, dan bertumpu pada satu kaki mendarat dengan kaki yang lain, gerakan dilakukan berulang-ulang sesuai perintah.

Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat melewati ban. Siswa melakukan gerakan meloncat melewati barisan ban dengan posisi badan condong ke depan, bertumpu dan mendarat dengan dua kaki, pandangan ke depan, serta ayunan kedua lengan rileks, gerakan dilakukan berulang-ulang, dari posisi ban berdempetan sampai posisi ban yang renggang.

Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat melewati bilah bambu yang dibuat seperti gergaji. Siswa melakukan gerakan meloncat melewati bilah bambu dengan tumpuan dua kaki dan mendarat dengan dua kaki, kemudian lari dan kembali pada barisan paling belakang. Gerakan dilakukan berulang-ulang sampai siswa dapat meloncat tanpa menginjak bilah bambu.

Siswa melakukan gerakan melompat melewati barisan ban dan kembali dengan gerakan meloncat melewati bilah bambu secara berurutan sesuai perintah dan setelah selesai, siswa melakukan tos dengan teman yang akan melakukan gerakan selanjutnya. Gerakan dilakukan berulang-ulang dan terakhir dilombakan.

Selama kegiatan berlangsung, peneliti mengawasi siswa, peneliti memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan, memberikan kesempatan siswa berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, bertindak tanpa rasa takut, memfasilitasi siswa untuk berkompetisi secara sehat, dan bertanya jawab dengan siswa, membetulkan kesalahan, penguatan, dan kesimpulan.

Pada kegiatan akhir pelaksanaan tindakan, siswa dibariskan kembali menjadi 4 bersaf untuk melakukan pendinginan (CD), siswa mendengarkan ulasan materi pembelajaran yang telah dilakukan. Peneliti memimpin siswa untuk berdo’a dan membubarkan barisan.

Siklus II (31 Agustus 2019)

Tindakan siklus II diawali dengan kegiatan awal yang meliputi membariskan siswa menjadi 4 bersaf, memberi salam, memimpin do’a, melakukan presensi, dan memimpin pemanasan.

Peneliti menjelaskan dan memperagakan permainan “Berburu Kampret”, yaitu siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok putra dan kelompok putri dan masing-masing kelompok membentuk formasi lingkaran besar, kemudian mencari pasangan dan menempatkan di posisi depan atau belakang pasangannya. Peneliti memerintahkan dua orang anak secara sukarela ke tengah lingkaran untuk diundi. Yang menang menjadi kampret dan yang kalah menjadi pemburu, setelah ada aba-aba dari peneliti kampret berlari dikejar oleh pemburu, apabila kampret hinggap di depan salah satu kelompok teman yang berjumlah dua anak tersebut maka anak yang berada di belakang harus lari menggantikan menjadi kampret dan apabila kampret tertangkap, maka posisi kampret bergantian menjadi pemburu.

Kegiatan inti pembelajaran siklus II dilakukan peneliti dengan memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Peneliti bertanya kepada siswa tentang teknik dasar melompat dan meloncat, kemudian siswa menjawab pertanyaan. Peneliti membariskan siswa menjadi dua berbanjar menghadap lingkaran ban. Siswa memperagakan melompat pada lingkaran ban secara bergantian dan kembali membentuk barisan, dengan sikap badan tegak, pandangan ke depan, bertumpu pada satu kaki dan berat badan berada pada kaki tumpu, dilakukan berulang-ulang dengan posisi ban semakin direnggangkan.

Siswa melakukan gerakan melompat melewati bilah bambu yang dibentuk seperti gergaji dengan sikap badan tegak, pandangan mata ke depan bawah, dan bertumpu pada satu kaki mendarat dengan kaki yang lain, gerakan dilakukan berulang-ulang sesuai perintah.

Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat melewati ban. Siswa melakukan gerakan meloncat melewati barisan ban dengan posisi badan condong ke depan, bertumpu dan mendarat dengan dua kaki, pandangan ke depan, serta ayunan kedua lengan rileks, gerakan dilakukan berulang-ulang, dari posisi ban berdempetan sampai posisi ban yang renggang.

Peneliti menjelaskan dan memperagakan gerakan meloncat melewati bilah bambu yang dibuat seperti gergaji. Siswa melakukan gerakan meloncat melewati bilah bambu dengan tumpuan dua kaki dan mendarat dengan dua kaki, kemudian lari dan kembali pada barisan paling belakang. Gerakan dilakukan berulang-ulang sampai siswa dapat meloncat tanpa menginjak bilah bambu.

Siswa melakukan gerakan melompat melewati barisan ban dan kembali dengan gerakan meloncat melewati bilah bambu secara berurutan sesuai perintah dengan membawa cone yang berisi bola tenis untuk diberikan kepada teman lainnya. Gerakan dilakukan berulang-ulang dan terakhir dilombakan.

Selama kegiatan berlangsung, peneliti mengawasi siswa, peneliti memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan, memberikan kesempatan siswa berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, bertindak tanpa rasa takut, memfasilitasi siswa untuk berkompetisi secara sehat, dan bertanya jawab dengan siswa, membetulkan kesalahan, penguatan, dan kesimpulan.

Pada kegiatan akhir pelaksanaan tindakan, siswa dibariskan kembali menjadi 4 bersaf untuk melakukan pendinginan (CD), siswa mendengarkan ulasan materi pembelajaran yang telah dilakukan. Peneliti memimpin siswa untuk berdo’a dan membubarkan barisan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Per Siklus

Pra Siklus

Dalam melaksanakan penelitian Pra Siklus dapat berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Namun masih ada kekurangan dan hasil belum memuaskan untuk itu perlu dilanjutkan ke Siklus berikutnya. Adapun hasil penelitian Pra Siklus adalah sebagai berikut: hasil penelitian Pra Siklus yaitu hasil tes formatif dengan nilai rata-rata 76 dengan ketuntasan baru mencapai 61% sehingga yang belum tuntas 39%.

Siklus I

Dari hasil pembelajaran diatas rata-rata kelas 85 dan siswa yang mencapai ketuntasan 79%. Hal ini berarti dari 33 siswa yang bisa dikatakan tuntas sebanyak 26. Hasil tersebut diperoleh dengan batasan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada kompetensi ini sebesar 75. Dengan ketuntasan siswa yang rendah atau pencapaian tujuan yang diharapkan peneliti kurang berhasil.

Siklus II

Dari hasil evaluasi siklus II sudah menunjukkan adanya pencapaian ketuntasan 33 siswa telah mencapai tingkat ketuntasan 100%. Namun masih ada 0 siswa atau 0% yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pra Siklus

Pada pra siklus, 20 siswa memperoleh nilai diatas 70 atau lebih dan ketuntasan mencapai 61%. Jadi masih ada 39% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah.

Siklus 1

Pada siklus 1, siswa yang memperoleh nilai diatas 70 mencapai 26 siswa dari 33 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai mencapai 79% yang artinya jadi masih ada 221 siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM.

 Siklus 2

Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 70 mencapai 33 siswa dari 33 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan meningkat menjadi 100% semua sudah mencapai nilai sesuai dengan KKM.

Tabel: 4.7 Ketuntasan Belajar Penjasorkes

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Tuntas 61% 79% 100%
2. Tidak Tuntas 39% 21% 0%

 

Tabel: 4.8 Perbandingan Ketuntasan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan II

Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai rata- rata Jumlah siswa Persen tase Nilai rata- rata Jumlah siswa Persen tase Nilai rata-rata Jumlah siswa Persen tase
Tnts Blm Tnts Blm Tnts Blm
76 20 13 61% 85 26 7 79% 92 33 0 100%

 

Dari ketiga tabel dan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Pra Siklus I nilai rata-rata hanya 76, Siklus I mengalami peningkatan menjadi 85, dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 92. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 61%, Siklus I menjadi 79% dan Siklus II 100%.

PENUTUP

Kesimpulan

  1. Penggunaan model pembelajaran modivikasi bola gantung dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan siswa Kelas V SDN 1 Sarimulyo. Beberapa indikator terjadinya peningkatan kualitas proses belajar mengajar tersebut adalah:
    1. Keterlibatan siswa dalam permainan Permainan Rounders secara aktif
    2. Peningkatan kerja sama dalam team dan tidak tampak sikap individual.
  2. Penggunaan metode pembelajaran modifikasi alat bantu dapat meningkatkan kualitas hasil belajar Permainan Rounders siswa Kelas V SDN 1 Sarimulyo
  3. Pemberian lembar kerja tiap kelompok ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep materi Permainan Rounders.
  4. Pujian atau penguatan ternyata mampu meningkatkan hasil belajar.

Implikasi

Berdasarkan permasalahan penelitian yang ada dan kajian teori dari para pakar hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diimplikasikan bahwa model pembelajaran penjasorkes materi Permainan Rounders dengan metode modifikasi alat bantu dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya siswa kelas V SDN 1 Sarimulyo.

Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil pembelajaran (kesimpulan) diatas adalah:

  1. Perlu dilakukan penelitian tindakan sejenis untuk materi/kosep mata pelajaran yang lain atau menerapkan model pembelajaran yang lain atau menerapkan model pembelajaran yang paling cocok untuk materi terkait.
  2. Guru lebih kreatif dalam memberikan latihan-latihan pada lembar kerja pada setiap proses kegiatan belajar mengajar.
  3. Dalam memberikan pujian atau penguatan, guru harus melihat situasi atau kondisi yang terjadi pada kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan kompetensi antar siswa khususnya dalam prestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Johson, D.W., dan Johnson, R.T., 1989. Cooperative and Competitive: Theory and Researc. Edina, WN: Interaction Book Co.

Lundgren, L., 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York: MC. Millan/MC. Graw – Hill.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning. Masscochusets: Allyn and Bacon Publisher.

 

Sulistyorini, Sri. 1999. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Lembaran Ilmu Pengetahuan. No. 1- tahun XXVIII-1999-11-19. Semarang: IKIP Semarang.

Winata Putra, Udin. S. [et.al]. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.