UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

POKOK BAHASAN VEKTOR DENGAN PENDEKATAN SETS

PADA SISWA KELAS X MIPA-3 SMA NEGERI 1 AMPEL

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Suranto

SMA Negeri 1 Ampel

 

ABSTRAK

Kebutuhan utama dalam kehidupan seseorang ialah pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas X MIPA-3 di SMA Negeri 1 Ampel. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika dengan pokok bahasan Vektor berwawasan SETS dengan pendekatan SETS pada siswa kelas X MIPA-3 Semester genap SMA Negeri 1 Ampel Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Instrumen pembelajaran, yaitu berupa satuan pelajaran, tes Uraian (Essay) dan lembaran observasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel semester genap tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 30 orang. Prosedur penelitian dimulai dengan penetapan fokus masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan monitoring, serta analisis dan refleksi. Teknik penelitian melalui teknik tes dan non-tes dengan analisisnya adalah aktivitas mengajar guru dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian telah mampu menjawab perumusan masalah, mencapai tujuan penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian yaitu penerapan metode Pembelajaran Matematika dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan Vektor pada siswa kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020. Keadaan tersebut dibuktikan oleh hasil analisis data bahwa: 1) kemampuan guru dalam melaksanakan aspek-aspek proses belajar mengajar pada siklus I lebih dari 73% berkategori baik dan 2) nilai ulangan siswa untuk setiap siklus senantiasa mengalami peningkatan secara signifikan, sampai dengan siklus terakhir menunjukkan 83% siswa mendapat nilai ulangan yang telah memenuhi kriteria belajar tuntas dengan nilai lebih dari atau sama dengan 68.

Kata Kunci:   Metode Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Science, Environment, Technology and Society (SETS)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas dikembangkan dengan mengacu pada pengembangan Matematika yang ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimental serta berfikir atas asas. Adapun tujuan dari pengajran matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola pikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan mempersiapkan siswa menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan keberhasilan pembelajaran Matematika, siswa akan mempunyai kemampuan observasi dan menganalisa masalah dengan baik.

Hasil ulangan blok semester ganjil kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel tahun pelajaran 2019/2020 masih jauh dari harapan, yaitu sebagian besar siswa belum tuntas belajar. Pengertian tuntas belajar siswa setiap sekolah berbeda–beda. Untuk kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel tahun pelajaran 2019/2020 pada bidang studi Matematika adalah siswa yang dapat mencapai skor minimal 68 untuk suatu kompetensi dasar. Atau siswa menguasai 68% seluruh materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar tertentu. Hasil ulangan blok semester ganjil kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel tahun pelajaran 2019/2020 untuk bidang studi Matematika adalah sebagai berikut: 55% memperoleh nilai di bawah 68 dan 45% siswa tuntas belajar yaitu memperoleh nilai minimal 68. Rendahnya hasil tes semester ganjil merupakan salah satu indikasi bahwa penguasaan konsep Matematika oleh siswa masih rendah. Hasil tes Matematika yang masih rendah ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) materi ajar yang kurang menarik; 2) fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai, 3) minat belajar kurang, 4) kurangnya kemampuan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran, dan 5) suasana proses belajar mengajar yang kurang kondusif. Jika masalah ini tidak segera diatasi maka sulit untuk meningkatkan prestasi siswa yang mencapai tuntas belajar, dan akibatnya terjadi penurunan sumber daya generasi muda.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, termasuk berbagai pelatihan bagi guru Matematika. Sekalipun demikian masih sedikit informasi mengenai efek pelatihan guru terhadap peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Demikian pula banyak riset pendidikan masih meragukan efektifitas pelatihan-pelatihan guru terhadap peningkatan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar. (Grundy dan Bennet dalam Andreas Priyono 1999:432) . Penelitian ini (Action Research) akan memberi manfaat pada peningkatan pemahaman konsep–konsep Matematika. Manfaat ini akan secara nyata tercermin pada indikator utama:

  1. Pada ulangan harian sekurang-kurangnya 73% siswa memperoleh nilai minimum 68.
  2. Meningkatnya aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar Matematika.

Fokus penelitian ini adalah meningkatkan prestasi siswa yang mencapai tuntas belajar Matematika melalui materi pembelajaran Matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS. Target peningkatan yang hendak dicapai sekurang-kurangnya 30% dari kondisi awal pencapaian tuntas belajar yaitu pada semester satu yang lalu. Materi pembelajaran Matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS adalah suatu materi pembelajaran Matematika pokok bahasan vektor yang mengkaitkan konsep sains dengan teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud pendekatan SETS adalah suatu kegiatan belajar dengan mengkaitkan materi ajar dengan kehidupan nyata siswa. Kegiatan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan sejawat di SMA Negeri 1 Ampel. Kolaborator setiap periode tertentu melakukan diskusi reflektif untuk meningkatkan validitas pengamatan.

Perumusan Masalah

Menurut catatan lapangan hasil belajar siswa kelas X MIPA-3 semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 berupa hasil ulangan harian dan tes semester ganjil, 55% siswa tidak mencapai tuntas belajar Matematika. Hal ini ditunjukkan oleh: (1) nilai rata–rata ulangan harian semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 kurang dari 68. (2) Sejumlah 55% siswa memperoleh nilai tes Matematika semester ganjil kurang dari 68. Bertolak dari uraian tersebut masalah yang akan dipecahkan adalah “Bagaimanakah materi ajar dan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika pokok bahasan vektor, dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar Matematika?”

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa yang menguasai dan memahami lebih baik mengenai konsep pada pokok bahasan Vektor di SMA Negeri 1 Ampel. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya hasil belajar siswa.

Tujuan khusus penelitian ini adalah pada akhir penelitian jumlah siswa kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel yang menguasai konsep–konsep Matematika dengan baik meningkat secara nyata, sebagaimana ditunjukkan oleh dua indikator utama yaitu sebagai berikut.

  1. Sekurang – kurangnya 73% siswa kelas X MIPA-3 mandapat nilai ulangan harian 68 (enam puluh delapan)
  2. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar meningkat.

Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan maupun institusi di bawah ini:

  1. Bagi siswa: dapat meningkatkan pemahaman tentang konsep Matematika dan menumbuhkan motivasi belajar Matematika yang pada akhirnya meningkatkan keaktifan dalam proses belajar mengajar.
  2. Bagi Guru: Menumbuhkan kreativitas untuk membuat strategi pembelajaran yang menarik dan menambah pendekatan pembelajaran yang telah dimilikinya.
  3. Bagi Sekolah: Memberikan sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

LANDASAN TEORI

Landasan Teori

Pendekatan Science, Environment, Technology and Society

Pendekatan SETS merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan dari pada penguasaan sainsnya.

Pendekatan SETS memiliki tujuh komponen utama, yaitu: konstruktivisme (Constructivim) , menemukan (Inquiry) , bertanya (Questioning) , masyarakat belajar (Learning Community) , pemodelan (Modeling) , refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) . Ketujuh komponen pendekatan SETS tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

  1. Konstruktivisme merupakan landasan landasan berfikir pendekatan SETS, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, atau konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam pandangan konstruktivitas, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
  2. Menemukan (Inquiri) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran dengan pendekatan SETS. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh merupakan hasil dari menemukan sendiri, bukan hasil dari mengingat seperangkat dari fakta-fakta. Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiri) adalah: merumuskan masalah, mengamati (observasi) , menganalisis, dan mengkomunikasikan.
  3. Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran dengan pendekatan SETS. Bertanya merupakan aktivitas yang harus dilakukan jika siswa tidak faham akan sesuatu, bertanya tidak terbatas pada guru tetapi pada siapapun yang dianggap bias memberikan jawaban tentang apa yang tidak diketahui.
  4. Masyarakat Belajar (Learning Community) yang menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “Sharing“ antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang belum tahu, yang semua itu merupakan “ Masyarakat Belajar“.
  5. Pemodelan (Modeling) merupakan contoh nyata dari sesuatu yang dijelaskan pada siswa.
  6. Refleksi (Reflection) adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Refleksi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah: 1) memberikan pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari itu, 2) memberikan catatan atau jurnal di buku siswa, 3) memberikan kesan dan saran mengenai pembelajaran hari itu, dan 4) melakukan diskusi tentang hasil yang dicapai hari itu.
  7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bias memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa saat melakukan proses pembelajaran.

Prestasi Belajar Matematika

Wahab (2016) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional dan dapat diukur dengan alat tes tertentu. Hamdu & Agustina (2011) prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Azwar (dalam Ulandari, Dibia & Sudana 2014) , bahwa prestasi belajar adalah suatu tingkat pencapaian kecakapan dalam akademik yang biasanya dinilai oleh guru dengan tes yang telah dilakukan atau tes yang dibuat oleh guru sendiri atau kedua alat tersebut. Thaib (2013) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam bukti laporan yang disebut rapor.

Patty, Wijono & Setiawan (2016) prestasi belajar adalah pencapaian seseorang setelah mempelajari materi pelajaran dalam satu kurun waktu tertentu. Hal senada diungkapkan Maryam (2016) bahwa prestasi belajar merupakan alat untuk mengetahui batas kemampuan seseorang yang telah melakukan serangkaian kegiatan belajar, sehingga dapat menentukan bagaimana hasil individu terhadap suatu kegiatan yang telah dilakukan, apakah baik atau buruk. Syamarro, Saluky & Winarso (2015) prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melalui tahapan belajar dan mendapatkan pengalaman serta pengetahuan matematika.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dan memperoleh pengetahuan atau keterampilan sehingga kemampuan tersebut dapat diukur melalui alat tes yang diberikan guru dan dinyatakan dalam bentuk skor.

Kerangka Berfikir

Motivasi merupakan faktor psikologis yang sangat penting dalam belajar. Motivasi belajar merupakan dorongan pada diri seseorang untuk belajar. Agar proses belajar-mengajar berhasil dengan optimal maka harus ditumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Ada bermacam-macam cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, diantaranya adalah menurut Thomas F. Staton (Sardiman 2000:38) , siswa akan termotivasi dalam belajar jika: 1) mengetahui manfaat dari apa yang dipelajarinya, dan 2) memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari. Materi pembelajaran Matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS merupakan materi pembelajaran yang dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, karena siswa mengetahui manfaat dari konsep Matematika yang dipelajarinya terhadap terciptanya suatu teknologi. Siswa juga akan merasa patut mempelajarinya, karena dengan materi pembelajaran Matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS siswa akan memahami dampak-dampak positif maupun negatif dari penerapan teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat.

Menurut Bruner (Toeti 1997:24) individu akan belajar dengan baik jika bahan ajar menarik dan disajikan dengan cara yang menarik. Materi pembelajaran Matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS merupakan materi pembelajaran yang sangat menarik, karena siswa akan memahami konsep Matematika secara menyeluruh yaitu meliputi teknologi yang dapat diciptakan berdasarkan konsep Matematika tersebut serta dampak-dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Selanjutnya menurut Ausubel (Dahar 1989:110) , belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama: berhubungan dengan cara materi pembelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan dan penemuan. Dimensi kedua: menyangkut bagaimana siswa dapat menaikkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Pendekatan SETS merupakan pendekatan yang cocok untuk menyampaikan materi pembelajaran Matematika, karena pendekatan SETS mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, sehingga dengan mengalami sendiri siswa akan belajar penemuan yang merupakan konsep belajar bermakna.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. “Dengan diberikan materi pembelajaran Matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan ketuntasan belajar Matematika sekurang-kurangnya 30% dari kondisi awal”.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ampel berlokasi di Jl. Pantaran Km. 1 Ampel Kabupaten Boyolali. Menurut data sekolah siswa kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel berjumlah 30 Siswa yang terdiri dari 6 laki – laki, dan 24 perempuan.

Penelitian dilakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2020. Waktu yang demikian relatif singkat dapat penulis pergunakan dengan sebaik-baiknya, mengingat penulis juga berperan sebagai pengajar di sekolah tersebut.

Metode dan Rancangan Penelitian

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) . Penelitian tindakan merupakan studi dari situasi sosial dengan suatu pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakannya. Hal tersebut lebih dimaksudkan sebagai uji praktek di dalam situasi konkrit di mana validitas teori atau hipotesis tidak semata-mata tergantung pada “tes kebenaran ilmiah”, tetapi kepada “kemanfaatan mereka dalam membantu orang untuk bertindak secara lebih cerdas dan trampil. Penelitian tindakan menurut Rochman Natawidjaya (1996:45) adalah “pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu”. Penelitian tindakan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan subjek yang diteliti, melalui prosedur penilaian diri.

Selanjutnya Soly Abimanyu (1995:34) mengemukakan “penelitian tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri”. Sedangkan menurut Hopkins (Sugiyanto 2005:3) adalah “suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi di mana praktek pembelajaran dilakukan”. Sebagai bentuk penelitian praktis, maka dalam bidang pendidikan/pembelajaran, penelitian tindakan kelas mengacu kepada apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pengajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Hal ini berarti penelitian tindakan kelas dapat dilakukan, baik secara kelompok maupun pribadi.

Metode penelitian eksperimen dengan teknik PTK dilakukan dengan tujuan untuk ha-hal sebagai berikut. 1) perbaikan dan peningkatan praktek dan mutu pembelajaran secara berkesinambungan, 2) pengembangan keterampilan guru dalam menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi, dan 3) menumbuhkan budaya meneliti para guru.

 

Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I diberikan materi pembelajaran Matematika dengan pendekatan SETS dengan konsep vektor terdiri dari: 1) vektor posisi, 2) kesamaan vektor, 3) penjumlahan dan pengurangan pada vektor, dan 4) panjang vektor. Tindakan pada siklus berikutnya merupakan perbaikan dari siklus I, dan pemberian materi pembelajaran Matematika dengan pendekatan SETS dengan konsep vektor terdiri dari: 1) perkalian skalar dengan vektor, 2) perkalian skalar dua vektor, 3) panjang proyeksi vektor, dan 4) proyeksi vektor orthogonal.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan responden yang akan dijadikan sasaran penelitian dan dijadikan sebagai bahan pengambilan data informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA-3 SMA Negeri 1 Ampel berjumlah 30 Siswa yang terdiri dari 6 laki-laki, dan 24 perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah sebagai berikut.

  1. Teknik survey meliputi: a) wawancara terhadap 5 orang siswa secara langsung dengan pedoman wawancara. Kriteria siswa yang diwawancarai berupa 1) siswa tidak mencapai tuntas belajar, dan 2) kurang minat belajar dengan indikasi kurang respon dalam proses KBM. b) angket dibagikan kepada semua siswa dalam kelas penelitian, dan c) checklist observasi dan catatan lapangan dilakukan oleh kolaborator.
  2. Teknik test yang digunakan untuk mengetahui perubahan hasil belajar dari konsep yang telah diajarkan dalam bentuk soal uraian (Essay) .
  3. Teknik dokumentasi yang digunakan untuk mendapatkan karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar dari daftar nilai ulangan harian dan buku pekerjaan rumah.

Adapun alat/instrumen pengambil data yang digunakan untuk observasi kegiatan penelitian ini adalah:

  1. Pedoman wawancara siswa untuk mengetahui dampak tindakan.
  2. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam KBM untuk melihat aktivitas siswa dan guru.
  3. Seperangkat tes, untuk mengetahui kemajuan hasil belajar akibat tindakan kelas.
  4. Angket untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam KBM
  5. Catatan lapangan oleh kolaborator.

Validasi Data

Validitas tes dilakukan dengan cara: 1) Face Falidity (anggota AR saling mengecek validitas instrumen) , dan 2) content (isi tes sesuai dengan materi yang diajarkan/sesuai dengan isi kurikulum) .

Analisis Data

Data yang dipergunakan untuk dianalisis terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari: 1) observasi, 2) wawancara siswa, dan 3) angket. Sedangkan data sekunder bersumber dari: 1) daftar nama siswa yang tidak tuntas belajar, 2) daftar nilai ulangan harian, dan 3) buku pekerjaan rumah (PR) .

Semua data yang ada, baik data primer maupun sekunder diolah dengan mencari rata-rata setiap nilai test kemudian dijumlah dan dicari rata-rata keseluruhan selanjutnya hasilnya disesuaikan dengan indikator belajar tuntas yang diharapkan dalam bentuk persentase.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Hasil Belajar Pada Siklus I

Berdasarkan hasil belajar pada siklus I menghasilkan data dan informasi sebagai berikut.

  1. Jumlah peserta ulangan harian 30 siswa
  2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 68 sebanyak 8 siswa
  3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 68 sebanyak 22 siswa
  4. Nilai rata – rata kelas 69,60

Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar matematika pokok bahasan vektor yang dicapai sebesar: 22 / 30 x 100% = 73,33%.

Hasil ketuntasan belajar matematika pokok bahasan vektor terdiri dari: 1) vektor posisi, 2) kesamaan vektor, 3) penjumlahan dan pengurangan pada vektor, dan 4) panjang vektor sebesar 73% pada siklus I ini, sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 73% siswa memperoleh nilai ulangan harian ³ 68 (ketuntasan belajar 73%) .

Hasil Belajar Pada Siklus II

Berdasarkan hasil belajar pada siklus II menghasilkan data dan informasi sebagai berikut.

  1. Jumlah peserta ulangan harian 30 siswa
  2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai < 68 sebanyak 5 siswa
  3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai ³ 68 sebanyak 25 siswa
  4. Nilai rata-rata kelas 71,37

Berdasarkan data tersebut di atas, ketuntasan belajar matematika pokok bahasan vektor yang dicapai pada siklus II sebesar: 25 / 30 x 100% = 83,33%. Ketuntasan belajar matematika pada pokok bahasan vektor terdiri dari: 1) perkalian skalar dengan vektor, 2) perkalian skalar dua vektor, 3) panjang proyeksi vektor, dan 4) proyeksi vektor orthogonal sebesar 83% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I. Tabel berikut ini menyajikan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar sebelum AR , siklus I dan siklus II.

 

 

Tabel 4.1 Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar Sebelum Action Research

 

 

Sebelum AR

(nilai ulangan pra Siklus)

Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata kelas 67,97% 69,60 71,37
Ketuntasan belajar 43% 73% 83%

 

Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya adalah “Dengan diberikan materi pembelajaran matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan ketuntasan belajar matematika sekurang-kurangnya 30% dari kondisi awal”. Hipotesis tersebut dapat dibuktikan dengan data-data sebagai berikut.

  1. Ketuntasan belajar matematika pokok bahasan vektor yang dicapai pada siklus I sebesar: 22/30 x 100% = 73,33%. Hasil ketuntasan belajar matematika pokok bahasan vektor sebesar 73% pada siklus I ini, sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 73% siswa memperoleh nilai ulangan harian ³ 68 (ketuntasan belajar 73%) .
  2. Ketuntasan belajar matematika pokok bahasan vektor yang dicapai pada siklus II sebesar: 25/30 x 100% = 83,33%. Ketuntasan belajar matematika pokok bahasan vektor sebesar 83% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I.
  3. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar (PBM) menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II, pada siklus I aktivitas siswa dengan katagori sering dan selalu mencapai 30,67% dan siklus II mencapai 44,00%.

Dengan demikian menunjukkan bahwa, baik siklus I maupun II telah dapat membuktikan hipotesis penelitian yang dimaksud.

Pembahasan Hasil Penelitian

Proses pembelajaran matematika pokok bahasan vektor dengan menggunakan pendekatan SETS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dengan pendekatan SETS sangat cukup untuk mencapai hasil belajar siswa sesuai dengan ketuntasan yang diharapkan. Demikian pula dari kemampuan guru yang dimiliki telah mampu menerapkan pendekatan SETS secara optimal, sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Dalam penggunaan pendekatan SETS pada setiap siklus terjadi perubahan yang signifikan, jika sebelumnya pada siklus I menjadi ketuntasan 73,33%, maka pada siklus II menjadi 83,33%.

Dalam pembelajaran matematika pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS akan memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa, mengingat pendekatan tersebut berusaha untuk memadukan antara teori dengan keadaan yang sebenarnya. Dengan adanya pengalaman belajar yang demikian, maka siswa menjadi lebih mudah untuk mengingat, sehingga hasil test yang diberikan guru menjadi lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut.

  1. Pembelajaran Matematika dengan materi ajar dengan pokok bahasan vektor pendekatan SETS dapat meningkatkan prestasi siswa yang mencapai tuntas belajar m
  2. Pembelajaran matematika dengan materi ajar pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam PBM.
  3. Pembelajaran Matematika dengan materi ajar dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas guru.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dikemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut.

  1. Pembelajaran Matematika dengan materi ajar pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS sangat efektif untuk dilakukan dalam PBM untuk itu diharapkan guru dapat mengembangkan materi ajar dengan pendekatan SETS pada setiap pokok bahasan dan mengimplementasikannya di kelas.
  2. Pembelajaran Matematika dengan materi ajar pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS memerlukan saran dan prasarana laboratorium yang memadai untuk memberikan pengalaman pada siswa untuk itu sangat dianjurkan kepada kepala sekolah untuk melengkapi sarana laboratorium.
  3. Pembelajaran Matematika dengan materi ajar pokok bahasan vektor dengan pendekatan SETS memerlukan seorang guru yang benar-benar menguasai teknologi. Untuk itu diharapkan guru selalu mencari teknologi yang berkaitan dengan Sains pada setiap pokok bahasan.
  4. Diharapkan setiap perguruan tinggi yang memiliki fakultas keguruan untuk mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan SETS.

DAFTAR PUSTAKA

ahmad yani, mamat rahimat. Teori Dan Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. bandung: refika aditama, 2018.

Miftianah, Nofia Nur, Andari Puji Astuti, and Fitria Faticahtul Hidayah. “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Sets Kelas X Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit.” Jurnal Seminar Nasional Pendidikan, Sains Dan Teknologi, 2016, 249–57.

“Model Cooperative Script Berpendekatan Science, Environment, Technology, and Society (Sets) Terhadap Hasil Belajar.” Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2016.

Muzari, Isfi, Ashadi, and baskoro adi Prayitno. “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Pada Tema Makanan Sehat Dan Tubuhku Untuk Meningkatkan Hasil Belajar.” Jurnal Inkuiri 5, no. 1 (2016) : 21–27.

Penilaian, Sistem, Portofolio Pada, Hasil Belajar, and Negeri Salatiga. “Economic Education Analysis Journal” 2, no. 1 (2013) : 18–23.

Poedjiadji, Anna. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Rosdakarya, PT Remaja, 2019.