UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR

MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION

DALAM MATERI PENTINGNYA MENJAGA KEUTUHAN NKRI

PADA PELAJARAN PKN SISWA KELAS V SEMESTER I

SDN 4 SAMBONGREJO

KECAMATAN SAMBONG, KABUPATEN BLORA TAHUN 2013/2014

Indah Budiarti

SDN 4 Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora

ABSTRAK

Ketrampilan dalam pembelajaran PKN lebih jauh dari sekedar ketrampilan psikomotor, tetapi dalam bab tertentu mirip dengan ketrampilan yang dibutuhkan oleh ilmuan sosial. Hal itu meliputi ketrampilan berfikir dan pengolahan data, ketrampilan akademik (studi), ketrampilan ilmiah dan ketrampilan sosial. Keterampilan ilmiah yang harus dibina karena kita tidak mengetahui informasi mana yang diperlukan oleh peserta didik kelak dalam hidupnya. Dalam pembelajaran PKn dengan model Group Investigation, siswa benar-benar terlibat dalam mengerjakan soal-soal latihan dengan bantuan alat peraga gambar perjuangan bangsa maka boleh dikatakan siswa dapat menerima 90% dari apa yang mereka katakan dan lakukan.

Kata Kunci: NKR dan Group Investigation


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran inti di sekolah dasar. Tujuan Pembelajaran PKN di SD antara lain menyiapkan para siswa agar menjadi warga negara yang baik (good citizen) yaitu, warga yang mempunyai kemampuan bertindak sesuai dengan nilai dasar yang disepakati dan dianggap baik, warga yang mampu menyelaraskan hak dan kewajiban dan mempunyai rasa tanggung jawab sosial serta mempertinggi rasional semuanya dalam mengelola bahan, informasi dan kemampuan yang dimiliki tentang manusia sekaligus lingkungannya menjadi lebih bermakna.

Untuk mengkongkritkan tujuan Pembelajaran PKN di Sd kita telaah tujuan pendidikan yang meliputi ranah Pendidikan Kognitif, efektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif dapat dikatakan bahwa manusia dan dunianya harus dapat dinalar sehingga bisa dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat, bahkan kajian PKN bukan berifat hafalan saja melainkan mendorong daya nalar yang kreatif, jadi yang dikehendaki bukan hanya fakta tentang manusia dan dunia sekelilingnya, tetapi mengutamakan konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungannya.

Pengetahuan yang diperoleh melalui hafalan kurang dapat menyatu dengan kebutuhan, tetapi pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman akan lebih fungsional.

Apabila perolehan pengetahuan dan pemahaman dapat mendorong tindakan yang berdasar nalar sehingga dapat dijadikan alat berkiprah dengan tepat dalam hidup, maka semangat ilmiah, imajinasi, nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan, inilah yang termasuk dalam tujuan efektif pembelajaran PKN.

Ketrampilan dalam pembelajaran PKN lebih jauh dari sekedar ketrampilan psikomotor, tetapi dalam bab tertentu mirip dengan ketrampilan yang dibutuhkan oleh ilmuan sosial. Hal itu meliputi ketrampilan berfikir dan pengolahan data, ketrampilan akademik (studi), ketrampilan ilmiah dan ketrampilan sosial. Keterampilan ilmiah yang harus dibina karena kita tidak mengetahui informasi mana yang diperlukan oleh peserta didik kelak dalam hidupnya.

Dalam pembelajaran PKN di samping ketrampilan berfikir dan prosecing data juga terdapat ketrampilan hubungan manusia (human realation skill) (Scherelder, 1980). Dalam ketrampilan ini terkandung pula ketrampilan membuat penilaian (valuing). Ketrampilan hubungan manusia akan bermuara pada ketrampilan pengambilan keputusan dalam kehidupan.

Melihat pentingnya pembelajaran PKN di SD dan ruang lingkup pembelajaran PKN yang sedemikian luas, mata guru adalah orang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran. Walaupun guru bukan satu-satunya sumber belajar tetapi adalah seorang fasilitator pembelajaran, yang harus memaksimalkan potensi dan kreatifitasnya dalam mengelola sumber belajar penunjang. Dalam hal ini adalah penggunaan media dan pembelajaran dan pemanfaatan lingkungan di samping kecakapannya dalam menentukan strategi mengajar sehingga keberhasilan siswa belajar dapat tercapai secara optimal.

Rumussan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas tentan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode group investigation yang menitikberatkan pada penilaian aspek afekyif,kognitif,dan psikomotor maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah melalui metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sambong?

2. Apakak metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar tentang prntingnya menjaga keutuhan NKRI pada pembelajaran PKN kelas V semeste I SDN Sambongrejo 4 kecamatan Sambong Kabupaten Blora tahun pelajaran 2013/2014?

LANDASAN TEORI

Kajian Pustaka

Proses belajar benar-benar merupakan proses yang melibatkan panca indra. Apabila makin banyak indra kita terpacu oleh sarana belajar diharapkan hasilnya pun semakin baik. Gambaran jauh lebih efektif dari pada seribu kata. Hal ini menunjukkan bahwa media Pengajaran mempunyai kedudukan yang penting dalam proses belajar mengajar.

Dari kenyataan ini pun tersirat bahwa sajian dengan bahasa verbal saja kurang efektif sebagai sarana pembelajaran. Tetapi bukan berarti bahwa dalam KBM tidak lagi perlu menggunakan kata-kata.

Bertolak dari pandangan di atas kita harus berupaya untuk dapat memilih, mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran PKN.

Media Pengajaran sangat beragam sehingga guru perlu mengenal media pengajaran agar dapat memilih dan menggunakannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kompetensi dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006).

1. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi secara harfiah media diartikan sebagai penghantar pesan dari pengirim pesan. Media pengajaran adalah alat pengajaran sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan intruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Tujuan Penggunaan Media

Dari beberapa pengertian tentang media pengajaran di atas, tersirat tujuan dari penggunaan media yaitu untuk membantu guru menyampaikan pesan dengan mudah kepada peserta didik secara cepat dan akurat.

Dalam kerangka proses kegiatan belajar mengajar, penggunaan media di maksudkan agar siswa terhindar dari gejala verbalisme yakni mengetahui kata-kata yang disampiakn guru tetapi tidak memahami maknanya.

Secara khusus media pengajaran dengan tujuan sebagai berikut:

a. Memberi kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip sikap dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakter bahan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.

c. Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam tehnologi ketika siswa mengoprasikan suatu media/peraga.

d. Menciptakan situasi dan pengalaman belajar yang tidak mudah dilupakan peserta didik.

3. Manfaat Penggunaan Media

Belajar adalah perubahan perilaku. Ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui suatu proses. Proses perubahan perilaku ini dimulai adanya rangsangan peserta didik kemudian mengolahnya sehingga mambentuk suatu persepsi.

Pembentukan persepsi harus diupayakan secara kuat oleh guru agar terbentuk pengalaman belajar siswa yang lebih bermakna. Tetapi pembentukan persepsi dapat terganggu karena kekurangan atau hambatan dalam alat indra, minat, pengalaman kecerdasan perhatian dan kejelasan obyek yang akan dikenalkan.

Untuk menanggulangi kekurangan/ hambatan terbentuknya persepsi tersebut diharapkan guru menggunakan alat bantu yang memudahkan atau mengurangi hambatan-hambatan penguasaan materi/kemampuan siswa. Maka media dan peraga pembelajarlah sebagai pemecahnya.

a. Media Sebagai Motivator Belajar Siswa

Untuk dapat mengetahui bahan ajar dengan baik, mutlak harus ada perhatian-perhatian akan tampak dari cara bagaimana ia menghadirkan dirinya terhadap sesuatu. Bagaimana contoh diskusi tentang suatu masalah, peserta diskusi (siswa) menghadirka diri masing-masing untuk memecahkan masalah dengan berparitisipasi aktif. Bila ini terjadi maka bisa dikatakan bahwa siswa mempunyai perhatian belajar. Dengan adanya perhatian peserta didik akan menghadirkan diri dan beraksi sedemikian rupa terhadap stimulus.

Maka terjadilah peristiwa belajar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan peristiwa berkesinambungan selama kita sadar dan mereaksi setiap stimulus. Belajar akan terjadi selama seseorang memperhatikan apa yang dihadapinya.

Pada umumnya perhatian anak-anak belum dapat bertahan lama, maka guru harus mampu mengelola perhatian siswa dengan berbagai strategi diantaranya variatif dalam KBM, media-media yang menarik perhatian siswa dan ketrampilan guru dalam mengelola kelasnya dengan baik.

Guru harus mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang interaktif, dimana minat dan perhatian siswa dalam belajar merupakan faktor utama penentu drajat keaktifan siswa. Upaya memusatkan perhatian siswa dapat dilakukan dengan cara mengajukan masalah, dan penyajian media pembelajaran yang memancing rasa ingin tahu siswa (sensi of couriosity)

Motivasi adalah proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan guna mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri seseorang yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul dari dalam diri siswa (intrinsik) dan pengaruh dari luar dirinya (ekstrinsik).

b. Media Sebagai Sumber Belajar

Pada dasarnya siswa memiliki minat (sents of interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality). Mengingat materi pembelajaran dalam pelajaran PKN lebih banyak memuat inovasi, maka upaya mengembangkan kedua potensi siswa tersebut, guru dituntut memiliki kreatifitas dalam mengaktualisasikan kompetensinya terutama untuk mengidentifikasi, menyeleksi dan menentukan sumber pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Sumber belajar yang dapat dengan mudah dihadrikan di dalam kelas sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah media pelajaran atau alat peraga.

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator, sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. Karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi tuntutan guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan baik. Memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan yang paling utama adalah memperlancar pencapaian tujuan serta menarik minat siswa.

Tiga macam interaksi secara maksimal di dalam kelas, yaitu: Mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interkasi pribadi dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan memperhatikan hal sebagai berikut:

a. Media yang dipilih harus sesuai dengan tingkat kematangan dan pengalaman siswa

b. Media yang dipilih harus tepat

c. Harus direncanakan dan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu

d. Penggunaannya harus disertai dengan kegiatan lain seperti mendiskusikan.

Sri Anita Wiryawan dan Noorhadi (1994) mengklarifikasikan jenis-jenis media adalah sebagai berikut:

a. Media Visual

Yaitu media yang dapat digunakan/ ditangkap dengan Indra penglihatan, misalnya:

1. Media Visual yang tidak dapat diproyeksikan

2. Media Visual yag dapat diproyeksikan

Keunggulan media ini adalah memberi informasi secara simbolis, memudahkan menangkap data yang rumit dan dpat menggambarkan pertumbuhan/perkembangan suatu peristiwa dari waktu ke waktu.

b. Media Audio

Media audio merupakan jenis media yang hanya dapat didengar. Media ini perlu dipelajari karena dalam menerima pelajaran dari guru, siswa selalu mendengarkan, adanya media ini diharapkan dapat mengurangi kejenuhan.

Bentuk-bentuk program audio antara lain, wawancara, berita, raido, warta berita, drama radio, diskusi rekaman, kaset.

Kekuatan radio antara lain dapat melatih kemampuan mendengarkan selain kemampuan menguasai bahan yang disiarkan, hampir semua siswa memiliki, mudah dibawa/portabel dan mengatasi ruang dan waktu. Sementara kekurangan alat ini yaitu komunikasi hanya bersifat satu arah, sulit mengintegrasikan dengan jadwal kelas, tidak dapat diulang.

Media audio yang lain adalah kaset dan tape recorder. Keunggulan media ini adalah dapat menciptakan variasi situasi belajar mengajar, memberi rangsangan pada pendengaran, menjelaskan konsep atau prosedur yang kurang dikuasai guru dengan memakai orang ahli, dapat diulang, mudah di jadwalkan di kelas. Kekuranganya terletak pada perawatan media harus baik terhadap semua perangkat dan kaset mudah rusak.

c. Media Audio Visual

Yang termasuk media ini adalah televisi, komputer. Televisi hampir semua siswa memiliknya. Namun sayang peranan televisi sebgai media sudah terabaikan. Tayangan televisi justru lebih banyak merusak akhlak anak dari pada tayangan yang mendidik. Untuk itu ada pergeseran fungsi dan peran televisi dari media pendidikan ke media hiburan.

Sebagai guru kita wajib mengarahkan jenis tayangan TV yang harus kita tonton dan yang tak boleh kita tonton.

Selain TV yang termasuk media ini adalah komputer. Komputer telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan manusdia. Dalam bidang pendidikan komputer telah terbukti dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap efektifitas penyelenggaraan program pendidikan.

Sebagai guru kita harus mengetahui dan mampu menggunakan teknologi komputer untuk membantu tugas kita, komputer adalah media multifungsi, tidak hanya untuk mengetik dan mengolah data saja, tetapi juga sarana belajar dan komunikasi.

Kreatifitas Belajar

Banyak difinisi mengenal kreatifitas, namun tidak ada satupun difinisi yang dapat diterima secara universal. Mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas, tampaknya hal ini tidak mungkin, mengingat, tetapi penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar, 19999). Dalam bukunya mengenai pengembangan bakat dan kreatifitas anak sekolah. Utami Munandar (1987) memberikan beberapa pengertian kreatifitas berdasarkan pendapat para ahli, salah satunya yang juga merupakan pengertian dasar dari kreatifitas bahwa kreatifitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada.

Umumnya banyak orang mengartikan kreatifitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal yang baru. Sebetulnya dalam kreatifits tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru sama sekali, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya. Misalnya gambar rumah yang ditambahkan dengan detail pintu, jendela, alur genteng atau cerobong asap pada atap rumahnya, segi orisinalitas menunjukkan sejauh mana ide yang dihasilkan benar-benar orivinel.

Kreatifitas menurut konsep atau pendekatan 4P merupakan suatu pendekatan yang melihat kreatifitas dari segi pribadi, pendorong (press) proses, dan produk kreatifitas. Sebagai pribadi menunjukkan bahwa kreatifitas dimiliki semua orang, namun dalam kadar yang berbeda-beda.

Sebagai pendorong (press) diartikan bahwa lingkungan mempunyai andil dalam sesuatu yang di perlukan, untuk melihat bagaimana suatu hasil kreatifitas.

Dengan demikian, dapat disimpulkan meskipun sulit memahami kreatifitas hanya dari satu difinisi maka kita perlu mengenal berbagai macam difinisi dan sudut pandang para pakar yang mengemukakan kreatifitas.

Hakekat Pembelajaran PKN

Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan memperdalam pemahaman siswa tentang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua dpat bekerja sama mewujudkan masyarkat yang lebih baik. Pembelajaran ini pada hakekatnya adalah untuk membantu siswa belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang paling tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang di identifikasi oleh mereka, dan bagaimana cara mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan pada tingkat pemerintahan tersebut.

Pada hakekatnya pembelajaran PKN ini mengajak para siswa untuk bekerjasama dengan teman-temannya di kelas dengan bantuan guru dan para relawan, agar tercapai tugas-tugas pembelajaran berikut:

1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji.

2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang di kaji

3. Membekali pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif

4. Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efektifitas partisipasi

5. Mengembangkan pemahaman dan pentingnya partisipasi warga negara.

Pembelajaran PKN selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berpartisipasi oleh karena itu ada dua hal yang perlu mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKN di kelas, yakni bekal pengetahuan dan ketrampilan.

Materi PKN dnegan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standart nasional PKN yang pelaksanannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada 4 isi pokok pendidikan kewarganegaraan yakni:

1. Kemampuan dasar pendidikan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan

2. Standart materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran

3. Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan.

4. Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai tujuan alternatif bagi para guru.

PKN dengan paradigma baru bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang. Sedangkan pembelajaran partisipatif yang berbasis poftofolio (portofolio-based learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKN tersebut.

Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut paduan-paduan yang di tentukan. Portofolio dalam pembelajaran PKN merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa. Berkenan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun keseluruhan.

Pembelajaran PKN yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya.

Model Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative Learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono 2003: 32).Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoiknya, menghargai pendapat teman,berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lemah

Selain itu dalam PKN metode atau model pembelajaran tersebut diatas dianggap sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran PKN karena mata pelajaran PKN mengembang misi untuk membina nilai, moral dan perilaku siswa, disamping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.

Mengapa perlu pembelajaran cooperative learning? Pola pembelajaran cooperative learning menurut Lundgren (Sukarmin, 2002: 2) dianggap unggul untuk pembelajaran efektif karena mampu memberikan kepada siswa unsur dasar dalam hubunganya dengan penerapan materi “pentingnya menjaga keutuhan NKRI

a. Mampu membina dan memperibadikan (personalisasi) nilai moral

b. Mampu memperspsikan pada siswa mereka “tenggelam atau berenang bersama”

c. Mampu meningkatkan pandangan siswa, bahwa mereka semua memiliki pandangan yang sama.

d. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi efektualnya.

e. Mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan.

Dalam kaitanhya dengan materi “ pentingnya menjaga keutuhan NKRI”salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan adalah Coperative Learning model Group Investigation (SHARAN, 1992). Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan model Group Invetigation adalah sebagai berikut

a. membagi siswa kedalam kelompok

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

c. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara cooperative

d. Setelah diskusi anggota kelompok menyampaikan hasil pembahasan

e. Guru memberikan penjelasan materi singkat sekaligus memberikan kesimpulan

f. Evaluasi

Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (Sharan 1992) dalam Pembelajaran PKN

Pendekatan yang perlu dicapai agar mencapai sasaran maka kelas PKN dan sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium masyarakat, bangsa dan negara. Bagaimana mungkin siswa yang kelak menjadi anggota masyarakat akan mengerti bagaimana menjadi anggota warga negara yang demokratis, padahal selama ini sekolah hanya mempelajari teori saja.

Dalam proses pembelajaran memerlukan media fungsinya adalah untuk memberi kemudahan kepada siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Yang dimaksud dengan media, Kosasih Djahiri (1999) mengatakan adalah suatu yang bersifat material-immaterial ataupun behavioral atau personal yang dijadikan wahana kemudahan, kelancaran serta keberhasilan proses hasil belajar. Dalam keseharian sering mengartikan media kurang tepat karena mengidentifikkan media dengan sumber pengajaran, hal ini tidak salah tetapi kurang tepat. Oleh karena itu media tidak hanya bersifat material dan bisa diadakan dan ditampilkan oleh siswa dan masyarakat. Mc Louhan menyatakan bahwa The Medium is The Message yaitu Media mewakili isi pesanya. Jika demikian berarti guru PKN adalah salah satu media pembelajaran harus menampilkan figur sebagaimana pesan pendidikan kewarganegaraan. Artinya dia harus menjadi fitur teladan bagi siswanya yaitu sebagai warga negara yang baik, jujur, demokratis, taat beragama dan sebagaimana media dalam PKN yaitu bersifat:

1. Material misalnya contoh buku, model pakaian, bendera

2. Immaterial misalnya contoh kasus, cerita, legenda, budaya

3. Kondisional, misalnya suasana simulasi yang diciptakan sebelum atau pada saat proses belajar berlangsung dikelas atau di tempat kejadian

4. Personal misalnya nama atau foto atau gambar tokoh masyarakat atau pahlawan.

Melalui model Group Investigation tersebut, anda sebagai guru yang mengajar PKN akan mudah mengungkapkan sikap, nilai dan moral siswa terhadap suatu kasus yang anda sajikan. Tentu saja anda harus menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar antara lain ketrampilan dasar mengjar bertanya, variasi stimulus dan menjelaskan selain itu anda harus bersikap demokratis, hangat, ramah, dan kekeluargaan sehingga siswa berani berpendapat dan berbeda pendapat dengan guru dan siswa lain. Jangan lupa memberikan pujian secara variatif kepada siswa yang mampu berpendapat sekalipun pendapat siswa tidak lengkap saya percaya anda dapat melaksanakan model pembelajaran ini dengan baik.

Sebagai media pembelajaran, anda akan membuat bagan intisari materi pembelajaran. Selain itu, cerita (kasus) dan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas dapat dijadikan sebagai media pembe-lajaran. Alangkah baiknya apabila cerita dan pertanyaan tersebut dibagikan kepada siswa (kelompok siswa).

Sedangkan untuk evaluasi, anda dapat melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Dalam evaluasi proses belajar dapat menggunakan pengamatan terhadap aktivitas, sikap dan pendapat siswa ketika berdiskusi. Untuk menilai hasil belajar bisa menggunakan alat tes dan non tes seperti skala sikap dan pengamatan.

METODOLOGI PENELITIAN

Subjek Penelitian

1. Lokasi

Lokasi subyek penelitian adalah SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sambong Kabupaten Blora

2. Kelas

Kelas V Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dengan jumlah siswa 39 anak.

3. Mata Pelajaran

Mata pelajaran yang diadakan perbaikan adalah PKn tentang “Pentingnya menjaga keutuhan NKRI”

4. Waktu

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Oktober 2013. Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis,15 Oktober 2013

PEMBAHASAN

Siklus I

Untuk mempermudah pengolahan dan menganalisa data maka data yang diperoleh dari lembar observasi maupun dari hasil test formatif siswa, Tehnik yang dipakai adalah prosentase.

Berikut ini adalah ringkasan hasil pengolahan data yang diperoleh mulai sebelum PTK dan siklus I. Untuk mempermudah dalam membandingkan dan membacanya semua data dijadikan satu tabel adalah sebagai berikut:

Hasil Tes Formatif Sebelum PTK dan Setelah Siklus I Mata Pelajaran PKn

No

Uraian

Sebelum PTK

Siklus I

1

2.

Ketuntasan Belajar

Belum Tuntas Belajar

44%

56%

56%

44%

Dari tabel diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada siklus I ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 56%

Siklus II

Berikut ini adalah data hasil pengolahan data yang diperoleh dari mulai siklus I dan siklus II. Untuk mempermudah membandingkan dan membacanya semua data dijadikan satu. Tabel ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II:

Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I dan Siklus II Mata Pelajaran PKn

No

Uraian

Siklus I

Siklus II

1

2

Ketuntasan Belajar

Belum Tuntas Belajar

56%

44%

95%

5%

Pada siklus II juga masih terekam adanya gejala perubahan yang masih signifikan yaitu perubahan ketuntasan belajar naik sebesar 26,1% rata-rata tes formatif sebesar 28.2, Dari kenaikan ketuntasan belajar serta keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran ini dapat dijelaskan berdasarkan teori pembelajaran Group Investigation (Sharan, 1992)dan diperkuat oleh pendapat Saptono (2003: 332) pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda sehingga pembelajaran dapat terpusat pada siswa (child centered) bukan pada guru (teacher centered).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kedua kegiatan tersebut terpadu suatu kegiatan yang disebut interaksi belajar. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan siswa sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian mengajar berarti membimbing aktifitas siswa, sedangkan belajar mengacu pada apa yang dikerjakan guru sebagai pemimpin, pengelola, pengatur lingkungan belajar dan pembimbing aktifitas siswa.

Guru adalah fasilitator yang harus variatif membelajarkan siswa, demonstrator pembelajaran, maka dituntut trampil dalam memilih, mengolah dan menggunakan media untuk mengkonkretkan konsep-konsep abstrak dalam PKN yang sulit diterima siswa. Penggunaan media disesuaikan dengan ujuan dan diselaraskan dengan perkembangan anak didik agar kompetensi dasar dalam KTSP 2009 dapat tercapai optimal.

Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut diperlukan sumber pelajaran untuk memperlancar tercapainya tujuan belajar. Sumber pembelajaran dalam PKN tidak hanya berupa pajangan media di dalam kelas, tetapi memiliki sumber yang luas yang berkenaan dengan hakekat pelajaran PKN, yakni yang erat terkait dengan kemasyarakatan atau kehidupan sosial. Sehingga apabila diklasifikasikan, sumber pembelajaran dalam PKN dapat berupa media dan lingkungan sosial dengan beragam fenomenanya, termasuk lingkungan belajar siswa, sumber pembelajarna PKN utama sudah termuat dalam buku sumber yang sesuai dengan kurikulum tetapi mungkin banyak memuat informasi yang out of date sehingga guru harus mencari sumber lain yang lebih aktual, karena sumber belajar dalam PKN adalah kehidupan sosial itu sendiri.

Saran

Agar hasil belajar PKN optimal, maka peran guru sebagai Perencana dan Pelaksanaan Pembelajaran harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Merencanakan Pembelajaran sesuai kompetensi dasar dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan

2. Melaksanakan pembelajaran variatif dan inovatif dengan memanfaatkan media pembelajaran agar dapat memotivasi belajar siswa.

3. Tetap berupaya mengembangkan potensi diri dan memiliki kreatifitas dalam mengaktualisasikan sumber pembelajaran yang menunjang KBM sehingga hasil belajar dapat tercapai seusiai tujuan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2008. Modul Silabus Tematik Kelas III. Jakarta. Depdikbud.

Hermawan, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.

Rahayuningsih, Fajar. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Pusat Perbukuan.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. V. Jakarta. PT. IMTIMA.

Wardhani, Igak, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin, S, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin, S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.