UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 SALATIGA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
NUMBER HEAD TOGETHER
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 SALATIGA
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Ruth Christy Widodo
Tri Widiarto
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universias Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini sebagai upaya untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas VII D SMP Negeri 7, Salatiga tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pembelajaran kooperatif model Number Head Together (NHT). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 28 siswa, pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama dan kedua membahas pokok bahasan Sumber Daya Alam di Indonesia. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran IPS berlangsung dengan menggunakan wawancara, tes tertulis dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari tes dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase hasil ketuntasan siswa kelas VII D pada mata pelajaran IPS setiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi Sumber Daya Alam di Indonesia mengalami peningkatan. Hasil ini terlihat dari rata-rata klasikal dan jumlah persentase ketuntasan minimum belajar IPS siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga yang mengalami peningkatan. Rata- rata klasikal siswa mengalami peningkatan, dari Prasiklus 67,7% menjadi 89% pada Siklus I dan 91% pada siklus II. Persentase hasil belajar siswa juga meningkat pada Prasiklus hanya 32,1%, pada Siklus I menjadi 89,2% dan Siklus II 92,8%. Dengan demikian prestasi belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga yang mulanya tergolong rendah, setelah tindakan menjadi tinggi.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, Prestasi belajar
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkem-bangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Pembelajar-an tidak mungkin dilakukan menggunakan teknik yang sama setiap generasinya, tentu dibutuhkan model-model pembelajaran yang lebih menyenangkan untuk mem-bangun semangat belajar siswa.
Berdasarkan penelitian awal pada nilai ulangan harian di SMP Negeri 7 Salatiga dan wawancara dengan guru IPS, didapatkan hasil bahwa 18 dari 28 siswanya kurang memahami pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari nilai tes IPS yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal 7,1. Guru sudah baik di dalam menjalankan pembelajaran, namun siswa beranggapan bahwa pelajaran IPS membosankan dan syarat dengan hafalan telah menjadi suatu hal yang membuat minat belajar mata pelajaran IPS kurang menarik, bahkan siswa menganggap bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang tidak terlalu penting. Selain itu, pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru banyak menjelaskan dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelas.
Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman, ada beberapa siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah mata pelajaran lain dan kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Bila siswa diberi soal latihan yang agak sulit, siswa tidak mengerjakan soal tersebut dan tidak berusaha untuk mencari penyelesaian soal tersebut. Siswa lebih senang menunggu guru yang menyelesaikan soal tersebut. Hal ini disebabkan siswa kurang diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyam-paikan pendapat. Penggunaan metode pembelajaran aktif dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT) diharapkan dapat mengatasi masalah ini.
Dengan menerapkan model ini, pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru tetapi siswa mampu lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode NHT juga diharapkan menjadi satu solusi dalam mengatasi kendala siswa saat belajar IPS yang memerlukan hafalan.
METODE
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa, pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama dan kedua membahas pokok bahasan Sumber Daya Alam di Indonesia. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran IPS berlangsung dengan menggunakan wawancara, tes tertulis dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari tes dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata dan persentase hasil ketuntasan siswa kelas VII D pada mata pelajaran IPS setiap siklus
REVIEW LITERATUR
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekotar individu, belajar adalah yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Nana Sudjana, 1987: 28).
Model pembelajaran adalah suatu upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Menurut Joyce dan Weil, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk memben-tuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembela-jaran di kelas atau yang lain (Rusman. 2011:11).
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Seiring dengan perkembangan filsafat konstrukti-visme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa Negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, konstruktif. Salah satu pemikiran kritis itu adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan atau PAIKEM. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dimiliki dan dikuasi peserta didik. Peserta didik dibela-jarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana mereka mempela-jari konsep dab bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan diluar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerja secara kooperatif.
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternativ terhadap struktur kelas tradisional. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakkan struktur empat fase sebagai sintaks NHT. (Trianto, 2009:82,83)
Fase pertama yang dilakukan adalah penomoran, yaitu guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.
Fase kedua mengajukan Pertanya-an, yaitu guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya berbentuk arahan, misalnya “ Pastikan setiap siswa mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau Sumatera”.
Fase ketiga berpikir bersama, yaitu siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Fase keempat, yaitu Menjawab /mempresentasikan jawaban atas soal-soal yang diberikan, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Peneliti melakukan dua siklus sebagai dasar dalam penelitian tindakan kelas dan tiap siklus telah dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan observasi terhadap keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelaaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga. Kondisi awal hasil belajar IPS pada siswa kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga semester 1 tahun ajaran 2014/2015, menunjukkan bahwa belum semua siswa mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) 71. Dari 28 siswa, ada 18 siswa yang belum mencapai KKM. Hal ini dikarenakan siswa kelas VII D kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Mereka lebih suka menggambar dan bercerita dengan temannya daripada mendengarkan guru yang menyampaikan materi. Kondisi awal ini belum menggunakan model pembelajaran Number Head Together, yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari IPS kurang maksimal, dapat diperoleh data bahwa siswa yang sudah tuntas sesuai KKM (71) pada ulangan harian semester genap berjumlah 9, sedangkan yang belum tuntas 19 siswa. Nilai rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Nilai klasikal kondisi awal kelas VII D SMP Negeri 7 Salatiga
No |
ASPEK |
NILAI |
1 |
Rata- rata klasikal |
67,7 |
2 |
Nilai terendah |
40 |
3 |
Nilai tertinggi |
92 |
4 |
Presentase Ketuntasan (%) |
32,1 |
Pada tabel 1 dapat dilihat perolehan hasil belajar siswa kelas VII D pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata klasikal 67.7, nilai terendah 40, nilai tertinggi 9.2 dan ketuntasan klasikal 32,1%. Berdasarkan tabel 1, kondisi awal hasil belajar siswa VII D masih rendah dari indikator keberhasilan yang diharapkan. Adapun indikator keberhasilan yang diharapkan adalah nilai rata-rata klasikal sudah mencapai lebih dari delapan puluh (>80) dan minimal 90% dari jumlah siswa mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM=71).
Pada siklus 1 pelajaran IPS dengan pokok pembahasan potensi sumber daya hutan, sudah menerapkan model pembelajaran Number Head Together. Berdasarkan penelitian siklus 1 ini, subjek yang mengikuti proses belajar mengajar sebanyak 28 siswa dari 28 siswa keseluruhan kelas VII D. Hasil belajar siswa pada siklus 1 tampak adanya peningkatan dibanding dengan prasiklus. Pada siklus ini siswa yang nilainya meningkat berjumlah 25 siswa. Untuk lebih jelas lihat tabel 2:
Tabel 2. Nilai klasikal Pra siklus dan Siklus 1
No |
Aspek |
Nilai |
Peningkatan |
|
Pra Siklus |
Siklus 1 |
|||
1 |
Nilai rata-rata klasikal |
67,7 |
89,0 |
21,3 |
2 |
Nilai Terendah |
40 |
68 |
28 |
3 |
Nilai Tertinggi |
92 |
100 |
8 |
4 |
Presentase Ketuntasan (%) |
32,1 |
89,2 |
57,1 |
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus 1 dengan tema Potensi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan sub tema Kegiatan Ekonomi dan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam, sudah menerapkan model pembelajaran Number Head Together. Hasil belajar siklus 1 sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Pada prasiklus nilai rata- rata klasikal 67,7 dan pada siklus 1 nilai rata- rata klasikal 89,0 dengan peningkatan 21,3. Presentase ketuntasan pada prasiklus hanya 32,1% dan pada siklus 1 naik menjadi 89,2% dengan peningkatan 57,1%.
Pada siklus II ini guru memfokus-kan dalam peningkatan pembelajaran dan berperan sebagai pembimbing terhadap siswa. Pokok bahasan pada siklus II mengenai potensi sumber daya tambang. Berdasarkan penelitian siklus II ini, subjek yang mengikuti proses belajar mengajar sebanyak 28 siswa dari 28 siswa keseluruhan kelas VII D. Hasil belajar siswa pada siklus II tampak adanya peningkatan dibanding dengan siklus I. Pada siklus ini siswa yang nilainya meningkat berjumlah 21 siswa. Umtuk lebih jelas lihat tabel 3 berikut:
Tabel 3. Nilai Klasikal Siklus I dan Siklus II
No |
Aspek |
Nilai |
Peningkatan |
|
Siklus I |
Siklus II |
|||
1 |
Nilai rata-rata klasikal |
89 |
91 |
2 |
2 |
Nilai Terendah |
68 |
68 |
|
3 |
Nilai Tertinggi |
100 |
100 |
|
4 |
Presentase Ketuntasan (%) |
89,2 |
92,8 |
3,6 |
Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata- rata klasikal 91 terdapat peningkatan 2 diban-dingkan dengan siklus I, yaitu 89. Persentase ketuntasan siklus II 92,8% dengan peningkatan 3.6%. Sedangkan untuk siswa yang tuntas 26 siswa dan yang belum tuntas 2 siswa.
Hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran model Number Head Together telah mengalami peningkatan. Hasilnya dapat ditunjukkan oleh nilai yang sudah diperoleh. Nilai dari tiap siklus dapat di lihat dari tabel 4 berikut:
Tabel 4. Nilai Klasikal Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Aspek |
Nilai |
||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
Rata- rata Klasikal |
67,7 |
89 |
91 |
2 |
Nilai Terendah |
40 |
68 |
68 |
3 |
Nilai Tertinggi |
92 |
100 |
100 |
Pada grafik 4, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata- rata klasikal pada pra siklus dan siklus I yaitu 67,7 menjadi 89 dengan presentase 21,3%. Nilai rata- rata klasikal pada siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan dari 89 menjadi 91 dengan presentase naik 2 angka. Nilai terendah pada pra siklus sebesar 40 menjadi 68 pada siklus I, pada siklus II nilai terendah tetap 68. Nilai tertinggi pada pra siklus yaitu 92, dan pada siklus I dan siklus II yaitu 100.
Ketuntasan klasikal kelas dari tiap siklus mengalami peningkatan. Presentase ketuntasan klasikal siswa pada mata pelajaran IPS dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Presentase Ketuntasan Klasikal
No |
Tahap Perbaikan |
Presentase |
|
Belum Tuntas |
Tuntas |
||
1 |
Pra Siklus |
67,8% |
32,1% |
2 |
Siklus I |
7,14% |
92,8% |
3 |
Siklus II |
7,14% |
92,8% |
Dilihat dari presentase ketuntasan klasikal pada pra siklus sebesar 32,1% meningkat menjadi 92,8% pada siklus I dan siklus II yaitu 92,8%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembela-jaran dengan model Number Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS.
Setelah siklus I dan siklus II terlaksana, maka peneliti menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Number Head Together, kelebihan model pembelajaran NHT mampu membuat suasana belajar yang aktif dan menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan mampu meningkatkan presentase hasil belajar siswa mencapai 92,8%.
Adapun kelemahan dalam model pembelajaran NHT yaitu, waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak main dalam kegiatan pembelajaran. Pada kelas yang besar (30 siswa) jika kurang bijaksana maka yang akan timbul adalah suasana yang ramai dan tidak terkendali, sehingga diperlukan bimbingan guru yang ekstra untuk melakukan kegiatan.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS mengalami peningkatan, stelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Number Head Together. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata- rata klasikal pada pra siklus 67,7 ( tanpa model pembelajaran Number Head Together) menjadi 89 (siklus I) dan 91 (siklus II) setelah menggunakan model pembelajaran Number Head Together. Presentase ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan sebesar 92,8%. Dalam penelitian ini masih ada 2 siswa yang belum tuntas sesuai KKM (71).
Bagi guru mata pelajaran IPS hendaknya dapat menerapkan model- model pembelajaran aktif supaya menarik perhatian siswa dan menghilangkan kebosanan dalam proses pembelajaran. Diperlukan adanya kajian lebih mendalam tentang model pembelajaran Number Head Together untuk menuju kesempurnaan, sehingga diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan karena bermanfaat bagi guru dan bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Grafindo Persada
Nana Sudjana. 1987. Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana Prenada
Wiriatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.