Upaya Meningkatkan Kreatifitas Belajar
UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR
MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION
DALAM MATERI PENTINGNYA MENJAGA KEUTUHAN NKRI
PADA PELAJARAN PKN SISWA KELAS V SEMESTER I
SDN 4 SAMBONGREJO KECAMATAN SAMBONG, KABUPATEN BLORA TAHUN 2014/2015
Indah Budiarti
SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora
ABSTRAK
Melihat pentingnya pembelajaran PKn di SD dan ruang lingkup pembelajaran PKn yang sedemikian luas, mata guru adalah orang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran. walaupun guru bukan satu-satunya sumber belajar tetapi adalah seorang fasilitator pembelajaran, yang harus memaksimalkan potensi dan kreatifitasnya dalam mengelola sumber belajar penunjang. Dalam hal ini adalah melalui metode group investigation dalam materi pentingnya menjaga keutuhan NKRI siswa kelas V semester I agar siswa mencapai hasil belajar secara optimal. Dalam pembelajaran PKn lebih jauh dari sekedar ketrampilan psikomotor, tetapi dalam bab tertentu mirip dengan ketrampilan yang dibutuhkan oleh ilmuan sosial. Hal itu meliputi kecerdasan berfikir dan pengolahan data, kemampuan akademik (studi), ilmiah dan sikap sosial. Kemampuan ilmiah yang harus dibina karena kita tidak mengetahui informasi mana yang diperlukan oleh peserta didik kelak dalam hidupnya. Dalam pembelajaran PKn dengan model Group Investigation, siswa benar-benar terlibat dalam mengerjakan soal-soal latihan dengan bantuan alat peraga gambar perjuangan bangsa maka boleh dikatakan siswa dapat menerima 95% dari hasil penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II..
Kata Kunci: NKR dan Group Investigation
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan kewarganegaraan ada-lah mata pelajaran inti di sekolah dasar. Tujuan Pembelajaran PKn di SD antara lain menyiapkan para siswa agar menjadi warga negara yang baik (good citizen) yaitu, warga yang mempunyai kemampuan bertindak sesuai dengan nilai dasar yang disepakati dan dianggap baik, warga yang mampu menyelaraskan hak dan kewajiban dan mempunyai rasa tanggung jawab sosial serta mempertinggi rasional semua-nya dalam mengelola bahan, informasi dan kemampuan yang dimiliki tentang manusia sekaligus lingkungannya menjadi lebih bermakna.
Untuk mengkongkritkan tujuan Pembelajaran PKn di Sd kita telaah tujuan pendidikan yang meliputi ranah Pendidikan Kognitif, efektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif dapat dikatakan bahwa manusia dan dunianya harus dapat dinalar sehingga bisa dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat, bahkan kajian PKn bukan berifat hafalan saja melainkan mendorong daya nalar yang kreatif, jadi yang dikehendaki bukan hanya fakta tentang manusia dan dunia sekelilingnya, tetapi mengutamakan konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungan-nya.
Pengetahuan yang diperoleh mela-lui hafalan kurang dapat menyatu dengan kebutuhan, tetapi pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pema-haman akan lebih fungsional.
Apabila perolehan pengetahuan dan pemahaman dapat mendorong tindak-an yang berdasar nalar sehingga dapat dijadikan alat berkiprah dengan tepat dalam hidup, maka semangat ilmiah, imajinasi, nilai dan sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan, inilah yang termasuk dalam tujuan efektif pembelajar-an PKn.
Ketrampilan dalam pembelajaran PKn lebih jauh dari sekedar ketrampilan psikomotor, tetapi dalam bab tertentu mirip dengan ketrampilan yang dibutuhkan oleh ilmuan sosial. Hal itu meliputi ketrampilan berfikir dan pengolahan data, ketrampilan akademik (studi), ketrampilan ilmiah dan ketrampilan sosial. Keterampilan ilmiah yang harus dibina karena kita tidak mengetahui informasi mana yang diperlukan oleh peserta didik kelak dalam hidupnya.
Dalam pembelajaran PKn disam-ping ketrampilan berfikir dan prosecing data juga terdapat ketrampilan hubungan manusia (human realation skill) (Scherelder, 1980). Dalam ketrampilan ini terkandung pula ketrampilan membuat penilaian (valuing). Ketrampilan hubungan manusia akan bermuara pada ketrampilan pengambilan keputusan dalam kehidupan.
Melihat pentingnya pembelajaran PKn di SD dan ruang lingkup pembelajaran PKn yang sedemikian luas, mata guru adalah orang paling bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran. Walaupun guru bukan satu-satunya sumber belajar tetapi adalah seorang fasilitator pembela-jaran, yang harus memaksimalkan potensi dan kreatifitasnya dalam mengelola sumber belajar penunjang. Dalam hal ini adalah melalui metode group investigation dalam materi pentingnya menjaga keutuhan NKRI siswa kelas V semester I agar siswa tercapai hasil belajar secara optimal.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas tentan pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan melalui metode group investi-gation yang menitikberatkan pada penilaian aspek afekyif,kognitif,dan psikomotor maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah melalui metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sambong?
2. Apakah metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar tentang prntingnya menjaga keutuhan NKRI pada pembelajaran PKn kelas V semeste I SDN Sambongrejo 4 kecamatan Sambong Kabupaten Blora tahun pelajaran 2014/2015?
LANDASAN TEORI
Kajian Pustaka
Proses belajar benar-benar meru-pakan proses yang melibatkan panca indra. Apabila makin banyak indra kita terpacu oleh sarana belajar diharapkan hasilnya pun semakin baik. Gambaran jauh lebih efektif dari pada seribu kata. Hal ini menunjukkan bahwa media Pengajaran mempunyai kedudukan yang penting dalam proses belajar mengajar.
Dari kenyataan ini pun tersirat bahwa sajian dengan bahasa verbal saja kurang efektif sebagai sarana pembela-jaran. Tetapi bukan berarti bahwa dalam KBM tidak lagi perlu menggunakan kata-kata.
Bertolak dari pandangan di atas kita harus berupaya untuk dapat memilih, mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran PKn.
Media Pengajaran sangat beragam sehingga guru perlu mengenal media pengajaran agar dapat memilih dan menggunakannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kompetensi dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006).
Kekuatan radio antara lain dapat melatih kemampuan mendengarkan selain kemampuan menguasai bahan yang disiarkan, hampir semua siswa memiliki, mudah dibawa/portabel dan mengatasi ruang dan waktu. Sementara kekurangan alat ini yaitu komunikasi hanya bersifat satu arah, sulit mengintegrasikan dengan jadwal kelas, tidak dapat diulang.
Media audio yang lain adalah kaset dan tape recorder. Keunggulan media ini adalah dapat menciptakan variasi situasi belajar mengajar, memberi rangsangan pada pendengaran, menjelaskan konsep atau prosedur yang kurang dikuasai guru dengan memakai orang ahli, dapat diulang, mudah di jadwalkan di kelas. Kekuranga-nya terletak pada perawatan media harus baik terhadap semua perangkat dan kaset mudah rusak.
Kreatifitas Belajar
Banyak difinisi mengenal kreatifi-tas, namun tidak ada satupun difinisi yang dapat diterima secara universal. Mengingat begitu kompleknya konsep kreatifitas, tampaknya hal ini tidak mungkin, mengingat, tetapi penekanannya berbeda-beda (Utami Munandar, 19999). Dalam bukunya mengenai pengembangan bakat dan kreatifitas anak sekolah. Utami Munandar (1987) memberikan beberapa pengertian kreatifitas berdasarkan pendapat para ahli, salah satunya yang juga merupakan pengertian dasar dari kreatifitas bahwa kreatifitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada.
Umumnya banyak orang mengarti-kan kreatifitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal yang baru. Sebetulnya dalam kreatifits tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru sama sekali, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada sebelumnya. Misalnya gambar rumah yang ditambahkan dengan detail pintu, jendela, alur genteng atau cerobong asap pada atap rumahnya, segi orisinalitas menunjukkan sejauh mana ide yang dihasilkan benar-benar orivinel.
Kreatifitas menurut konsep atau pendekatan 4P merupakan suatu pende-katan yang melihat kreatifitas dari segi pribadi, pendorong (press) proses, dan produk kreatifitas. Sebagai pribadi menunjukkan bahwa kreatifitas dimiliki semua orang, namun dalam kadar yang berbeda-beda.
Sebagai pendorong (press) diartikan bahwa lingkungan mempunyai andil dalam sesuatu yang di perlukan, untuk melihat bagaimana suatu hasil kreatifitas.
Dengan demikian, dapat disim-pulkan meskipun sulit memahami kreatifitas hanya dari satu difinisi maka kita perlu mengenal berbagai macam difinisi dan sudut pandang para pakar yang mengemukakan kreatifitas.
Hakekat Pembelajaran PKn
Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan memperdalam pemahaman siswa tentang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua dpat bekerja sama mewujudkan masyarkat yang lebih baik. Pembelajaran ini pada hakekatnya adalah untuk membantu siswa belajar bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaima-na cara menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah manakah yang paling tepat dan layak untuk mengatasi masalah yang di identifikasi oleh mereka, dan bagaimana cara mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan pada tingkat pemerintahan tersebut.
Pada hakekatnya pembelajaran PKn ini mengajak para siswa untuk bekerjasama dengan teman-temannya di kelas dengan bantuan guru dan para relawan, agar tercapai tugas-tugas pembelajaran berikut:
1. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji.
2. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang di kaji
3. Membekali pengetahuan dan ketrampil-an yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif
4. Membekali pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan efektifitas partisipasi
5. Mengembangkan pemahaman dan pentingnya partisipasi warga negara.
Pembelajaran PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahu-an dan ketrampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berpartisipasi oleh karena itu ada dua hal yang perlu mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan dan ketrampilan.
Materi PKn dnegan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standart nasional PKn yang pelaksanannya berprin-sip pada implementasi kurikulum terdesen-tralisasi. Ada 4 isi pokok pendidikan kewar-ganegaraan yakni:
1. Kemampuan dasar pendidikan kewar-ganegaraan sebagai sasaran pembentukan
2. Standart materi kewarganegaraan se-bagai muatan kurikulum dan pembe-lajaran
3. Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan.
4. Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai tujuan alternatif bagi para guru.
PKn dengan paradigma baru ber-tumpu pada kemampuan dasar kewarga-negaraan (civic competence) untuk semua jenjang. Sedangkan pembelajaran partisi-patif yang berbasis poftofolio (portofolio-based learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut paduan-paduan yang di tentukan. Portofolio dalam pembelajaran PKn meru-pakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas siswa. Berkenan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun keseluruhan.
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada siswa dan mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang diguna-kan dalam proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya.
Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (Sharan 1992) dalam Pembelajaran PKn
Pendekatan yang perlu dicapai agar mencapai sasaran maka kelas PKN dan sekolah harus dijadikan sebagai laboratorium masyarakat, bangsa dan negara. Bagaimana mungkin siswa yang kelak menjadi anggota masyarakat akan mengerti bagaimana menjadi anggota warga negara yang demokratis, padahal selama ini sekolah hanya mempelajari teori saja.
Dalam proses pembelajaran me-merlukan media fungsinya adalah untuk memberi kemudahan kepada siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Yang dimaksud dengan media, Kosasih Djahiri (1999) mengatakan adalah suatu yang bersifat material-immaterial ataupun behavioral atau personal yang dijadikan wahana kemudahan, kelancaran serta keberhasilan proses hasil belajar. Dalam keseharian sering mengartikan media kurang tepat karena mengidentifikkan media dengan sumber pengajaran, hal ini tidak salah tetapi kurang tepat. Oleh karena itu media tidak hanya bersifat material dan bisa diadakan dan ditampilkan oleh siswa dan masyarakat. Mc Louhan menyatakan bahwa The Medium is The Message yaitu Media mewakili isi pesanya. Jika demikian berarti guru PKn adalah salah satu media pembelajaran harus menam-pilkan figur sebagaimana pesan pendidikan kewarganegaraan. Artinya dia harus menjadi fitur teladan bagi siswanya yaitu sebagai warga negara yang baik, jujur, demokratis, taat beragama dan sebagaimana media dalam PKn yaitu bersifat:
1. Material misalnya contoh buku, model pakaian, bendera
2. Immaterial misalnya contoh kasus, cerita, legenda, budaya
3. Kondisional, misalnya suasana simulasi yang diciptakan sebelum atau pada saat proses belajar berlangsung dikelas atau di tempat kejadian
4. Personal misalnya nama atau foto atau gambar tokoh masyarakat atau pahlawan.
Melalui model Group Investigation tersebut, anda sebagai guru yang meng-ajar PKN akan mudah mengungkapkan sikap, nilai dan moral siswa terhadap suatu kasus yang anda sajikan. Tentu saja anda harus menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar antara lain ketrampilan dasar mengjar bertanya, variasi stimulus dan menjelaskan selain itu anda harus bersikap demokratis, hangat, ramah, dan kekeluargaan sehingga siswa berani berpendapat dan berbeda pendapat de-ngan guru dan siswa lain. Jangan lupa memberikan pujian secara variatif kepada siswa yang mampu berpendapat sekalipun pendapat siswa tidak lengkap saya percaya anda dapat melaksanakan model pembelajaran ini dengan baik.
Sebagai media pembelajaran, anda akan membuat bagan intisari materi pembelajaran. Selain itu, cerita (kasus) dan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas dapat dijadikan sebagai media pembela–jaran. Alangkah baiknya apabila cerita dan pertanyaan tersebut dibagikan kepada siswa (kelompok siswa).
Sedangkan untuk evaluasi, anda dapat melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Dalam evaluasi proses belajar dapat menggunakan pengamatan terhadap aktivitas, sikap dan pendapat siswa ketika berdiskusi. Untuk menilai hasil belajar bisa menggunakan alat tes dan non tes seperti skala sikap dan pengamatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek Penelitian
1. Lokasi
Lokasi subyek penelitian adalah SDN 4 Sambongrejo Kecamatan Sambong Kabupaten Blora
2. Kelas
Kelas V Tahun Pelajaran 2014/ 2015 dengan jumlah siswa 39 anak.
3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang diadakan perbaikan adalah PKn tentang “Pentingnya menjaga keutuhan NKRI”
4. Waktu
Perbaikan pembelajaran dilaksana-kan dalam 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Oktober 2014. Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis,15 Oktober 2014
PEMBAHASAN
Siklus I
Untuk mempermudah pengolahan dan menganalisa data maka data yang diperoleh dari lembar observasi maupun dari hasil test formatif siswa, Tehnik yang dipakai adalah prosentase.
Berikut ini adalah ringkasan hasil pengolahan data yang diperoleh mulai sebelum PTK dan siklus I. Untuk mempermudah dalam membandingkan dan membacanya semua data dijadikan satu tabel adalah sebagai berikut:
Hasil Tes Formatif Sebelum PTK dan Setelah Siklus I Mata Pelajaran PKn
No |
Uraian |
Sebelum PTK |
Siklus I |
1 2. |
Ketuntasan Belajar Belum Tuntas Belajar |
44% 56% |
56% 44% |
Dari tabel diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada siklus I ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 56%
Siklus II
Berikut ini adalah data hasil pengolahan data yang diperoleh dari mulai siklus I dan siklus II. Untuk mempermudah membandingkan dan membacanya semua data dijadikan satu. Tabel ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II:
Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I dan Siklus II Mata Pelajaran PKn
No |
Uraian |
Siklus I |
Siklus II |
1 2 |
Ketuntasan Belajar Belum Tuntas Belajar |
56% 44% |
95% 5% |
Pada siklus II juga masih terekam adanya gejala perubahan yang masih signifikan yaitu perubahan ketuntasan belajar naik sebesar 26,1% rata-rata tes formatif sebesar 28.2, Dari kenaikan ketuntasan belajar serta keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran ini dapat dijelaskan berdasarkan teori pembelajaran Group Investigation (Sharan, 1992)dan diperkuat oleh pendapat Saptono (2003: 332) pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda sehingga pembelajaran dapat terpusat pada siswa (child centered) bukan pada guru (teacher centered).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kedua kegiatan tersebut terpadu suatu kegiatan yang disebut interaksi belajar. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan siswa sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian mengajar berarti membimbing aktifitas siswa, sedangkan belajar mengacu pada apa yang dikerjakan guru sebagai pemimpin, pengelola, pengatur lingkungan belajar dan pembimbing aktifitas siswa.
Guru adalah fasilitator yang harus variatif membelajarkan siswa, demonstra-tor pembelajaran, maka dituntut trampil dalam memilih, mengolah dan mengguna-kan media untuk mengkonkretkan konsep-konsep abstrak dalam PKN yang sulit diterima siswa. Penggunaan media disesu-aikan dengant ujuan dan diselaraskan dengan perkembangan anak didik agar kompetensi dasar dalam KTSP 2009 dapat tercapai optimal.
Saran
Agar hasil belajar PKn optimal, maka peran guru sebagai Perencana dan Pelaksanaan Pembelajaran harus memper-hatikan hal – hal sebagai berikut:
1. Merencanakan Pembelajaran sesuai kompetensi dasar dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
2. Melaksanakan pembelajaran variatif dan inovatif dengan memanfaatkan media pembelajaran agar dapat memotivasi belajar siswa.
3. Tetap berupaya mengembangkan potensi diri dan memiliki kreatifitas dalam mengaktualisasikan sumber pembelajaran yang menunjang KBM sehingga hasil belajar dapat tercapai seusiai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2008. Modul Silabus Tematik Kelas III. Jakarta. Depdikbud.
Hermawan, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
Rahayuningsih, Fajar. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Pusat Perbukuan.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. V. Jakarta. PT. IMTIMA.
Wardhani, Igak, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin, S, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin, S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.