Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VI
SD NEGERI KORIPAN 02 SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Slamet
Sekolah Dasar Negeri Koripan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di SDN Koripan 02 pada kompetensi dasar “Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan†berupa membuat ringkasan cerita, dari 17 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 70 ada 4 siswa dan 17 siswa mendapatkan nilai di bawah 70. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan melakukan pembelajaran menggunakan Media Audiovisual. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SDN Koripan 02. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa kelas VI yang berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 23%, siklus I 53%dan siklus II 83%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran menggunakan Media Audiovisualdapat meningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VI SDN Koripan 02.
Kata kunci: Hasil belajar, Media Audio Visual
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia SD yaitu agar siswa mampu menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan. Dalam praktiknya, setelah mendengarkan cerita atau drama pendek, siswa menuliskan kembali ringkasan isi cerita yang didengarnya. Ringkasan isi cerita itu meliputi deskripsi alur cerita, tokoh, perwatakan, dan latar atau setting cerita.
Pada kenyataannya, saat ini banyak siswa SD mengalami kesulitan “menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan†dalam bentuk tulisan. Menceritakan isi drama membutuhkan keterampilan bahasa yaitu menulis. Jika pelajaran bercerita sulit bagi anak, anak kesulitan dalam menulis. Anak sulit untuk menangkap ide, waktu untuk menulis kurang mencukupi, dan akhirnya siswa kesulitan menulis. Banyak orang belum mengenal dan mengalami langsung manfaat menulis. Manfaat yang diterima penulis ternyata tidak berhenti ketika ia selesai menjalani proses penulisan. Hasil tulisan juga memberikan berbagai manfaat positif yang dapat dinikmati lama setelah tulisan tersebut selesai dikerjakan.
Pelajaran membuat ringkasan cerita adalah salah satu modal untuk meraih suatu prestasi. Pengajaran membuat ringkasan cerita perlu mendapat perhatian agar siswa memiliki keterampilan mendengarkan dan menulis, sehingga mampu mencurahkan isi hatinya kepada orang lain dengan baik dari apa yang didengarnya. Siswa harus belajar dan berlatih untuk memperoleh kemampuan di dalam mendengarkan/ menyimak dan membuat ringkasan cerita.
Berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, siswa di SD Negeri Kenteng 02 Kec. Bandungan, Bandungan Kabupaten Semarang dalam “menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan†adalah kegiatan yang sulit untuk dilakukan sebab waktu yang tersedia hanya sedikit, relatif singkat dan pendek. Keadaan tersebut membuat siswa kurang leluasa ketika mencoba merangkai kata untuk disusun dalam tulisan dengan waktu jam pelajaran yang terbatas. Waktu yang relatif singkat tersebut kurang memberikan kesempatan kepada semua siswa dan guru kurang kesempatan menjelaskan dan membahas hasil tulisan para siswa.
Berdasarkan survey sementara, hasil dari pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya “menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan†masih belum sesuai dengan harapan yang ada pada kurikulum. Hal ini disebabkan kurangnya ketertarikan siswa pada pembelajaraan menyusun karangan. Kebanyakan siswa tidak mampu memilih kata yang tepat atau menggambarkan perwatakan secara benar. Siswa lebih cenderung bercerita secara kronologis berdasarkan fakta yang diketahui tanpa komentar dan pendalaman isi.
Kelemahan pembelajaran “menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan†pada siswa kelas VI SDN Koripan 02 rata-rata mencapai 64 di bawah KKM 70. Sebagai gambaran antara lain; siswa membuat ringkasan cerita tidak memperhatikan alur cerita, tokoh dan perwatakan, serta setting cerita.
Bertolak dari kurangnya keterampilan siswa dalam “menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan†dalam bentuk tulisan tersebut, perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan media audiovisual.. Tindakan kelas tersebut dimaksudkan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi. Selanjutnya, dengan penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk pengembangan keteranpilan guru guna menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Secara langsung siswa juga akan mendapatkan manfaatnya, yaitu pemahaman materi yang lebih mudah dan skoring tinggi juga (apabila PTK berhasil) dan tentu saja, secara tidak langsung apabila guru mau mengadakan PTK dan berhasil tentunya akan meningkatkan kualitas belajar mengajar di sekolah.
Salah satu media pembelajaran untuk mengatasi kesulitan yang diterapkan adalah Media audiovisual. Media pembelajaran ini bertujuan memberikan memotivasi peserta didik, merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari dan memberikan rangsangan pelajaran baru serta mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mempertinggi tingkat hasil belajar. Untuk menggunakan atau mengoperasikan Media audiovisual ini membutuhkan dan menggunakan bantuan komputer dengan Media audiovisual.
Dari kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Koripan 02 Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016â€
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan Media Audiovisualpada siswa kelas VI SDN Koripan 02?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Apakah penerapan Media Audiovisual dapat meningkatkan keterampilan Guru Kelas VI SDN Koripan 02 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
b. Apakah penerapan Media Audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VI SDN Koripan 02 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
c. Apakah penerapan Media Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Koripan 02 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah: Meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan Media Audiovisual pada siswa kelas VI SDN Koripan 02.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Meningkatkan keterampilan Guru Kelas VI SDN Koripan 02 melalui Media Audiovisual pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Meningkatan aktivitas siswa kelas VI SDN Koripan 02 melalui Media Audiovisual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Koripan 02 melalui Media Audiovisual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
- Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
- Meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar “Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan†berupa membuat ringkasan cerita.
- Memudahkan penguasaan cerita dan membuat ringkasan cerita.
- Memperoleh suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.
2. Bagi Guru
a. Memberikan alternatif bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Mengembangkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran lain.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran sekolah.
b. Mengoptimalkan penggunaan media dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
LANDASAN TEORI
Hakekat Belajar
Terdapat berbagai pendapat mengenai pengertian belajar. Gagne dalam Dahar (2011), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dahar (2011), dalam belajar terkandung konsep yaitu (1) perubahan perilaku, (2) perilaku terbuka, (3) belajar dan pengalaman, (4) belajar dan kematangan. Dalam Standar Proses BSNP (2007), belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya. Selain itu, dengan proses belajar maka manusia akan mencapai proses kematangan dan pendewasaan pada dirinya.
Menurut Reber dalam Suprijono (2013), pada intinya belajar adalah proses dalam mendapatkan pengetahuan. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Dikatakan pula bahwa belajar merupakan suatu proses untuk membentuk kepribadian seutuhnya.
Belajar didefinisikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar juga merupakan suatu konsep untuk mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya (Suprijono, 2013:3).Dari pengertian belajar yang disampaikan oleh para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berbudaya menjadi berbudaya, yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan tempat tinggalnya dan dilakukan secara kontinyu selama hidupnya.
Media Pembelajaran Audiovisual
Menurut Munadi (2013: 113) media audiovisual merupakan media yang dikenal dengan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Hamdani (2011: 245) bahwa media audiovisual yaitu media audiovisual adalah media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan sebagainya. Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audiovisual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media audiovisual dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media. Dan guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh media audiovisual, di antaranya program video atau televisi, video atau televisi instruksional, dan program slide suara (soundsslide). (Hamdani, 2011: 249)
Sedangkan menurut Levie (dalam Hamdani, 2011:73), pengajaran menggunakan stimulus audiovisual membuahkan hasil yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubungkan fakta dan konsep.
Sedangkan keuntungan dari media audiovisual (Diani, 2013) antara lain: a) Media ini mencakup segala aspek indera pendengar, penglihat dan peraba. Sehingga kemampuan semua indera dapat terasah dengan baik karena dipergunakan dengan seimbang dan bersama, b) Dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai materi pembelajaran, c) dapat memusatkan perhatian siswa, d) pemakaiannya tidak membosankan, e) hasilnya lebih mudah untuk di mengerti dan dipahami, dan e) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, peneliti menetapkan media audiovisual dalam pembelajaran karena dengan menggunakan media audiovisual agar siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik dari pengalaman siswa mendengarkan dan melihat tayangan media audiovisual.
KERANGKA BERPIKIR
Pemahaman siswa yang kurang terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia materi “Mendengar cerita dan membuat ringkasan†pada KD Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan, menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Dengan Media Audiovisualdiharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi “Mendengar cerita dan membuat ringkasan†pada KD Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan, dengan mudah, mengembangkan kemampuan akademik, kecakapan pribadi dan sosial, siswa dapat bekerjasama, saling membantu antara teman terutama yang mengalami kesulitan belajar, dan saling bertanggungjawab antar anggota kelompok. Selain itu guru kelas juga bertambah pengetahuan dan kreativitas dalam merancang pembelajaran materi “Mendengar cerita dan membuat ringkasan†pada KD Menceritakan isi drama pendek yang disampaikan secara lisan, sesuai karakteristik siswa.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan Media Audiovisualdalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI SDN Kenteng 02 Bandungan Bandungan Kabupaten Semarang.
METODE PENULISAN
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan pada hari Senin tanggal 2 Maret 2015 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Senin tanggal 9 Maret 2015, dan siklus 3 pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015.
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Koripan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.
Alasan Penelitian Dilakukan di SD Negeri Koripan 02
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Koripan 02 Desa Koripan Kecamatan SusukanKabupaten Semarang sebanyak 17 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 10 orang.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan penelitian guru dalam proses Pembelajaran Bahasa Indonesia dari hasil ulangan yang diperoleh hanya mencapai rata-rata 64 ketika ditanyakan pada siswa ternyata hampir 75% siswa menjawab kesulitan.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN
Deskripsi Kondisi Awal
Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Koripan 02 Kecamatan SusukanKabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas VI sebanyak 17 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Koripan 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Koripan 02 terletak di desa Koripan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Suasana Sekolah Dasar Negeri Koripan 01 masih asri dengan suasana pedesaan, Sekolah Dasar Negeri Koripan 02 dikelilingi oleh perumahan warga dan masjid.
Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD Negeri Koripan 02 Desa Koripan pada semester II diperoleh data yaitu dari 17 siswa yaitu 7 laki-laki dan 10 perempuan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Ketrampilan Siswa
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau 75%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 5 siswa dengan persentase 25%.
Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) sebanyak 8 siswa atau 47%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 53%.
Deskripsi dan Pembahasan Siklus 2
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 3 siswa atau 17%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa dengan persentase 83%.
Refleksi Pelaksanaan Siklus 2
Berdasarkan deskripsi data perlaksanaan tindakan siklus 2 pada pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Media Audiovisualpada kelas VI SD Negeri Koripan 02 diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan pada siklus 3. Namun penelitian tindakan kelas masih dimungkinkan untuk dilanjutkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) menciptakan suasana yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, 2) memberikan bantuan dan bimbingan secara individu, 3) selalu memotivasi siswa untuk percaya diri terhadap jawaban maupun pendapat yang dimiliki.
Keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 23%, siklus I 53%dan siklus II 83%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media audiovisualterhadap keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa diperoleh data sebagai berikut:
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media audiovisual meningkat. Pada siklus I perolehan jumlah skor yaitu 26 dengan kategori baik. Dan pada siklus II lebih meningkat dengan jumlah skor 34 dengan kategori sangat baik, dan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media audiovisualmeningkat. Aktivitas siswa sebelum perbaika termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatn lagi menjadi sangat baik pada siklus 2 dan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media audiovisual meningkat. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan klasikal hasil belajarsebelum perbaikan 23%, siklus I 53%, dan siklus II 83%. dan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.\
SARAN
Berdasarkan pengalaman selama melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VI SDN Koripan 02 peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
a. Guru diharapkan dapat menggunakan media audiovisualsehingga keterampilan guru dapat meningkat dan menunjang keprofesionalan guru.
b. Dengan menggunakan media audiovisual, siswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuannya sendiri sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
c. Sekolah diharapkan senantiasa memberi bimbingan untuk menerapkan media audiovisual dan mengembangkan model serta media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan nilai akreditasi di sekolah.
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 2008. Aplikasi Media Dalam Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Artha, I Putu Roby. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media VCD terhdap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD CHIS Denpasar. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Mariyah, Siti. 2005. Pengembangan Media VCD Pembelajaran “Memerankan Drama Pendek” di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan UNY. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/2018 Vol 7, No 2 (2005)
Moloeng LJ. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Munir. 2008. Kurikulum Berbasis tekhnologi Informasi Dan Komunikasi, Bandung:Alfabeta.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Radfiani, Wenda. 2012. Pengaruh Pemanfaatan Media VCD Pembelajaran Tata Cara Shalat Fardhu terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II MI Negeri Druju Kabupaten Malang. Malang: Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Rohani, Ahmad. 2007. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran, Yogyakarta: Kaukaba.
Sudjana, Nana. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo