Upaya Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah Melalui Bimbingan Terprogram
UPAYA PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI AKADEMIK
MELALUI BIMBINGAN TERPROGRAM DI DABIN 02
GUGUS CEMPAKA UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN KRAGAN
KABUPATEN REMBANG PADA SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Jamari
Pengawas Sekolah Dabin 02 Gugus Cempaka UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan pelaksanaan bimbingan terprogram pengawas sekolah di Dabin 02 Gugus Cempaka UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang dan 2) menganalisis bimbingan terprogram pengawas sekolah terhadap peningkatan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah di Dabin 02 Gugus Cempaka UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Subjek penelitian adalah kepala sekolah di Dabin 02 Gugus Cempaka UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan dilaksanakan pada Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, yaitu bulan Agustus sampai bulan Oktober. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Sumber data penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai subjek penelitian. Teknik pengumpulan data dengan non test, yaitu melalui wawancara dan observasi. Alat pengumpulan data dengan dokumentasi foto, catatan anekdot, panduan wawancara dan lembar observasi. Validasi data penelitian dengan triangulasi metode. Analisis data dengan teknik kualitatif dan teknik kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah bimbingan terprogram pengawas sekolah meningkatkan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah, dari kurang sekali menjadi cukup.
Kata Kunci: Kinerja, Kepala Sekolah, Supervisi Akademik, Bimbingan Terprogram.
PENDAHULUAN
Salah satu dimensi kompetensi kepala sekolah adalah kompetensi supervisi disamping kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan dan sosial (Permendiknas Nomor 13 tahun 2007). Dimensi kompetensi supervisi meliputi: (1) merencanakan program supervisi akademik, (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Kompetensi ini sangat diperlukan karena kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sekolahnya.
Capaian kualitas sekolah ditentukan oleh kualitas pengelolaan oleh kepala sekolah dan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Salah satu upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dapat dilakukan dan menjadi tugas kepala sekolah adalah dengan supervisi. Tercapainya tujuan supervisi ditandai dengan: (1) guru memahami dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, (2) dapat membimbing pengalaman belajar siswa, (3) dapat menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (4) dapat menggunakan sumber-sumeber dan peralatan belajar modern, (5) dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, (6) terampil menilai kemajuan belajar peserta didik, (7) memiliki reaksi mental dan moral kerja yang mantap, (8) merasa gembira dengan pekerjaannya, (9) lebih mudah berhubungan dengan masyarakat dan (10) mencurahkan waktu dan tenaga sepenuhnya dalam peningkatan mutu sekolah (Sahertian dan Mataheru: 1981).
Mengingat pentingnya peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi tersebut, maka kepala sekolah dituntut memiliki seluruh dimensi kompetensi supervisi dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Namun demikian, dari sekolah-sekolah yang menjadi binaan penulis ditemukan fakta bahwa kinerja supervisi akademik kepala sekolah masih rendah yang ditandai oleh: (1) dari 10 kepala sekolah yang memiliki program supervisi hanya 5 sekolah, meskipun jika dilihat dari Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) seluruh sekolah menganggarkan biaya supervisi, (2) program supervisi yang dibuat oleh kepala sekolah hanya berupa jadwal pelaksanaan supervisi, (3) frekuensi supervisi hanya dilakukan satu kali dalam satu semester, (4) manfaat supervisi kurang dirasakan oleh guru, (5) hasil supervisi tidak ditindaklanjuti oleh kepala sekolah dan (6) dokumentasi hasil supervisi tidak tertata. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah masih lemah dalam memahami konsep supervisi akademik, masih kurang terampil dalam membuat rencana program supervisi akademik, masih kurang terampil dalam menerapkan teknik-teknik supervisi akademik, dan masih kurang terampil dalam melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik.
Penelitian Utomo (2002) menyatakan faktor yang mempengaruhi keefektivan supervisi kepala sekolah adalah faktor kepala sekolah dan guru. Penelitian Retno Paripih (2008) menyatakan: (1) pelaksanaan supervisi pendidikan di SD Muhammadiyah Sapen, khususnya yang berkaitan dengan usaha peningkatan profesional guru, cukup baik dan berjalan dengan lancar, (2) Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, kompetensi professional guru PAI di sekolah tersebut mengalami peningkatan dan (3) Teknik-teknik supervisi pendidikan yang diterapkan kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugas supervisinya meliputi kunjungan kelas, percakapan pribadi, rapat guru, pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), lokakarya dan studi kelompok guru. Penelitian Jayanto (2010) menyatakan: (1) pengorganisasian pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah perempuan meliputi pengembangan kurrikulum, penyusunan program, penyusunan persiapan mengajar, dan kegiatan pembelajaran, (2) pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah perempuan meliputi observasi kelas yang ditindaklanjuti dengan penyelesaian masalah serta memonitor kemajuan siswa, (3) kepala sekolah perempuan melakukan upaya-upaya memotivasi belajar siswa, memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa, guru yang berpotensi, serta melibatkan peranserta orang tua/wali peserta didik dalam mendorong semangat belajar, penyelesaian masalah peserta didik dan pengembanagan sarana dan prasarana dan (4) pembinaan profesional guru meliputi penyelenggaraan penyegaran oleh kepala sekolah, penataran dan pendidikan pelatihan.
Rendahnya kinerja kepala sekolah dalam supervisi ini harus segera diatasi. Salah satu cara adalah dengan melakukan bimbingan terprogram oleh pengawas sekolah. Bimbingan terprogram adalah kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengawas dalam bentuk pembinaan, pemantauan dan penilaian kepada kepala sekolah yang difokuskan untuk meningkatkan dimensi kompetensi supervisi kepala sekolah yang terdiri dari: (1) kompetensi menyusun program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, yaitu Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dimana penulis melakukan tindakan terhadap subjek penelitian. Tindakan tersebut adalah bimbingan terprogram. Subjek penelitian adalah kepala sekolah di Dabin 02 Gugus Cempaka UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Subjek penelitian adalah kepala sekolah dari SDN Karanglincak, SDN Sumurpule, SDN Sudan, SDN Narukan dan SDN Ngasinan. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan dilaksanakan pada Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, yaitu bulan Agustus sampai bulan Oktober. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.
Sumber data penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai subjek penelitian. Teknik pengumpulan data dengan non test, yaitu melalui wawancara dan observasi. Alat pengumpulan data dengan dokumentasi foto, catatan anekdot, panduan wawancara dan lembar observasi.
Validasi data penelitian dengan triangulasi metode, yaitu menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda untuk mengecek data yang sama.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
Pada Siklus I, bimbingan terprogram dilaksanakan dengan teknik kelompok dan teknik individual. Teknik kelompok dilaksanakan dengan rapat. Sedangkan teknik indivual dilaksanakan dengan kunjungan sekolah sesuai dengan keperluan masing-masing kepala sekolah.
Pada Siklus I, hasil bimbingan terprogram sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil administrasi supervisi akademik pada Siklus I.
No |
Sekolah |
Perencanaan |
Pelaksanaan |
Tindak Lanjut |
1 |
SDN Karanglincak |
Ada |
Ada |
Tidak ada |
2 |
SDN Sumurpule |
Ada |
Ada |
Tidak ada |
3 |
SDN Sudan |
Ada |
Ada |
Tidak ada |
4 |
SDN Narukan |
Ada |
Ada |
Tidak ada |
5 |
SDN Ngasinan |
Ada |
Ada |
Tidak ada |
Jumlah |
5 |
5 |
0 |
Tabel 4.5. Skoring dokumen supervisi akademik pada Siklus I.
No |
Kompetensi |
Indikator |
SDN Kar |
SDN Sum |
SDN Sud |
SDN Nar |
SDN Nga |
1 |
Perencanaan Supervisi |
1.1 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
1.2 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
||
1.3 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
||
Jumlah |
8 |
9 |
8 |
8 |
8 |
||
2 |
Pelaksanaan Supervisi |
2.1 |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2.2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
||
2.3 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
||
2.4 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
||
2.5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Jumlah |
7 |
7 |
7 |
6 |
6 |
||
3 |
Tindak Lanjut Supervisi |
3.1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
3.2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Jumlah |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
||
Jumlah keseluruhan |
15 |
16 |
15 |
14 |
14 |
Tabel 4.6. Hasil penilaian kinerja kepala sekolah dalam supervisi akademik pada Siklus I.
No |
Kompetensi |
SDN Kar |
SDN Sum |
SDN Sud |
SDN Nar |
SDN Nga |
1 |
Perencanaan Supervisi |
20 |
22,5 |
20 |
20 |
20 |
2 |
Pelaksanaan Supervisi |
17,5 |
17,5 |
17,5 |
15 |
15 |
3 |
Tindak Lanjut Supervisi |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Nilai kompetensi supervisi |
37,5 |
40 |
37,5 |
35 |
35 |
|
Nilai rata-rata |
37 |
Deskripsi Siklus II
Pada Siklus II, bimbingan terprogram dilaksanakan dengan teknik individual. Teknik teknik indivual dilaksanakan dengan kunjungan sekolah sesuai dengan jadwal masing-masing kepala sekolah, sehingga bersifat wajib.
Pada Siklus II, hasil bimbingan terprogram sebagai berikut:
Tabel 4.9. Hasil administrasi supervisi akademik pada Siklus II.
No |
Sekolah |
Perencanaan |
Pelaksanaan |
Tindak Lanjut |
1 |
SDN Karanglincak |
Ada |
Ada |
Ada |
2 |
SDN Sumurpule |
Ada |
Ada |
Ada |
3 |
SDN Sudan |
Ada |
Ada |
Ada |
4 |
SDN Narukan |
Ada |
Ada |
Ada |
5 |
SDN Ngasinan |
Ada |
Ada |
Ada |
Jumlah |
5 |
5 |
5 |
Tabel 4.10. Skoring dokumen supervisi akademik pada Siklus II.
No |
Kompetensi |
Indikator |
SDN Kar |
SDN Sum |
SDN Sud |
SDN Nar |
SDN Nga |
1 |
Perencanaan Supervisi |
1.1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
1.2 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
||
1.3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
||
Jumlah |
12 |
12 |
12 |
11 |
11 |
||
2 |
Pelaksanaan Supervisi |
2.1 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2.2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
||
2.3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
||
2.4 |
2 |
2 |
2 |
1 |
1 |
||
2.5 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
||
Jumlah |
10 |
10 |
10 |
9 |
9 |
||
3 |
Tindak Lanjut Supervisi |
3.1 |
2 |
2 |
2 |
1 |
1 |
3.2 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
||
Jumlah |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
||
Jumlah keseluruhan |
25 |
25 |
25 |
22 |
22 |
Tabel 4.6. Hasil penilaian kinerja kepala sekolah dalam supervisi akademik pada Siklus II.
No |
Kompetensi |
SDN Kar |
SDN Sum |
SDN Sud |
SDN Nar |
SDN Nga |
1 |
Perencanaan Supervisi |
30 |
30 |
30 |
27,5 |
27,5 |
2 |
Pelaksanaan Supervisi |
25 |
25 |
25 |
22,5 |
22,5 |
3 |
Tindak Lanjut Supervisi |
7,5 |
7,5 |
7,5 |
5 |
5 |
Nilai kompetensi supervisi |
62,5 |
62,5 |
62,5 |
55 |
55 |
|
Nilai rata-rata |
59,5 |
Pembahasan
Pada Siklus I, bimbingan terprogram dilaksanakan dengan teknik kelompok dan teknik individual. Teknik kelompok dilaksanakan dengan rapat. Pada rapat tersebut, penulis menyampaikan materi kepada kepala sekolah yang hadir. Sedangkan teknik indivual dilaksanakan dengan kunjungan sekolah sesuai dengan keperluan masing-masing kepala sekolah. Pada kunjungan sekolah tersebut, penulis berkunjung ke sekolah tertentu sesuai dengan keperluan masing-masing kepala sekolah. Kunjungan sekolah di satu sekolah dengan sekolah lainnya berbeda-beda. Sesuai dengan keperluan tersebut, frekuensi kunjungan sekolah antara satu sampai empat kali. Oleh karena itu, kompetensi kepala sekolah dalam supervisi akademik pun berbeda-beda.
Pada Siklus I, bimbingan terprogram hanya dilaksanakan dengan teknik individual saja. Teknik kelompok tidak dilanjutkan karena sudah berhasil. Sedangkan teknik indivual diperbarui dengan kunjungan sekolah yang bersifat wajib. Kunjungan tersebut sebanyak dua kali. Dengan kunjungan wajib tersebut, kompetensi kepala sekolah dalam supervisi akademik cenderung meningkat.
Sesuai dengan tindakan dan hasil penelitian, penulis menganalisis kinerja kepala sekolah dalam supervisi akademik sebagai berikut:
Tabel 4.15. Hasil administrasi supervisi akademik.
No |
Sekolah |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
SDN Karanglincak |
12,5 |
37,5 |
62,5 |
2 |
SDN Sumurpule |
15 |
40 |
62,5 |
3 |
SDN Sudan |
7,5 |
37,5 |
62,5 |
4 |
SDN Narukan |
2,5 |
35 |
55 |
5 |
SDN Ngasinan |
2,5 |
35 |
55 |
Jumlah |
8 |
37 |
59,5 |
|
Kategori |
Kurang sekali |
Kurang |
Cukup |
Sesuai dengan analisis data penelitian di atas, kompetensi supervisi akademik kepala sekolah meningkat dan termasuk kategori cukup, sehingga indikator kinerja terpenuhi. Peningkatan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah tersebut sesuai dengan tindakan dalam penelitian ini. Teknik kelompok dilaksanakan dengan rapat. Sedangkan teknik indivual dilaksanakan dengan kunjungan sekolah. Bimbingan terprogram dengan teknik kelompok dan teknik individual berhasil meningkatkan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah. Sesuai dengan data penelitian tersebut, maka tindakan dalam penelitian ini berhasil.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pelaksanaan bimbingan terprogram pengawas sekolah dengan teknik kelompok dengan rapat dan teknik indivual dengan kunjungan sekolah.
2. Bimbingan terprogram pengawas sekolah meningkatkan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah, dari kategori kurang sekali meningkat menjadi kategori cukup.
Saran
1. Pengawas sekolah perlu melaksanakan bimbingan terprogram secara berkesinambungan kepada kepala sekolah.
2. Pengawas sekolah perlu menilai supervisi akademik kepala sekolah.
3. Pengawas sekolah perlu melaksanakan penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Kemendiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007.
Dodd, W.A. 1972. Primary School Inspection in New Countries. London: Oxford University Press.
Glickman.Carl D. 1981. Developmental Supervision Alternative Practices for Helping Teachers Improve Instruction.Virginia: ASCD.
Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.
Jayanto. Wawang Heru. 2010. Kinerja Kepala Sekolah Perempuan dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran: Studi Multi Situs di SMK Negeri 1 Sooko dan SMK Negeri 1 Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Thesis. Universitas Negeri Malang.
Mantja, Willem.2000. Bahan Ajar Model Peningkatan Supervisi Pendidikan. Malang: PPS Manajemen Pendidikan.
Mantja, Willem. 1998. Manajemen Peningkatan Mutu Profesional Guru Berwawasan Pengembangan SDM, suatu Kajian Konseptual Historik dan Empirik. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Malang: IKIP Malang.
Paripih, Dewi Retno. 2008. Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Skripsi Universitas Islam Negeri Yogyakarta.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sahertian dan Mataheru, 1982. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Utomo, 2002. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifannya (Studi Kasus pada Tiga SLTP Negeri di Kabupaten Kendal). Thesis Universitas Negeri Semarang.