Upaya Meningkatkan Kompetensi Dengan Pendekatan Kontekstual
UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI
MENGOPERASIKAN MESIN JAHIT PADA PEMBELAJARAN
PRAKTIK MENJAHIT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING)
KELAS VIII C SMP NEGERI 1 POLOKARTO SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Endang Ciptaningsih
SMP Negeri 1 Polokarto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi menjahit pada pembelajaran praktik menjahit kelas VIIIC SMP Negeri 1 Polokarto tahun pelajaran 2008/2009 melalui pendekatan kontekstual (Contectual Teaching and Learning). Pelaksanaan penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus di SMP Negeri 1 Polokarto. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Polokarto semester 1 tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 siswa. Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan tes. Analisis data dilakukan dalam tiga tahapan, meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hipotesis menyatakan diduga melalui pendekatan kontekstual (Contectual Teaching and Learning) dapat meningkatkan kompetensi mengoperasikan mesin jahit pada pembelajaran praktik menjahit siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Polokarto semester 1 tahun pelajaran 2008/2009. Dari data empirik diperoleh fakta bahwa melalui pendekatan kontekstual (Contectual Teaching and Learning) dapat meningkatkan kompetensi mengoperasikan mesin jahit pada pembelajaran praktik menjahit siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Polokarto semester 1 tahun pelajaran 2008/2009. Peningkatan terjadi dari data awal hasil belajar mengoperasikan mesin jahit dengan nilai rata-rata 60,43 (di bawah KKM) dengan ketuntasan hanya 8 siswa (20%) meningkat ke kondisi akhir Siklus II dengan nilai rata-rata 77 (di atas KKM), ketuntasan sebanyak 33 siswa (82,5%). Dapat disimpulkan bahwa bahwa melalui pendekatan kontekstual (Contectual Teaching and Learning) dapat meningkatkan kompetensi mengoperasikan mesin jahit pada pembelajaran praktik menjahit siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1 Polokarto semester 1 tahun pelajaran 2008/2009.
Kata Kunci: praktik, mengoperasikan mesin jahit, Contectual Teaching and Learning
PENDAHULUAN
Pembelajaran praktik Menjahit yang berlangsung di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Polokarto selama ini, guru kurang memanfaatkan penggunaan media, sehingga siswa diberikan pelajaran hanya diam, mendengarkan, melihat, tetapi mereka kurang memahami apa yang dipelajari. Peneliti melihat bahwa mereka kurang termotivasi apabila diberi pertanyaan, mereka cenderung pasif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Apabila diberikan soal, nilai mereka kurang memuaskan karena kurangnya perhatian mereka pada waktu pembelajaran berlangsung. Apabila motivasi tidak segera ditingkatkan pada nantinya akan mengakibatkan suatu pembelajaran yang kurang menarik bahkan membosankan, dan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian supaya memperoleh data yang akurat. Oleh karena itu peneliti mengambil judul Upaya Meningkatkan Kompetensi Mengoperasikan Mesin Jahit pada pembelajaran Praktik Menjahit dengan Pendekatan Kontektual (Contectual Teaching and Learning) Kelas VIII C SMP Negeri 1 Polokarto Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009
Permasalahan yang dikaji pada penelitian tindakan kelas ini adalah adakah peningkatan kompetensi mengoperasikan mesin jahit pada pembelajaran praktik menjahit dengan pendekatan kontektual (Contectual Teaching and Learning) kelas VIIIC SMP Negeri 1 Polokarto Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi mengoperasikan mesin jahit pada pembelajaran praktik menjahit dengan pendekatan kontektual (Contectual Teaching and Learning) Kelas VIII C SMP Negeri 1 Polokarto Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009.
KAJIAN PUSTAKA
Mesin Jahit dan Bagian-bagiannya
Mesin dapat diartikan perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda-roda atau digerakkan dengan tenaga manusia atau dengan motor penggerak yang menggunakan bahan bakar atau tenaga alam/listrik. Sedangkan jahit dapat diartikan sambung atau menyambung yang berhubungan dengan pakaian / busana. Jadi, mesin jahit dapat diartikan: Perkakas atau peralatan yang digerakkan dengan roda dan atau digerakkan dengan tenaga manusia/tenaga listrik untuk menyambung bahan/kain sehingga menjadi sebentuk pakaian/busana.
Bagian-bagian Mesin Jahit adalah sebagai berikut (1) Bagian kepala yaitu bagian mesin jahit yang berupa roda yang terpasang pada bagian kanan atas badan mesin jahit. Kepala mesin jahit ini berfungsi sebagai alat penggerak mesin jahit yang mempunyai roda mesin untuk tali pemutar mesin sehingga kepala mesin jahit dapat digerakkan dengan engkol injakan kaki dan listrik. Ada alat penggulung benang pada spul/ kumparan. (2) Bagian badan atas yang terdiri dari poros utama, kopling, penyangkut/pengungkit benang, pengatur benang atas, Jarum mesin, sepatu mesin (2) Bagian badan bawah yang terdiri dari sekoci/rumah kumparan (sekoci terdiri dari peluncur, poros, pelat penahan/kunci kait), spull sarangan berada dibagian bawah badan mesin. (3) Bagian kaki (Bagian alat penggerak mesin). Bagian alat ini gunanya untuk menggerakkan mesin jahit. Alat penggerak mesin ada 3 macam, yaitu troper, dynamo, dan engkol.
Jenis-jenis mesin jahit dapat dikelompokkan menurut (1) konstruksi dan kecepatan, yaitu mesin non domestik (non industri) dan mesin industri. Mesin jahit domestik (non industri) adalah mesin jahit yang biasanya digunakan dalam rumah tangga. Kelompok mesin ini terdiri atas a) mesin jahit lurus dan perlengkapanya, b) mesin zig-zag dan perlengkapannya, dan c) mesin penyelesaian, misalnya mesin obras, mesin penyelesaian tepi, mesin kelim. Mesin industri adalah mesin jahit yang digunakan di pabrik atau industri busana jadi. Mempunyai kecepatan yang tinggi, yaitu sekitar sepuluh kali kecepatan jalannya mesin domestik. (2) Hasil jahitannya, terdiri atas mesin jahit lurus dan perlengkapannya, mesin jahit zig-zag dan perlengkapannya, serta mesin penyelesaian.
Teknik Menjahit
Teknik menjahit adalah pengetahuan dan kepandaian menyambung atau membuat busana dengan cara yang sistematik sehingga menghasilkan pakaian, pakaian yang mengandung daya kreatifitas yang tinggi atau mengandung nilai seni tinggi. Sebelum kita menyambung bahan atau kain yang akan dijadikan busana maka kita harus menguasai terlebih dahulu cara membuat bermacam-macam model jahitan agar nantinya bisa lebih menguasai teknik menjahit. Adapun teknik yang perlu dikuasai antara lain (1) Teknik menjahit bentuk garsi lurus, (2) Teknik menjahit bentuk zig zag, (3) Teknik menjahit lengkung, (4) Teknik menjahit bentuk segi tiga, (5) Teknik menjahit bentuk persegi, dan (6) Teknik menjahit bentuk spiral
Menjahit dan menyelesaikan busana memerlukan ketelitian dalam menentuan teknik menjahit yang tepat. Penentuan teknik menjahit harus disesuaikan dengan bahan busana, desain busana, dan tujuan pemakaian. Teknik dasar menjahit busana pada umumnya terdiri dari (1) Macam-macam tusuk dan setikan, (2) Macam-macam kampuh, (3) Macam-macam kelim, (4) Penyelesaian kerung leher, (5) Pemasangan pelapis (pengeras), (6) Macam-macam saku, (7) Macam-macam belahan, (8) Pembuatan lubang kancing, dan (9) Pemasangan kancing. Semua penyelesaian busana tersebut dapat dikerjakan dengan mesin atau dengan tangan. Setiap mulai menjahit dengan tangan, sebaiknya diberi buhulan benang pada awal jahitan. Pada akhir jahitan harus dikuatkan dengan mengulang tusukan terakhir dua atau tiga kali (Saleh, Radias:199:89-90).
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan mengubungkannya dengan situasi keadaan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang haruskita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru ini diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Hasil Belajar
Belajar dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses yang dilaksanakan seumur hidup dari saat manusia lahir hingga ia mati. Proses belajar banyak sekali melibatkan kegiatan yang kompleks. Makna belajar itu sendiri sangat beragam tergantung sudut pandang masing-masing individu yang memaknainya.
A.Suhaenah Suparno (2001) mengungkapkan dalam bukunya Membangun Kompetensi Belajar, mengatakan: Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatigue), kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu.
Sedangkan menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 132), “belajar merupakan proses berpikir, terjadi secara internal dalam diri seseorang untuk memahami atau mendalami suatu kemampuan atau kompetensi atau keahlian tertentu baik yang kasat mata maupun yang abstrakâ€.
Dari pendapat diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mendapatkan suatu hasil belajar berupa kemampuan yang akan terwujud dalam perubahan tingkah laku individu tersebut secara permanen, dan kemampuan tersebut bisa diperoleh salah satunya dengan meniru.
Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang ketika melakukan sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam buku Penilaian Hasil Belajar (1991: 2) disebutkan: “Perolehan perubahan diri yang ternyatakan sebagai perubahan tindak tanduk itulah pada hakikatnya merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu mungkin saja berupa abilitas dalam ranah nalar (kognisi) dan atau dalam ranah budi pekerti (afeksi) dan atau dalam ranah gerak-gerik (psikomotor)â€.
Nana Sudjana (2005: 3) mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.†Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2007), “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok†Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar seseorang tersebut. Jadi hasil belajar atau prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku maupun abilitas yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotoris.
Kerangka Berpikir
Pada bagian ini diuraikan tentang langkah-langkah yang dipergunakan peneliti dalam Upaya Meningkatkan hasil belajar Tata Busana Pada Pembelajaran Praktek Menjahit Dengan Pendekatan Contectual Teaching And Learning Kelas VIII C di SMP Negeri 1 Polokarto Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009, berikut menentukan rencana, tindakan dan refleksi yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain disamping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan dan dijalankan sesuai dengan prosedur.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pengamatan awal, hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah kompetensi mengoperasikan mesin jahit pada pembelajaran praktik menjahit pada Kelas VIII C SMP Negeri 1 Polokarto akan meningkat jika menggunakan pendekatan kontekstual (Contectual Teaching and Learning)
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas dirancang berdasarkan empat tahapan (Arikunto, 2008:20), yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observing), refleksi (reflecting).
Dalam penelitian tindakan kelas ini, subjek yang menjadi sasaran penelitian yaitu kemampuan mengapresiasi menjahit busana melalui metode Contectual Teaching And Learning pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Polokarto. Dipilihnya kelas VIII C sebagai responden penelitian didasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut: hasil belajar ketrampilan menjahit Tata busana termasuk kategori rendah. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan keterampilan menjahit tersebut salah satunya yaitu dengan mengubah metode yang biasa digunakan oleh guru melalui metode Contectual Teaching And Learning
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama tiga bulan dimulai sejak bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2008. Yang dimulai dengan kegiatan menyusun proposal, dilanjutkan menyusun instrumen, pengumpulan data sekaligus analisinya, dan terakhir menyusun laporan.
Data yang digunakan sebagai bahan dasar analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu (1) Data Primer, yaitu hasil pengamatan langsung dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 1 Polokarto dan jawaban lisan maupun tertulis yang diperoleh dari informan maupun responden, maka responden dalam penelitian dianggap sebagai key informant. Sedang yang dijadikan key informant adalah guru mata pelajaran Tata busana dan siswa. (2) Data Sekunder, yaitu berupa data yang diperoleh dari jawaban atas kuesioner dan dokumen sekolah yang bertujuan untuk peningkatan kualitas pembelajaran Tata busana di SMP Negeri 1 Polokarto.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam PTK yaitu metode pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode kualitatif. Tahapan–tahapan analisa data dalam penelitian ini meliputi: pengumpulan data (sajian data), seleksi dan reduksi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan.
Indikator keberhasilan pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
1) Siswa mengetahui apa itu mesin jahit dan bagian-bagiannya.
2) Siswa mampu mengoperasikan mesin jahit.
3) Siswa memiliki ketrampilan menjahit sejak dini, dan bisa menjadi bekal awal untuk terus dikembangkan.
4) Prestasi siswa pada kompetensi praktek menjahit juga ikut meningkat.
Indikator keberhasilan Penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila maksimal mencapai indikator. Kriteria peningkatan hasil belajar yaitu:
1) Pembelajaran dinyatakan berhasil apabila siswa secara klasikal nilai rata-rata kelas ≥ 70.
2) Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat ketuntasan mencapai ≥ 70 % dari jumlah peserta didik.
3) Siswa dianggap berhasil/mencapai ketuntasan belajar apabila nilai hasil belajar ≥ KKM (≥ 70)
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin MC Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1). Perencanaan (planning), 2). Aksi/tindakan (acting), 3). Observasi (obseving), 4). Refleksi (refleting). Kemudian sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya setelah ada refleksi, selanjutnya diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam siklus tersendiri. Demikian seterusnya sampai beberapa kali siklus.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang secara bersiklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan/ observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil penelitian meliputi nilai prestasi belajar, keaktifan siswa dalam pembelajaran, kinerja guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe CTL, kuesioner tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran.
Hasil belajar dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu hasil ulangan harian sebelum diadakan tindakan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe CTL dan hasil tes siklus I, dan siklus II. Hasil tes siklus I, dan siklus II, adalah hasil tes pada materi teori dan praktik menjahit setelah pembelajaran dengan CTL. Pada setiap siklus, pelaksanaan tindakan dilakukan 1 kali pertemuan dimana setiap kali pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran yang setiap jamnya adalah 40 menit. Seperti pada prosedur penelitian, setiap siklus dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, analisis dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskrispsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal penelitian ini menjumpai adanya permasalahan dalam pembelajaran Tata busana, yakni motivasi hasil belajar Tata busana anak rendah. Terlihat dari nilai dan sikap anak dalam belajar Tata busana yang kurang. Sebelum menggunakan metode pembelajaran Contectual Teaching and Learning kemampuan siswa dalam masih kurang. Terbukti dengan kebanyakan nilai yang didapatkan siswa masih jauh dari kata sempurna (rata-rata 60) (lampiran Daftar Nilai Siswa Kelas VIII C Kondisi awal Pra siklus). Maka sebelum dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran, guru mengubah metode pembelajaran yang klasikal dengan metode pembelajaran Contectual Teaching and Learning.
Hasil Tes Kondisi Awal
No |
Kategori |
Interval |
X |
F |
F(X) |
% |
Ket |
1 2 3 4 |
Amat baik Baik Cukup Kurang |
90-100 70-89 60-69 £59 |
95 79,5 64,5 29,5 |
0 8 25 7 |
0 592 1618.5 206.5 |
0 20 62.5 17.5 |
2417/ 40 = 60.43 (rata2)
|
Jumlah |
|
40 |
2.417 |
100 |
(Kurang) |
Keterangan
X = Nilai perkiraan keberhasilan
F = Jumlah responden
F(X) = Hasil kali antara F dan X
% = Prosentase hasil
Hasil dari ketuntasan klasikal kondisi awal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang telah di tentukan yaitu 70%. Hasil Rata-rata 60.43 %, Hasil ketuntasan klasikal kondisi awal adalah 20 %. Pada siklus ini siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 siswa dan tidak tuntas 32 siswa atau 80 %. Hasil ini jauh dari harapan untuk ketuntasan klasikal hasil belajar yang sudah direncanakan yaitu 70%.
Deskripsi Siklus I
Perencanaan Tindakan
Pada siklus I direncanakan guru akan memberikan materi pembelajaran mengenai praktek menjahit dengan pendekatan kontekstual (contectual teaching and learning). Karena jumlah mesin mesin jahit yang tersedia hanya 30 buah, maka siswa akan dibagi menjadi dua kelompok. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di ruang ketrampilan, dengan alokasi waktu 2 x jam pelajaran. Siswa akan diberikan teori terlebih dahulu mengenai mengoperasikan mesin jahit, setelah itu siswa akan diminta praktek menjahit menggunakan kain dan mesin jahit yang sudah disediakan, secara bergiliran. Guru mempersiapkan lembar observasi dan evaluasi untuk melihat apakah terdapat kekurangan pada siklus I ini.
Hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mencari solusi sebagai pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan tindakan sehingga diperoleh refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi dipergunakan data yang berasal dari jurnal harian. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya. Adapun hasil belajar pada akhir pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Hasil Tes Siklus I
No |
Kategori |
Interval |
X |
F |
F(X) |
% |
Ket |
1 2 3 4 |
Amat baik Baik Cukup Kurang |
90-100 70-89 60-69 £59 |
95 79,5 64,5 29,5 |
0 21 19 0 |
0 962 1768 0 |
0 52.5 47.5 0 |
2730/ 40 = 68,25
|
Jumlah |
|
40 |
2730 |
100 |
(cukup) |
Keterangan
X = Nilai perkiraan keberhasilan
F = Jumlah responden
F(X) = Hasil kali antara F dan X
% = Prosentase hasil
Hasil dari ketuntasan siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 70%. Hasil Rata-rata 68.25 %, Hasil ketuntasan klasikal kondisi awal adalah 20 %. Pada siklus ini siswa yang tuntas belajar sebanyak 21 siswa atau 52.5 % dan tidak tuntas 19 siswa atau 47.5 %. Hasil ini jauh dari harapan untuk ketuntasan klasikal hasil belajar yang sudah direncanakan yaitu 70%. Sehubungan pada siklus I ini ketuntasan belajar belum mencapai KKM yang ditentukan maka dilanjutkan penelitian Siklus II.
Deskripsi Siklus II
Perencanaan Tindakan
Pada siklus I direncanakan guru masih akan memberikan materi pembelajaran mengenai praktek menjahit dengan pendekatan kontekstual (contectual teaching and learning). Guru juga masih akan membagi siswa menjadi dua kelompok. Berdasarkan kekurangan di siklus I, maka pada siklus II siswa akan diberikan bimbingan pertahap mengenai cara mengoperasikan mesin jahit sampai dengan proses menjahitnya. Guru mempersiapkan lembar observasi dan evaluasi untuk melihat apakah terdapat peningkatan pada siklus II ini.
Adapun hasil yang didapatkan pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Hasil Tes Siklus II
No |
Kategori |
Interval |
X |
F |
F(X) |
% |
Ket |
1 2 3 4 |
Amat baik Baik Cukup Kurang |
90-100 70-89 60-69 £59 |
95 79,5 64,5 29,5 |
0 33 7 0 |
0 2564 516 0 |
0 82.5 17.5 0 |
3080/40 = 77
|
Jumlah |
|
40 |
3080 |
100 |
(baik) |
Keterangan
X = Nilai perkiraan keberhasilan
F = Jumlah respondent
F(X) = Hasil kali antara F dan X
% = Prosentase hasil
Hasil dari ketuntasan klasikal kondisi awal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang telah di tentukan yaitu 70%. Hasil Rata-rata 77 %, Hasil ketuntasan klasikal kondisi siklus I adalah 52.5 %. Pada siklus ini siswa yang tuntas belajar sebanyak 33 siswa atau 82.5 % dan tidak tuntas 7 siswa atau 17.5 %. Hasil ini telah memenuhi harapan untuk ketuntasan klasikal hasil belajar yang sudah direncanakan yaitu 70%. Sehubungan pada siklus II ini ketuntasan belajar sudah mencapai KKM yang ditentukan maka siklus III tidak dilanjutkan penelitian.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus
Pada penelitian ini, dimulai dengan penyelenggaraan tes pra siklus yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum menggunakan bantuan alat keterampilan mesin jahit. Dari data statistik menunjukkan bahwa sebanyak 0% memperoleh nilai amat baik, sebanyak 20% memperoleh nilai baik, sebanyak 80% mendapat nilai cukup dan 0 % memperoleh nilai kurang. Berdasarkan hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan siswa dalam mengoperasikan mesin jahit belum dioptimalkan secara maksimal.
Pada siklus I, dimulai dengan perencanaan kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, yang ujungnya diketahui hasilnya melalui pengamatan, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk melangkah pada siklus selanjutnya. Seperti yang dijelaskan pada proses tindakan pada siklus I, pelaksanaannya meliputi: Guru memberikan teori mengenai cara mengoperasikan mesin jahit kemudian secara bergiliran siswa diminta untuk mempraktekkannya. Dari data statistik menunjukkan bahwa sebanyak 0 % memperoleh nilai amat baik, sebanyak 52.5 % memperoleh nilai baik, sebanyak 47.5 % memperoleh nilai cukup dan sebanyak 0 % memperoleh nilai kurang.
Pada siklus II, data statistik menunjukkan bahwa sebanyak 0% memperoleh nilai amat baik, sebanyak 82.5 % memperoleh nilai baik, sebanyak 17.5 % memperoleh nilai cukup dan sebanyak 0 % memperoleh nilai kurang. Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan adanya peningkatan perolehan nilai pada siswa
Hasil Penelitian
Setelah selesai memberikan tindakan dari setiap siklusnya dapat dilihat adanya perubahan hasil belajar, yaitu hasil belajar siswa meningkat dari satu siklus ke siklus berikutnya. Berdasar hasil penelitian tindakan kelas dengan materi mengoperasikan mesin jahit, siswa mengalami keberhasilan dengan peningkatan yang terjadi di tiap siklusnya: nilai rata siklus kondisi awal: 60.43 %, nilai siklus I: 68,25%, dan nilai rata-rata siklus II: 77 %. Pada kondisi awal siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 siswa atau 20 % dan tidak tuntas 32 siswa atau 80 %. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar sebanyak 21 siswa atau 52.5 % dan tidak tuntas 19 siswa atau 47.5 %. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas belajar sebanyak 33 siswa atau 82.5 % dan tidak tuntas 7 siswa atau 17.5 %.
Secara keseluruhan rangkaian proses penelitian dengan penerapan model pembelajaran pembelajaran Kontektual (Contectual Teaching and Learning) pada pembelajaran Tata Busana Praktek Menjahit pada prinsipnya membantu untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas mental (mental activities) siswa dengan cara membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan tidak monoton seperti sebelumnya. Dengan pembelajaran Kontektual (Contectual Teaching and Learning) pada pembelajaran Tata Busana Praktek Menjahit dapat membuat pembelajaran yang dilakukan lebih bervariasi, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar, selain itu guru dapat memantau dan mengidentifikasi sejauh mana keaktifan siswa. Guru dapat mengetahui siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk dapat menjadi aktif, sehingga akan berpengaruh baik pada peningkatan hasil belajar siswa tersebut.
Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis tindakan yang dirumuskan telah terbukti yaitu:
1. Penerapan pembelajaran Kontektual (Contectual Teaching and Learning) pada pembelajaran Mengoperasikan Mesin Jahit dapat meningkat pada siswa kelas Kelas VIII C SMP Negeri 1 Polokarto Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009.
2. Penerapan pembelajaran Kontektual (Contectual Teaching and Learning) pada pembelajaran Kompetensi Mengoperasikan Mesin Jahit dapat meningkatkan aktivitas dan kinerja secara klasikal siswa VIII C SMP Negeri 1 Polokarto Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009.
Simpulan
Berdasarkan pengalaman penulis dalam mempraktekkan model contectual teaching and learning, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian tindakan kelas dengan materi mengoperasikan mesin jahit mengalami keberhasilan dengan peningkatan yang terjadi di tiap siklusnya: nilai rata-rata siklus kondisi awal: 60.43 %, nilai siklus I: 68,25%, dan nilai rata-rata siklus II: 77%.
2. Aktivitas belajar siswa VIII C SMP Negeri 1 Polokarto Semester 1 Tahun Pelajaran 2008/2009 mengalami peningkatan yaitu Pada kondisi awal siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 siswa atau 20 % dan tidak tuntas 32 siswa atau 80 %. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar sebanyak 21 siswa atau 52.5 % dan tidak tuntas 19 siswa atau 47.5 %. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas belajar sebanyak 33 siswa atau 82.5 % dan tidak tuntas 7 siswa atau 17.5 %.
3. Keberhasilan kelangsungan proses belajar mengajar serta kaitannya dengan berbagai faktor antara lain: kompetensi guru, sarana dan prasarana, minat siswa serta metode yang digunakan.
4. Model pembelajaran contectual teaching and learning merupakan metode yang memberikan pengetahuan yang utuh kepada siswa, yakni teori sekaligus bekal keterampilan siswa, kemandirian dan percaya diri.
Implikasi
Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda: praktisi dan peneliti. Sehingga apa yang dilakukannya bisa berguna, baik bagi dirinya sendiri, anak didiknya, maupun sekolah tempat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html. diakses pada tanggal 11 Mei 2009.
Mantja, W. 2005. Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Malang: Elang Mas.
Miles B. Matthew dan Huberman A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press
Maryani, Sri. Panduan Belajar Tata busana, 2008. Harapan Baru, Surakarta.
Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nasution, S. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar (Jakarta: Bina Aksara, 1988).
Ngalim Purwanto, (1995), Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Rosdakarya, Bandung Jawa Barat.
Noeng Muhajir, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Dirjen Dikti Depdikbud P2TA BP3GSD UP3SD Unit Kendali Mutu Sekolah Dasar, 1996).
Paulo Freire (2007), Politik Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Retno Sriningsih Satmoko, (2000), Landasan Kependidikan, IKIP Semarang Press, Semarang
Sanjaya, Wina, Dr.MPd. (2008) Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group-Jakarta
Sugiyono, Prof. Dr. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. UNS Press.
Saleh, Radias. 1991. Teknik Dasar Pembuatan Busana. Jakarta: CV. Sira Saka & Sons