UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS DENGAN METODE DEMONSTRASI MELALUI MEDIA KERTAS LIPAT PADA ANAK KELOMPOK B DI TK TELADAN SUKOHARJO
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sri Wahyuni
TK Teladan Sukoharjo UPTD Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan keterampilan motorik halus dengan metode demonstrasi melalui media kertas lipat pada anak kelompok B di TK Teladan Sukoharjo semester II Tahun 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di TK Teladan Sukoharjo, Jl. Veteran 07 Jetis Sukoharjo Kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Tema yang diambil adalah alam semesta. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,yaitu:Siklus I pada tanggal:10 Pebruari 2015 dan siklus II pada tanggal:17 Pebruari 2015. Jumlah anak didik pada kelompok B TK Teladan Sukoharjo Tahun 2014/2015 semester II ada 20 anak, dengan rincian 13 anak laki-laki dan 7 anak. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)Dengan menggunakan media kertas lipat dapat meningkatkan ketrampilan motorik halus anak dari belum berhasi meningkat berhasil baik.
Kata kunci: Motorik Halus, kertas lipat, metode demonstrasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan kegiatan pelaksanaan pengembangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak di kelompok B TK Teladan Sukoharjo, ditemukan adanya beberapa masalah yang berkaitan dengan minat dan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan seni melipat. Dalam kegiatan ini anak belum sepenuhnya perhatian dan berhasil dengan baik karena dari 20 anak yang berada dikelompok B di TK Teladan Sukoharjo semester II Tahun 2014/2015 , baru 45% anak yang bisa melipat dengan baik, sedangkan menurut pembelajaran, tingkat keberhasilan paling tidak mencapai 80% dari jumlah siswa.
Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus memahami kegiatan anak dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak TK. Guru hendaknya menguasai teori-teori perkem–bangan anak, agar lebih memahami ciri khas dalam memilih bahan, sumber bela–jar, dan metode kegiatan yang tepat sehingga guru dapat menciptkan lingkung–an belajar yang menarik dan bermakna dalam kegiatan sehari-hari. Guru sebagai fasilitator maksudnya adalah antara guru dan anak didik bersama-sama saling mengisi kegiatan dan menyadari betapa pentingnya upaya meningkatkan ketrampil–an motorik halus melalui media kertas lipat pada anak usia dini di TK Teladan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukohar–jo.
Mengacu pada uraian yang telah disampaikan sebelumnya, dapat dirumus-kan dengan identifikasi masalah antara lain yaitu pertama, dalam kegiatan melipat kertas, strategi mengajar guru kurang menarik sehingga anak tidak memperhatikan. Kedua, hasil belajar anak tidak sesuai dengan harapan guru karena anak belum memahami materi dengan baik. Ketiga, anak kurang bersemangat untuk memperhatikan penjelasan guru karena media yang digunakan tidak sesuai dengan usia anak. Keempat ,cara menyampaikannya yang monoton membu–at anak bosan dan tidak mau mengerjakan. Kelima,metode pembelajaran yang kurang tepat.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka penulis berinisiatif menggunakan media kertas lipat untuk meningkatkan motorik halus anak.
Dari kelima masalah yang diidentifikasi, masalah yang akan dipecah-kan adalah tehnik/cara melipat yang ku-rang tepat dan dapat menimbulkan masa-lah baru pada kemampuan anak dalam melipat. Penyebab masalah terseebut adalah karena tehnik ketrampilan melipat yang digunakan guru tidak sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuan motorik halus anak. Masalah penggunaan tehnik melipat oleh guru yang kurang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dapat diatasi dengan metode demonstrasi.
Dalam mengatasi masalah yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak Kanak Teladan Sukoharjo semester II Tahun 2014/2015 tersebut, maka penulis mencari solusi agar pembelajaran dapat berhasil dengan media kertas lipat. Penulis memprioritaskan pembelajaran dengan media kertas lipat untuk meningkatkan motorik halus anak karena sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
Selain dengan media kertas lipat alternatif kedua yaitu dengan metode demonstrasi agar pembelajaran lebih berhasil dan optimal. Pendidik memberi contoh kepada anak anak sebelum memberi tugas melipat pada peserta didik.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana peningkatan keteram-pilan motorik halus dengan metode demonstrasi melalui media kertas lipat pada anak kelompok B di TK Teladan Sukoharjo semester II Tahun 2014/2015?”
Tujuan Penelitian Perbaikan
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan keterampilan motorik halus dengan metode demonstrasi melalui media kertas lipat pada anak kelompok B di TK Teladan Sukoharjo semester II Tahun 2014/2015.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi anak membantu keterampilan motorik halus melalui metode demonstrasi dengan kertas lipat. Bagi penulis dapat menambah wawasan, pengetahuan serta dapat meningkatkan prestasi dan kualitas pendidik pada umumnya dan penulis pada khususnya. Bagi sekolah, diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, hasil belajar yang berkualitas dengan menyediakan sumber belajar yang edukatif sederhana serta dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
KAJIAN TEORI
Pengertian Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari-jari tangan dan gerakan pergelangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu menggunakan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan ketrampilan fisik serta kematangan mental. Kesehatan fisik seorang anak mempengaruhi kesehatan jiwanya, artinya jika fisik anak baik dan sehat ia akan dapat beraktifitas dengan baik pula. Kemampuan fisik dan mental anak yang baik merupakan dasar bagi anak untuk membangun pengetahuan yang lebih tinggi atau lebih luas lagi (Semiawan,2003).
Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat diusia kira-kira 3 tahun. Anak yang cerdas adalah anak yang berkembang seluruh kemampuan dirinya dengan baik meliputi aspek kognitif, moral, sosial emosional dan juga fisik motoriknya yang memungkinkan anak dapat terampil bergerak. ”Aktivitas fisik akan meningkatkan rasa keingintahuan anak dan membuat anak memperhatikan benda-benda, menangkapnya, mencobanya, melemparkannya atau menjatuhkannya, mengambil, mengocok-ocok, dan meletakkan kembali benda-benda kedalam tempatnya”, Maxim (1993).
Media Pembelajaran
Media Pembelajaran adalah sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi (Depdiknas, 2004:2008).
Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat merangsang anak untuk belajar. Senada dengan itu, Briggs mengartikan media sebagi alat untuk memberikan perangsang bagi anak agar terjadi proses belajar (Depdiknas, 2004:8).
Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik merupakan pengertian pembelajaran. (http://id/Wikipedia.org/wiki/pembelajaran)
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa melalui media pembelajaran segala sesuatu yang dapat meyalurkan informasi dan mampu memberikan rangsangan bagi anak dalam proses belajar mengajar agar peserta didik dapat belajar dengan baik.
Media Kertas Lipat
Menurut Hj Titi Surtiati dan Sri rejeki, 1991:1, Media pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diuasahakan/ diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan taman kanak-kanak dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah alat peraga atau alat bermain (Dhieni Nurbiana, 2008: 6.12).
Media yang digunakan dalam kegiatan melipat adalah kertas lipat. Untuk bahan dalam kegiatan melipat sebaiknya memperhatikan kualitas dan kuantitas dari kertas lipat itu sendiri sehingga memudahkan bagi guru maupun anak-anak saat mempergunakannya. Sedangkan alat-alat yang dipergunakan untuk kegiatan melipat sebaiknya memperhatikan segi keamanan dan kenyamanan terutama untuk anak-anak usia dini. Menurut jenisnya kertas lipat ada 2 yaitu kertas lipat berpola dan kertas lipat polos.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media kertas lipat adalah media sederhana berupa kertas yang dapat digunakan dalam berbagai kegiatan melipat dengan menggunakan bahan dan alat yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini.
Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang 0-8 tahun yang mencakup dalam program pendidikan ditaman pendidikan anak, penitipan anak dan keluarga, pendidikan prasekolah, taman kanak-kanak dan sekolah dasar (NAEYC, 1992). UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahiun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Depdiknas,2003).
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang 0-8 tahun, mempunyai karakteristik dan titik kritis yang berbeda dengan anak usia lainnya serta mendapat upaya pembinaan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembang–an jasmani dan rohaninya.
Metode demonstrasi
Dalam upaya meningkatkan kete-rampilan motorik halus melalui media kertas lipat pada anak usia dini kelompok B TK Teladan Sukoharjo, penulis mengguna-kan metode demonstrasi. Metode ini dimaksudkan agar peserta didik mampu meningkatkan keterampilan dengan mengikuti dan melaksanakan metode yang disarankan dalam pembelajaran anak usia dini.
Demonstrasi adalah strategi yang dilaksanakan dengan cara memperlihatkan bagaimana proses terjadinya atau cara bekerjanya sesuatu, dan bagaimana tugas –tugas itu dilaksanakan. Ketika guru mendemonstrasikan sesuatu, arah kegiatan juga diberikan kepada anak. Demonstrasi digunakan untuk menggambarkan peng–ajaran, dan pemberian petunjuk kepada anak tentang apa yang harus dilakukan diawal, saat kegiatan inti dan akhir kegiatan demonstrasi, yang perlu diperhati–kan guru ketika mendemonstrasikan sesua–tu adalah ia harus melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan anak didiknya. Demonstrasi memadukan strategi umum pembelajaran dan menceritakan – menjelaskan – menginformasikan.
Menurut Konstelnik (1999), ada 3 langkah strategi demonstrasi: 1)Meminta perhatian anak; 2)Menunjukkan sesuatu kepada anak atau respon anak terhadap apa yang mereka lihat; 3)Respon yang diperhatikan anak dapat berupa kata-kata atau tinadakan yang ditunjukkan sesuai petunjuk guru. Demonstrasi hanya merupakan bagian kecil dari interaksi yang besar, oleh karena itu dalam implementasinya metode ini harus dikombinasikan dengan metode – metode pembelajaran lainnya.demonstrasi dapat dilakukan sebagai improvisasi maupun dirancang terlebih dahulu. Keduanya sangat efektif dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini. Metode demonstrasi yang dapat dipadukan dengan metode penemuan, memungkinkan guru membimbing anak menemukan hal-hal baru berdasarkan praduga atau hipotesis yang disusun oleh anak. Dari hasil pembuktian itu anak akan dapat menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Anak-anak membuat praduga dengan menerapkan pengetahuan yang telah dimilkinya dan mengujinya pada kegiatan demonstrasi tersebut.
Melalui metode demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk memeperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga anak lebih paham tentang cara mengerjakan kegiatan. Dengan demikian, anak dapat meniru bagaimana cara mengerjakan kegiatan tersebut.
Demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak menguasai kemampuan yang diharapkan dengan lebih baik. Tujuan metode demonstrasi adalah peniruan terhadap modul yang dapat dilakukan, agar anak dapat meniru contoh perbuatan yang didemonstrasikan oleh guru. Hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu: 1)Sesuatu yang ditunjukkan dan dilakukan guru harus diamati secara jelas oleh anak, sebaiknya menggunakan media yang berukuran besar; 2)Penjelasan guru harus dapat didengar dengan jelas, intonasi suara guru hendaknya tepat dan menarik sehingga anak tidak bosan; 3)Demonstrasi diikuti dengan kegiatan untuk menirukan apa yang telah ditujukan dan dilakukan.
Kerangka Berpikir
Dari kajian pustaka yang penulis kemukakan dan dari permasalahan yang timbul untuk diberikan solusi agar hasilnya bisa memuaskan, maka penulis memberikan gambaran singkat pada pembaca tentang alur berpikir dalam pelaksanaan perbaikan dalam upaya memberikan solusi terhadap permasalahan yang timbul.
Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian adalah: dengan metode demonstrasi melalui media kertas lipat dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di TK Teladan Sukoharjo semester II Tahun 2014/2015”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di TK Teladan Sukoharjo, Jl. Veteran 07 Jetis Sukoharjo Kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Tema yang diambil adalah alam semesta. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,yaitu:Siklus I pada tanggal:10 Pebruari 2015 dan siklus II pada tanggal:17 Pebruari 2015. Jumlah anak didik pada kelompok B TK Teladan Sukoharjo Tahun 2014/2015 semester II ada 20 anak, dengan rincian 13 anak laki-laki dan 7 anak
Analisis data dilakukan oleh guru, kepala sekolah dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam kegiatan ini analisis dikaitkan penggunaan media kertas lipat. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa siklus mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan siklus mana yang telah memenuhi ketentuan yang diharapkan.
Indikator keberhasilan yaitu: 1) Daya serap terhadap pelajaran yang diajarkan dapat mencapai prestasi yang tinggi, yaitu kreativitas anak dengan metode demonstrasi dengan menggunakan pola permainan meningkat. Anak lebih kreatif dan lebih mandiri. 2)Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah anak yang sudah mampu mengembangkan kreativitas dengan kategori baik > 80.00% dari jumlah anak didik.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Siklus I
Tingkat keberhasilan dalam ketrampilan motorik halus anak melalui media kertas lipat TK Teladan Sukoharjo Tahun 2014/2015 semester II belum sesuai dengan harapan penulis.Adapun dari tabel diatas dapat digambarkan grafik sebagai berikut:
Dari perkembangan hasil belajar tersebut penulis merasa perlu melakukan tindakan perbaikan pada siklus kedua. Meskipun pada siklus pertama telah terdapat perkembangan namun hasil yang dicapai belum sesuai dengan harapan penulis.
Deskripsi Siklus II
Dari kedua data diatas dapat diketahui bahwa pencapaian hasil belajar anak semakin meningkat dari hasil pertama sampai dengan hasil kelima siklus ke II penulis merasa bahwa kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah penulis laksanakan sebagian dari usaha peningkatan kemampuan profesional telah mencapai hasil yang diharapkan. Berikut ini adalah Tabel rekapitulasi siklus I dan II.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Peningkatan hasil belajar siklus I dan Siklus II dapat dilihat tabel berikut:
Tabel Rekapitulasi siklus I dan II
Hari ke– |
Berhasil baik |
Berhasil dengan dibantu |
Belum berhasil |
● ( baik ) |
√ ( Cukup ) |
○ ( Kurang ) |
|
1 |
3 |
4 |
11 |
2 |
4 |
6 |
7 |
3 |
6 |
7 |
5 |
4 |
8 |
6 |
4 |
5 |
10 |
5 |
3 |
6 |
8 |
5 |
5 |
7 |
9 |
5 |
4 |
8 |
10 |
6 |
2 |
9 |
12 |
5 |
1 |
10 |
14 |
4 |
0 |
Berdasarkan tabel diatas secara grafik tingkat keberhasilan dalam ketrampilan motorik halus anak melalui media kertas lipat lebih meningkat.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)Dengan menggunakan media kertas lipat dapat meningkatkan ketrampilan motorik halus anak dari belum berhasi meningkat berhasil baik.
Saran
Dari penelitian yang telah penulis lakukan sebagaimana diatas, penulis dapat mengemukakan saran– saran sebagai berikut: 1)Dalam ketrampilan melipat hendaknya guru memotivasi anak agar mau dan bisa juga menggunakan model kegiatan, media alat peraga yang menarik dan ekspresif. Kegiatan melipat harus sesuai dengan tahap perkembangan anak baik tehnik maupun langkah – langkah pelaksanaan agar lebih efektif, komunikatif, dan menyenangkan bagi anak. 2)Dalam penggunaan kegiatn dan media harus disesuaikan dengan usia anak, mudah dikenal dan menarik serta tidak mengaburkan imajinatif anak.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar, Penilaian, Pembuatan, dan Penggunanaan Sarana (Alat Peraga) di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Dhieni, Nurbiana, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Gordon, Ann Milles and Kathryn William Browwne. 1985. Beginning and Beyond: Foundation in Early Childhood Education. New York: Delmar Publishing Inc.
Konstelnik, Marjorie, et.al. 1999. Developentally Appropriate Curiculum. New Jersey: Merrill
Maim. 1993. Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti
Mussen, et. Al 1989. Perkembangan dan kepribadian Anak. Dialihbahasakan oleh F. X. Budiyanto, Gianto Widianto, Arum Gayatri. Jakarta: Arean
NAEYC. 1992. Pengertian dan Konsep Dasar PAUD. Dalam http://paud-anakbermainbelajar.blospot.co.id/2012/11/html?m=1 diakses tanggal 23 Desember 2014
Nurhayati, Eti. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajat
Santrock, J.W, dan Yussen, S.R. 1992. Child Development, 5th td. Dubuque, IA, Wm, C. Brown
Semiawan, Conny. R. 2003. Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi
Titi Surtiati dan Sri Rejeki. 1991. Metode Bercerita Anak Usia Dini. Dalam http://melyrelhbox.blogspot/2013/05 01 archieve.html?m=1. Diakses tanggal 23 Desember 2014