Upaya Peningkatan Kedisiplinan Kehadiran Masuk Sekolah
Upaya Peningkatan Kedisiplinan Kehadiran
Masuk Sekolah Melalui Layanan Konseling Individual
Bagi Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2
Karangmalang Sragen
Sugiarni
SMP Negeri 2 Karang Malang
Abstrak
Tujuan penelitian tindakan kelas ini secara umum (1)) Meningkatkan pelayanan bimbingan konseling sehingga mampu membantu menyelesaikan masalah siswa secara optimal. (2) Menumbuhkan semangat kegiatan belajar mengajar ditandai dengan kedisiplinan kehadiran siswa. Dan secara khusus: Meningkatkan kedisiplinan kehadiran masuk sekolah pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen semester genap Tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan bimbingan konseling secara individual dapat disimpulkan bahwa melalui layanan konseling individual dapat meningkatkan kedisiplinan kehadiran masuk sekolah pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen semester genap Tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian sebagai berikut: (1) Melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat menurunkan jumlah siswa yang tidak hadir; (2) Melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat menurunkan jumlah hari ketidakhadiran siswa; (3) Melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat menurunkan jumlah siswa yang tidak hadir tanpa keterangan (alpa); (4) Melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat menurunkan presentase absensi siswa; (5) Melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat meningkatkan score rata-rata tingkat kedisiplinan kehadiran siswa dan (6) Melalui bimbingan konseling secara individual dapat meningkatkan jumlah siswa yang termasuk memiliki tingkat kedisiplinan kehadiran katagori tinggi. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah Guru Bimbingan dan Konseling perlu menerapkan bimbingan konseling secara individual pada siswa dalam rangka meningkatkan disiplin kehadiran masuk sekolah.
Kata kunci: Peningkatan Kedisiplinan Kehadiran Masuk Sekolah, Layanan Konseling Individual
PENDAHULUAN
Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan.
Setiap siswa harus dapat meman-faatkan dan menerapkan ilmu yang diper-oleh dalam kehidupan sehari – hari, oleh karena itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif dan inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan. Guru berperan sebagai fasilitator bukan sebagai sumber belajar utama dalam pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen tidak hanya membentuk peserta didik pandai dan terampil saja, tetapi juga berusaha bagaimana peserta didik memiliki perilaku yang baik. Usaha tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama sekolah, orang tua peserta didik dan masyarakat. Salah satu upaya meningkatkan dan menjaga kualitas pendidikan di SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen serta membentuk perilaku siswa yang baik sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan yaitu dengan menerapkan tata tertib siswa. Penerapan tata tertib sekolah dimaksudkan untuk menciptakan kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan kehadiran masuk sekolah. Namun pada kenyataan sehari-hari di SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen selalu ada peserta didik yang tidak hadir. Penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu: (1) Ketidakhadiran ijin karena keperluan tertentu (2) Ketidakhadiran karena sakit dan (3) Ketidakhadiran tanpa keterangan (alpa).
Ketidakhadiran untuk kategori 1 (satu) dan 2 (dua) sepanjang tidak dalam jumlah yang banyak, masih dapat diterima atau dimaklumi. Peserta didik yang sakit bila dipaksakan tetap masuk justru bisa membahayakan kesehatan yang bersangkutan.
Ketidakhadiran untuk kategori 1 (satu) dan 2 (dua) biasanya dibuktikan dengan surat dari orang tua/wali atau surat keterangan dari dokter. Sedangkan, untuk alasan yang ketiga, maka akan mendapatkan sanksi apabila ketidakhadiran tersebut berturut-turut selama 3 (tiga) hari. Sanksi tersebut akan diberikan dengan terlebih dahulu dilakukan pemanggilan terhadap peserta didik yang bersangkutan.
Ketidakhadiran kategori ketiga yaitu ketidakhadiran tanpa alasan, sangat berpotensi menimbulkan masalah bagi kegiatan pembelajaran peserta didik. Dalam keadaan ini, ketidakhadiran peserta didik tanpa ada surat keterangan dari orang tua. Oleh karena itu tak dapat diketahui apakah peserta didik tersebut memang tidak berangkat dari rumah, atau sebenarnya dari rumah berangkat sekolah namun tidak sampai di sekolah. Ketidakhadiran peserta didik yang didasarkan pada ketiadaan halangan atau hambatan karena sesuatu sebab, dapat dinyatakan sebagai pelanggaran tata tertib atau pelanggaran disiplin.
Ketidakhadiran akan dapat menyebabkan kegiatan belajar siswa menjadi terganggu, yang pada akhirnya akan dapat menurunkan tingkat prestasi belajarnya. Oleh karena itu, masalah kedisiplinan siswa hadir masuk sekolah menjadi bagian dari hambatan yang harus diberikan pemecahannya oleh peserta didik sendiri yang dibantu oleh guru pembimbing
Berdasarkan data rekapitulasi absen siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen, prosentase siswa yang tidak hadir pada bulan Januari 2011 sebanyak 2,3%. Dari prosentase siswa yang tidak hadir tersebut dengan keterangan ijin sebanyak 13 hari, yang tidak hadir karena sakit ada 6 (enam) hari dan yang tidak hadir tanpa keterangan atau alpa sebanyak 4 (empat) hari.
Kemudian prosentase ketidakhadiran pada bulan Februari 2011 menunjukkan 1,7% dengan keterangan sakit 8 (delapan) hari, ijin 3 (tiga) hari dan alpa 4 (emapat) hari. Sedangkan prosentase ketidakhadiran pada bulan Maret 2011 mengalami peningkatan menjadi 3,75% dengan jumlah ketidakhadiran 39 hari dengan keterangan sakit 24 hari dan tanpa keterangan (alpa) 15 hari
Sementara hasil rekapitulasi rata-rata score bulanan tingkat kedisiplinan kehadiran masuk sekolah siswa kelas VIII E pada bulan Maret 2011, score rata-rata kelas tingkat kedisiplinan siswa sebesar 10,35. Dari 40 siswa yang masuk katagori disiplin rendah ada 12 orang atau 30%, kemudian yang termasuk katagori sedang ada 11 orang atau 27,5%. Selanjutnya yang termasuk katagori tinggi ada 17 orang atau 42,5%. Pada kenyataannya kurang disiplinnya siswa hadir ke sekolah memang umum terjadi hampir di setiap sekolah, akan tetapi tingkat kedisiplinan siswa yang terlalu rendah masih dapat diupayakan peningkatannya.
Salah satu upaya peningkatan disiplin siswa dalam kehadiran masuk sekolah tersebut yaitu melalui bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh Guru Bimbingan Konseling.
Kedisiplinan kehadiran siswa ke sekolah memang menjadi beban yang harus ditangani oleh semua yang terkait namun dalam hal ini peran utama yang sangat diharapkan menyelesaikan masalah adalah guru Bimbingan Konseling. Seperti hampir terjadi di setiap sekolah bahwa ketidakhadiran siswa adalah hal yang wajar, akan tetapi angka ketidakhadiran siswa yang terlalu tinggi masih dapat diupayakan penurunannya dengan melakukan pelayanan bimbingan konseling dengan teknik yang tepat.
Kedisiplinan kehadiran masuk sekolah yang masih rendah akan berdampak pada kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya kemungkinan tidak akan tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal. Peneliti mempunyai keinginan bahwa dengan melakukan konseling terhadap siswa baik secara individual terhadap siswa-siswa yang sering kurang disiplin kehadirannya.
Peneliti mendata siswa yang kurang dalam hal kedisiplinan kehadiran-nya, kemudian menjelaskan kepada mereka tentang bahaya yang mengancam terhadap dirinya, dan melakukan tindakan berupa pelayanan bimbingan konseling secara individual, meskipun sebelumnya guru sudah melakukan bimbingan secara klasikal, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan.
Peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Upaya Peningkatan Kedisiplinan Kehadiran Masuk Sekolah Melalui Layanan Konseling Individual Bagi Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011“.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen yang beralamat di Jalan Gambiran Guworejo Karangamalang Telp 0271 7002435.
Peneliti memilih tempat ini karena data rekapitulasi absensi siswa pada bulan Maret 2011 menunjukkan prosentase yang cukup tinggi. Di samping itu peneliti sebagai guru BP di SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen di mana saat di dalam melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan konseling timbul masalah kedisiplinan kehadiran siswa di kelas VIII E yang perlu penanganan segera.
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII E pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011, yang terdiri dari siswa yang tercatat jumlah ketidakhadirannya tinggi, kurang disiplin dalam kehadiran masuk sekolah.
Rata-rata dari siswa bertempat tinggal di sekitar sekolah menempati prosentase 30% dengan jarak radius setengah kilometer, sementara siswa yang jarak tempat tinggal ke sekolah sekitar 2 – 5 km adalah sekitar 50%, sedangkan sisinya adalah siswa yang memiliki tempat tinggal berjarak lebih dari 5 km sebesar 20%. Kebanyakan siswa menggunakan sarana transportasi umum, hanya sekitar 5% siswa yang menggunakan sepeda sendiri. Latarbelakang siswa adalah 80% dari keluarga kurang mampu, 17% dari keluarga menengah dan hanya 3% berasal dari keluarga mampu.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh dari siswa adalah berupa informasi alasan ketidakhadiran siswa, sedangkan data sekunder diambil dari himpunan data dan rekapitulasi absen siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen.
Penelitian Tindakan Kelas (tindakan bimbingan konseling) ini peneliti menguna-kan alat pengamatan langsung dengan presensi dan pedoman pengamatan. Alat pengumpul data yang penulis gunakan dalam memperoleh data tingkat kedisi-plinan kehadiran siswa adalah pedoman wawancara, studi dokumen himpunan data dan rekapitulasi absen siswa.
Peneliti melakukan analisis data yang bersifat descriptif comparative, yaitu membandingkan keadaan kondisi awal dengan tindakan pertama (siklus pertama) dan membandingkan dengan tindakan kedua (siklus kedua), kemudian membandingkan lagi dengan tindakan siklus ketiga untuk kepentingan analisis data peneliti terlebih dahulu memberikan score melalui indikator-indikator untuk mengungkap tingkat kedisiplinan kehadiran masuk sekolah dengan mengadakan pengamatan menggunakan pedoman pengamatan.
Pnrlitian ini merupakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang berorientasi pada peme-cahan masalah, terdiri dari beberapa ta-hapan yang dimulai dari identifikasi masalah, pengumpulan data secara sistematis, refleksi, analisis, data driven action taken dan problem redefinition (Johnson, 1993). Dalam hal ini penelitian tindakan berupa tindakan konseling.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti melakukan 3 tindakan yaitu tindak-an pertama (Siklus 1), tindakan kedua (Siklus 2), dan tindakan ketiga (siklus III)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Kondisi Awal
Berdasarkan rekapitulasi absen dan hasil analisis score bulanan tingkat kedisiplinan kehadiran masuk sekolah siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen pada bulan Maret 2011 sebagai berikut.
Jumlah siswa yang tidak hadir pada bulan Maret 2011 sebagaimana tersebut pada tabel 7 dapat diketahui bahwa ada 17 orang siswa yang tidak hadir pada bulan Maret 2011. Adapun prosentase absensi siswa berdasarkan data bulan Maret 2011 sebesar 3,75%. Dari 17 siswa yang tidak hadir tersebut, ada 13 siswa yang perlu mendapat bimbingan dan konseling.
Siswa PPK tidak hadir sebanyak 7 hari dengan keterangan sakit 5 hari dan tanpa keterangan 2 hari. JTC tidak hadir sebanyak 6 hari dengan keterangan sakit 5 hari dan tanpa keterangan (alpa) 1 hari. ACS jumlah hari ketidakhadirannya 3 (tiga) hari karena alasan sakit 1 (satu) hari, dan tidak hadir tanpa keterangan 2 (dua) hari.
Hasil rekapitulasi rata-rata score bulanan tingkat kedisiplinan kehadiran masuk sekolah siswa kelas VIII E pada bulan Maret 2011, score rata-rata kelas tingkat kedisiplinan siswa 10,35 dan diklasifikasikan dalam 3 (tiga) katagori sebagai berikut
Rendahnya kedisiplinan kehadiran masuk sekolah siswa tersebut ada kemung-kinan dikarenakan belum dilaksanakannya penanganan kasus dengan konseling secara individu. Sedangkan dari proses kegiatan dapat didiskripsikan bahwa siswa tidak menyadari kerugian yang mengan-cam dirinya, siswa tidak berani terus terang masalah yang melatar belakangi tingkat kedisiplinan rendah, siswa bersikap masa bodoh terhadap peranan guru bimbingan konseling
Peneliti mengharapkan dengan melakukan konseling secara individual kepada siswa-siswa yang sering kurang disiplin kehadirannya akan berpengaruh baik terhadap hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan bimbingan konseling secara individual kepada siswa yang tercatat kurang dalam hal kedisiplinan kehadirannya.
Tabel 22 Perbandingan Jumlah Siswa Tidak hadir antara kondisi awal, siklus 1, 2 dan 3
Bln |
Jumlah Siswa yang tidak hadir |
Ket Tidak hadir |
Jumlh hari tidak hadir |
(%) |
||
I |
S |
A |
||||
Mart 2011 |
17 |
– |
24 |
15 |
39 |
3,75 |
Aprl 2011 |
11 |
– |
8 |
5 |
13 |
1,3 |
Mei 2011 |
7 |
– |
10 |
3 |
13 |
1,3 |
Juni 2011 |
1 |
– |
– |
1 |
1 |
0,1 |
Dilihat dari jumlah siswa yang tidak hadir pada bulan Maret 2011 sebanyak 17 orang siswa, setelah diberikan layanan bimbingan secara individul jumlah siswa yang tidak hadir pada bulan April 2011 menurun menjadi 11 orang. Kemudian pada bulan Mei menurun menjadi 7 orang dan pada bulan juni menurun menjadi 1 orang.
Dilihat dari jumlah hari tidak hadir pada bulan Maret sebanyak 39 hari. Setelah bimbingan siklus 1 menurun menjadi 13 hari. Setelah siklus 2 sama dengan siklus 1 yaitu 13 hari dan setelah siklus 3 turun lagi menjadi 1 hari.
Jika dilihat dari keterangan ketidakhadiran, jumlah siswa yang tidak hadir tanpa keterangan (alpa) pada kondisi awal bulan Maret 2012 jumlah siswa tidak hadir tanpa keterangan ada 13 dengan jumlah hari tidak hadir 15 hari, kemudian setelah tindakan siklus 1 menurun menjadi 4 siswa dengan jumlah hari tidak hadir tanpa keterangan 5 hari, dan setelah siklus 2 menurun menjadi 3 siswa dengan jumlah hari tidak hadir tanpa keterangan 3 hari selanjutnya setelah siklus 3 jumlah siswa yang tidak hadir tanpa keterangan hanya 1 orang dengan jumlah hari tidak hadir 1 hari.
Berdasarkan data dan hasil refleksi, dapat dikatakan bahwa kegiatan bimbingan konseling secara individual yang dilakukan pada tindakan siklus 3 dapat meningkatkan kedisiplinan kehadiran siswa. Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi absen siswa menunjukkan jumlah siswa yang tidak hadir menurun dibandingkan dengan kondisi awal, siklus 1 maupun siklus 2, Demikian pula jika dilihat dari jumlah hari ketidakhadiran menurun, dan dilihat dari keterangan ketidakhadiran yang tidak masuk tanpa keterangan atau alpa juga menurun.
Dilihat dari jumlah score tingkat kedisiplinan meningkat, dibandingkan kondisi awal, siklus 1 maupun siklus 2 Pada kondisi awal rata-rata score tingkat kedisiplinan siswa sebesar 10,35 siklus 1 sebesar 11,05 dan siklus 2 sebesar 12,025 dan siklus 3 sebesar 12,5.
Jumlah siswa yang masuk katagori disiplin tinggi pada kondisi awal 17 siswa atau 42,5%, siklus 1 meningkat menjadi 20 siswa atau 50%, siklus 2 meningkat lagi menjadi 23 siswa atau 57,5%, dan siklus 3 meningkat menjadi 28 orang siswa atau 70%. Sedangkan jumlah siswa yang masuk katagori disiplin rendah pada kondisi awal ada 12 siswa atau 30% siklus 1 menurun menjadi 3 (tiga) siswa atau 7,5%, siklus 2 menurun lagi tinggal 2 (dua siswa atau 5% dan setelah siklus 3 menurun menjadi 0%. Kesimpulan sementara yang dapat diambil dari keseluruhan tindakan yang telah dilakukan pada siklus 3 telah menunjukkan peningkatan kedisiplinan kehadiran siswa. Dengan demikian peneliti tidak melanjut-kan tindakan siklus berikutnya.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bah-wa jumlah siswa yang tidak hadir pada kondisi awal (bulan Maret 2011) sebanyak 17 siswa. Setelah dilakukan tindakan bimbingan konseling secara individual pada siklus 1 jumlah siswa yang tidak hadir menurun menjadi 11 orang. Setelah siklus 2 menurun menjadi 7 orang dan setelah siklus 3 menurun lagi tinggal 1 orang. Dalam hal ini berarti tindakan bimbingan konseling secara individual berpengaruh terhadap penurunan jumlah siswa yang tidak hadir.
Pengaruh tindakan bimbingan kon-seling secara individual dapat dilihat juga dari menurunnya jumlah hari ketidak-hadiran siswa. Hasil penelitian membukti-kan bahwa pada kondisi awal (Maret 2012) jumlah hari ketidakhadiran siswa sebanyak 39 hari. Kemudian setelah dilakukan bimbingan konseling siklus 1 jumlah hari ketidakhadiran siswa menurun menjadi 13 hari. Meskipun pada siklus 2 jumlah hari ketidakhadiran siswa masih sama 13 hari, namun setelah siklus 3 jumlah hari ketidakhadiran siswa menurun menjadi 1 hari.
Pengaruh tindakan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari keterangan ketidakhadiran, jumlah siswa yang tidak hadir tanpa keterangan (alpa) pada kondisi awal bulan Maret 2012 jumlah siswa tidak hadir tanpa keterangan ada 13 dengan jumlah hari tidak hadir 15 hari, kemudian setelah tindakan siklus 1 menurun menjadi 4 siswa dengan jumlah hari tidak hadir tanpa keterangan 5 hari, dan setelah siklus 2 menurun menjadi 3 siswa dengan jumlah hari tidak hadir tanpa keterangan 3 hari selanjutnya setelah siklus 3 jumlah siswa yang tidak hadir tanpa keterangan hanya 1 orang dengan jumlah hari tidak hadir 1 hari.
Pengaruh tindakan bimbingan konseling secara individual dapat dilihat juga dari menurunnya prosentase absensi siswa. Rekapitulasi absensi siswa pada kondisi awal (bulan Maret 2012) sebesar 3,75%. Setelah tindakan pelayanan bimbingan dan konseling secara individual pada siklus 1 (April 2012) prosentase absensi siswa menurun menjadi 1,3% dan siklus 2 masih tetap 1,3% setelah siklus 3 prosentase absensi siswa menurun menjadi 0,1%.
Dengan demikian tindakan bimbingan konseling secara individual berpengaruh terhadap penurunan presentase absensi siswa.
Pengaruh tindakan bimbingan konseling secara individual dapat dilihat juga dari peningkatan score rata-rata tingkat kedisiplinan kehadiran dan peningkatan jumlah siswa yang masuk katagori disiplin tinggi dan penurunan jumlah siswa yang masuk katagori disiplin rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal score tingkat kedisiplinan kehadiran siswa sebesar 10,35 dan pada siklus 1 meningkat 11,05 kemudian siklus 2 meningkat lagi menjadi 12,025 dan pada siklus ke 3 meningkat lagi menjadi 12,5. Dengan demikian berarti melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat meningkatkan score rata-rata tingkat kedisiplinan kehadiran siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bah-wa kondisi awal jumlah siswa yang masuk katagori tingkat kedisiplinan kehadiran tinggi sebanyak 17 orang atau 42,5%. Setelah siklus 1 meningkat menjadi 20 orang atau 50%, siklus 2 meningkat lagi menjadi 23 orang 57,5% dan siklus 3 meningkat menjadi 28 orang atau 70%.
Jika dilihat dari penurunan jumlah siswa yang termasuk katagori tingkat kedisiplinan kehadiran rendah pada kondisi awal sebanyak 12 orang atau 30%, setelah siklus 1 menurun menjadi 3 (tiga) orang atau 7,5%, setelah siklus 2 menurun menjadi 2 (dua) orang atau 5% dan setelah siklus 3 tidak ada lagi siswa yang masuk katagori tingkat kedisiplinan keha-diran rendah. Dengan demikian melalui bimbingan konseling secara individual dapat meningkatkan prosentase jumlah siswa yang masuk katagori disiplin kehadiran tinggi, dan menurunkan jumlah siswa yang masuk tingkat kedisiplinan kehadirannya rendah.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan bim-bingan konseling secara individual dapat disimpulkan bahwa melalui layanan kon-seling individual dapat meningkatkan kedisiplinan kehadiran masuk sekolah pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Karangmalang Sragen semester genap Tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Pada kondisi awal sebelum tindakan, jumlah siswa yang tidak hadir ada 17 orang siswa. Melalui layanaan konseling secara individual pada siklus 1 jumlah siswa yang tidak hadir menurun menjadi 11 orang. siklus 2 menurun menjadi 7 orang dan siklus 3 menurun lagi tinggal 1 orang. Dalam hal ini berarti tindakan bimbingan konseling secara individual berpenga-ruh terhadap penurunan jumlah siswa yang tidak hadir.
2. Pada kondisi awal jumlah hari ketidakhadiran siswa sebanyak 39 hari, siklus 1 turun menjadi 13 hari, siklus tetap 13 hari dan siklus 3 turun lagi menjadi 1 hari. Dengan demikian berarti melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat me-nurunkan jumlah hari ketidakhadiran siswa.
3. Pada kondisi awal jumlah siswa tidak hadir tanpa keterangan ada 13 dengan jumlah hari tidak hadir 15 hari, kemudian setelah tindakan siklus 1 menurun menjadi 4 siswa dengan jumlah hari tidak hadir tanpa keterangan 5 hari, dan setelah siklus 2 menurun menjadi 3 siswa dengan jumlah hari tidak hadir tanpa keterangan 3 hari selanjutnya setelah siklus 3 jumlah siswa yang tidak hadir tanpa keterangan hanya 1 orang dengan jumlah hari tidak hadir 1 hari. Dengan demikian tindakan bimbingan konseling secara individual berpenga-ruh terhadap penurunan jumlah siswa yang tidak hadir tanpa keterangan (alpa).
4. Pada kondisi awal prosentase absensi siswa sebesar 3,75%. Setelah tindakan pelayanan bimbingan dan konseling secara individual pada siklus 1 prosentase absensi siswa menurun menjadi 1,3% meskipun setelah siklus 2 masih tetap 1,3% namun setelah siklus 3 prosentase absensi siswa menurun menjadi 0,1%. Dengan demikian tindakan bimbingan konseling secara individual berpengaruh terhadap penurunan presentase absensi siswa.
5. Pada kondisi awal score rata-rata kelas tingkat kedisiplinan kehadiran siswa sebesar 10,35 dan pada siklus 1 meningkat menjadi 11,05 kemudian siklus 2 meningkat menjadi 12,025 dan selanjutnya siklus 3 meningkat menjadi 12,5 Dengan demikian berarti melalui tindakan bimbingan konseling secara individual dapat meningkatkan score rata-rata tingkat kedisiplinan kehadiran siswa.
6. Pada kondisi awal jumlah siswa yang masuk katagori tingkat kedisiplinan kehadiran tinggi sebanyak 17 orang atau 42,5%. Setelah tindakan bimbingan konseling secara individual siklus 1 jumlah siswa yang termasuk dalam katagori kedisiplinan kehadiran tinggi meningkat menjadi 20 orang atau 50%, selanjutnya setelah siklus 2 meningkat lagi menjadi 23 orang 57,5% dan setelah siklus 3 meningkat menjadi 28 orang atau 70%. Dengan demikian berarti melalui bimbingan konseling secara individual dapat meningkatkan jumlah siswa yang termasuk memiliki tingkat kedisiplinan kehadiran katagori tinggi
Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah Guru Bimbingan dan Konseling perlu menerapkan bimbingan konseling secara individual pada siswa dalam rangka meningkatkan disiplin kehadiran masuk sekolah.
Saran
1. Kepada siswa
· Hendaklah siswa senantiasa me-nyadari benar bahwa permasalah-an yang menghambat prestasi belajarnya akan terbantu manakala bersedia berterus terang kepada guru bimbingan konseling dalam rangka membantu penyelesaian masalah.
· Kesadaran siswa tentang kedisi-plinan masuk sekolah sangat perlu ditingkatkan.
2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling lainnya
a. Hendaklah guru bimbingan kon-seling lainnya jeli terhadap identifikasi awal permasalahan ketidakhadiran siswa ke sekolah.
b. Segera melaksanakan kegiatan konseling manakala dari hasil iden-tifykasi ada kecenderungan ketidak disiplinan kehadiran siswa ke sekolah.
c. Menerapkan sistem bimbingan konseling secara individual
3. Kepada Sekolah
a. Kepala Sekolah hendaknya mem-berikan motivasi kepada para guru agar mampu dan mau melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pembelajaran.
b. Memberikan rangsangan berupa materiil maupun non materiil kepada guru yang melakukan penelitian tindakan kelas.
c. Memberikan bimbingan kepada guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas terutama yang berkaitan dengan permasalahan siswa yang perlu diberikan tindak-an khusus termasuk konseling secara individual baik menyangkut masalah kedisiplinaan maupun masalah kesulitan belajar serta masalah-masalah pribadi yang dialami siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiere, 1982, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya.
Bimo Walgito, 1991, Psikologi Sosial, Andi Offset, Yogyakarta. .
Crow, Lester D. and Alice Crow, 2003, Dasar Standardisasi Profesi Konseling, DIKTI Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
—————————————–, 1984,. Psikologi Pendidikan (Terjemahan Kasijan), Bina Baru, Surabaya.
Dewa Ketut Sukardi, 2003, Pengantar Teori Konseling, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Djumhur dan Muhammad Surya, 1996, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah, CV. Ilmu. Bandung.
Geriyatmoko, 2009, “Peranan Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Program Keahlian Manajemen Bisnis SMK Murni 2 Surakarta, Skripsi, FKIP UNS Surakarta (tidak dipublikasikan).
Handoko. T Hani 1999. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. BPFE Yogyakarta.
Kugler, K, 1994, Kurikulum Bimbingan Konseling, Depdiknas, Jakarta.
Mesrawati, 2007. Penerapan Layanan Konseling Kelompok dalam Upaya Menghilangkan Kebiasaan Datang Terlambat Siswa Kelas X-6 di SMA Negeri 46 Jakarta. Laporan Penelitian (tidak dipublikasikan).
Mungin Edyy Wibowo, H. 2005. Pelayanan Bimbingan Konseling Di Sekolah Kejuruan. Semarang. Dinas P dan K Prop. Jateng.
P3GK. 2004. Pedoman Bimbingan Konseling, Jakarta. P3GK
Prayitno. 1999. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prayitno, Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta.
Prayitno, 2001, Panduan Kegiatan Pengawas Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.
Purwanti, 2005, Hubungan Sikap Terhadap Cara Guru Mengajar dan Kebiasaan Belajar Serta Intensitas Perolehan Bimbingan Belajar Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Kelas VII SMP Negeri 1 Nguter di Kecamatan Nguter, Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta (Tidak dipublikasikan).
Purwanto M. Ngalim, 1997, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Roemintoyo.1999, Pengaruh Motivasi Kerjasama dan Kedisiplinan Karyawan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Unisversitas Sebelas Maret terhadap Prestasi Kerja,” Laporan Penelitian UNS Surakarta.
Sri Mulyani, 2007, Pola dan Proses Bimbingan Kemandirian Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kelompok Bermain Widya Loka Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Karanganyar, Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta (Tidak dipublikasikan).
Subagio Atmodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia, Ardadizya Jaya, Jakarta.
Sugiarni, 2010. Upaya Pemberian Layanan Konseling Individual Untuk Menurunkan Tingkat Ketidakhadiran Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 2 Karangmalang Kabupaten Sragen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011”, Laporan Penelitian
Sunu Panca Riyatno, 2002, Kumpulan Bahan Materi Pendidikan dan Pelatihan Guru Bimbingan dan Konseling, Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Semarang.
Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan, 2008, Landasan Bimbingan & Konseling. PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Winkel W.S, 1997, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta.
Winkel W.S dan M.M. Sri Hastuti, 2007, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Media Abadi, Yogyakarta.