Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DALAM PELAJARAN IPA MATERI MEMAHAMI BENDA
MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES
BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER GANJIL
SD NEGERI BAKALREJO 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Panut Riyanto
Sekolah Dasar Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan
ABSTRAK
Meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Kec. Susukan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) konsep “Memahami Benda“ melalui penggunaan metode pembelajaran Pendekatan Ketrampilan Proses adalah tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Kec. Susukan Tahun Pelajaran 2015/2016 . Maka Penelitian ini disebut tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Kec. SusukanTahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 19 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester I selama 2 bulan. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan menggunakan dua siklus tindakan. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Pendekatan Ketrampilan Proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Kec. Susukan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi “Memahami Bendaâ€. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Berdasarkan hasil tes sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan serta perbaikan pembelajaran, maka menunjukkan bahwa Keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan lagi menjadi sanagat baik pada siklus II. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus II.Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan47%, siklus I 68% dan pada siklus II 100%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: prestasi belajar, Pendekatan Ketrampilan Proses
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah tidaklah semata-mata hanya menyampaikan berbagai keterampilan dan pengetahuan kepada peserta didik, melainkan memberi dorongan untuk berkembangnya pemahaman dan penghayatan peserta didik terhadap nilai-nilai dan prinsif Ilmu Pengetahuan Alam sehingga pada siswa akan tumbuh daya nalar, berfikir secara logis, sistematis, kreatif, kritis, cerdas, terbuka serta timbul rasa ingin tahu terhadap masalah yang di ketahui melalui pengalamannya sehari-hari.
IPA disebut juga sains, yang terdiri atas fisika, kimia dan biologi. IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Cain & Evans (1990) menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Seorang yang ahli di bidang sains dikenal dengan saintis. Beberapa ilmuan di bidang IPA yaitu Carles Darwin, George Mendell, Galileo Galilei, Issac Newton dan John Dalton.
IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung arti bahwa IPA terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA mengandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA sebaiknya menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan metode keterampilan proses secara ilmiah.
Dalam proses pembelajaran IPA sebagian besar sekolah masih menggunakan pola lama. Cara lama yang perlu dirubah tersebut antara lain adalah sebagi berikut:
1. Pembelajaran hanya beriorientasi pada tes/ujian.
2. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
3. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual.
4. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya.
5. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
6. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses.
Akibatnya, siswa selain jauh dari keberhasilan mempelajari IPA juga tidak menguasai konsep IPA. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya hasil nilai ulangan harian, serta nilai ujian akhir nasional yang diperoleh oleh siswa. Nilai ulangan masih berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dari setiap indikator pembelajaran. KKM ditetapkan oleh masing-masing sekolah setiap awal tahun pembelajaran.
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPA khususnya di kelas IV Semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Bakalrejo 01 untuk materi memahami Benda belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam standar isi yang dikeluarkan oleh BNSP. Sistem pembelajaran selama ini masih berpusat kepada guru, sehingga pemahaman siswa terhadap fakta-fakta, konsep-konsep dan pembelajaran IPA masih kurang. Hal itu disebabkan siswa kurang terlibat secara proses dan kurang terlatihnya keterampilan intelektual dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran dirasakan kurang bermakna. Begitu pun pada saat dilaksanakan ulangan nilainya masih jauh dari standar yang diharapkan.
Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA konsep memahami Benda, khususnya pada siswa kelas IV Semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Bakalrejo 01. Nilai rata-rata hasil ulangan harian di kelas tersebut baru mencapai 64,00 yang sangat jauh di bawah KKM yang ditetapkan yaitu dengan nilai > 65,00.
Ditinjau dari penguasan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan kelas baru mencapai 47,00% dari jumlah siswa. Hal ini diartikan bahwa dari 19 siswa yang ada, baru ada 8 orang siswa yang sudah memperoleh nilai > 65,00.
Para guru yang memiliki profesi dan tanggung jawab untuk mencerdaskan siswa dan meningkatkan pendidikan di sekolah harus memahami serta mampu menggunakan macam -macam metode pembelajaran. Untuk itu, perlu dicari akar permasalahan yang menyebabkan kesulitan belajar IPA sehingga dapat dipikirkan pemecahannya. Dengan berbagai metode pembelajaran, dapat meningkatkan kualitas berpikir para siswa (Sardiman, 2000: 133 ).
Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran IPA selama ini, ditemukan beberapa hal yang sebenarnya masih dapat dicarikan jalan keluarnya untuk meningkatkan proses pembelajaran tersebut. Untuk menemukan data yang konkret tentang hal ini, maka dirasakan perlu untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas guna meningkatkan pemahaman siswa tentang Memahami Benda dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas IV Semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Bakalrejo 01.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka pada kesempatan ini penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran IPA Materi Memahami Benda Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses Bagi Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Tahun Pelajaran 2015 / 2015â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah cara meningkatkan prestasi belajar siswa dengan pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA materi Memahami Benda bagi siswa kelas IV Semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Bakalrejo 01?â€
1) Apakah dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan keterampilan guru kelas IV SD Negeri Bakalreja 01 dalam pembelajaran IPA?
2) Apakah dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri Bakalreja 01 dalam pembelajaran IPA?
3) Apakah dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Bakalreja 01 dalam pembelajaran IPA?
Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan dan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA materi Memahami Benda bagi siswa kelas IV Semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Bakalrejo 01 melalui pendekatan ketrampilan proses.
Secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterampilan guru kelas IV SD Negeri Bakalreja 01 dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan ketrampilan proses.
2) Meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SD Negeri Bakalreja 01 dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan ketrampilan proses.
3) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Bakalreja 01 dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan ketrampilan proses.
Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pembelajaran IPA, terutama untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SD Negeri Bakalrejo 01 melalui metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“
b. Memberi masukan bagi siswa bahwa dengan menggunakan metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“ dapat meningkatkan motivasi siswa selama proses belajar.
Bagi Guru
a. Bagi guru IPA, dengan metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“ dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan menarik.
b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk dijadikan tambahan informasi mengenai pembelajaran yang bervariatif sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa mereka.
Bagi Sekolah
a. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan dalam penggunaan metode “Pendekatan Ketrampilan Proses“ mampu meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah kekayaan keilmuan bagi perpustakaan sekolah.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam.
Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Dari istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu†tentang “Pengetahuan Alamâ€. “Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Sedangkan objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.
Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Menurut Nash (Djojosoediro, 2008: 7) mengatakan bahwa “Science is away of looking at the worldâ€. Nash menyatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati dunia itu bersifat analitis , lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan
fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk satu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Menurut Rom Harre (Djojosoediro, 2008: 9) IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola yang penting yaitu pertama, bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori, kedua bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala alam.
Menurut Susilowati (2013: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas memang benar bahwa IPA merupakan ilmu teoritis yang muncul dan didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala alam dan lingkungan. Suatu teori tidak dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil pengamatan/observasi. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan YME. Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
Pendekatan Ketrampilan dan Proses
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut (Azhar, 1993: 7). Berdasarkan pengertian tersebut, pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.
Pendekatan ketrampilan proses merupakan wawasan atau pedoman pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Pendekatan ini bermaksud mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. PKP (Pendekatan Keterampilan Proses) memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai ilmuwan.
KERANGKA BERFIKIR
Kerangka pemikiran pada dasarnya adalah merupakan uraian penalaran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru menggunakan kurikulum sebagai acuan pengembangan materi. Sumber utama materi berupa buku-buku penunjang digunakan oleh guru untuk memberikan materi kepada siswa. Dalam penyampaiannya, guru menggunakan metode bervariasi. Hal ini dimaksudkan agar pengalaman pembelajaran yang diterima siswa menjadi beragam dan suasana pembelajaran lebih menarik. Salah satu metode yang digunakan guru dalam penyampaian pembelajaran adalah menggunakan pendekatan pembelajaran ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA.
METODOLOGI PENELITIAN
Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada kelas IV Semester I tahun pelajaran 2015/2016 .
2. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan dalam waktu 2 (dua) bulan yaitu dari persiapan penelitian minggu ke III bulan Agustus 2015 sampai dengan penyusunan laporan penelitian minggu I bulan Oktober 2015 .
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 19 orang siswa.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran IPA dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 64 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 47% siswa menjawab kesulitan.
Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal tindakan merupakan hasil refleksi terhadap pencarian fakta tentangpembelajaran IPA konsep “Memahami Benda†pada siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 . Data refleksi diperoleh dari pengamatan terhadap hasil tes belajar siswa sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses atau hasil ulangan harian.
Hasil tes diperoleh dari nilai ulangan harian yang diperoleh dari 19 orang siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 . Berdasarkan nilai ulangan harian, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh adalah sebesar 55, nilai tertinggi sebesar 80, dan nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 64.00. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 64.00 < KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 65,00. Atas dasar hal tersebut, maka siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi Memahami Benda.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, dari 19 siswa yang ada, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > KKM baru mencapai 9 orang siswa (47%). Sisanya sebanyak 10 orang siswa (53%) belum mencapai batas tuntas. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 belum mencapai batas tuntas penguasaan penuh secara klasikal yang dipersyaratkan > 80.00%.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Refleksi hasil tindakan Siklus I diperoleh dari hasil tes yang dilaksanakan pada tanggal 6 September 2015 . Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses sebagai berikut:
1) Implementasi metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan dampak produk pembelajaran berupa meningkatnya prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya:
a) Keterampilan guru meningkat menjadi rata rata baik
b) Aktivitas siswa meningkat dengan kriteria baik
c) Nilai rata-rata hasil belajar siswa sebagai dampak produk pembelajaran mengalami peningkatan dari sebesar 64 pada kondisi awal menjadi 71 pada akhir tindakan Siklus I.
d) Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 47% pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan meningkat menjadi 68% pada akhir tindakan siklus I
2) Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) guru masih terbawa dengan pola lama dan belum sepenuhnya menggunakan pola pembelajaran berpusat pada siswa; (b) masih rendahnya kemampuan siswa dalam membangun konsep;(c) aktivitas guru dalam dengan pendekatan proses masih belum optimal, yaitu baru mencapai tingkatan ‘cukup baik’; dan (d) ketuntasan kelas secara klasikal dengan nilai rata-rata >65,00 serta dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sebesar > 80.00% belum tercapai.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Hasil tes akhir tindakan Siklus II menunjukkan adanya peningkatan dalam hal hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 68, nilai tertinggi sebesar 93, dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 78. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa > KKM yang ditetapkan sebesar 65,00 maka siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 secara klasikal sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas minimal dengan nilai > 65,00 adalah sebanyak 19 orang siswa (100%). Sisanya sebanyak 0 siswa (0%) belum mencapai batas tuntas. Atas dasar hal tersebut, maka tingkat penguasaan penuh secara klasikal sebesar 80% sudah tercapai.
Refleksi Hasil Tindakan Pembelajaran
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pendekatan prosesdalam pembelajaran IPA konsep â€Memahami Benda†sebagai berikut.
1) Penggunaan metode pembelajaran dengan pendekatan proses pada tindakan pembelajaran Siklus II berhasil meningkatkan dampak produk pembelajaran berupa meningkatnya prestasi belajar siswa.
a) Keterampilan guru meningkat dengan kriteria sangat baik
b) Aktivitas siswa meningkat dengan kriteria sangat baik
c) Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 64 pada siklus I menjadi 71 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 78 pada akhir Siklus II.
d) Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 68% pada Siklus I meningkat menjadi 100 % pada akhir tindakan Siklus II.
2) Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus II adalah tidak adanya siswa atau 0% yang belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk itu siswa tersebut tidak perlu diberikan perlakuan khusus berupa pembelajaran remedial dapat mencapai ketuntasan belajar.
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa â€Pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPAmateri â€Memahami Benda†bagisiswa Kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun Pelajaran 2015/2016 †terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Prestasi belajar siswa pada kondisi awal, hasil belajar siswa cukup rendah. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai rata-rata hasil belajar sebesar 64 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 47%. Kondisi tersebut diindikasikan disebabkan karena proses pembelajaran yang kurang mampu mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered dan didominasi guru.
Guna mengatasi hal tersebut maka guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses. Metode pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses merupakan suatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuan mereka melalui proses mencari dan menemukan. Penggunaan metode ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk menemukan dan mengkonstruksipengetahuan mereka tentang suatu konsep.
Keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan menjadi sanagat baik pada siklus II. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan menjadi sangat baik pada siklus II. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan47%, siklus I 68% dan pada siklus II 100%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam selama dua siklus ini, dapat ditarik simpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Memahami Benda†bagi siswa kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 .
Secara terperinci dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan lagi menjadi sanagat baik pada siklus II.
2. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus II.
3. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan47%, siklus I 68% dan pada siklus II 100%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan ini, dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses, peneliti memberikan sejumlah saran. Saran tersebut ditujukan kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan peneliti selanjutnya.
Bagi Sekolah
Agar setiap kepala sekolah dapat berperan aktif dalam mendukung penerapan pendekatan ketrampilan proses dalam proses pembelajaran IPA karena dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga siswa lebih semangat dalam belajar.
Bagi Guru Kelas
a. Guru kelas lainnya disarankan dapat menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan dengan pembelajaran ini siswa dapat berpartisipasi aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuan mereka.
b. Guru kelas disarankan agar dapat mengkondisikan kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
c. Guru kelas disarankan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan siswa karena hal itu akan menciptakan suasana pembelajaran yang komunikatif dan menyenangkan.
Bagi siswa
a. Siswa hendaknya lebih tertib dan fokus dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Siswa disarankan untuk berperan aktif pada proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Elliott, John. 2001. Classroom Action Research. Article. http:// www.madison.edu diakses pada 20 Oktober 2015 .Esler dan Esler (1984
Karsa dan Eddy, 1993
Moedjiono dan Moh. Dimyati. (1992/1993). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Patta Bundu. (2006). Penilaian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyadi. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: DIVA Press.
Taniredja, Tukiran. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Ombak
Uno, Hamzah. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Usman, M.Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Winarno. 2013. Pembelajaran Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.Winkel,W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling Di SeJkolah Menengah (cetakan VII). Jakarta: Grasindo.
Winataputra, 2008
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.