Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Mengajar Melalui Supervisi Pembelajaran
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 JEKETRO KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Subronto
SDN 2 Jeketro Kecamatan Gubug Grobogan
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui supervisi pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan membuat rencana pembelajaran dan meningkatkan keterampilan mengajar pada guru SD Negeri 2 Jeketro Gubug Kabupaten Grobogan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model alur yang terekam dalam catatan lapangan, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Jeketro pada siklus I, dari 9 jumlah guru ada 44,4% guru atau 4 guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 70 ≤ skor < 100 dan 55,6% guru atau 5 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 100 ≤ skor < 130. Hasil dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada Siklus I ada 44,4% guru atau 4 orang guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 73,5 ≤ skor < 105 dan 55,6% guru atau 5 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 105 ≤ skor < 136,5. Hasil pada siklus II perencanaan pembelajaran untuk kategori baik dengan rentang jumlah skor 71-78 sebesar 66,67 % atau 4 orang guru, dan dalam kategori amat baik sebanyak 33,33% atau sebanyak 2 orang guru. Data hasil observasi dan penilain dalam pelaksanaan pembelajaran, ada 3 orang guru di antaranya atau 33,3% termasuk dalam kategori amat baik dengan rentang jumlah skor antara 136,5 ≤ skor ≤ 168, sedangkan 6 guru atau 66,67%, termasuk dalam kategori baik dengan jumlah skor 105 ≤ skor < 136,5. Pada siklus II hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan perencanaan pembelajaran 7 orang guru kategori baik dan 2 orang guru dalam kategori Sangat Baik, dengan rata-rata skor prosentase 81%. Sedangkan dalam keterampilan pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa 6 orang guru kategori baik dan 3 orang guru dengan kategori amat baik dengan prosentase 80%.
Kata Kunci: keterampilan guru membuat rpp, guru mengajar, supervisi pembelajaran,
LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan perubahan sistem pendidikan nasional dari sentralilasi ke desentralisasi, terjadi perubahan yang berbeda. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seeperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah murid, buku pelajaran, cara mengjar dan sebagainya ditetapkan dan di selenggarakan oleh pemerintah secara sentral atau pusat. Kewajiban pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru-guru sebagian besar hanyalah menjalankan apa yang telah di tetapkan dan diinstruksikan. Dengan adanya desentralisasi, penyelenggaraan pendidikan di sekolah (otonomi sekolah) menjadi titik sentral, pada penyelenggaraan pendidikan masyarakat juga diikutsertakan dan turut serta dalam usaha-usaha pendidikan, dengan melaksanakan menejemen berbasis sekolah (MBS).
Tanggung jawab pengawas sekolah, kepala sekolah, guru dan stakeholder semakin banyak dan luas, tugas pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru sekarang mengatur jalannya sekolah dan dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Pengawas sekolah wajib membangkitkan semangat kepala sekolah, staf guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja dengan baik, membangun visi, dan misi, kesejahteraan , hubungan dengan pegawai sekolah dan murid, mengembangkan dan melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Supervisi merupakan keharusan yang diperlukan dan bertolak dari dasar tersebut bahwa guru merupakan profesi. Profesi selalu tumbuh dan berkembang yang memerlukan l pelayanan. Guru merupakan titik sentral yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Kualitas guru sangat menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru membutuhkan orang lain yang mempunyai pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang lebih dari guru berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran.
Guru membutuhkan bantuan dari sesama rekan guru yang memiliki kelebihan dan saling bertukar ilmu pengetahuan. Guru membutuhkan bantuan kepala sekolah dan pengawas yang secara struktural dianggap memiliki kelebihan dari guru. Supervisor yang berkualias adalah supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru ke arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara sistematis, kontinyu, dan komprehenshif.
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pembina dan pembimbing guru agar bekerja dengan betul dalam proses pembelajaran mempunyai tiga prinsip yaitu: (a). Supervisi pembelajaran langsung mempengaruhi dan mengembangkan prilaku guru dalam mengelola proses belajar mengajar (b). Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus di desain dengan jelas (c). Tujuan supervisi pembelajaran adalah guru makin mampu menjadi fasilitator dalam belajar bagi siswanya.
Supervisi pembelajaran secara umum merupakan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan menyenangkan. Kualitas proses pembelajaran yang harus ditingkatkan adalah bagaimana guru membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan kreativitas mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi pembelajaran ini harus dilakukan secara terencana.
KAJIAN PUSTAKA
Supervisi Pembelajaran
Supervisi pembelajaran secara umum merupakan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan menyenangkan. Kualitas proses pembelajaran yang harus ditingkatkan adalah bagaiman guru membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan kreativitas mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi pembelajaran ini harus dilakukan secara terencana.
Dalam bidang pendidikan, supervisor mengandung konsep umum yang sama namun disesuaikan dengan aktivitas pembelajaran. Supervisi pembelajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervisi pembelajaran adalah peningkatan mutu pembelajaran melalui perbaikan mutu dan pembinaan terhadap profesionalisme guru.
Fungsi utama supervisi pembelajaran adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran serta pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan pembelajaran. Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih baik ditunjukan pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam menilai kemajuan peserta didik.
Supervisi pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, jika memperhatikan prinsip-prinsip:1) Praktis, yaitu dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. 2) Fungsional, yaitu sebagai sumber informasi bagi pengembangan manajemen pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran. 3) Relevansi, yaitu pelaksanaan supervisi hendaknya sesuai dengan dan menunjang pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung. 4) Ilmiah, yaitu supervisi perlu dilakukan dilakukan secara sistematis, terprogram, dan berkeseimbangan. 5) Objektif, yaitu menggunakan prosedur dan instumen yang valid (tepat) dan reliabel (tetap, dapat dipercaya). 6) Demokrasi, yaitu pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah untuk mencapi mufakat. 7) Kooperatif, yaitu adanya semangat kerja sama antara supervisor dengan guru. 8) Konstruktif dan kreatif, yaitu berusaha memperbaiki kelemahan atau kekurangan serta secara kreatif berusaha meningkatkan proses kerjanya.
Salah satu tugas supervisor adalah membantu guru memperbaiki situasi pembelajaran. Kepala sekolah selaku supervisor membantu para guru dalam meningkatkan kemampuannya. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan guru dalam memahami strategi pembelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun berbagai pengalaman belajar dan keaktifan belajar, serta meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh guru tersebut.
Dalam supervisi pembelajaran yang dilakukan ada paling tidak tiga hal yang perlu dilakukan yaitu: 1) Menilai hasil pembelajaran. 2) Mempelajari situasi pembelajaran untuk menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan prestasi siswa.
Kegiatan supervisi pendidikan dapat berjalan lancar seorang supervisor dapat menggunakan barbagai alat bantu. Alat-alat bantu tersebut antara lain, 1) perustakaan profesional dan perpustakaan sekolah, 2) buku kurikulum/rencana pelajaran dan buku pegangan guru, 3) buletin pendidikan dan buletin sekolah, 4) penasehat ahli dan resource person.
Teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan personil sekolah, diantaranya: 1) Kunjungan sekolah, 2) Pembicaraan individual, 3) Diskusi kelompok, 4) Demonstrasi Mengajar, 5) Kunjungan kelas antar guru, 6) Lokakarya.
Pendekatan dalam Supervisi Pembelajaran
Dalam pengembangan supervisi pembelajaran untuk dapat mencapai tujuannya secara efektif seorang supervisor dapat menggunakan berbagai pendekatan yang memiliki pijakan ilmiah, yaitu supervisi saintifik, artistik, dan klinik. (Sahertian, 2000). Supervisi saintifik memiliki ciri-ciri: (1) dilaksanakan secara berencana dan kontinu, (2) sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, (3) menggunakan instrumen pengumpul data, dan (4) data obyektif yang diperoleh dari keadaan riil kemudian dianalisis.
Supervisi artistik memandang bahwa mengajar itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kiat. Lebih jauh dijelaskan bahwa supervisi dalam bekerja menyangkut untuk orang lain, melalui orang lain. Oleh karena itu, pekerjaan supervisi akan berhasil apabila ada kerelaan, kepercayaan, saling mengerti, dan saling mengakui dan menerima orang sebagaimana adanya, sehingga orang lain merasa aman dan mau maju.
Supervisi klinik pada mulanya diperkenalkan oleh Moris L Cogan, Robert Goldhammer, dan Richard Weller di Universitas Harvard pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan (Krajewski, 1982). Supervisi klinik dirancang sebagai salah satu model atau pendekatan dalam mensupervisi calon guru yang berperaktek mengajar. Penekanannya adalah pada klinik atau dalam pengobatan dan penyembuhan, yang diwujudkan dalam bentuk tatap muka antara supervisor dengan calon guru. Supervisi lebih memusatkan perhatiannya pada perilaku guru yang aktual di kelas.
Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah ditetapkan dan diketahui oleh semua guru agar pembelajarannya efektif.
Peran supervisor adalah menginformasikan, mengarahkan, menjadi model, dan menilai kompetensi yang ditetapkan. Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Dalam pendekatan ini ada dua orang atau lebih ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis sebuah masalah, eksperimen, dan mengimplementasikan strategi mengajar, yang dianggap lebih relevan dengan lingkungan sendiri. Peran supervisor membimbing ke proses pemecahan masalah, para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan perhatiannya pada masalah mereka. Supervisi non-direktif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitkan kesadaran sendiri dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman, 1990).
Pengukuran kedua dimensi tersebut akan membantu guru dan supervisor dalam menetapkan pada tahapan mana guru berada dan perlakuan supervisi yang bagaimana seharusnya dilakukan pada guru, dan pada gilirannya supervisi harus berkembang ketahapan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya supervisi Glickman (1980) disebut supervisi perkembangan, karena tujuan supervisi menurutnya adalah membantu guru belajar bagaimana para guru meningkatkan kapasitas mereka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran siswa yang telah ditetapkan. Di sisi lain perlu juga disadari bahwa esensi dari supervisi tersebut adalah proses bantuan, oleh karena itu maka bantuan supervisi tersebut sebaiknya diberikan apabila diperlukan oleh guru-guru. Pengembangan masing-masing model supervisi pembelajaran yang disebut dengan supervisi direktif, supervisi kolaboratif, dan supervisi non-direktif secara lebih lengkap akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
Keterampilan Mengajar Guru
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam hal ini membelajarkan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Turney (Uzer Usman, 2010:74) ada 8 (delapan) keterampilan mengajar yang erperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya: 1) Keterampilan Bertanya, 2) Keterampilan Memberikan Penguatan, 3) Keterampilan Mengadakan Variasi, 4) Keterampilan Menjelaskan, 5) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, 6) Keteampilam Membimbing Diskusi Kelompok Kecil, 7) Keterampilan Mengelola Kelas, 8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan,
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SDN 2 Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada guru-guru di SD Negeri 2 Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 yang dimulai bulan Januari dan berakhir April 2018.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru di SD Negeri 2 Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 8 orang guru. Yang enam guru kelas dan dua guru mata pelajaran, yaitu Guru kelas I, Guru kelas II, Guru kelas III, Guru kelas IV, Guru kelas V, Guru kelas VI, Guru Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, dan Guru Pendidikan Agama Islam. Terdapat 3 orang guru golonggan IV, 2 orang guru golongan III, dan 3 orang guru wiyata bakti.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah keterampilan mengajar guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif melalui supervisi pembelajaran.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi dan dokumentasi. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung pada objek-objek yang ingin diketahui dalam berbagai situasi sosial mengenai tempat, orang, benda-benda, maupun kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan hasil kerja anak, foto-foto, video, dan lain sebagainya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Arikunto, 2002: 206).
Analisis data dalam penelitian tindakan yaitu sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan sampai pada pengembangan dan proses refleksi sampai penyusunan laporan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur yang terekam dalam catatan lapangan, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992: 20).
Data kualitatif berupa data hasil pengamatan aktifitas dalam pembelajaran, dan kualitas mengajar, serta catatan lapangan dalam pembelajaran melalui Supervisi Pembelajaran dianalisis dengan analisa deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dengan siklus yang memiliki prosedur: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan keadaan sebelum tindakan dilaksanakan. Sebelum tindakan siklus I terlebih dahulu dilaksanakan pendataan awal terhadap persiapan pelaksanaan supervisi pembelajaran. Dalam hal ini semua guru mengumpulkan administrasi pengajaran/perangkat pembelajaran. Kemudian perangkat pembelajaran tersebut dinilai untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal guru di SD Negeri 2 Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan, dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran.
Tindakan pra siklus yang dilakukan yaitu melaksanakan penilaian terhadap pembelajaran yang dibuat oleh guru di SD Negeri 2 Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan sebelum diadakan kunjungan kelas sebelum diadakan kunjungan kelas oleh peneliti. Penilaian tersebut meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pengajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian. Hasil yang diperoleh pada siklus pra siklus dalam penilaian ini adalah sebagai berikut:
Data kemampuan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Jeketro pada kondisi awal penelitian. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah 8 orang guru, ada 75% guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 70 ≤ skor < 100. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru di SD Negeri 2 Jeketro Secara umum masing belum memadai sehingga diperlukan langkah dan kegiatan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan para guru tersebut dengan pelaksanaan kegiatan penelitain tindakan sekolah.
Data kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Jeketro pada kondisi awal penelitian. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah 8 guru ada 75% guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor 73,5 ≤ skor < 105. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan guru di SD Negeri 2 Jeketro Secara umum masing belum memadai sehingga diperlukan langkah dan kegiatan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan para guru tersebut dengan pelaksanaan kegiatan penelitain tindakan sekolah
Hasil Siklus I
Siklus I merupakan tindakan awal penelitian dengan melaksanakan supervisi pembelajaran. Tindakan siklus I dilakukan supervisi pembelajaran untuk diadakan penilaian, kegiatan ini merupakan upaya untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dan cara pemecahan masalah-masalah tersebut. Kunjungan kelas dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran
Hasil penilaian persiapan pembelajaran merupakan data awal setelah dilakukan supervisi. Kriteria penilaian pada siklus ini masih tetap sama seperti pada penilaian perencanaan pembelajaran yang terdiri dari 6 komponen penilian dengan jumlah indikator sebanyak 40 butir.
Data kemampuan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Jeketro pada penelitian siklus I. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari 8 jumlah guru ada 50% guru atau 4 guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 70 ≤ skor < 100 dan 50% guru atau 4 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 100 ≤ skor < 130.
Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Penilaian pelaksanaan Pembelajaran merupakan data yang diperoleh setelah melakukan penilaian persiapan pembelajaran yang telah dinilai tersebut diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat sikap Keterampilan guru dalam pembelajaran di kelas melalui supervisi pembelajaran.
Data kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Jeketro pada Siklus I.. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah guru ada 37,5% guru atau 3 orang guru dalam kategori cukup dengan rentang jumlah skor antara 73,5 ≤ skor < 105 dan 62,5% guru atau 5 orang guru dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 105 ≤ skor < 136,5. Belum maksimalnya hasil penilaian dikarenakan berbagai hal, antara lain kurangnya pengalaman mengajar, mengingat guru yang ada merupakan guru yang belum pernah mengajar di tempat lain, di samping itu kondisi mental guru menurun pada saat dilakukan kunjungan kelas dalam penilaian pelaksanaan kunjungan pembelajaran.
Hasil Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan karena pada siklus I kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di SD Negeri 2 Jeketro masih termasuk dalam kategori cukup, belum memenuhi target minimal jumlah skor penilaian dalam kategori baik dengan rentang jumlah skor antara 100 s.d. 130 pada perencanaan pembelajaran dan jumlah skor antara 105 s,.d. 136,5 pada ketrampilan melaksanakan pembelajaran. Selain itu dalam proses kegiatan pembelajaran masih ada perilaku-perilaku yang negatif baik guru maupun siswa, walaupun berdasarkan pengamatan bahwa pelaksanaan pembelajaran secara umum berjalan dengan baik. Dengan demikian tindakan siklusII dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada siklus II ini peneliti melaksanakan tindakan dengan rencara dan persiapan yang lebih matang dari pada siklus I. Dengan adanya perbaikan-perbaikan pada persiapan dan pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil yaitu kemampuan/Keterampilan guru dalam merencanakan pembelajaran dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat meningkat seperti yang diharapkan/ditargetkan. Hasil penelitian, hasil observasi siklus II ini diuraikan secara rinci sebagai berikut:
Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran
Data kemampuan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran guru di SD Negeri 2 Jeketro pada siklus II penelitian. Adapun rincian data dapat dijelaskan dari jumlah 8 orang guru ada 0% guru dalam kategori kurang dengan rentang jumlah skor antara 40 ≤ skor < 70 dan untuk kategori baik dengan rentang jumlah skor 71-78 sebesar 75 % atau 6 orang guru, dan dalam kategori Amat baik sebanyak 75% atau sebanyak 2 orang guru.
Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini merupakan data kedua setelah diperlakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti siklus I.
Dari jumlah keseluruhan guru sebanyak 8 orang, 3 guru di antaranya atau 37,5% termasuk dalam kategori amat baik dengan rentang jumlah skor antara 136,5 ≤ skor ≤ 168, sedangkan 5 guru atau 62,5%, termasuk dalam kategori baik dengan jumlah skor 105 ≤ skor < 136,5.
Pembahasan Tiap Siklus
Aspek Perencanaan Pembelajaran
Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil prasiklus, siklus I, dan siklus II. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui 2 tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian tersebut terdiri dari penilaian perencanaan pembelajaran yang meliputi 10 aspek, dengan 40 indikator. Kegiatan tindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I. hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal kemampuan guru sebelum mengikuti siklus I. Setelah melaksanakan kegiatan, menganalisis, peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II.
Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh kepala sekolah untuk melakukan observasi. Pada hari berikutnya sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing guru dilakukan supervisi pembelajaran untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Semua kegiatan tersebut dilakukan hingga dua kali, yaitu siklus I dan siklus II pada tempat yang sama.
Berdasarkan rekapitulasi data pada tabel di atas, hasil penilaian pra pembelajaran dari pra siklus, siklus I, sampai siklus II sebagaimana tersaji dalam tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru pada setiap aspek penilaian pra pembelajaran semua mengalami peningkatan. Dari 8 orang guru yang mengikuti kegiatan supervisi pembelajaran, pada kondisi awal, 6 orang guru memiliki keterampilan merencanakan pembelajaran dengan kategori cukup, dan 2 orang guru memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil observasi sebagian besar guru belum memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran pada siklus pertama, keterampilan guru dalam mengajar meningkat menjadi 4 orang guru dengan prosentase 50%, yang dinyatakan meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran. Pada akhir siklus kedua, semua guru dinyatakan telah meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran karena dari hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan perencanaan pembelajaran 6 orang guru kategori baik dan 2 orang guru dalam kategori Amat Baik. Dengan batasan prosentase 80%, dan dinyatakan meningkat keterampilannya dalam mengajar.
Aspek Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan penilaiannya, pada hari berikutnya dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas untuk mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan data pada lembar pengamatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, maka hasil pengamatan pelaksanaan kunjungan kelas dan pengamatan pada pra siklus ada 6 orang guru kategori cukup dan 2 orang guru kategori baik. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, 3 guru yang kategori cukup dan 5 orang guru kategori baik. Pada siklus II menunjukkan bahwa 5 orang guru kategori baik dan 3 orang guru dengan kategori amat baik dalam keterampilan pelaksanaan pembelajaran dengan prosentase 80% sehingga proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.
Berdasarkan dari serangkaian analisis data pelaksanaan supervisi pembelajaran untuk mengetahui Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, telah terjadi perubahan perilaku guru yang positif, maka menunjukkan tingkat Keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian pra pembelajaran yang cenderung meningkat diikuti dengan hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran yang meningkat pula, ini menunjukkan adanya peningkatan Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya supervisi pembelajaran melalui kunjungan kelas dapat membantu guru dalam meningkatkan Keterampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas KBM yang baik dan menyenangkan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diperoleh simpulan. Keterampilan guru-guru di SD Negeri 2 Jeketro Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2017/2018 dinyatakan meningkat setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penilaian yang dilaksanakan pada aspek perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang terus meningkat pada setiap siklusnya.
- Pada aspek perencanaan pembelajaran setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran pada 8 orang guru yang mengikuti kegiatan supervisi pembelajaran, pada kondisi awal 6 orang guru memiliki keterampilan merencanakan pembelajaran dengan kategori cukup dan 2 orang guru memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya hasil observasi sebagian besar guru belum memiliki keterampilan yang baik dalam mengajar. Setelah dilaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran pada siklus pertama, keterampilan guru dalam mengajar meningkat menjadi 4 orang guru dengan prosentase 50%, yang dinyatakan meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran. Pada akhir siklus kedua, semua guru dinyatakan telah meningkat keterampilan merencanakan pembelajaran karena dari hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan perencanaan pembelajaran 6 orang guru kategori baik dan 2 orang guru dalam kategori Amat Baik. Dengan prosentase 80%,
- Pada aspek pelaksanaan pembelajaran berdasarkan data pada lembar pengamatan siklus I dan siklus II, maka hasil pengamatan pelaksanaan kunjungan kelas dan pengamatan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan data pada lembar pengamatan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, maka hasil pengamatan pelaksanaan kunjungan kelas dan pengamatan pada pra siklus ada 6 orang guru kategori cukup dan 2 orang guru kategori baik. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, 3 guru yang kategori cukup dan 5 orang guru kategori baik. Pada siklus II menunjukkan bahwa 5 orang guru kategori baik dan 3 orang guru dengan kategori amat baik dalam keterampilan pelaksanaan pembelajaran dengan prosentase 80% sehingga proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua.
Saran
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian tersebut peneliti memberikan saran sebagai berikut:
- Kepala Sekolah hendaknya melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk semua guru setiap semester, sehingga semua guru dapat menyusun perencanaan pembelajaran dan melaksanakannya dengan baik. Di samping itu dapat menumbuhkan motivasi guru terhadap penyusunan administrasi pembelajaran, mengingat semua skenario pembelajaran tercantum pada rencana pembelajaran. Dengan demikian guru yang melaksanakan pembelajaran selalu berpedoman pada rencana pembelajaran.
- Pengawas Sekolah melaksanakan supervisi ke semua guru secara rutin untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengetahui permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar serta tindak lanjut untuk mencari solusi pemecahan masalahnya dalam rangka peningkatan keterampilan guru sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron, 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Hasibuan, JJ & Moedjiono.1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaefudin, S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Alfabeta.
Usman, M.Uzer. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.