UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 1 TREMBULREJO SEMESTER II DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
PADA TAHUN 2011/2012
Alip Mintarto
Guru SDN 1 Trembulrejo, Kecamatan Ngawen Kab.Blora
ABSTRAK
Adapun metode yang digunakan penelitian ini mendeskripsikan Peningkatan tivitas Siswa Dalam Pembelajaran PKn Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan jumlah siswa 20 anak, pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam pelaksanaan terdiri dari 2 siklus, meliputi pengumpulan data, refleksi, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan. Hasil penelitian pembelajaran awal yang dilaksanakan siklus I menunjukkan bahwa hanya ada 6 siswa yang tuntas dan 14 diantaranya tidak tuntas. Dengan kata lain, tingkat ketuntasan belajar siswa dalam operasi hitung adalah 29%. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II telah mengalami peningkatan dari 29% menjadi 96%. Ini menunjukkan bahwa dalam siklus II mengalami peningkatan dari 6 siswa yang tuntas dengan jumlah siswa 20 menjadi 19 siswa yang tuntas dan 1 tidak tuntas. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sangatlah penting dalam proses belajar mengajar demi mutu pembelajaran dalam perkembangan pendidikan sesuai dengan kurikulum
Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Pembelajaran PKn, Model Pembelajaran Kooperativ Jigsaw
PENDAHULUAN
Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kuali-tas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, memberi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Sesuai dengan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyatakan bahwa:
Dengan memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang guru memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas. Sesuai dengan Depdiknas (2005: 33) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran PKn yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan model pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Model pembelajaran yang akan di coba untuk melakukannya adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Ketertarikan peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena peneliti melihat dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Jadi, keunggulan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw dibanding dengan diskusi yaitu seluruh anggota dalam kelompok harus bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab tugas itu ada yang merupakan tanggung jawab individu dan ada pula tanggung jawab kelompok. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw”.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SDN 1 Trembulrejo, diharapkan aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang memperhatikan dalam pembelajaran.
2. Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
3. Adanya siswa beranggapan bahwa dalam belajar kelom-pok tidak perlu semua bekerja.
4. Adanya siswa yang suka membicarakan hal lain, yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok.
5. Tanggung jawab siswa terhadap tugas masih rendah.
6. Adanya anggota kelompok yang tidak mau menerima pendapat teman.
Pembatasan Masalah
Sesuai dengan kemampuan waktu dan tenaga yang peneliti miliki, maka peneliti memberi batasan masalah:
1. Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
2. Tanggung jawab siswa terhadap tugas masih rendah.
3. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mengembangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw memberikan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn kelas VI SDN 1 Trembulrejo?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah “untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dan moti-vasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pem-belajaran kooperatif Jigsaw”.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu ma-ta pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005: 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengem-bangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berpres-tasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.
Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn
Aktivitas Belajar
Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu dijelaskan tentang Aktivitas dan Belajar. Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26), Aktivitas artinya “kegiatan/keaktivan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 28), adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengerti-an, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Selanjutnya Sardiman A.M. (2003: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fak-ta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu:
1. Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
2. Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera ikut berperan.
Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpen-dapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu 1. perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, 2. interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pri-badi, fakta, dsb.
Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanan-nya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, 2005: 31, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktivan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.
Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehing-ga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul D. Dierich, dalam Oemar Hamalik (2001: 172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu:
a) Kegiatan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
b) Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, meng-hubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
c) Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d) Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa ka-rangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
e) Kegiatan-kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
f) Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melak-sanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
g) Kegiatan-kegiatan Mental
Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan Emosional
a. Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian aktivitas tersebut di atas, bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran PKn tidak mung-kin tercapai tanpa adanya aktivitas siswa apalagi dalam pembelajaran PKn antara lain tujuannya adalah untuk menjadikan manusia kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan ber-tanggung jawab.
Dari uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dengan adanya motivasi siswa dalam belajar, maka aktivitas siswa dalam proses pembelajaran juga akan meningkat.
b. Aktivitas Siswa yang Diamati
Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati aktivitas siswa sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru
c. Memberi saran
d. Mengemukakan pendapat
e. Menyelesaikan tugas kelompok
f. Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Keberhasilan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembe-lajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembe-lajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembela-jaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman ke-lompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.
2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, di mana Muslim Ibrahim (2006: 6, dalam Depdiknas 2005: 45) menguraikan unsur-unsur pem-belajaran Kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab individu.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif:
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model pem-belajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran terten-tu. Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran kooperatif tersebut. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005: 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, seorang guru hendaklah dapat membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat bekerja dengan optimal.
4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok dan 4) tipe Struktural. Tentang hal itu dapat diuraikan sebagai berikut.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.
1. Pembentukan Kelompok Belajar
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan aka-demik.
b. Kelompok Ahli
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal, dengan diagram sebagai berikut:
2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D.
b. Membagi wacana/tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.
c. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wa-cana/tugas yang sama dalam satu kelompok se-hingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan waca-na/tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi ten-tang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti). Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit.
f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelom-pok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal.
g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing sis-wa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit.
h. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyam-paikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit).
Kerangka Konseptual
Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kegiatan dilaku-kan dalam tiga tahapan yaitu: tahap I (kooperatif inti ), tahap II (kelompok ahli), tahap III (kelompok gabungan). Untuk meningkatkan aktivitas siswa perlu adamotivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Dalam halini peneliti hanya meneliti sampai aktivitas siswa, tidak meneliti sampai hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SDN 1 Trembulrejo aktivitas belajar siswa dapat meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Trembulrejo kecamatan Ngawen kabupaten Blora. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Februari 2012 (semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VI yang berjumlah 20 orang, terdiri dari 9 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa instrumen untuk mencatat semua aktivitas siswa selama tindakan berlangsung. Ada tiga macam alat pengumpul data yang digunakan, yaitu: Aspek-aspek yang diamati adalah Mengajukan pertanyaan, Menjawab pertanyaan siswa maupun guru, Memberi saran, Mengemukakan pendapat, Menyelesaikan tugas kelompok, Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Catatan lapangan merupakan buku jurnal harian yang ditulis peneliti secara bebas, buku ini mencatat seluruh kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran.
Kuesioner siswa merupakan dialog secara tertulis dengan siswa yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran yang dibawakan disenangi atau tidak oleh siswa, ada sepuluh aspek yang ditanyakan. Pada kuesioner ini siswa diharapkan dapat menjawab jujur dan objektif dengan jalan memberi ceklis “ya” atau “tidak” pada lajur yang disediakan. Kuesioner ini diberikan kepada 20 orang siswa setelah berakhirnya siklus kedua. Aspek yang ditanyakan pada kuesioner tersebut terlampir.
Data yang diperoleh dianalisa secara kolaboratif dengan teman sejawat dan hasilnya dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana tindakan berikutnya. Analisa data dilakukan setiap selesai 1 kali pertemuan tatap muka dan setiap akhir silkus. Data dianalisa secara kualitatif yaitu lembaran observasi dan catatan lapangan. Analisa kualitatif untuk catatan lapangan dan lembaran observasi dilakukan dengan jalan membandingkan keaktifan siswa pada siklus satu dengan keaktifan siswa siklus dua.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Rencana Tindakan
a. Menetapkan jumlah siklus yaitu dua siklus, tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan tatap muka.
b. Menetapkan kelas yang dijadikan objek penelitian, yaitu kelas VI SDN 1 Trembulrejo, kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora.
c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan penelitian.
d. Menyusun perangkat pembelajaran, meliputi:
ü Rencana Pembelajaran
ü Lembaran Kerja Siswa
ü Merancang alat pengumpul data
e. Menetapkan observer
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Menyampaikan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
2. Sebagai apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang kompetensi dasar berkaitan dengan materi yang dipelajari
3. Memberikan motivasi agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran
4. Menyebutkan dan menuliskan judul pembelajaran
5. Menyebutkan dan menuliskan kompetensi dasar yang ingin dicapai
b. Kegiatan Inti
1) Tahap Kooperatif
a. Siswa dibagi dalam enam kelompok kecil yang anggotanya empat orang dan diberi nomor kepala A,B,C,D.
b. Kepada setiap kelompok dibagikan tugas yang tidak sama, masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda.
c. Tugas disajikan dalam bentuk Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang dipersiapkan oleh peneliti.
2) Tahap Ahli
Siswa yang menerima wacana yang sama (yang berasal dari masing-masing kelompok koope-ratif), membahas wacana/tugas dengan disku-si/bekerja sama dan mempersiapkan diri untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada masing-masing anggota kelompok kooperatif asal.
3) Tahap Kooperatif Asal
a. Setiap anggota kembali ke kelompok kooperatif masing-masing yang telah menjadi ahli dan mengajarkan/menginformasikan hasil diskusi kelompok ahli secara bergiliran
b. Setiap kelompok menyusun laporan secara tertulis
c. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menunjuk salah satu kelompok
c. Kegiatan Penutup
1) Memberi penekanan tentang konsep penting yang harus dikuasai siswa
2) Membantu siswa menarik kesimpulan
3) Memberikan tugas rumah berdasarkan topik pada rencana pembelajaran
HASIL PENELITIAN
Hasil PTK ini diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus I dan siklus II untuk pembelajaran PKn menggunakan model Koopertif yang dilakukan untuk siswa kelas VI SDN 1 Trembulrejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
Kondisi awal siswa nilai siswa sangat rendah dari nilai tes. Nilai rata-rata tes jauh dibawah KKM. Inilah yang menetapkan untuk mengadakan perbaikan dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas.
Siklus I
Ada 4 tahap yaitu:
1. Perencanaan (planning)
o Menganalisa kurikulum;
o Membuat RPP dan LKS;
o Membuat rencana Tanya Jawab;
o Membuat instrument, observasi, dan evaluasi;
2. Pelaksanaan Tindakan (acting)
o Membagi siswa menjadi 5 kelompok;
o Guru memberikan materi pada anak;
o Siswa mengikuti dan menyimpulkan;
o Kelompok mempresentasikan hasil;
3. Observasi (observing)
o Pada siklus I rata-rata tes formatif 50 masih dibawah KKM = 60;
o Skor aktivitas siswa rata-rata 57,8%;
o Guru dalam siklus I hanya memberi
4. Refleksi
o Alat peraga terbatas;
o Guru tidak menjelaskan tentang materi;
o Siswa tidak berani bertanya kepada guru;
Siklus II
Pada siklus II sama seperti pada siklus I, namun pada siklus II guru dalam pelaksanaan tindakannya memberikan langkah-langkah dan alat peraga berupa gambar kaerajaan hindu, serta membuat daftar pertanyaan yang mengarah pada kesimpulan.
Pada siklus II rata-rata nilai tes sangat signifikan yaaitu 70. sedangkan skor aktifitas juga naik sangat signifikan yaitu 82,5%
Dari sinilah dapat memberikan gambaran bahwa dengan metode Tanya jawab dapat meningkatkan nilai siswa.
PENUTUP
Simpulan
Hasil penelitian sangat signifikan, hal ini terlihat dari perbandingan dari nilai rata-rata tes dan skor aktivitas siswa dalam pembelajaran. Nilai rata-rata tes siklus I adalah 50 pada siklus II menjadi 70. skor aktifitas siklus I 57,8% pada siklus II naik menjadi 82,5%. Maka dari hasil inilah penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Saran
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, maka pada peningkatan aktivitas siswa. Untuk itu dalam pembelajaran supaya anak/siswa aktif dalam meningkatkan hasil belajarnya, kita sebagai guru harus lebih benar-benar menguasai materi pembelajaran dan guru harus mampu membuat strategi yang tepat dalam menyampaikan pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anton M Mulyono, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdikbud
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Depdiknas
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon: Massa Chussetts
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, P.T., Bumi Aksara
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara