UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR
UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR
MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION
DALAM MATERI PENTINGNYA MENJAGA KEUTUHAN NKRI
PADA PELAJARAN PKN SISWA KELAS V SEMESTER I
SDN 4 SAMBONGREJO
KECAMATAN SAMBONG, KABUPATEN BLORA TAHUN 2013/2014
Indah Budiarti
SDN 4 Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora
ABSTRAK
Ketrampilan dalam pembelajaran PKN lebih jauh dari sekedar ketrampilan psikomotor, tetapi dalam bab tertentu mirip dengan ketrampilan yang dibutuhkan oleh ilmuan sosial. Hal itu meliputi ketrampilan berfikir dan pengolahan data, ketrampilan akademik (studi), ketrampilan ilmiah dan ketrampilan sosial. Keterampilan ilmiah yang harus dibina karena kita tidak mengetahui informasi mana yang diperlukan oleh peserta didik kelak dalam hidupnya. Dalam pembelajaran PKn dengan model Group Investigation, siswa benar-benar terlibat dalam mengerjakan soal-soal latihan dengan bantuan alat peraga gambar perjuangan bangsa maka boleh dikatakan siswa dapat menerima 90% dari apa yang mereka katakan dan lakukan.
Kata Kunci: NKR dan Group Investigation
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran inti di sekolah dasar. Tujuan Pembelajaran PKN di SD antara lain menyiapkan para siswa agar menjadi warga negara yang baik (good citizen) yaitu, warga yang mempunyai kemampuan bertindak sesuai dengan nilai dasar yang disepakati dan dianggap baik, warga yang mampu menyelaraskan hak dan kewajiban dan mempunyai rasa tanggung jawab sosial serta mempertinggi rasional semua–nya dalam mengelola bahan, informasi dan kemampuan yang dimiliki tentang manusia sekaligus lingkungannya menjadi lebih bermakna.
Untuk mengkongkritkan tujuan Pembelajaran PKN di Sd kita telaah tujuan pendidikan yang meliputi ranah Pendidikan Kognitif, efektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif dapat dikatakan bahwa manusia dan dunianya harus dapat dinalar sehingga bisa dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat, bahkan kajian PKN bukan berifat hafalan saja melainkan mendorong daya nalar yang kreatif, jadi yang dikehendaki bukan hanya fakta tentang manusia dan dunia sekelilingnya, tetapi mengutamakan konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungan–nya.
Pengetahuan yang diperoleh mela–lui hafalan kurang dapat menyatu dengan kebutuhan, tetapi pengetahuan yang diper–oleh dengan pengertian dan pemahaman akan lebih fungsional.
Apabila perolehan pengetahuan dan pemahaman dapat mendorong tin–dakan yang berdasar nalar sehingga dapat dijadikan alat berkiprah dengan tepat dalam hidup, maka semangat ilmiah, imaji–nasi, nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan, inilah yang termasuk da–lam tujuan efektif pembelajaran PKN.
Ketrampilan dalam pembelajaran PKN lebih jauh dari sekedar ketrampilan psikomotor, tetapi dalam bab tertentu mirip dengan ketrampilan yang dibutuhkan oleh ilmuan sosial. Hal itu meliputi ketrampilan berfikir dan pengolahan data, ketrampilan akademik (studi), ketrampilan ilmiah dan ketrampilan sosial. Keterampilan ilmiah yang harus dibina karena kita tidak mengetahui informasi mana yang diperlu–kan oleh peserta didik kelak dalam hidup–nya.
Dalam pembelajaran PKN di samping ketrampilan berfikir dan prosecing data juga terdapat ketrampilan hubungan manusia (human realation skill) (Scherel–der, 1980). Dalam ketrampilan ini terkan–dung pula ketrampilan membuat penilaian (valuing). Ketrampilan hubungan manusia akan bermuara pada ketrampilan pengam–bilan keputusan dalam kehidupan.
Melihat pentingnya pembelajaran PKN di SD dan ruang lingkup pembelajaran PKN yang sedemikian luas, mata guru adalah orang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran. Walaupun guru bukan satu-satunya sumber belajar tetapi adalah seorang fasilitator pem–belajaran, yang harus memaksimalkan potensi dan kreatifitasnya dalam mengelola sumber belajar penunjang. Dalam hal ini adalah penggunaan media dan pembe–lajaran dan pemanfaatan lingkungan di samping kecakapannya dalam menentukan strategi mengajar sehingga keberhasilan siswa belajar dapat tercapai secara optimal.
Rumussan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas tentan pembelajaran Pendidikan Ke–warganegaraan melalui metode group investigation yang menitikberatkan pada penilaian aspek afekyif,kognitif,dan psiko–motor maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah melalui metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sam–bong?
2. Apakak metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar tentang prntingnya menjaga ke–utuhan NKRI pada pembelajaran PKN kelas V semeste I SDN Sambongrejo 4 kecamatan Sam–bong Kabupaten Blora tahun pela–jaran 2013/2014?
LANDASAN TEORI
Kajian Pustaka
Proses belajar benar-benar meru–pakan proses yang melibatkan panca indra. Apabila makin banyak indra kita terpacu oleh sarana belajar diharapkan hasilnya pun semakin baik. Gambaran jauh lebih efektif dari pada seribu kata. Hal ini menunjukkan bahwa media Pengajaran mempunyai kedudukan yang penting dalam proses belajar mengajar.
Dari kenyataan ini pun tersirat bahwa sajian dengan bahasa verbal saja kurang efektif sebagai sarana pembela–jaran. Tetapi bukan berarti bahwa dalam KBM tidak lagi perlu menggunakan kata-kata.
Bertolak dari pandangan di atas kita harus berupaya untuk dapat memilih, mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran PKN.
Media Pengajaran sangat beragam sehingga guru perlu mengenal media peng–ajaran agar dapat memilih dan menggu–nakannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kompetensi dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006).
1. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi secara harfiah media diartikan sebagai penghantar pesan dari pengirim pesan. Media peng–ajaran adalah alat pengajaran sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan intruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan penca–paian tujuan pembelajaran.
2. Tujuan Penggunaan Media
Dari beberapa pengertian tentang media pengajaran di atas, tersirat tujuan dari penggunaan media yaitu untuk mem–bantu guru menyampaikan pesan dengan mudah kepada peserta didik secara cepat dan akurat.
Dalam kerangka proses kegiatan belajar mengajar, penggunaan media di maksudkan agar siswa terhindar dari gejala verbalisme yakni mengetahui kata-kata yang disampiakn guru tetapi tidak memahami maknanya.
Secara khusus media pengajaran dengan tujuan sebagai berikut:
a. Memberi kemudahan kepada pe–serta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip sikap dan ketram–pilan tertentu dengan mengguna–kan media yang paling tepat menurut karakter bahan.
b. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi se–hingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.
c. Menumbuhkan sikap dan ketram–pilan tertentu dalam tehnologi ketika siswa mengoprasikan suatu media/peraga.
d. Menciptakan situasi dan pengala–man belajar yang tidak mudah dilupakan peserta didik.
3. Manfaat Penggunaan Media
Belajar adalah perubahan perilaku. Ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui suatu proses. Proses perubahan perilaku ini dimulai adanya rangsangan peserta didik kemudian mengolahnya sehingga mambentuk suatu persepsi.
Pembentukan persepsi harus di–upayakan secara kuat oleh guru agar terbentuk pengalaman belajar siswa yang lebih bermakna. Tetapi pembentukan per–sepsi dapat terganggu karena kekurangan atau hambatan dalam alat indra, minat, pengalaman kecerdasan perhatian dan kejelasan obyek yang akan dikenalkan.
Untuk menanggulangi kekurangan/ hambatan terbentuknya persepsi tersebut diharapkan guru menggunakan alat bantu yang memudahkan atau mengurangi ham–batan-hambatan penguasaan materi/ke–mampuan siswa. Maka media dan peraga pembelajarlah sebagai pemecahnya.
a. Media Sebagai Motivator Belajar Siswa
Untuk dapat mengetahui ba–han ajar dengan baik, mutlak harus ada perhatian-perhatian akan tampak dari cara bagaimana ia menghadirkan dirinya terhadap sesuatu. Bagaimana contoh diskusi tentang suatu masalah, peserta diskusi (siswa) menghadirka diri masing-masing untuk memecahkan masalah dengan berparitisipasi aktif. Bila ini terjadi maka bisa dikatakan bahwa siswa mempunyai perhatian belajar. Dengan adanya perhatian peserta didik akan menghadirkan diri dan beraksi sedemikian rupa terhadap stimulus.
Maka terjadilah peristiwa bela–jar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan peristiwa berkesi–nambungan selama kita sadar dan mereaksi setiap stimulus. Belajar akan terjadi selama seseorang memper–hatikan apa yang dihadapinya.
Pada umumnya perhatian anak-anak belum dapat bertahan lama, maka guru harus mampu mengelola perhatian siswa dengan berbagai stra–tegi diantaranya variatif dalam KBM, media-media yang menarik perhatian siswa dan ketrampilan guru dalam mengelola kelasnya dengan baik.
Guru harus mampu mencipta–kan kondisi belajar mengajar yang interaktif, dimana minat dan perhatian siswa dalam belajar merupakan faktor utama penentu drajat keaktifan siswa. Upaya memusatkan perhatian siswa dapat dilakukan dengan cara meng–ajukan masalah, dan penyajian media pembelajaran yang memancing rasa ingin tahu siswa (sensi of couriosity)
Motivasi adalah proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi per–buatan guna mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri seseorang yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul dari dalam diri siswa (intrinsik) dan pengaruh dari luar dirinya (ekstrinsik).
b. Media Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya siswa memiliki minat (sents of interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality). Mengingat materi pembelajar–an dalam pelajaran PKN lebih banyak memuat inovasi, maka upaya mengem–bangkan kedua potensi siswa tersebut, guru dituntut memiliki kreatifitas dalam mengaktualisasikan kompetensinya terutama untuk mengidentifikasi, me–nyeleksi dan menentukan sumber pem–belajaran yang dapat menunjang kegi–atan belajar mengajar. Sumber belajar yang dapat dengan mudah dihadrikan di dalam kelas sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah media pelajaran atau alat peraga.
4. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media sebagai sumber pembela–jaran erat kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator, sebagai mediator guru hendaknya memiliki penge–tahuan dan pemahaman yang cukup ten–tang media pendidikan. Karena media pen–didikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar meng–ajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam proses belajar meng–ajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi tuntutan guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan serta meng–usahakan media dengan baik. Memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan yang paling utama adalah memperlancar penca–paian tujuan serta menarik minat siswa.
Tiga macam interaksi secara mak–simal di dalam kelas, yaitu: Mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interkasi pri–badi dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan memperhatikan hal sebagai berikut:
a. Media yang dipilih harus sesuai dengan tingkat kematangan dan pengalaman siswa
b. Media yang dipilih harus tepat
c. Harus direncanakan dan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu
d. Penggunaannya harus disertai de–ngan kegiatan lain seperti men–diskusikan.
Sri Anita Wiryawan dan Noorhadi (1994) mengklarifikasikan jenis-jenis media adalah sebagai berikut:
a. Media Visual
Yaitu media yang dapat digunakan/ ditangkap dengan Indra penglihatan, mi–salnya:
1. Media Visual yang tidak dapat di–proyeksikan
2. Media Visual yag dapat dipro–yeksikan
Keunggulan media ini adalah mem–beri informasi secara simbolis, memudah–kan menangkap data yang rumit dan dpat menggambarkan pertumbuhan/perkem–bangan suatu peristiwa dari waktu ke waktu.
b. Media Audio
Media audio merupakan jenis me–dia yang hanya dapat didengar. Media ini perlu dipelajari karena dalam menerima pelajaran dari guru, siswa selalu men–dengarkan, adanya media ini diharapkan dapat mengurangi kejenuhan.
Bentuk-bentuk program audio an–tara lain, wawancara, berita, raido, warta berita, drama radio, diskusi rekaman, kaset.
Kekuatan radio antara lain dapat melatih kemampuan mendengarkan selain kemampuan menguasai bahan yang di–siarkan, hampir semua siswa memiliki, mudah dibawa/portabel dan mengatasi ruang dan waktu. Sementara kekurangan alat ini yaitu komunikasi hanya bersifat satu arah, sulit mengintegrasikan dengan jadwal kelas, tidak dapat diulang.
Media audio yang lain adalah kaset dan tape recorder. Keunggulan media ini adalah dapat menciptakan variasi situasi belajar mengajar, memberi rangsangan pada pendengaran, menjelaskan konsep atau prosedur yang kurang dikuasai guru dengan memakai orang ahli, dapat diulang, mudah di jadwalkan di kelas. Keku–ranganya terletak pada perawatan media harus baik terhadap semua perangkat dan kaset mudah rusak.
c. Media Audio Visual
Yang termasuk media ini adalah televisi, komputer. Televisi hampir semua siswa memiliknya. Namun sayang peranan televisi sebgai media sudah terabaikan. Tayangan televisi justru lebih banyak merusak akhlak anak dari pada tayangan yang mendidik. Untuk itu ada pergeseran fungsi dan peran televisi dari media pendidikan ke media hiburan.
Sebagai guru kita wajib meng–arahkan jenis tayangan TV yang harus kita tonton dan yang tak boleh kita tonton.
Selain TV yang termasuk media ini adalah komputer. Komputer telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan manusdia. Dalam bidang pen–didikan komputer telah terbukti dapat memberikan kontribusi baik secara lang–sung maupun tidak langsung terhadap efektifitas penyelenggaraan program pendidikan.
Sebagai guru kita harus menge–tahui dan mampu menggunakan teknologi komputer untuk membantu tugas kita, komputer adalah media multifungsi, tidak hanya untuk mengetik dan mengolah data saja, tetapi juga sarana belajar dan komunikasi.
Kreatifitas Belajar
Banyak difinisi mengenal kreatifi–tas, namun tidak ada satupun difinisi yang dapat diterima secara universal. Mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas, tampaknya hal ini tidak mungkin, mengingat, tetapi penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar, 19999). Dalam bukunya mengenai pengembangan bakat dan kreatifitas anak sekolah. Utami Munandar (1987) memberikan beberapa pengertian kreatifitas berdasarkan penda–pat para ahli, salah satunya yang juga merupakan pengertian dasar dari kreatifitas bahwa kreatifitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasar–kan data, informasi dan unsur-unsur yang ada.
Umumnya banyak orang mengarti–kan kreatifitas sebagai daya cipta, khusus–nya menciptakan hal-hal yang baru. Sebetulnya dalam kreatifits tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru sama sekali, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya. Misalnya gambar rumah yang ditambahkan dengan detail pintu, jendela, alur genteng atau cerobong asap pada atap rumahnya, segi orisinalitas menunjukkan sejauh mana ide yang dihasilkan benar-benar orivinel.
Kreatifitas menurut konsep atau pendekatan 4P merupakan suatu pendekat–an yang melihat kreatifitas dari segi pribadi, pendorong (press) proses, dan produk kreatifitas. Sebagai pribadi menun–jukkan bahwa kreatifitas dimiliki semua orang, namun dalam kadar yang berbeda-beda.
Sebagai pendorong (press) diarti–kan bahwa lingkungan mempunyai andil dalam sesuatu yang di perlukan, untuk melihat bagaimana suatu hasil kreatifitas.
Dengan demikian, dapat disimpul–kan meskipun sulit memahami kreatifitas hanya dari satu difinisi maka kita perlu mengenal berbagai macam difinisi dan sudut pandang para pakar yang menge–mukakan kreatifitas.
Hakekat Pembelajaran PKN
Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan memperdalam pemahaman siswa ten–tang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua dpat bekerja sama mewujudkan masyarkat yang lebih baik. Pembelajaran ini pada hakekatnya adalah untuk membantu siswa belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang paling tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang di identifikasi oleh mereka, dan bagaimana cara mempengaruhi pene–tapan-penetapan kebijakan pada tingkat pemerintahan tersebut.
Pada hakekatnya pembelajaran PKN ini mengajak para siswa untuk beker–jasama dengan teman-temannya di kelas dengan bantuan guru dan para relawan, agar tercapai tugas-tugas pembelajaran berikut:
1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang di kaji
3. Membekali pengetahuan dan ketram–pilan yang diperlukan untuk berpartisi–pasi secara efektif
4. Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efektifitas partisipasi
5. Mengembangkan pemahaman dan pentingnya partisipasi warga negara.
Pembelajaran PKN selayaknya da–pat membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berpar–tisipasi oleh karena itu ada dua hal yang perlu mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKN di kelas, yakni bekal pengetahuan dan ketrampilan.
Materi PKN dnegan paradigma ba–ru dikembangkan dalam bentuk standart nasional PKN yang pelaksanannya berprin–sip pada implementasi kurikulum terdesen–tralisasi. Ada 4 isi pokok pendidikan ke–warganegaraan yakni:
1. Kemampuan dasar pendidikan kewar–ganegaraan sebagai sasaran pemben–tukan
2. Standart materi kewarganegaraan se–bagai muatan kurikulum dan pembe–lajaran
3. Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan.
4. Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai tujuan alternatif bagi para guru.
PKN dengan paradigma baru ber–tumpu pada kemampuan dasar kewarga–negaraan (civic competence) untuk semua jenjang. Sedangkan pembelajaran partisi–patif yang berbasis poftofolio (portofolio-based learning) merupakan alternatif uta–ma guna mencapai tujuan PKN tersebut.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut paduan-paduan yang di tentukan. Portofolio dalam pembelajaran PKN meru–pakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan renca–na kelas siswa. Berkenan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun keseluruhan.
Pembelajaran PKN yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang diguna–kan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya.
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberat–kan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono 2003: 32).Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoiknya, menghargai pen–dapat teman,berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lemah
Selain itu dalam PKN metode atau model pembelajaran tersebut diatas diang–gap sangat cocok diterapkan dalam pem–belajaran PKN karena mata pelajaran PKN mengembang misi untuk membina nilai, moral dan perilaku siswa, disamping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.
Mengapa perlu pembelajaran co–operative learning? Pola pembelajaran co–operative learning menurut Lundgren (Sukarmin, 2002: 2) dianggap unggul untuk pembelajaran efektif karena mampu memberikan kepada siswa unsur dasar dalam hubunganya dengan penerapan materi “pentingnya menjaga keutuhan NKRI”
a. Mampu membina dan memperibadikan (personalisasi) nilai moral
b. Mampu memperspsikan pada siswa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
c. Mampu meningkatkan pandangan sis–wa, bahwa mereka semua memiliki pandangan yang sama.
d. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi efek–tualnya.
e. Mampu memberikan pengalaman be–lajar berbagai kehidupan.
Dalam kaitanhya dengan materi “ pentingnya menjaga keutuhan NKRI”salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan adalah Coperative Learning model Group Investigation (SHARAN, 1992). Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan model Group Invetigation adalah sebagai berikut
a. membagi siswa kedalam kelompok
b. Guru menjelaskan maksud pembe–lajaran dan tugas kelompok.
c. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara co–operative
d. Setelah diskusi anggota kelompok me–nyampaikan hasil pembahasan
e. Guru memberikan penjelasan materi singkat sekaligus memberikan kesim–pulan
f. Evaluasi
Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (Sharan 1992) dalam Pembelajaran PKN
Pendekatan yang perlu dicapai agar mencapai sasaran maka kelas PKN dan sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium masyarakat, bangsa dan negara. Bagaimana mungkin siswa yang kelak menjadi anggota masyarakat akan mengerti bagaimana menjadi anggota warga negara yang demokratis, padahal selama ini sekolah hanya mempelajari teori saja.
Dalam proses pembelajaran me–merlukan media fungsinya adalah untuk memberi kemudahan kepada siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Yang dimaksud dengan media, Kosasih Djahiri (1999) mengatakan adalah suatu yang bersifat material-immaterial ataupun beha–vioral atau personal yang dijadikan wahana kemudahan, kelancaran serta keberhasilan proses hasil belajar. Dalam keseharian sering mengartikan media kurang tepat karena mengidentifikkan media dengan sumber pengajaran, hal ini tidak salah tetapi kurang tepat. Oleh karena itu media tidak hanya bersifat material dan bisa diadakan dan ditampilkan oleh siswa dan masyarakat. Mc Louhan menyatakan bahwa The Medium is The Message yaitu Media mewakili isi pesanya. Jika demikian berarti guru PKN adalah salah satu media pembelajaran harus menampilkan figur sebagaimana pesan pendidikan kewargane–garaan. Artinya dia harus menjadi fitur teladan bagi siswanya yaitu sebagai warga negara yang baik, jujur, demokratis, taat beragama dan sebagaimana media dalam PKN yaitu bersifat:
1. Material misalnya contoh buku, model pakaian, bendera
2. Immaterial misalnya contoh kasus, cerita, legenda, budaya
3. Kondisional, misalnya suasana simulasi yang diciptakan sebelum atau pada saat proses belajar berlangsung dikelas atau di tempat kejadian
4. Personal misalnya nama atau foto atau gambar tokoh masyarakat atau pahla–wan.
Melalui model Group Investigation tersebut, anda sebagai guru yang meng–ajar PKN akan mudah mengungkapkan sikap, nilai dan moral siswa terhadap suatu kasus yang anda sajikan. Tentu saja anda harus menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar antara lain ketrampilan dasar mengjar bertanya, variasi stimulus dan menjelaskan selain itu anda harus bersikap demokratis, hangat, ramah, dan kekeluargaan sehingga siswa berani ber–pendapat dan berbeda pendapat dengan guru dan siswa lain. Jangan lupa memberikan pujian secara variatif kepada siswa yang mampu berpendapat sekalipun pendapat siswa tidak lengkap saya percaya anda dapat melaksanakan model pembelajaran ini dengan baik.
Sebagai media pembelajaran, anda akan membuat bagan intisari materi pembelajaran. Selain itu, cerita (kasus) dan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas dapat dijadikan sebagai media pembe-lajaran. Alangkah baiknya apabila cerita dan pertanyaan tersebut dibagikan kepada siswa (kelompok siswa).
Sedangkan untuk evaluasi, anda dapat melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Dalam evaluasi proses belajar dapat menggunakan peng–amatan terhadap aktivitas, sikap dan pendapat siswa ketika berdiskusi. Untuk menilai hasil belajar bisa menggunakan alat tes dan non tes seperti skala sikap dan pengamatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek Penelitian
1. Lokasi
Lokasi subyek penelitian adalah SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sambong Kabupaten Blora
2. Kelas
Kelas V Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dengan jumlah siswa 39 anak.
3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang diadakan perbaikan adalah PKn tentang “Pentingnya menjaga keutuhan NKRI”
4. Waktu
Perbaikan pembelajaran dilaksana–kan dalam 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Oktober 2013. Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis,15 Oktober 2013
PEMBAHASAN
Siklus I
Untuk mempermudah pengolahan dan menganalisa data maka data yang diperoleh dari lembar observasi maupun dari hasil test formatif siswa, Tehnik yang dipakai adalah prosentase.
Berikut ini adalah ringkasan hasil pengolahan data yang diperoleh mulai sebelum PTK dan siklus I. Untuk mempermudah dalam membandingkan dan membacanya semua data dijadikan satu tabel adalah sebagai berikut:
Hasil Tes Formatif Sebelum PTK dan Setelah Siklus I Mata Pelajaran PKn
No |
Uraian |
Sebelum PTK |
Siklus I |
1 2. |
Ketuntasan Belajar Belum Tuntas Belajar |
44% 56% |
56% 44% |
Dari tabel diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada siklus I ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 56%
Siklus II
Berikut ini adalah data hasil pengolahan data yang diperoleh dari mulai siklus I dan siklus II. Untuk mempermudah membandingkan dan membacanya semua data dijadikan satu. Tabel ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II:
Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I dan Siklus II Mata Pelajaran PKn
No |
Uraian |
Siklus I |
Siklus II |
1 2 |
Ketuntasan Belajar Belum Tuntas Belajar |
56% 44% |
95% 5% |
Pada siklus II juga masih terekam adanya gejala perubahan yang masih signifikan yaitu perubahan ketuntasan belajar naik sebesar 26,1% rata-rata tes formatif sebesar 28.2, Dari kenaikan ketuntasan belajar serta keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran ini dapat dijelaskan berdasarkan teori pembelajaran Group Investigation (Sharan, 1992)dan diperkuat oleh pendapat Saptono (2003: 332) pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda sehingga pembelajaran dapat terpusat pada siswa (child centered) bukan pada guru (teacher centered).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kedua kegiatan tersebut terpadu suatu kegiatan yang disebut interaksi belajar. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghu–bungkan dengan siswa sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian mengajar berarti membimbing aktifitas siswa, sedangkan belajar mengacu pada apa yang dikerjakan guru sebagai pemimpin, pengelola, pengatur lingkungan belajar dan pembimbing aktifitas siswa.
Guru adalah fasilitator yang harus variatif membelajarkan siswa, demons–trator pembelajaran, maka dituntut trampil dalam memilih, mengolah dan mengguna–kan media untuk mengkonkretkan konsep-konsep abstrak dalam PKN yang sulit diterima siswa. Penggunaan media disesu–aikan dengan ujuan dan diselaraskan dengan perkembangan anak didik agar kompetensi dasar dalam KTSP 2009 dapat tercapai optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut diperlukan sumber pelajaran untuk memperlancar tercapainya tujuan belajar. Sumber pembelajaran dalam PKN tidak hanya berupa pajangan media di dalam kelas, tetapi memiliki sumber yang luas yang berkenaan dengan hakekat pelajaran PKN, yakni yang erat terkait dengan kemasyarakatan atau kehidupan sosial. Sehingga apabila diklasifikasikan, sumber pembelajaran dalam PKN dapat berupa media dan lingkungan sosial de–ngan beragam fenomenanya, termasuk lingkungan belajar siswa, sumber pembe–lajarna PKN utama sudah termuat dalam buku sumber yang sesuai dengan kuriku–lum tetapi mungkin banyak memuat informasi yang out of date sehingga guru harus mencari sumber lain yang lebih aktual, karena sumber belajar dalam PKN adalah kehidupan sosial itu sendiri.
Saran
Agar hasil belajar PKN optimal, maka peran guru sebagai Perencana dan Pelaksanaan Pembelajaran harus memper–hatikan hal – hal sebagai berikut:
1. Merencanakan Pembelajaran sesuai kompetensi dasar dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
2. Melaksanakan pembelajaran variatif dan inovatif dengan memanfaatkan media pembelajaran agar dapat me–motivasi belajar siswa.
3. Tetap berupaya mengembangkan po–tensi diri dan memiliki kreatifitas dalam mengaktualisasikan sumber pembela–jaran yang menunjang KBM sehingga hasil belajar dapat tercapai seusiai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2008. Modul Silabus Tematik Kelas III. Jakarta. Depdikbud.
Hermawan, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
Rahayuningsih, Fajar. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Pusat Perbukuan.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. V. Jakarta. PT. IMTIMA.
Wardhani, Igak, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin, S, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin, S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.