UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MEMBACA PUISI

MELALUI MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PADA SISWA KELAS III SD NEGERI JATI 2 SEMESTER II

KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Eko Sarworini

SDN JATI 2 UPT Dinas Kec. Sumberlawang

ABSTRAK

PTK ini bertujuan untuk meningkatkan Motivasi dan prestasi belajar Bahasa Indonesia membaca Puisi melalui Model Student Facilitator And Explaining di siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Jati 2 Semester II Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode pengumpulan data, observasi, tes dan catatan lapangan. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru kelas III, dengan menjaga validitas isi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif, untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran dan menghitung persentase siswa yang tuntas. Hasil Penelitian Tindakan Kelas adalah, (1) Pembelajaran melalui Model Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Membaca Puisi siswa SD Negeri Jati 2 Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Kemampuan Membaca Puisi siswa, diamati dari indikator (a) kemampuan menyatakan ulangan sebuah konsep, (b) kemampuan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu (2) Model pembelajaran melalui Model Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan prestasi akademik Membaca Puisi siswa SD Negeri Jati 2 Sumberlawang, Kabupaten Sragen

Kata kunci: Motivasi, Prestasi dan Model Student Facilitator And Explaining dan Puisi


PENDAHULUAN

Di Sekolah Dasar siswa mengenal membaca dan menulis secara bertahap. Pengenalan itu dimulai dari huruf demi huruf yang kemudian dirangkai menjadi kata. Apalagi siswa dapat membaca dan menulis, maka dengan sendirinya siswa dapat memahami akan apa yang dimaksud dalam bacaan dan tulisan tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran membaca puisi di kelas III Sekolah Dasar Negeri Jati 2 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat menambah kajian dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam Kompetensi Dasar 3.3 yang berbunyi “Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat”.Serta ingin mengetahui sejauh mana motivasi dan prestasi siswa terhadap pembelajaran membaca puisi.

Berdasarkan latar belakang masa-lah tersebut di atas, menunjukkan adanya beberapa permasalahan dalam pembelajar-an membaca puisi. Agar lebih jelas maka permasalahan penelitian dapat diidentifi-kasi sebagai berikut: (1) Rendahnya prestasi belajar siswa pada kompetensi membaca, (2) Rendahnya minat membaca siswa, (3) Rendahnya keberanian bertanya, (4) Rendahnya motivasi, (4) Guru belum menerapkan pembelajaran kooperatif. Namun demikian penelitian ini dibatasi pada masalah rendahnya hasil belajar, rendahnya motivasi, dan penerapan pembelajaran guru yang kooperatif.

Berdasarkan latar belakang masa-lah, identifikasi dan pembatasan masalah pada uraian di atas, maka rumusan masa-lah pada penelitian ini sebagai berikut: (1) Apakah penerapan Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan hasil belajar membaca bagi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Jati 2 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen? (2) Apakah penerapan Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan motivasi belajar membaca bagi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Jati 2 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah: (1) Untuk meningkatkan hasil belajar membaca puisi bagi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Jati 2 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. (2) Untuk meningkatkan motivasi belajar membaca puisi bagi siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Jati 2 Kecamatan Sumberla-wang, Kabupaten Sragen.

LANDASAN TEORI

Hakikat Membaca

Pengertian membaca adalah pro-ses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisannya (Tarigan,2008:2). Pengertian ini menge-sampingkan bentuk aktivitas yang dilaku-kan oleh pembaca, dilisankan atau tidak, tidak dipersoalkan

Dari segi linguistik, membaca ada-lah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding, prosess), berlainan dengan ber-bicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).Sebuah aspek pem-bacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Ahmad, 2010:15)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pengertian membaca adalah melihat dan atau melisankan lambang bunyi untuk memahami isi dan pesan atau tidak memahami dengan benar. Membaca merupakan kemampuan yang mutlak dan harus dimiliki oleh semua anak, karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak anak masuk Sekolah Dasar.

Pengertian Puisi

Menurut Waluyo (2002:1) Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang khas. Ciri-ciri kebahasaan puisi meliputi pemadatan bahasa, pemilih-an kata khas (makna kias, lambang, rima), kata konkret, pengimajian, irama, tata wajah. Bentuk karya sastra yang meng-ungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkoordinasikan semua kekuatan baha-sa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Sehingga bisa me-nyatu antara fisik dan batin.

Puisi adalah sebuah sastra yang sangat memperhatikan aspek kebahasaan, sehingga bahasa dalam puisi adalah bahasa yang tersaring. Pemilihan kata diseleksi dengan ketat, dipertimbangkan dari berbagai sisi baik yang menyangkut unsur bunyi, bentuk, dan makna yang kesemuanya harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh efek keindahan (Nurgi-yantoro, 2005:311)

Pengertian tentang puisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi ada-lah curahan pengalaman jiwa yang dida-patkan dengan pilihan kata-kata khas yang bersifat ekspresif, sugestif, dan asosiatif. Berdasarkan pengertian di atas, muncul pula pemikiran bahwa dalam pembelajaran membaca puisi diperlukan keberanian siswa untuk menangkap isi, memberikan tanda jeda untuk menjaga keutuhan makna, dan akhirnya dapat membaca puisi dengan intonasi dan ekspresi yang tepat.

Pembelajaran Membaca Puisi

Perencanaan pembelajaran puisi adalah suatu proses kegiatan mempersiap-kan perangkat pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru dalam membaca puisi untuk mencapai kompetensi dasaar yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pe-rencanaan pembelajaran dalam KTSP meli-puti: (1) penjabaran KTSP, (2) pemetaan standar kompetensi dan kompetensi Dasar, (3) menyusun program tahunan, (4) me-nyusun program semester, (5) menyusun silabus pembelajaran Bahasa Indonesia, (6) menyusun rencana pelaksanaan pem-belajaran Bahasa Indonesia. Untuk dapat menyusun perencanaan pembelajaran dengan baik, guru dituntut dapat menja-barkan kurikulum.

Langkah-langkah yang dapat dila-kukan untuk memahami dan menikmati puisi adalah, (1) menyiapkan judul, (2) memahami makna kata-kata kunci, (3) mengusut rujukan kata ganti, (4) mempe-lajari kontek penciptaan dan, (5) merumus-kan makna utuh (Nauman, 2001:21). Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Nauman, membaca puisi merupakan hal yang harus dipahami oleh siswa.

Menurut Purwanto dan Alim (1997:49), jalan pelajaran membaca emo-sional adalah, (1) guru bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan perasa-an, kemudian membacakan materi dengan sebaik-baiknya disertai mimik dan panto-mimik, (2) kata-kata sukar dan ungkapan diterangkan oleh guru, (3) guru menyusun latihan visi bersama anak, kemudian membicarakan dan mengerjakannya termasuk latihan dramatisasi, (4) seorang anak atau lebih membacakan materi lagi dengan baik, siswa yang lain menutup buku untuk menikmatinya, konsentrasi ke temannya yang sedang membaca di depan kelas

Penilaian Pembelajaran Membaca Puisi

Tujuan dan fungsi penilaian, khususnya penilaian hasil belajar berma-cam-macam, antara lain (1) untuk mengetahui seberapa jauh tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, (2) untuk memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap tingkah laku hasil belajar siswa, (3) untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang-bidang atau topik-topik tertentu, (4) untuk menentukan layak tidaknya seorang siswa dinaikan ke tingkat di atasnya atau dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan ke tingkat di atasnya atau dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan yang di tempuhnya, dan (5) untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan (Nurgiyantoro,2009:15-16).

Model Student Facilitator And Explaining

Pengertian

Model Pembelajaran Student Facili-tator And Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah: (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD; (2) Guru mendemon-strasikan/menyajikan garis-garis besar ma-teri pembelajaran; (3) Memberikan kesem-patan siswa untuk menjelaskan kepasda siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep yang dilakukan bergiliran; (4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa; (5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; dan (6) Penutup

Kesimpulan dalam Model pembela-jaran Student Facilitator And Explaining ini akan berjalan sesuai dengan yang diharap-kan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, gagasan berpendapat.

Menurut Gussen khusus materi yang memerlukan peragaan atau percoba-an langkah-langkahnya adalah: (1) Guru menyampaikan TPK; (2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan; (3) Siapkan vahan atau alat yang diperlukan; (4) Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan; (5) Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa; (6) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemonstra-sikan; dan (7) Guru membuat kesimpulan.

Motivasi dan Prestasi

Pengertian Motivasi

Motivasi didefinisikan sebagai sua-tu kondisi yang menggerakkan arah suatu tujuan tertentu, sedangkan motivasi kerja merupakan kondisi yang berkontribusi membangkitkan, mengarahkan dan meme-lihara, perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. (Mangkunegoro, 2001: 46). Motivasi kerja adalah kondisi yang menggerakkan pegawai dalam untuk me-ningkatkan produktifitas kerja dalam rangka mencapai tujuan.

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tumuan tertentu (Depdik-bud, 1995:666) dengan demikian dalam motivasi terdapat sejumlah konsep seperti dorongan, kebutuhan, rangsangan, ganjar-an, penguatan, ketetapan tujuan, harapan dan sebagainya.

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dan sebagainya) (Depdikbud RI, 1986: 700). Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:88) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, menyatakan bahwa Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Jadi pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai oleh anak dalam belajar yang berupa pengetahuan, sikap, tingkah laku serta keterampilan yang ada di sekolah diwujudkan dalam bentuk prestasi.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Seko-lah Dasar Negeri Jati 2, yang beralamat di Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan alasan: siswanya rata-rata memiliki kemampuan normal, ada satu dua siswa yang mempunyai bakat dalam membaca puisi. Waktu penelitian secara efektif di lokasi penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari 2015 sampai dengan Mei 2015 dan dilaksanakan dua Siklus.

 

Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan proses pembe-lajaran membaca puisi, yang meliputi akti-vitas guru, siswa, perlengkapan sarana prasarana. Dalam penelitian ini data utama adalah transkrip proses pembelajaran membaca puisi, silabus, materi ajar, RPP, alat tes, hasil tes, hasil wawancara dengan guru, hasil wawancara dengan siswa.

Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan jenis datanya, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, Observasi, Wawan-cara mendalam, Analisis Dokumen

Observasi (pengamatan langsung)

Observasi untuk mendapatkan data utama yang akan dianalisis wawancara dan analisis dokumen untuk mendapatkan data penunjang sebagai pemerkuat penjelasan tentang data utama yang dianalisis. Hasil observasi proses pembelajaran membaca puisi berupa beberapa keterangan antara lain kegiatan guru baik verbal maupun non verbal yang meliputi kegiatan membuka pelajaran, menjelaskan, mengadakan tanya jawab sampai menutup pelajaran..

Wawancara mendalam (indepth inter-viewing)

Wawancara digunakan untuk me-ngumpulkan data-data yang lebih lengkap tentang temuan data yang diperoleh dari proses pembelajaran berlangsung. Wawan-cara yang digunakan wawancara menda-lam (indepth interviewing) adalah wawan-cara yang tidak terstruktur, karena peneliti merasa tidak tahu apa yang belum diketahuinya.

Analisis Dokumen

Data yang dikumpulkan bersumber dari dokumen dan arsip. Dokumen berwu-jud kurikulum, silabus, rencana pelaksana-an pembelajaran (RPP), buku pelajaran, buku pendamping pelajaran yang relevan, serta soal-soal evaluasi yang digunakan pada pengajaran membaca puisi. Sumber ini memberikan informasi tentang pedoman yang digunakan guru dalam menyusun program pembelajaran, terma-suk di dalamnya materi, metode, dan evaluasi yang digunakan dalam pembela-jaran membaca puisi di kelas III.

Validitas Data

Guna menjamin validnya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu teknik penelitian tindakan kelas. Ada empat macam teknik/tahapan, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, Peng-amatan/observasi dan refleksi (Supardi – Suharjono, 2012:86).

Teknik Analisis Data

Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya (Sutopo,2002:94). Proses analisis data dengan menggunakan tiga komponen ini, akan menggunakan model analisis jalinan dimana analisis tersebut saling menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses pengumpulan data reduksi data sebagai komponen pertama sudah dilakukan sejak awal sebelum pengum-pulan data dilakukan, yaitu sejak pengum-pulan proposal oleh peneliti. Reduksi data kemudian dilanjutkan pada waktu pengumpulan data secara erat saling menjalin dengan dua komponen analisis lainya, yaitu sajian data dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Siklus I

Mata pelajaran bahasa Indonesia dalam membaca Puisi hasil yang dicapai oleh siswa kurang baik. Siswa masih perlu adanya penanganan yang khusus untuk memperbaiki pembelajaran. Maka diadakan suatu tindakan perbaikan. Sedang pelaksa-naan perbaikan itu disebut siklus 1. Hal ini disebabkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran masih rendah. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran diawali apersepsi dengan maksud menarik perhatian dan minat siswa terhadap pelajaran yang disajikan. Selanjutnya memperkenalkan materi membaca puisi dengan melalui Model Pembelajaran Stu-dent Facilitator And Explaining. Untuk lebih memudahkan siswa dalam menguasai materi peneliti menunjukkan/menggunakan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining. Karena pada siklus pertama hasil yang diharapkan belum sesuai dengan apa yang dicanangkan guru (KKM) dari 20 siswa yang mencapai nilai tuntas hanya 8 anak sehingga siswa yang belum tuntas pembelajarannya ada 12 anak, dengan demikian itu maka perlu ada perbaikan pembelajaran lanjutan pada siklus 2.

Deskripsi Siklus 2

Tindakan pada siklus ke 2 ini merupakan lanjutan pada tindakan siklus pertama. Terutama memperhatikan pada siswa – siswa yang belum menuntaskan pada tindakan siklus pertama yaitu 12 anak. Siklus ini dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus sebelumnya yaitu dengan berusaha lebih ditingkatkan dengan memfokuskan pada membaca puisi dan memperhatikan gerak-gerik siswa yang belum menuntaskan pembelajarannya. Peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan singkat, jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.

Dengan lebih memaksimalkan penggunaan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining, siswa semakin mampu membuat pantun dengan baik. Dan hasil ulangan yang dicapai menunjukkan semua siswa mengalami peningkatan yang dratis dalam hasil belajarnya. Dari jumlah 20 anak kelas III SD Negeri Jati 2 Kecamatan Sumberlawang dalam pokok bahasan membaca Puisi.

Deskripsi Kegiatan Tiap Siklus dan antar Siklus.

Pembelajaran belum berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penguasaan materi dan keberanian sebagian besar siswa belum terlihat. Masih terdapat 14 siswa yang belum tuntas dari 20 siswa.hasil pembelajaran sebelum ada tindakan nilai rata-rata 57 atau 26% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Maka diadakan suatu tindakan untuk menuntaskan nilai hasil belajar itu.

1. Siklus I

Pembelajaran belum berhasil men-capai tujuan yang telah ditentukan. Pe-nguasaan materi dan keberanian sebagian besar siswa belum terlihat. Masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas dari 20 siswa. Hasil pembelajaran pada siklus pertama ini nilai rata-rata 63 atau 47% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Maka diadakan suatu tindakan untuk menuntaskan nilai hasil belajar itu, namun dibanding dengan pembelajaran sebelum ada tindakan sudah menunjukkan pening-katan tapi belum secara maksimal, oleh karena itu perlu adanya tindakan yang kedua atau siklus ke dua

2.   Siklus II

Pembelajaran berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penguasaan materi dan keberanian semua siswa sudah terlihat dari 20 siswa. Semua menuntaskan pembelajaran dengan hasil pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata 76 atau 100% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Ternyata siklus demi siklus mengalami penyempurnaan secara bertahap. Siklus kedua merupakan siklus yang paling sempurna. Kemampuan dan keberanian secara personal lebih nyata. Hal ini terbukti dengan hasil pembelajaran siswa pada siklus ke dua menunjukkan hasil yang optimal. Nilai ketuntasan semakin naik. Dari hasil diskusi dengan guru teman sejawat maka disepakati untuk menghentikan penelitian pada siklus ke dua karena sudah diperoleh hasil yang memuaskan.

Hasil Penelitian

Bedasarkan hasil kan kelas, terlihat nilai: Perbaikan pembelajaran sebelum adanya perbaikan menunjukkan rata-rata nilai kelas 57 yang belum tuntas 12 anak, yang tuntas 8 anak. Kemudian setelah perbaikan siklus I rata-rata nilai kelas menjadi 63 yang belum tuntas 9 anak, yang tuntas 11 anak. Kemudian pada siklus II perolehan rata-rata nilai kelas 76 semua menunjukkan ketuntasan. Perbaikan pem-belajaran yang dilaksanakan sudah menun-jukkan kemajuan. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum ada tindakan ke siklus I begitu juga ke siklus II, yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran dan refleksi yang dilakukan adalah: (1) Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining; (2) Penanaman konsep dasar kepada siswa akan lebih riel tidak abstrak lagi; (3) Dengan menggunakan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining. Pena-naman konsep menjadi lebih mudah.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil. Hal ini ditunjukkan semua siswa sudah menuntaskan hasil belajar atau hasil ulangan yang dicapai siswa diatas 70. keberhasilan siklus II karena penyampaian materi pelajaran, guru menggunakan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining. dan benar – benar di gunakan secara maksimal, sehingga siswa lebih jelas, aktif, kreatif, dan merasa senang hasil belajar yang dicapai bisa meningkat sesuai dengan harapan guru. Bila dilihat prosentasenya adalah 100% anak tuntas. Hal ini ditunjukkan dari perolehan rata-rata kelas pada siklus I dan siklus II ada peningkatan. Kemudian pada siklus II naik menjadi 100% jadi perbaikan siklus II rata-rata nilai 76 membuktikan sudah berhasil.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tin-dakan kelas ini dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut dengan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining. dapat meningkatkan hasil prestasi belajar mata pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan membaca Puisi di kelas III SD Negeri Jati 2 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, tahun pelajaran 2014/2015.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2000. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya

Djoyosuroto. 2006. Pembelajaran Apresiasi Sastra. Penerbit: PT Rosda Karya                   Bandung.

Handayani, Dwi. 2006. Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi dengan            Pendekatan Metode Demonstrasi di SD Koalisi Nasional Ngaliyah. Unwidha. Klaten

Nurgiyantoro. 2005 dan 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta. BPEE.

Nauman, 2001. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Diknas Jakarta

Puji Santoso, dkk 2007. Materi dan pembelajaran bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas terbuka

Waluyo. 2002. Pembelajaran Apresiasi Puisi. Penerbit:Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.

 

Sulaiman. 2007. Pembelajaran Apresiasi Puisi di MTS Muhamadiyah 7 Klego Boyolali. Unwidha Klaten.