Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Kegiatan Bermain Plastisin
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
DENGAN KEGIATAN BERMAIN PLASTISIN DI KELOMPOK B
TK PERTIWI SINGOPADU
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Suryati
TK Pertiwi Singopadu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi Singopadu tahun 2018/2019 melalui kegiatan bermain plastisin, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi Singopadu tahun 2018/2019 melalui kegiatan bermain plastisin. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi Singopadu tahun 2018/2019 melalui kegiatan bermain plastisin. Langkah penelitian diawali identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan bermain plastisin dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran baru mencapai 33,3% atau 6 anak, siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 55,6% atau 10 anak, kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 83,3% atau 15 anak dari 18 anak.
Kata Kunci: kemampuan motorik halus, bermain plastisin, anak
|
PENDAHULUAN
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus di
kembangkan. Tapi bukan manusia dewasa kecil yang bisa kita perlakukan seperti orang dewasa. Anak merupakan manusia yang unik dan memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dalam belajar. Anak bersikap egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan pantasi, memiliki daya
perhatian yang pendek, dan masa yang paling potensial untuk belajar
(Sujiono,2009:6)
Usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia (Sujiono, 2009:202) adalah usia yang efektif
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak,karena pada masa ini adalah masa golden ages yaitu masa peka anak untuk menerima rangsangan atau stimulasi dari lingkungan sekitar anak, baik yang berkaitan dengan aspek moral agama, sosial emosional, fisik motorik,kasar maupun halus, kognitif, dan bahasa.
Beberapa pendapat yang menjelaskan tentang masa kanak-kanak yang dikenal dengan masa bermain, hal ini dikarenakan anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain, karena bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Dengan hal ini anak-anak terkadang tidak menyadari dengan bermain anak akan mempelajari banyak hal. Dalam melakukan kegiatannya anak-anak tentunya tidak terlepas dari penggunaan anggota tubuhnya, dan kemampuan setiap anak akan berbeda. metode yang bisa dilakukan oleh guru dalam membantu anak yang mengalami masalah tersebut, salah satunya adalah kegiatan bermain plastisin untuk merangsang kemampuan motorik halus.
Kegiatan bermain dengan plastisin tersebut dapat membantu individu melaksanakan tugas perkembangan motorik halus dengan baik, karena kegiatan tersebut melatih individu untuk mengkoordinasikan otot-otot halus yaitu jari-jemari dan pergelangan tangan, hal ini merupakan latihan agar kemampuan motorik halus anak pada jari-jemari dan pergelangan tangannya lentur, sehingga anak mempunyai kekuatan dalam memegang pensil, crayon, gunting dan lain-lain yang dapat membantu aktivitas anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian motorik halus individu dapat
berkembang sesuai dengan harapan dan terhindar dari masalah.
Di TK Pertiwi Singopadu di kelompok B baru terdapat 6 anak atau
33,3% anak yang mampu memegang pensil dengan benar, memegang gunting dan menggunting mengikuti bentuk pola, serta memegang crayon dan membentuk dengan plastisin. Masih 12 anak atau 66,7% yang belum berkembang baik motorik halusnya. Dari uraian permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul PTK “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan kegiatan Bermain Plastisin di Kelompok B TK Pertiwi Singopadu Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi
fokus penelitian adalah: (1) Apakah dengan kegiatan bermain plastisin dapat meningkatkan motorik halus anak di kelompok B TK Pertiwi Singopadu ? (2)Bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Pertiwi Singopadu dengan kegiatan bermain plastisin
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dengan kegiatan bermain plastisin kelompok B TK Pertiwi Singopadu pada tahun ajaran 2018/2019. (2) Untuk mengetahui penerapan peningkatan kemempuan motorik halus anak di kelompok B TK Pertiwi Singopadu dengan kegiatan bermain plastisin.
|
Pengertian Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan, (bidanku.com di unduh 23 april 2018). Semakin muda usia anak semakin lama waktu yang di butuhkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus, hampir setiap hari anak menggunakan keterampilan motorik halusnya misal mengancing baju, makan dengan menggunakan sendok, mengikat tali sepatu saat menggunakan sepatu, jika di sekolah anak mengerjakan hal-hal seperti menggunting, menulis, mewarnai, anak meronce manik-manik dan lain sebagainya.
Sumantri (2005:143) menyatakan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jarijemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan. Hal yang sama di kemukakan dalam Depdiknas (2008:10) bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas,crayon dan spidol, serta melipat. Dengan demikian motorik halus adalah segala kegiatan yang menggunakan otot halus pada bagian tubuh tertentu serta membutuhkan koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik adalah salah satu hal yang penting dalam perkembangan individu. Setiap anak dapat mencapai perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapat stimulasi yang tepat, semakin banyak kesempatan, praktek dan bimbingan yang kontinyu.
Sujiono (2007: 114) mengatakan bahwa gerakan motorik halus adalah apabila dilakukan hanya melibatkan bagian-bagian tubuhtertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, seperti menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu gerakan ini tidak membutuhkan tenaga layaknya seperti gerakan motorik kasar, namun gerakan ini sangat membutuhkan kecermatan otot halus. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak semakin berkreasi seperti menggunting kertas, menjahit kertas, menganyam kertas, serta memegang alat tulis dan gambar. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan motorik halus pada tahap yang sama, hal ini bisa disebabkan karena: Faktor genetik, Kekurangan gizi, Pengasuhan dan latar budaya yang berbeda, dan Cacat bawaan.
Perkembangan motorik halus anak usia dini usia 5-6 tahun
menurut Sujiono (2007: 1.15) adalah sebagai berikut: 1) mengikat tali sepatu; 2) memasukkan surat dalam amplop; 3) mengoles selai di atas roti; 4) membentuk berbagai obyek dengan tanah liat; 5) mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju; 6)memasukkan benang ke lubang jarum. Keterampilan motorik halus tidak sepenuhnya berkembang hanya melalui kematangan saja, namun keterampilan motorik halus tersebut
harus di stimulasi dan di praktekkan.
Bermain
Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konflik. Hurlok (dalam Sukamti, 2005: 47) Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang di timbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Sedangkan bermain menurut Foster dan Pearden yang didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh-sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan di mana dimaksudkan semata hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. (Sujiono. 2009: 21).
Aktivitas bermain merupakan kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan,anak dengan menggunakan seluruh perasaan,tangan atau seluruh badan, hal ini di kemukakan oleh Carol.S & Nita Barbaour (dalam Yohana Rumanda dkk: 2011:15) Menurut Mayesty (Sujiono. 2009:134) bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan.
Plastisin
Plastisin adalah termasuk clay (dalam motorik halus Indonesia adalah
tanah liat) yang terbuat dari campuran tepung dan lem. Untuk membuat
adonan plastisin bahan-bahan yang dibutuhkan di antaranya adalah: (1)Tepung terigu 70 gram (2) Tepung tapioka 70 gram (3) Tepung beras 70 gram (4) Lem kayu 180 gram.
Cara membuat adonan plastisin adalah sebagai berikut: (1) Campurkan semua tepung (2) Campurkan tepung tersebut dengan lem (3) Uleni hingga merata hingga adonan kalis dan mudah dibentuk. Plastisin juga bisa langsung dibeli ditoko dengan berbagai warna dan ukuran yang langsung bisa digunakan untuk bermain membuat macam-macam bentuk.
Kegiatan bermain menggunakan media plastisin yaitu kegiatan bermain yang menggunakan adonan berupa campuran dari tepung dan lem, kegiatan ini dilakukan dengan membentuk berbagai bentuk dari plastisin atau adonan tepung dan lem sehingga menjadi berbagai bentuk yang di kehendaki, misalnya bentuk buah-buahan, bentuk fenomena alam, bentuk tata surya dan bentuk yang lainnya. (Mistriyanti Ajah , 2012).
Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian yang diperoleh meningkatkan kemampuan motorik halus memerlukan berbagai alat peraga atau media kreatif sehingga memperoleh kemampuan motorik halus yang maksimal, misalnya dengan bermain plastisin yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Bermain plastisin dapat meningkatkan kemampuan motorik halus karena bermain plastisin melibatkan koordinasi otot –otot jari, telapak dan pergelangan tangan dengan membentuk berbagai macam yang diinginkan.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan: Dengan bermain plastisin dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Pertiwi singopadu Tahun Pelajaran 2018/2019. Melalui melalui bermain plastisin dapat meningkatkan motorik halus anak terutama kekuatan otot jari tangan, kreatifitas dalam membentuk, dan persiapan untuk menulis, menggambar, dan kegiatan motorik halus yang lain akan lebih baik.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam studi kualitatif deskriptif, berdasarkan tujuannya termasuk penelitian terapan dalam bentuk evaluasi formatif. Penelitian dilaksanakan pada waktu program masih berjalan dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pelaksanaannya lebih lanjut.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Singopadu Kecamatan SidoharjoKabupaten Sragen Tahun 2018/2019. Menurut Moleong, (1997:7) dalam penelitian kualitatif mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses dari pada hasil” artinya hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Strategi yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan untuk dapat mengklasifikasikan secara tepat hasil penelitian ini adalah memberikan treatment pada saat pembelajaran mengembangkan kemampuan motorik halus melalui media cerita bergambar.
Latar Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B TK Pertiwi SingopadU Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang terletak di Dukuh Banyuning RT. 12, Desa Singopadu, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen.
Waktu Penelitian
Penelitian di TK Pertiwi Singopadu pada bulan Juli 2018 sampai bulan Desember 2018.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ditetapkan pada anak Kelompok B TK Pertiwi Singopadu Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dengan jumlah anak 18, terdiri dari 12 anak laki-laki, 6 anak perempuan. Dengan 2 pendidik di kelompok B yang berpendidikan S1.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik , pendidik dan Kepala Sekolah TK Pertiwi Singopadu. Sedangkan data yang dikaji yaitu: daftar hadir guru, daftar hadir murid dan RPPH
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Observasi
Metode observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu pengamatan atau penyidikan yang dilaksanakan secara sistematik dengan cara mencatat terhadap kejadian-kejadian atau peristiwa yang dihadapi.
Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri suaranya sendiri. Melalui wawancara dapat diperoleh berbagai keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Metode wawancara ini dilakukan pada guru, orang tua murid, dan juga anak didik.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengambil dari dokumen catatan, foto, hasil tes atau benda yang dapat memberi informasi dengan lengkap. Metode pengumpulan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: lembar observasi, lembar wawancara dan catatan kajian dokumen.
Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong, (1997: 178) Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Misalnya, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam menyebutkan hasil penjumlahan dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal berikut: (1) memberikan tugas membentuk dengan plastisin menjadi bermacam bentuk, baik dengan contoh dari guru maupun kreasi anak sendiri selanjutnya menganalisisnya dan mengidentifikasi kesulitan mereka (2) melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami dalam bermain dengan plastisin membentuk berbagai macam yang diinginkan anak, fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan bermain di kelas, penilaian yang dilakukan guru, dan sebagainya.
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data – data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik diskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analitis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kualitatif. Yakni dengan membandingkan antar siklus. Teknik analitis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analitis kritis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
Indikator Kinerja
Dalam penelitian diperlukan indikator keberhasilan kinerja yang menjadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian.
Anak dikatakan tuntas apabila memenuhi penilaian BSB dan BSH dengan prosentase 80%. Untuk mengetahui prosentase ketuntasan pada hasil belajar anak adalah: Rumus P=n/N x 100%. Keterangan: P =Prosentase yang dicari, n =Jumlah nilai tuntas/tidak tuntas, N= Jumlah anak, 100% = Angka konstan (100%)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Sebelum dilakukan tindakan penelitian diadakan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kompetensi anak dalam bidang kemampuan motorik halus anak dalam bermain membentuk dengan plastisin. Adapun hasil belajar motorik halus anak masih rendah sebagaimana tergambar pada data penilaian pra siklus ketuntasan belajar hanya 33,3% atau 6 anak diantara 18 anak. Peneliti merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus bermain membentuk dengan plastisin pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak baru 33,3% dan tingkat ketidak tuntasan anak lebih besar yaitu 66,7% Pelaksanaan perbaikan disepakati pada hari Senin, Selasa dan Rabu tanggal 13, 14, dan 15 Agustus 2018
Deskripsi Siklus Pertama
Siklus I Hari Ke -1: Senin, 13 Agustus 2018
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain membentuk dengan plastisin. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak mampu meremas-remas dan menekan plastisin 2) Anak belum dapat membentuk bulatan dengan plastisin , 3) Anak belum cukup dapat membentuk plastisin sesuai contoh, 4) Anak belum dapat membentuk dengan plastisin secara kreatif, 5) Anak belum dapat membentuk dengan plastisin secara kreatif sesuai tema yang ditentukan.
Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan motorik halus anak yang meningkat dari siklus I hari pertama yang hanya 39% atau 7 anak yang bisa. Setelah merencanakan, melaksanakan dan mengobservasi kegiatan pembelajaran siklus pertama diperoleh hasil ketuntasan penilaian bermain membentuk dengan plastisin 39%, yang belum tuntas 61% atau 11 anak, peneliti merasa masih perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus bermain membentuk dengan plastisin anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan belum 80%.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada hari berikutnya yang disepakati pada hari Selasa, tanggal 14 Agustus 2018.
Siklus I Hari Ke -2: Selasa, 14 Agustus 2018
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain membentuk dengan plastisin. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak mampu meremas-remas dan menekan plastisin 2) Anak dapat membentuk bulatan dengan plastisin , 3) Anak mulai dapat membentuk plastisin sesuai contoh, 4) Anak belum dapat membentuk dengan plastisin secara kreatif, 5) Anak belum dapat membentuk dengan plastisin secara kreatif sesuai tema yang ditentukan.
Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan motorik halus anak yang meningkat dari siklus I hari pertama yang hanya 39% atau 7 anak yang bisa. Setelah merencanakan, melaksanakan dan mengobservasi kegiatan pembelajaran siklus pertama hari kedua diperoleh hasil penilaian, ketuntasan anak baru 44,4% atau 8 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 55,6% atau 10 anak. Belum mencapai indikator keberhasilan 80%.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada hari berikutnya yang disepakati pada hari Rabu, tanggal 15 Agustus 2018.
Siklus I Hari Ke -3: Rabu, 15 Agustus 2018
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain membentuk dengan plastisin. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak mampu meremas-remas dan menekan plastisin 2) Anak dapat membentuk bulatan dengan plastisin, 3) Anak mulai dapat membentuk plastisin sesuai contoh, 4) Anak belum dapat membentuk dengan plastisin secara kreatif, 5) Anak belum dapat membentuk dengan plastisin secara kreatif sesuai tema yang ditentukan.
Hasil observasi kemampuan motorik halus anak yang meningkat dari siklus hari pertama yang hanya 39% atau 7 anak setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari kedua menjadi 44,4% atau 8 anak. Setelah merencanakan, melaksanakan dan mengobservasi kegiatan pembelajaran siklus pertama hari ketiga diperoleh hasil penilaian bermain ketuntasan anak baru 55,6% atau 10 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran 44,4% atau 8 anak. Belum mencapai ketuntasan 80%.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya yang disepakati pada hari Senin, Selasa, dan Kamis tanggal 20,21 dan 23 Agustus 2018.
Siklus Kedua
Siklus II Hari Ke-1: Hari Senin, 20 Agustus 2018
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain membentuk dengan plastisin. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak mampu meremas-remas dan menekan plastisin 2) Anak dapat membentuk bulatan dengan plastisin, 3) Anak dapat membentuk plastisin sesuai contoh, 4) Anak cukum mampu membentuk dengan plastisin secara kreatif, 5) Anak cukup mampu membentuk dengan plastisin secara kreatif sesuai tema yang ditentukan.
Peneliti merasa masih perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus bermain membentuk dengan plastisin anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus bermain membentuk dengan plastisin anak terlihat belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Ketuntasan anak baru 72,2% atau 13 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 27,8% atau 5 anak.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada hari berikutnya yang disepakati pada hari Selasa, 21 Agustus 2018.
Siklus II Hari Ke-2: Hari Selasa, 21 Agustus 2018
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain membentuk dengan plastisin. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak mampu meremas-remas dan menekan plastisin 2) Anak dapat membentuk bulatan dengan plastisin, 3) Anak dapat membentuk plastisin sesuai contoh, 4) Anak cukum mampu membentuk dengan plastisin secara kreatif, 5) Anak cukup mampu membentuk dengan plastisin secara kreatif sesuai tema yang ditentukan.
Prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus bermain membentuk dengan plastisin anak terlihat belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Ketuntasan anak baru 77,8% atau 14 anak dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 22,2% atau 4 anak.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini dikatakan belum berhasil sehingga perlu diadakan perbaikan pada hari berikutnya yang disepakati pada hari Kamis, 23 Agustus 2018.
Siklus II Hari Ke-3: Kamis, 23 Agustus 2018
Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam bermain membentuk dengan plastisin. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak mampu meremas-remas dan menekan plastisin 2) Anak dapat membentuk bulatan dengan plastisin , 3) Anak dapat membentuk plastisin sesuai contoh, 4) Anak dapat membentuk dengan plastisin secara kreatif, 5) Anak cukup mampu membentuk dengan plastisin secara kreatif sesuai tema yang ditentukan.
Terlihat dari hasil observasi kemampuan motorik halus ketuntasan anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 33,3% atau 6 anak , setelah diadakan perbaikan pada siklus I menjadi 55,6% atau 10 anak dan siklus II menjadi 83,3% atau 15 anak. Dalam siklus II ini sudah ada peningkatan yang maksimal karena hanya 3 anak belum dapat bermain membentuk dengan plastisin dengan rapi sehingga sudah memenuhi indikator keberhasilan 80%, sehingga penelitian ini sudah dicukupkan sampai siklus II, dan untuk 3 anak yang belum tuntas tetap menjadi tugas guru untuk terus membimbingnya.
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran motorik halus dengan metode demonstrasi bermain membentuk dengan plastisin di TK Pertiwi Singopadu , Kec. Sidoharjo, Sragen dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditentukan. Keberhasilan ini didukung oleh usaha guru yang melaksanakan pembelajaran dengan metode dan media yang tepat serta dengan memotivasi anak secara intensif sehingga anak senang dan bersemangat dalam bermain dan belajar.
Pembahasan
Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak, maka masalah yang cenderung dipilih adalah metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang semula adalah menggunakan metode pemberian tugas, hal ini mengakibatkan anak belum mampu menangkap apa yang menjadi tujuan atau tingkat pencapaian perkembangan yang ingin dicapai. Sehingga guru harus mengubah metode belajar yan digunakan.
Dari data Siklus I dapat diketahui bahwa pencapaian hasil anak semakin meningkat dari hari pertama Siklus I sampai hari ketiga. Pada Pra Siklus keberhasilan pembelajaran Motorik halus bermain membentuk dengan plastisin baru 33,3% atau 6 anak, pada Siklus Pertama hari ke-1 keberhasilan pembelajaran baru 39% atau 7 anak, hari ke-2 , 44,4% atau 8 anak dan hari ke 3 keberhasilan pembelajaran 55,6% atau 10 anak.
Pada Siklus II hari ke-1 keberhasilan pembelajaran motorik halus 72,2% atau 13 anak, pada hari ke-2 keberhasilan 72,8% atau 14 anak, dan pada akhir siklus II keberhasilan pembelajaran 83,3% atau 15 anak. Dari hasil yang telah dicapai dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan sehingga usaha peningkatan kemampuan motorik halus telah mencapai hasil yang diharapkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada kelompok B di TK Pertiwi Singopadu dapat disimpulkan sebagai berikut: Dengan metode bermain membentuk dengan plastisin ternyata dapat meningkatkan hasil kemampuan motorik halus anak dan metode yang digunakan dapat membuat suasana pembelajaran lebih menarik. Hal ini terbukti dari 18 anak pada pra siklus hanya 6 anak atau 33,8% anak yang mampu bermain membentuk dengan plastisin, siklus I meningkat menjadi 10 anak atau 55,6% dan pada siklus II meningkat menjadi 15 anak atau 83,3%. Dengan demikian ketuntasan belajar minimal 80% dapat diraih, sehingga hipotesis yang menyatakan metode bermain dengan plastisin dapat meningkatkan kemampuan motorik halus di TK Pertiwi Singopadu terbukti kebenarannya.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dikemukakan saran saran yang ditujukan kepada:
Pendidik atau guru
Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat melalui bermacam macam metode, tetapi metode tersebut juga harus sesuai dengan kemampuan atau indikator yang diharapkan, sehingga anak mudah untuk menerima pembelajaran yang disampaikan. Metode ini juga diharapkan dapat memberikan inovasi baru cara pembelajaran.
Orang Tua
Orang tua hendaknya selalu mengetahui seberapa penting kemampuan motorik halus anak yang harus dimiliki sesuai usianya. Selain itu juga agar anak meningkatkan dan menggali potensi diri yang ada sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
Kepala Sekolah
Dapat memberikan arahan dan bimbingan dalam menggunakan metode pengajaran di sekolah tersebut. Serta meningkatkan sarana dan prasarana yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
DAFTAR PUSTAKA
Bidanku.com. Pengembangan Motorik Halus. Diunduh 23 April 2018
Mistriyah Ajah. 2012. Perbedaan Plastisin dan Playdouhg dan cara Pembuatannya. Haura.salsabila.blog.spot
Moleong, J. Lexy. 1997. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Rosdakarya
Rumanda, Yohana.2011. Pembelajaran anak Usia Dini yang Menyenangkan. Jakarta. Direktirat P2TK PAUDNI Kemdikbud.
Sujiono, Bambang.2007. Bidang Pengembangan Fisik Motorik Di TK. Jakarta.Debdikbud
Sujiono, Yiliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.Indeks
Sukamti, Endang Rini, 2007. Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: UNY
Sumantri, 2005. Model Pengembangan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.