UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn

TENTANG HAK ASASI MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH BAGI SISWA KELAS VII H

SMP NEGERI 2 SIDOHARJO TAHUN 2011 / 2012

Eny Arin Dwi Astuti

SMP Negeri 2 Sidoharjo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan Keaktifan dan hasil belajar PKn dalam memecahkan masalah HAM dengan harapan proses pembelajaran PKn dikelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ( Class action Research ). Jumlah populasi seluruh siswa kelas VII yang digunakan adalah 32 siswa tanpa mempergunakan sampel, karena semua menjadi subjek penelitian. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan yaitu catatan guru, catatan siswa, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, penarikan analisis dan kesimpulan sebagai bentuk refleksi penelitian. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil: 1) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat mengalami peningkatan 31,25%, 2) keterlibatan dalam kelompok mengalami kenaikan 15,50%, 3) keberanian siswa dalam bertanya naik 12.50%, 4) kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok mengalami peningkatan 15,62%, 5) skor rata – rata siswa yang kurang relevan mengalami penurunan 8,33%, 6) skor rata – rata pemahaman siswa tentang HAM mengalami kenaikan 7,35%, 7) ketuntasan belajar juga mengalami kenaikan 28,12%.Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar PKn dalam memecahkan masalah HAM pada siswa SMP Negeri 2 Sidoharjo Sragen.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Keaktifan siswa, Hasil Belajar


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa

Dalam kenyataannya, kondisi di kelas VII H berjumlah 32 anak, laki – laki berjumlah 18 anak, perempuan berjumlah 14 anak. Hasil tertinggi 80 terendah 45, rata – rata 68,13. Sehingga jika KKM 75 maka siswa yang belum tuntas sebanyak 20 anak atau 62,5%.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berdasarkan masalah” dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.

Disinilah Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan -permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:“Apakah melalui penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah HAM bagi siswa kelas VII H SMP Negeri 2 Sidoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2011 / 2012?

Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah HAM pada Mata Pelajaran PKn kelas VII H SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen pada semester 2 tahun pelajaran 2011 / 2012, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Siswa:

Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn

2. Bagi Guru:

Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Bagi Sekolah:

Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn dan tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah

LANDASAN TEORI

Keaktifan Belajar Siswa

Dalam proses belajar mengajar terjadi aktivitas guru dan siswa. Hal ini yang memotivasi siswa untuk cenderung aktif dalam belajar. Aunurrahman (2009: 119) menyatakan keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain (Mulyasa, 2008: 158).

Trinandita (2008) menyatakan bahwa, “Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa maupun dengan siswa itu sendiri.

Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa aktivitas atau keaktifan yaitu segala kegiatan perubahan tingkah laku individu dengan melakukan interaksi dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan. Keaktifan siswa dalam belajar tidak akan muncul begitu saja. Akan tetapi tergantung dengan lingkungan dan kondisi dalam kegiatan belajar.

Hasil belajar

Menurut Muchtar Buchori belajar adalah perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman, demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat.

Menurut Wingkel (1987:38) yang dikutip oleh Drs. Gini (1989: 6) Belajar adalah aktivitas mental ( psikis ) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat konstan dan tetap.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Perubahan ini berbentuk kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama (konstan). Serta perubahan – perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh individu yang sedang belajar

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil Belajar PKn pada materi HAM

Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar di dapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

Pengertian dasar hak asasi manusia berdasarkan Deklarasi Universal HakAsasi Manusia ( DUHAM ) adalah hak untuk kebebasan dan persamaan derajat yang diperoleh sejak lahir serta tidak dapat dicabut dari seseorang. Sedangkan menurut Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, hak asasi manusia didefinisikan sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.

Pengertian hak asasi manusia tersebut mengandung adanya tiga hak elementer yang tidak boleh dicabut dari seseorang sebagai individu, yakni hak hidup, hak untuk tidak dianiaya, dan adanya kebebasan. Disamping hak ekonomi, sosial dan budaya yang berhak dimiliki setiap orang ” sebagai anggota masyarakat” dan tidak dapat dikesampingkan bagi martabat manusia dan kebebasan dalam mengembangkan kepribadiannya.

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Arends ( Nurhayati Abbas, 2000: 12) menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep – konsep penting.

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.

Dalam model pembelajaran berda-sarkan masalah tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghu-bungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran berdasarkan masalah. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.

Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pendekatan dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif. Siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya. Siswa bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan keaktifan dan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka dapat diajukan hipotesis tindakan: Penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar PKn dalam memecahkan masalah HAM bagi siswa kelas VII H SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian direncanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan Januari sampai bulan April 2012. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen pada siswa kelas VII H dengan jumlah siswa 32 anak, yang terdiri dari 18 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran PKn berlangsung

Subjek Penelitian

Karena Guru bertindak sebagai peneliti, maka subjek penelitiannya adalah siswa yaitu siswa kelas VII H SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen pada Tahun Pelajaran 2011 / 2012. Jumlah siswa 32 anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki dan 14 anak perempuan.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Dalam Pembelajaran PKn belum menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, ngobrol dengan teman, mengerjakan tugas lain, dan masih banyak siswa yang pasif dan kreativitas siswa dalam belajar masih rendah. Maka hasil ulangan harian pada kondisi awal masih sangat rendah sekali. Nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata – rata 68,13% dan rentang nilai 40. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran rata – rata masih sangat rendah sekali yaitu 43,75% .Dan data aktivitas siswa yang tidak relavan dengan pembelajaran rata – rata masih sangat tinggi sekali yaitu 26,25%.

Deskripsi Hasil Siklus 1

Dalam pembelajaran PKn guru sudah menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah secara kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 8 – 10 siswa. Hasil Pengamatan proses pembelajaran siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan tugas lain masih ada tetapi berkurang, kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias sehingga siswa yang pasif dalam dalam pembelajaran makin berkurang.

Maka dari itu hasil belajar juga mengalami peningkatan. Hasil ulangan harian siklus 1: Nilai terendah 55, nilai tertinggi 85, nilai rata – rata 73,28 dan rentang nilai 30. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran rata – rata 62,50% sudah mengalami peningkatan dibamding dengan kondisi awal. Dan data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran rata – rata 17,71% sudah mengalami penurunan dibanding kondisi awal. Dalam proses pembelajaran terdapat peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat mengurangi siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan tugas lain. Kreativitas siswa dalam mengerjakan soal meningkat. Dalam hasil belajar nilai terendah meningkat dari 40 menjadi 55, nilai tertinggi dari 80 menjadi 85, nilai rata – rata dari 68,13 menjadi 73, 28 dan rentang nilai 40 menjadi 30. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran juga mengalami peningkatan dari rata – rata 43,75% menjadi 62,50%. Dan data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari rata – rata 26,25% menjadi 17,71%.

Deskripsi Hasil Siklus 2

Dalam pembelajaran PKn sudah menggunakan model pembelajaran erdasarkan masalah secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa. Hasil Pengamatan dalam proses pembelajaran siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan tugas lain masih ada 2 siswa. Kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias dan kreatif. Hasil ulangan harian siklus 2: Nilai terendah 70, nilai tertinggi 95, nilai rata – rata 80,63 dan rentang nilai 25 Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran rata – rata 82,59% sudah mengalami peningkatan dibanding dengan kondisi awal dan siklus 1. Dan data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran rata – rata 9,38% sudah mengalami penurunan dibanding kondisi awal dan siklus 1.

Dalam proses pembelajaran terdapat peningkatan keaktivan siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat mengurangi siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan tugas lain. Kreativitas siswa dalam mengerjakan soal meningkat. Maka dari itu hasil belajar juga mengalami peningkatan. Dalam hasil belajar nilai terendah mengalami peningkatan dari 55 menjadi 70, nilai tertinggi dari 85 menjadi 95, nilai rata – rata dari 73,28 menjadi 80,63, dan rentang nilai dari 30 menjadi 25.Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran rata – rata dari 62,50% menjadi 82,59%. Dan data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran rata – rata dari 17,71% menjadi 9,38% .

Pembahasan / Diskusi

Pelaksanaan tindakan pada kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Pada siklus 1 dalam pembelajaran Pkn menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah secara kelompok besar yang tiap – tiap kelompok terdiri dari 8 – 10 siswa. Dalam siklus 2 dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah secara kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 3 – 4 siswa.

Pada proses pembelajaran kondisi awal siswa masih banyak yang tidak aktif dalam pembelajaran yaitu masih adanya siswa yang tidak memperhatikan guru, mengobrol dengan teman, dan mengerjakan tugas lain. Dalam siklus 2 siswa yang pasif dalam pembelajaran makin berkurang, kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias. Dalam siklus 2 siswa aktif dalam pembelajaran, kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias dan kreatif.

Dalam hasil belajar kondisi awal ulangan harian nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata – rata 68,13 dan rentang nilai 40. Pada siklus 1 nilai terendah 55, tertinggi 85, rata – rata 73,28 dan rentang nilai 30. Siklus 2 nilai terendah 70, tertinggi 95, rata – rata 80,63, dan rentang nilai 25.

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran PKn. Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata – rata 68,13 menjadi 80,63.

Hasil Tindakan

Proses Belajar mengajar yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas ini dijabarkan dalam dua tahap pembelajaran, dimana pembelajaran pertama sebagai dasar penilaian bagi perubahan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran kedua, sedang pembelajaran kedua akan dijadikan dasar perhitungan perubahan peningkatan prestasi anak pada tahap pembelajaran berikutnya bila diperlukan. Metode yang dilaksanakan pada tahap pertama adalah metode pembelajaran secara konvensional atau menggunakan metode ceramah dengan bantuan papan tulis dan buku bacaan. Sedangkan tahap kedua digunakan model pembelajaran berdasarkan masalah yang dilaksanakan dengan memberikan suatu permasalahan khusus tentang HAM dan dibahas bersama oleh suatu kelompok. Dari masing-masing kelompok diminta memberikan tanggapan atas masalah tersebut, sedangkan kelompok lain memberi pertanyaan dan argumentasinya. Guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan motivator untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep pembelajaran kreatif dan inovatif. Dalam model Pembelajaran Berdasarkan Masalah melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat selama pembelajaran, pada siklus pertama rata-rata 43,75% dan pada siklus kedua 75,00% mengalami kenaikan sebesar 31,25%, keterlibatan dalam kelompok pada siklus pertama rata-rata 71,88% dan pada siklus kedua 84,38% mengalami kenaikan 12,50%, keberanian siswa dalam bertanya siklus pertama 68,75% dan siklus kedua 81,25% mengalami kenaikan sebesar 12,50%, kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas pada siklus pertama 71,88% dan pada siklus kedua 87,50% mengalami peningkatan 15,62%, Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relavan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 17,71%, sedangkan pada siklus kedua sebesar 9,38% mngalami penurunan sebesar 8,33%, Skor rerata pemahaman siswa masalah Hak Asasi Manusia, pada siklus pertama 73,28% dan pada siklus kedua 80,63% tergolong baik, demikian juga tentang ketuntasan belajar pada siklus pertama 65,63% dan pada siklus kedua menjadi 93,75%.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar PKn dalam kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia pada siswa Kelas VII H SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen.

Saran

1. Bagi Siswa: hendaknya mempunyai keberanian untuk mengemukakan pendapat dan bertanya selama dalam proses pembelajaran, dituntut untuk selalu berpartisipasi dalam menjelaskan hasil kerja dari kelompoknya, dan memiliki motivasi belajar yang tinggi agar dapat mencapai prestasi yang baik.

2. Bagi Guru: hendaknya guru dapat menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu alternatif dalam penyampaian proses pembelajaran di sekolah dan seorang guru harus selalu menggunakan suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran konstektual.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia

Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi Nasional Hak Asasi Manusia

, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara

Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, Jogjakarta, FHUII Press

Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT. Genesindo

Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia

Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006, Jakarta, Depdiknas

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteistik dan implementasi ( Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003) Halaman 45

Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma

Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum

Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia

Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Jogjakarta, UII Press

NADIROH, Profesionalisme Guru PKn sebagai esensi dari Social Studies, dalam JURNAL DIAMIKA PENDIDIKAN ( Jurnal Pasca Sarjana UNJ) Volume 1, No.1, Sept. 2007, p. 1-2

Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara, 1998, h. 2

 

Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni