PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI KONVERSI SATUAN PANJANG

MELALUI METODE INQUIRY LEARNING KELAS I SEMESTER II

SDN 1 SARIMULYO, KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Sri Lasminingsih

SD Negeri 1 Sarimulyo, Kec. Ngawen, Kab. Blora

 

ABSTRAK

Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II Semester II SDN 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dalam ulangan harian (nilai rata-rata pada semester II tahun pelajaran 2019/2020 adalah 75 dengan ketuntasan 64%). Hasil penelitian ini diperoleh oleh penulis yang sekaligus sebagai guru kelas II SDN 1 Sarimulyo dan juga sebagai peneliti dalam laporan ini. Disamping hasil belajar siswa, pengamatan peneliti atau penulis menunjukkan bahwa kualitas proses belajar mengajar juga masih kurang memadai atau rendah.Pra Siklus nilai rata-rata hanya 78 Siklus I mengalami peningkatan menjadi 85 dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 91. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 64%, Siklus I menjadi 91% dan Siklus II 100%.Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II ada peningkatan yang cukup siknifikan, baik peningkatan yang cukup siknifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata-rata kelas. Dari sejumlah 22 siswa sudah mengalami ketuntasan dengan nilai rata-rata 91.Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I sudah ada peningkatan dengan mendapat nilai sebanyak anak hal ini karena ke dua siswa tersebut disamping mempunyai kemampuan cukup, didukung rasa senang dan dalam belajar, sehingga mereka mendapat nilai yang optimal. Dari nilai rata-rata kelas yang dicatat pada siklus II ada peningkatan 7% dibandingkan nilai rata-rata kelas pada siklus I, siklus hingga siklus II dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran bahwa dengan menggunakan alat peraga pada pelajaran Matematika materi Konversi Satuan Panjang.

Kata Kunci: Inquiry Learning, Konversi Satuan Panjang, Matematika.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran yang menjadi momok bagi sebagian siswa. Hal ini tidak datang dengan sendirinya namun berasal dari pengalaman belajar yang sudah pernah dijalani siswa ketika mereka belajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dianggap sulit mungkin karena Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran berhitung yang mengharuskan siswa untuk berpikir abstrak, teliti, cermat, fokus dan mampu memahami keadaan lingkungan sekitar. Dalam segala aspek kehidupan manusia selalu berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam dan hampir tidak lepas dari Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam sangat berperan dalam segala aspek kehidupan dan manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi manusia yang berkualitas atau dengan kata lain menjadi manusia yang memiliki sumber daya yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan di setiap sektor pembangunan khususnya dalam dunia pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber selain perkembangannya yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran antara lain berpikir logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala alam, baik yang menyangkut makhluk hidup maupun benda mati. Pada prinsipnya, Ilmu Pengetahuan Alam diajarkan untuk membekali kepada siswa agar mempunyai pengetahuan untuk mengetahui berbagai macam kejadian yang ada dimuka bumi yang menyangkut berbagai macam makluk hidup maupun benda tak hidup, yang sangat berguna dan bermanfaat untuk dipelajari yang dapat membantu siswa untuk memahami gejala alam secara mendalam.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk menekankan kepada siswa memberikan pengalaman pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan menghasilan penguasaan ilmu pengetahuan yang baru dengan cara melibatkan siswa supaya lebih giat dalam belajar melakukan kegiatan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan untuk mengadakan, melakukan kegiatan percobaan/demonstrasi/permainan akan sangat bermakna bagi para siswa. Teori belajar mengatakan, bahkan belajar yang efektif harus melalui pengalaman. Belajar melalui pengalaman (learning by doing) dalam bentuk eksplorasi dan manipulasi akan menjadikan sesuatu yang dipelajari diingat untuk waktu lama (long term memory). Dalam penelitian ditemukan bahwa seseorang akan mengingat dan menggunakan kembali pengetahuan yang diperoleh, sebelumnya apabila pengetahuan tersebut dihasilkan dari upaya “mengonstruksi” sendiri (Mc. Namara & Helay, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian pristasi belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas II semester I di SDN 1 Sarimulyo menunjukkan bahwa pristasi belajar siswa masih rendah dalam ulangan harian yang diperoleh siswa masih rendah yaitu 65 dengan ketuntasan 70%). Hasil penelitian ini diperoleh oleh peneliti sebagai kepala sekolah untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa, sekaligus dapat memberikan pembinaan kepada guru kelas II di SDN 1 Sarimulyo, sebagai kepala sekolah sangat berguna untuk mengetahui secara langsung kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru dan siswa untuk memberikan pengarahan tindakan yang harus dilaksanakan guru karena kekurangan perlu adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru kelas II agar prestasi belajar yang dilaksanakan memperoleh pristasi belajar yang lebih baik. Disamping untuk memperoleh pristasi belajar siswa yangmeningkat, pengamatan peneliti menunjukkan bahwa kualitas proses belajar mengajar juga masih kurang memadai atau rendah. Beberapa indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas proses belajar mengajar antara lain:

  1. Masih kurang memadainya sarana dan prasana tempat belajar, khususnya meja dan kursi kelas II untuk belajar diskusi kelompok.
  2. Masih terbatasnya alat-alat praktikum yang menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas.
  3. Masih rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran berlangsung.
  4. Motivasi siswa yang masih rendah, ditandai dengan masih banyaknya siswa yang masih terlambat, tidak mengerjakan tugas, bermain sendiri dalam kelas.

Berdasarkan landasan teoritik di muka, maka peneliti melaksanakan tindakan dalam penelitian dengan cara menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD untuk meningkatkan pristasi belajar mata pelajaran Matematika tentang konsep mata. Dalam hal ini ditunjukkan oleh 85% siswa telah belajar dengan tuntas. Dengan berlandaskan teori-teori yang sudah dipikir oleh penulis dari kerangka berpikir diatas, diduga melalui model pembelajaran Inquiry Learning dapat meningkatkan pristasi belajar siswa kelas II semester I di SDN 1 Sarimulyo mata pelajaran Matematika pada materi konsep mata.

Rumusan Masalah

  • Apakah guru dapat menerapkan Inquiry Learning dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang Konversi Satuan Panjang siswa kelas II semester II di SDN 1 Sarimulyo, tahun pelajaran 2019/2020?
  • Apakah guru menerapkan Inquiry Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Konversi Satuan Panjang siswa kelas II semester II di SDN 1 Sarimulyo tahun pelajaran 2019/2020?

Tujuan penelitian

  1. Untuk mengetahui sejauh mana persiapan guru didalam melaksanakan persiapan pembelajaran.
  2. Untuk memberikan pembinaan kepada guru sebelum melaksanakan pembelajaran dalam mencapai keherhasilan yang optimal perlunya persiapan yang baik meliputi RPP juga sarana penunjangnya.
  3. Guru selalu untuk memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
  4. Guru hendaknya selalu mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga lebih aktif dalam belajar.

Manfaat Penelitian

  1. Mengembangan metode Inquiry Learning dengan media penggaris dan benda-benda lain dalam menanamkan konsep untuk meningkatkan kemampuan utama belajar efektif dapat tercakup.
  2. Diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan khususnya bagi siswa.

Praktis

  • Siswa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan belajar.
  • Siswa termotivasi untuk meningkatkan pristasi belajar.

Bagi Guru

  • Terjadinya inovasi dalam proses belajar mengajar di kelas.
  • Mengubah strategi pembelajaran untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

Bagi Sekolah

  • Untuk meningkatkan prestasi menjadi sekolah unggulan.
  • Meningkatkan popularitas yang menjadi sekolah pilihan masyarakat.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori

Teori Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dan menyesuaikannya apabila tidak sesuai (Slavin, 1994). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, maka mereka harus memecahkan masalah, menemukan sendiri segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya.

Salah satu prinsip yang paling penting dalam teori Konstruktivisme adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Peranan penting guru adalah menyediakan suatu suasana dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Guru dapat memberikan tahap-tahap yang membawa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendapatkan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendaptkan pemahaman tersebut (Slavin, 1994).

Metode Inquiry Learning

Metode Inquiry Learning adalah metode mengajar ini dilakukan dengan cara berdiskusi, atau juga dengan presentasihasil diskusi. Kelompok menyampaikan materi hasil diskusi dan memberi kesempatan pada teman-temannya untuk bertanya. Kelompok menjawab setiap pertanyaan.

Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).

Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan.Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.

Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental.

Sintak/tahap model inkuiri terbimbing meliputi:

  1. Orientasi masalah;
  2. Pengumpulan data dan verifikasi;
  3. Pengumpulan data melalui eksperimen;
  4. Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
  5. Analisis proses inkuiri.

Sintak/tahap model inkuiri Sains (Biology)

  1. Menentukan area investigasi termasuk metodologi yang akan digunakan
  2. Menstrukturkan problem/masalah
  3. Mengidentifikasi problem-problem yang kemungkinan terjadi dalam proses investigasi
  4. Menyelesaikankesulitan/masalah dengan melakukan desain ulang, mengumpulkan dan mengorganisir data dengan cara lain dan sebagainya.

Langkah-langkah metode Inquiry Learning

Model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang bermuara pada pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok (Slavin, 1991). Model pembelajaran ini berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan teman sebayanya (Slavin, 1994).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah:

  1. Bentuk kelompok (jumlah anggota kelompok, tingkat kemampuan anggota kelompok)
  2. Konsep dan sub konsep yang akan diajarkan
  3. Tugas yang harus dilakukan siswa (misalnya LKS)
  4. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
  5. Keterampilan dan strategi yang dilatihkan, dan
  6. Metode evaluasi yang digunakan

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan keefektifan kelompok dan menghambat keefektifan kerja kelompok. Menurut Brown, Collins, dan Duguid (1989), faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan belajar kelompok adalah:

  • Pemecahan masalah kolektif
  • Peran-peran majemuk tampilan
  • Strategi konfontasi dan salah konsep, dan
  • Penyediaan ketrampilan-ketrampilan kerja kolaboratif.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif ada tiga tahap yang dilakukan oleh guru, yaitu persiapan, proses belajar dan evaluasi. Dalam tahap persiapan mencakup beberapa kegiatan yaitu, a) menentukan tujuan belajar, b) membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, dengan memperhatikan variasi kemampuan akademik dan jenis kelamin, c) menjelaskan tugas (tugas akademik dan tugas sosial), d) menyusun saling ketergantungan positif. Dalam tahap proses belajar mengajar mencakup dua kegiatan yaitu, a) membantu siswa dalam menyelesaikan tugas dan b) membantu siswa bekerja secara kooperatif. Evaluasi dilakukan dalam dua aspek, yaitu a) evaluasi hasil belajar untuk mengetahui pencapaian tujuan belajar, dan b) evaluasi ketrampilan kooperatif yang bertujuan untuk menemukan seberapa baik siswa bekerja sebagai suatu kelompok.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelas II semeseter II SDN 1 Sarimulyo tahun pelajaran 2019/2020. Alasan pemilihan tempat penelitian di SDN 1 Sarimulyo karena lokasi penelitian berada pada lokasi peneliti bekerja.

Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2020 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2020.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 1 Sarimulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 12 siswa putra dan 10 siswa putri.

Prosedur Penelitian

Deskripsi Pra Siklus

Pada pembelajaran awal adalah metodeyang digunakan guru belum tepat, alat peraga kurang menarik, proses pembelajaran yang sederhana/membosankan, penjelasan materi kurang dipahami siswa.

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, penulis menyusun rencana perbaikan pemebelajaran dengan menerapkan model Inquiry Learning dari hasil refleksi rencana pembelajaran awal hal apa saja yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan hasil belajar siswa atas masukan dan diskusi dari teman sejawat.

Keberhasilan pada perbaikan pembelajaran siklus I adalah penulis sudah menyusun rencana perbaikan pembelajaran pada Pemetaan Kompetensi Dasar 3.6. Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat dan waktu dalam satuan baku yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari melalui model Inquiry Learning, merancang langkah-langkah pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dan adanya tujuan perbaikan pembelajaran yang ada di lampiran.

Kekurangan dari perbaikan pembelajaran Siklus I adalah metode yang digunakan belum disesuaikan dengan kondisi siswa dan alat peraga masih sederhana.

 

 

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil perbaikan siklus I penulis menyusun rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menerapkan model Inquiry Learning, tujuan perbaikan langkah-langkah pembelajaran yang ada dilampiran.

Keberhasilan perbaikan pembelajaran siklus II adalah telah menyusun rencana perbaikan pembelajaran, menggunakan model Inquiry Learning sesuai dengan materi pelajaran, serta menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan tindakan perbaikan ini.

Kekurangan-kekurangannya adalah masih ada kesulitan untuk menerapkan model pemeblajaran secara maksimal karena siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi pelajaran dengan tingkat kecerdasan dibawah rata-rata.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

Pra Siklus

Dari hasil tes Pra siklus, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 5 siswa atau 23%, sedangkan yang mendapat nilai B (baik) 9 siswa atau (41%). Sedangkan yang mendapat nilai C (Cukup) 8 siswa atau (36%) sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) 2 siswa atau (15%) sedangkan yang mendapat nilai E (Sangat kurang) 0 siswa atau (0%).

Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa dari sejumlah 22 siswa terdapat 14 siswa (64%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa (36%) belum mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 90 terendah 50 dengan nilai rata-rata 72.

Siklus I

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A 12 siswa atau 55%, sedangkan yang mendapat nilai B siswa 8 (36%) sedangkan yang mendapat nilai C 2 siswa (9%) yang mendapat nilai D 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai E 0 siswa atau 0%.

Berdasarkan ketuntasan siswa dari sejumlah 22 siswa terdapat 20 siswa atau 91% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 2 siswa atau 9%, belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 nilai terendah 70 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 85%.

Siklus II

Dari pelaksanaan tindakan siklus II dapat di ketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 17 siswa (77%). Sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 5 siswa atau (23%) sedangkan yang mendapat nilai (C) adalah 0 siswa (0%) sedangkan yang mendapat nilai (D) adalah 0 siswa atau (0%) dan E tidak ada atau 0% sedangkan nilai rata-ratanya kelas adalah 91%.

Berdasarkan ketuntasan siswa dari sejumlah 22 siswa terdapat 22 siswa atau 100% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Tidak ada siswa yang tidak tuntas atau atau 0%, belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 nilai terendah 80 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 90%.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pra Siklus

Pelaksanaan pembelajaran di SDN 1 Sarimulyo mata pelajaran Matematika dalam mempelajari Konversi Satuan Panjang selama ini masih menggunakan metode pembelajaran yang menonton, baik metode cerita, membaca, ceramah, dan lain sebagainya. Dengan metode ceramah yang selama ini guru SDN 1 Sarimulyo lakukan mengakibatkan hasil yang didapat membuat siswa kurang aktif mendengarkan, sehingga guru yang harus lebih aktif menyampakan materi. Demikian untuk memakai metode membaca, juga mengakibatkan kemampuan siswa kurang baik dalam mendalami materi yang disampaikan guru. Dengan membaca siswa hanya mendapatkan ilmu mengenai IPA sebatas terdapat di buku pegangan mereka, sehingga pengetahuan yang didapat sangat terbatas sekali. Demikian juga dengan metode lainnya yang selama ini masih digunakan oleh guru di IPA belum dapat membuat perubahan pada diri siswa dalam penguasaan mata pelajaran Matematika, baik penguasaan materi maupun pengaplikasian di waktu proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dari data statistik perolehan nilai rata-rata siswa adalah 78 dengan tingkat ketuntasan 64%.

Siklus I

Pembelajaran pada siklus I ini guru menerapkan STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II semester II SDN 1 Sarimulyo tahun pelajaran 2019/2020 pada pelajaran Matematika dalam mengidentifikasi sifat benda dengan tujuan agar siswa aktif dalam menggunakan alat peraga. Di mana siswa diajak untuk aktif, saling kerjasama dan berpikir kreatif dan kritis. Siswa tidak lagi bersikap pasif dalam mengikuti pembelajaran. Perlu diketahui juga, siswa nampak aktif dalam mengikuti tahap demi tahap proses pembelajaran. Ini tidak ditemui pada pembelajaran awal, dimana siswa terlihat sangat membosankan dan mengantuk. Dari data statistik perolehan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi852 dengan ketuntasan menjadi 91%.

Siklus II

Selama pelaksanaan siklus II guru melakukan penilaian dan pengamatan terhadap keaktifan dan pemahaman masing-masing siswa. Melalui kegiatan diskusi yang dilakukan siswa, maka guru akan dapat melihat siswa yang aktif dan kurang aktif baik dalam kelompoknya maupun dalam kelas. Dengan begitu guru dapat segera memberikan tindakan pada siswa yang dianggap kurang aktif. Dengan terus didorong guru dalam belajar siswa menjadi sangat bergairah. Tuntutan yang menyenangkan ternyata tidak membuat beban bagi siswa. Namun siswa malah semakin tertarik dan penasaran terhadap materi yang diberikan. Namun siswa malah semakin tertarik dan penasaran terhadap materi yang diberikan. Pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa, nilai rata-rata naik menjadi 85. Ini merupakan suatu keberhasilan tersendiri bagi pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Melalui keberhasilan ini, dapat dijadikan pembelajaran tersendiri bagi siswa dan guru untuk lebih meningkatkan kualitas dan dengan ketuntasan menjadi 91%.

 

Tabel  Data Perbandingan Ketuntasan tiap Siklus

No Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Tuntas 64% 91% 100%
2 Tidak Tuntas 36% 9% 0%

 

Tabel Keberhasilan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

PRA SIKLUS Siklus I Siklus II
Nilai rata- rata Jumlah siswa Persen tase Nilai rata- rata Jumlah siswa Persen tase Nilai rata-rata Jumlah siswa Persen tase
Tnts Blm Tnts Blm Tnts Blm
78 14 8 64% 85 20 2 91% 91 22 0 100

 

Dari data diatas menunjukkan adanya peningkatan hasil tes formatif siswa. Pra Siklus nilai rata-rata hanya 78 Siklus I mengalami peningkatan menjadi 85 dan Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 91. Ini menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal. Demikian juga tingkat ketuntasan prestasi belajar dari Pra Siklus hanya 64%, Siklus I menjadi 91% dan Siklus II 100%. Ini menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa semakin memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini terbukti adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya.

PENUTUP

Kesimpulan

  1. Pada penelitian ini dilakukan perencanaan yang matang mulai dari menyiapkan tema, tujuan, dan media yang akan digunakan supaya dalam pelaksanaannya pun juga dapat berjalan dengan lancar sehingga melalui evaluasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika secara tematik hal ini terlihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa selalu meningkat aktivitas, pemahaman dan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar juga mengalami peningkatan.
  2. Pada penelitian ini, dengan adanya perencanaan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang efektif, karena mampu meningkatkan kemampuan siswa dan ini bisa digeneralisasikan untuk semua tingkatan kelas dari kelas II dan juga kelas lain di SDN 1 Sarimulyo.
  3. Penerapan model Inquiry Learning serta pemberian tugas dapat membantu seorang guru (peneliti) dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Matematika secara tematik pada siswa kelas II SDN 1 Sarimulyo Keberhasilan tersebut merupakan hasil kerjasama antara guru dan para siswa yang secara aktif dalam mengikuti pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga bisa memotivasi guru-guru lain untuk dapat menerapkan metode belajar yang lain.
  4. Hasil yang didapatkan oleh siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada kondisi pra siklus, nilai rata-rata siswa sebesar 78 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 64%. Pada kondisi siklus I, nilai rata-rata siswa sebesar 85 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 91%. Pada kondisi siklus II, nilai rata-rata siswa sebesar 91 sedangkan tingkat ketuntasannya sebesar 100%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran yang dapat disampaikan untuk sesama guru adalah supaya lebih kreatif dan tidak monoton dalam memberikan metode belajar kepada siswanya. Kemudian kepada peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti dengan mata pelajaran yang sama diharapkan memiliki variasi lain dalam melakukan penelitian, misalnya dalam materi yang berbeda, budaya yang berbeda, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. http://www.teknologipendidikan.net

Gagne, R.M (1985). The Conditions of Learning Theory of instruction (4th Edition). New York: Holt, Rinehart and Winston.

Hasibuan, J.J, Mudjiono (1988), Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya.Bandung.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Pustaka Mulia

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS Press.