Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Drill
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI MENCERITAKAN PENGALAMAN YANG MENGESANKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRILL PADA SISWA KELAS III
DI SD NEGERI REJOSARI 03 KEC. BANCAK KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Endang Susilawati
SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang
ABSTRAK
Tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dalam menulis cerita yang mengesankan melalui penggunaan gambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018, untuk meningkatkan Menceritakan pengalaman yang mengesankan melalui Metode Drill pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 dan memenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. PTK merupakan suatu tindakan yang bersifat reflektif oleh para pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional mengenai tindakan mereka dalam bertugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran dilaksanakan. Subjek yang akan diteliti adalah anak Kelas III di SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukakan metode drill dapat Meningkatkan kemampuan menulis cerita yang mengesankan Materi Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2016/2017 dengan dibuktikan pada tahap siklus I berjumlah 4 siswa kategori Baik, katgeori cukup berjumlah 5 atau 35,71%, Kategori Sangat Kurang berjumlah 5 siswa atau 35,71%. Siklus II kategori Sangat Baik sekali berjumlah 4 dari 14 siswa , Baik sekali berjumlah 6 siswa atau 46,66%, Baik berjumlah 4 siswa atau 26,67%% , Cukup berjumlah 0 siswa atau 0% dan Sangat Kurang berjumlah 0 siswa atau 0%. Jadi, ketuntasan seluruh siswa berjumlah 14 siswa telah memperoleh sama dengan atau lebih dari KKM 70 dengan prosentase 100%. Ini menunjukkan keberhasilan pembelajaran.
Kata Kunci: Hasil Belajar Bahasa Indonesia, Metode Drill
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar calistung (baca tulis hitung), pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis†maka peranan pengajaran Bahasa Indonesia di SD menjadi sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya pada tahap keberwacanan (di kelas I dan kelas II) tetapi juga pada tercapainya kemahiran wacanan (di kelas-kelas tinggi atau kelas III sampai Kelas IIII SD).
Hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi, oleh sebab itu pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis (Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas II, 1994:20).
Belajar Bahasa Indonesia siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai peran penting adalah aspek keterampilan menulis (Zuchdi, 1997:100). Sedangkan kegiatan berbahasa tersulit adalah menulis. Sebab, menulis ini tidak hanya melibatkan representasi grafis pembicaraan, tetapi juga pengembangan dan presentasi pemikiran secara terstruktur.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai media komunikasi. Kita menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. “Bahasa adalah media komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.†(Keraf, 2004:1). Dengan demikian setiap warga dituntut untuk terampil bebahasa. Bila setiap warga sudah terampil berbahasa, maka komunikasi antar warga akan berlangsung dengan baik.
Maka dari itu guru bertugas untuk mewujudkan pendidikan yang adil dan merata serta mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efisien,sehingga materi pembelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah diserap oleh peserta didik serta tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dengan mudah dicapai.Dengan pengembangan strategi pembelajaran ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan yang dapat memberi pengaruh terhadap kehidupan siswa sehingga siswa mampu berprestasi dengan memuaskan ,maka dari itu kegiatan pembelajaran memerlukan kesungguhan guru. Hendaknya guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan metode yang mereka sukai saja,diharapkan agar menggunakan media yang cocok dengan materi yang disampaikan agar pembelajaran menarik serta dalam mengunakan media agar bisa mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran bukan lagi pembelajaran yang konvensional.
Sekolah merupakan pusat semua sumber belajar yang berfungsi guna mempersiapkan siswa sehingga dapat terjun dalam kehidupan bermasyarakat dalam hal ini guru hanya merupakan fasilitator bagi siswa.Di sekolah inilah pendidikan diberikan oleh seorang guru terhadap para siswanya. Di dalam perkembangan pembelajaran yang dilaksanakan saat ini banyak ditemukan masalah-masalah tentang kurangnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,sehingga tujuan pembelajaran yang seharusnya tercapai dan dikuasai siswa banyak yang tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan pada indikator pembelajaran.Pada semua mata pelajaran siswa selalu dituntut untuk menguasai baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari selalu diawali dengan Menceritakan pengalaman yang mengesankan. Tetapi kenyataannya tidak semua yang diharapkan oleh kurikulum dapat tercapai hal ini disebabkan oleh masih adanya beberapa anak Kelas III (tiga) di SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang yang belum terampil menceritakan pengalaman yang mengesankan,hal ini disebabkan di dalam pemberian materi pelajaran terutama pelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional dan masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah.
Dalam kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah tahun 2011, siswa diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang meliputi: (a) mendengarkan: memahami dan memberi tanggapan trhadap gagasan, pendpat pikiran, kritikan dan perasaan orang lain dalam berbahasa bentuk wacana lisan, (b) berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, kritikan, perasaan, dalam berbagai bentuk kepada berbagai mitra berbicara sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan, (c) membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik secara tersurat maupun tersirat untuk berbagai tujuan, dan (d) menulis secara efektif fan efisien berbagai jenis karnagan dalam berbagai konteks (Depdiknas, 2011:11).
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh dipahaminya materi pelajaran oleh siswa, tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang, pada tahun 2017/208 masih standar, terutama dalam menjawab isi dongeng. Kesulitan yang sering terlihat pada siswa khususnya dalam menjawab isi dongeng, siswa tidak bisa memahami isi dongeng sehingga siswa kesulitan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi dongeng, ada juga siswa yang terkadang kurang berani menanyakan kepada guru walaupun sebenarnya tidak mengerti.
Akibat dari pembelajaran yang monoton dan kurangnya penggunaan metode dan media pembelajaran membuat siswa merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran.Maka dari itu diperlukan metode dan media pembelajaran yang inofatif.Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran utamanya pada pelajaran dalam Menceritakan pengalaman yang mengesankan di SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti melaksanakan penelitian dengan: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan Metode Drill Pada Siswa Kelas III di SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan rincian permasalahan maka perumusan masalah dalam penelitian.
1. Apakah Metode Drill dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran dalam menulis cerita yang mengesankan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?
2. Apakah dengan Metode Drill dapat meningkatkan Menceritakan pengalaman yang mengesankan siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini:
1. Untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dalam menulis cerita yang mengesankan melalui penggunaan gambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Untuk meningkatkan Menceritakan pengalaman yang mengesankan melalui Metode Drill pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kegunaan Hasil Penelitian
Bagi Guru
a. Guru dapat memahami hal-hal yang perlu dilakukan untuk
menyampaikan pembelajaran secara aktif dan menarik siswa.
b. Guru dapat memperkaya teknik pembelajaran dan guru dapat mengetahui teknik pembelajaran serta dapat mengetahui teknik-teknik sistem pembelajaran yang tepat dan relevan, sehingga dapat mempermudah guru
untuk mengatasi masalah-masalah apa yang timbul dalam pembelajaran.
c. Guru akan menjadi lebih aktif dan kreatif dalam membelajarakan siswa
dengan menggunakan media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
d. Guru mengetahui penggunaan alat evaluasi yang sesuai untuk mengukur
keterampilan menulis cerita yang mengesankan dengan baik.
Bagi Siswa
a. Siswa dapat lebih mudah dan semangat dalam memahami materi pelajaran.
b. Dengan cara pembelajaran yang menarik, dan tidak akan membosankan
siswa dalam menyimak pelajaran sehingga siswa akan menyimak
pelajaran dengan baik.
c. Siswa akan lebih aktif belajar dan mereka bisa lebih mudah dalam
memahami pelajaran.
Bagi Sekolah
a. Sekolah dapat lebih mudah dalam memperoleh alat peraga.
b. Penggunaan alat di sekolah tidak harus mengeluarkan biaya yang besar.
c. Untuk menyediakan alat peraga, bisa dibuat dari lingkungan sekitar dan didapat dari siswa itu sendiri.
d. Serta alat peraga ini dapat disimpan untuk siswa-siswa tahun berikutnya.
LANDASAN TEORI
Tinjauan Tentang Cerita yang mengesankan
Pembelajaran Bercerita
Pembelajaran adalah proses mempelajari. Mudini dan Salamat Purba (2009: 18) mengungkapkan bahwa pembelajaran ialah pengalaman yang dialami murid dalam proses menguasai kompetensi dasar. Di dalam KTSP dinyatakan bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pernyataan tersebut berarti bahwa siapa pun yang mempelajari suatu bahasa pada hakikatnya sedang belajar berkomunikasi. Dalam pembelajaran berceritapun seseorang berarti belajar untuk berkomunikasi. Pembelajaran bercerita dapat berlangsung jika setidak-tidaknya ada dua orang yang berinteraksi, atau seorang yang bercerita dan pendengar yang mendengarkan cerita tersebut. Adapun karakteristik yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran bercerita menurut Mudini dan Salamat Purba (2009: 19-20) yakni sebagai berikut:
a. Harus ada pendengar,
b. Penguasaan lafal, struktur, dan kosa kata,
c. Ada tema/topik yang diceritakan,
d. Ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya ditanyakan,
e. Memperhatikan situasi dan konteks.
Pengertian Metode Drill
Sebelum mendefinisikan tentang metode drill terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan.
Oleh karena itu peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif di bandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.
Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tetapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru.
Dari definisi metode mengajar, maka metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.
Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang bersangkutan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian tindakan Kelas (PTK), atau dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan penekanan pada menyempurnaan atau praktek dan proses pembelajaran (Susilo, 2007:16). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2005:3).
Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, meliputi ; (1) planning (perencanaan), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan) dan (4) Reflection (refleksi) Lebih jelasnya sebagai berikut:
Tahap Perencanaan (planning)
Merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlakukan saat proses pembelajaran berlangsung.
c. Menyusun soal test.
d. Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
e. Membuat metode drill perbaikan
Tahap Tindakan (action)
a. Guru membuat skenario atau konsep pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
b. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat
Tahap Pengamatan (observation)
Pada tahap ini segala aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan danilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan balik. Aktivitas guru antara lain: pemberian motivasi belajar, kejelasan dan sistematika penyampaian materi, pengelolaan pembelajaran, kejelasan suara, penguasaan bahan, tuntutan pencapaian/ketercapaian kopetensi siswa, memberikan evaluasi, ketetapan strategi pembelajaran. Sedangkan aktivitas siswa antara lain: memperhatikan penjelasan guru, bertanya mengenai materi yang belum jelas, rasa ingin tahu siswa meningkat, mengerjakan soal evaluasi, kerjasama dengan kelompok, keaktifan dalam kelompok.
Tahap Analisis dan Refleksi (reflection)
Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian, maka terdapat beberapa tahap refleksi (reflection), yang meliputi:
a. Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.
b. Evaluasi hasil observasi.
c. Analisis hasil pembelajaran. Memperbaiki kelemahan siklus I pada siklus II dan siklus III.
Hasil refleksi berupa refleksi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan tersebut, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada tahap selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut di atas adalah unsur untuk membentuk siklus, yaitu satu putaran beruntun yang kembali kelangkah semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi. Dalam PTK ini, peneliti menggunakan kegiatan pembelajaran yang terbentuk dalam sebuah siklus yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Rejosari 03 Kec. Bancak Kab. Semarang.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang penulis laksanakan pada tanggal 1 September – 30 Oktober 2017. Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas di SD Negeri Rejosari 03 Bancak Kab. Semarang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Data Prasiklus
Pelaksanaan pra siklus dimulai tanggal 04 September 2017. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Rejosari 03 yang terletak di Desa Penadaran Kecamatan Bancak Kab. Semarang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terhadap peserta didik Kelas III yang berjumlah 14 Peserta didik. Dalam proses belajar mengajar guru di dalam melaksanakan kegiatan mengajar menggunakan RPP dengan metode mengajar yaitu metode drill, Sisi lain hasil belajar peserta didik yang telah ditetapkan dalam KKM yaitu 70, masih banyak peserta didik yang belum memenuhi ketuntasan apalagi bila ketuntasan dilihat dari segi ketuntasan klasikal yang peneliti tetapkan yaitu 85%,
Dalam menyampaikan materi, guru terkadang tidak menyesuaikan dengan RPP, sehingga keluar dari tujuan yang ingin dicapai dalam indikator pembelajaran, tetapi langsung berdasarkan buku materi ajar Bahasa Indonesia sebagai buku pegangan yang digunakan untuk menyampaikan pembelajaran, guru tidak membacakan tujuan yang harus dicapai sesuai yang terdapat dalam silabus. Metode metode drill yang digunakan guru dalam menyampaikan materi kurang menarik, begitu juga dengan kegiatan untuk membangkitkan keaktifan sangat kurang dilakukan oleh guru.
Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana. Peneliti menggunakan guru lain sebagai pengamat dan juga mendiskusikan hasil pengamatannya terhadap perbaikan pembelajaran dan memberi masukan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Sebelum diadakannya tindakan, peneliti terlebih dahulu mengadakan observasi di Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Bancak Kab. Semarang saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran materi Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode ceramah membuat peserta didik kurang aktif sehingga membuat peserta didik kurang memahami materi.
Deskripsi Data Siklus I
Perencanaan
Berdasarkan hipotesis tindakan, maka peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Metode drill yang bertujuan agar peserta didik aktif, tertarik dan paham terhadap materi yang disampaikan, sehingga pembelajaran bisa lebih efektif dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Selanjutnya peneliti bertindak sebagai guru melakukan koordinasi dengan kolaborator untuk membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan pertemuan dan koordinasi yang tertulis di atas penulis mempersiapkan instrument-instrumen yang diperlukan pada waktu melaksanakan proses pembelajaran yaitu: Rencana Pembelajaran/RPP yang penulis lengkapi dengan persiapan alat peraga, lembar kerja dan lembar evaluasi. Lembar pengamatan yang terdiri: lembar pengamatan kinerja guru, aktifitas belajar siswa dan lembar evaluasi pembelajaran.
Penulis melaksanakan pembelajaran siklus I pada 18 September 2017 di Kelas III SD Negeri Rejosari 03, Kecamatan Bancak, Kab. Semarang, pada jam ke 1 dan ke 2 yaitu jam 07.00 – 08.30.
Penulis di dalam melaksanakan pembelajaran ini dibantu oleh dua teman sejawat, yang satu berperan sebagai pengamat hasil belajar siswa dan satunya lagi berperan sebagai pengamat kualitas pembelajaran.
Dari hasil pengamatan mengenai kinerja guru masih kurang optimal. Guru masih kurang dalam memberikan motivasi, Guru masih belum mampu dalam memberikan apersepsi, belum mampu dalam menyiapkan kelas, kurangnya Kemampuan Guru dalam menerapkan metode pembelajaran yaitu Metode drill dan kurangnya kemampuan Guru dalam berkomunikasi dengan anak. Namun demikian masih belum optimalnya kinerja guru akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Keaktifan belajar siswa
Keaktifan belajar siswa masih kurang terlihat bahwa antusias siswa masih jauh dari harapan, siswa masih cuek dan tidak mendengarkan dengan baik dan siswa juga belum terlihat aktif dalam bertanya.
Antusias siswa dalam belajar masih rendah dan Ketertarikan siswa terhadap materi juga nelum menunjukkan minat belajar.
Instrumen evaluasi
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70, artinya peserta didik dinyatakan tuntas apabila telah mencapai nilai 70 atau lebih. Secara klasikal dikatakan tuntas apabila telah mencapai 85%. Nilai hasil belajar peserta didik dalam siklus I diambil dari nilai tes evaluasi peserta didik pada akhir siklus.
Jadi, jumlah siswa yang telah memperoleh sama dengan atau lebih dari KKM 70 berjumlah 4 orang dengan prosentase 28,58%. Ini menunjukkan siswa belum tuntas dalam proses pembelajaran.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan nilai tes akhir siklus I, ternyata dalam siklus I dengan menggunakan Metode drill, proses pembelajaran yang berlangsung belum mulai terlihat efektif, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, walaupun masih rata-rata peserta didik masih pasif, tidak memperhatikan penjelasan guru, dan masih banyak peserta didik yang tidak mau bertanya saat mengalami kesulitan serta masih malu ketika diminta guru untuk menjadi sebagai sukarelawan untuk membacakan pertanyaan. Hal ini dikarenakan hal – hal sebagai berikut:
1) Peserta didik belum terbiasa dalam pembelajaran menggunakan metode drill dan masih terpengaruh dengan metode yang lama.
2) Penjelasan guru terlalu cepat, sehingga peserta didik kurang memahami materi yang disampaikan
3) Kesiapan Guru dalam menguasai metode metode drill belum optimal sehingga berpengaruh pada peserta didik yang masih pasif.
Karena masih adanya beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I ini, maka berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari data hasil belajar peserta didik pada siklus I yang menunjukkan bahwa indikator ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal belum tercapai.
Deskripsi Data Siklus II
Perencanaan
Dari hasil siklus I penulis akan memperbaiki kekurangan-kekurangan saat proses pembelajaran. Perbaikan tersebut sebagai berikut:
1) Memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Mengembangkan materi yang akan dibahas
3) Guru menggunakan metode drill
4) Membuat alat observasi untuk mengetahui kinerja guru, antusias siswa dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan
Penulis melaksanakan pembelajaran siklus II pada 09 Oktober 2017 di Kelas III SD Negeri Rejosari 03, Kecamatan Bancak, Kab. Semarang, pada jam ke 1 dan ke 2 yaitu jam 07.00 – 08.30.
Penulis di dalam melaksanakan pembelajaran didampingi oleh dua teman sejawat, yang satu berperan sebagai pengamat hasil belajar siswa dan satunya lagi berperan sebagai pengamat kualitas pembelajaran.
Pengamatan
Peneliti sebagai pelaksana melakukan kegiatan pembelajaran, kolaborator melakukan pengamatan terhadap guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, metode yang digunakan, pemberian penguatan, memotivasi peserta didik dan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Peneliti melakukan pengamatan secara cermat terhadap Kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru. Aspek kinerja guru meliputi: aktivitas peserta didik dengan menggunakan Lembar Observasi Peserta didik yang telah disiapkan terlebih dahulu. Aspek keaktifan meliputi memperhatikan penjelasan guru dengan serius, dan aktif dalam tanya jawab.
Selama kegiatan belajar mengajar (KBM), guru melaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Sedangkan pengamat dengan menggunakan data hasil observasi mencatat beberapa kejadian penting, antara lain:
Kinerja guru
Hasil pengamatan mengenai kinerja guru sudah optimal. Guru mampu memberikan apersepsi dengan baik, mampu menyiapkan kelas, Guru sudah baik sekali dalam menerapkan metode pembelajaran yaitu Metode drill dan interaksi antara guru dan siswa terlihat sangat baik. Namun demikian kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran setiap hari perlu ditingkatkan agar peserta didik dapat berprestasi.
Keaktifan belajar siswa
Keaktifan belajar siswa sangat baik terlihat bahwa antusias siswa sesuai harapan, siswa sudah memperhatikan dan mendengarkan dengan baik dan siswa juga terlihat aktif dalam bertanya.
Instrumen evaluasi
Evaluasi siswa adalah siswa dinyatakan tuntas apabila telah mencapai nilai 70 atau lebih. Secara klasikal dikatakan tuntas apabila telah mencapai 85%. Nilai hasil belajar peserta didik dalam siklus II diambil dari nilai tes evaluasi peserta didik pada akhir siklus.
Hasil tes menunjukkan bahwa secara keseluruhan sudah tuntas dengan nilai rata-rata 82,72 dengan prosentase hasil belajar sebagai berikut:
Tabel. 4.9. Prosentase Hasil Tes
Rentang Nilai (Skala nilai 50-100) |
Hasil Belajar |
Kategori Nilai |
|
f |
% |
||
90 – 100 |
4 |
26,67% |
Sangat Baik |
81 – 89 |
6 |
46,66% |
Baik Sekali |
70 – 80 |
4 |
26,67% |
Baik |
51 – 69 |
|
|
Cukup |
40 – 50 |
|
|
Sangat Kurang |
Jumlah |
14 |
100% |
|
Jadi, seluruh siswa yang berjumlah 14 siswa telah memperoleh sama dengan atau lebih dari KKM 70 dengan prosentase 100%. Ini menunjukkan meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus I.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan nilai tes akhir siklus II dalam proses pembelajaran berlangsung efektif dan kondusif, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan partisipatif peserta didik selama pembelajaran berlangsung, penguasaan materi pembelajaran oleh guru sangat baik sehingga siswa paham dan mengerti setiap penjelasan materi tentang tata cara menulis cerita yang mengesankan dari metode drill, dan seluruh peserta didik sangat komunikatif mampu bertanya saat mengalami kesulitan serta seluruh siswa antusias diminta guru untuk menjadi sebagai sukarelawan. Hal ini dikarenakan hal – hal sebagai berikut:
1) Peserta didik sudah terbiasa dan mengenal dalam pembelajaran menggunakan metode drill.
2) Penjelasan guru sangat menyenangkan, sehingga peserta didik memahami materi yang disampaikan
3) Kesiapan Guru dalam menguasai metode metode drill sudah optimal.
Dari refleksi diatas sudah sangat baik dalam proses pembelajaran pada siklus II, maka berdampak pada peningkatan pemahaman peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari data hasil belajar peserta didik pada siklus II yang menunjukkan bahwa indikator ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal belum sudah tercapai dan perlu ditingkatkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam Bab sebelumnya, bahwa penerapan Metode drill dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2016/2017 sangat membantu guru dalam mengatasi kejenuhan dalam belajar. Metode drill yang sudah dilaksanakan sebagai sarana siswa bermain dan belajar. Metode drill dalam penelitian ini menggunakan metode drill suatu peristiwa.
Hasil penelitian menunjukakan metode drill dapat Meningkatkan kemampuan menulis cerita yang mengesankan Materi Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Negeri Rejosari 03 Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2016/2017 dengan dibuktikan pada tahap siklus I berjumlah 4 siswa atau 28,58% kategori Baik, katgeori cukup berjumlah 5 atau 35,71%, Kategori Sangat Kurang berjumlah 5 siswa atau 35,71%.
Siklus II kategori Sangat Baik sekali berjumlah 4 dari 14 siswa , Baik sekali berjumlah 6 siswa atau 46,66%, Baik berjumlah 4 siswa atau 26,67%% , Cukup berjumlah 0 siswa atau 0% dan Sangat Kurang berjumlah 0 siswa atau 0%. Jadi, ketuntasan seluruh siswa berjumlah 14 siswa telah memperoleh sama dengan atau lebih dari KKM 70 dengan prosentase 100%. Ini menunjukkan keberhasilan pembelajaran.
Saran
Mengingat pentingnya pembelajaran melalui metode drill untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut diatas sebagai berikut:
Guru
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar paham menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi tersampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh peserta didik. Dan selalu memantau perkembangannya terutama dari perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.
c. Pelaksanaan pembelajaran melalui metode drill pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ini, agar dapat dilakukan tidak hanya sampai pada selesainya penelitian ini saja, akan tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan secara kontinyu sebagai program untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengurangi kejenuhan pada waktu melaksanakan pembelajaran telah berlangsung.
Pihak sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung
b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
c. Kepada semua pihak sekolah terutama para guru, sudah seharusnya meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi professional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas, karena sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya akan dapat menghasilkan peserta didik yang berprestasi, berbudi pekerti luhur, dan berakhlaqul karimah yang mampu berdampak positif pada perkembangan dan kemajuan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. 1997.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa. Indah
Depdiknas, 2011. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Dirjend Dikdasmen
Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara 2002)
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Menulis secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya
Tarigan, Henry Guntur.1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa.
Mulyati, Yeti, dkk. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah. Kecerdasan. Jakarta. Depdiknas
Bachir, Bachtiar S. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita dan Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdiknas
Arsjad Maidar ,Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Idonesia. Jakarta: Erlangga.
Mudini dan Salamat Purba. 2009. Pembelajaran Berbicara. Jakarta Depdiknas: PPPPTK Bahasa.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algensido Offset.
Dimyati dan Mujiono. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Renika Cipta.