Upaya Peningkatan Lari Jarak Pendek Melalui Bermain Bambu Tangga Kaki
UPAYA PENINGKATAN LARI JARAK PENDEK
MELALUI BERMAIN BAMBU TANGGA KAKI
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEBONDOWO 01
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Nono Pribadi
SD Negeri Kebondowo 01
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari masih rendahnya kemampuan gerak dasar lari jarak pendek siswa SD Negeri Kebondowo 01. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan pembelajaran lari jarak pendek melalui bermain dengan alat bantu bilah bambu pada siswa kelas IV SD Negeri Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari 11 siswa putra dan 15 siswa putri. Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui bermain dengan alat bantu bilah bambu dapat meningkatkan pembelajaran lari jarak pendek pada siswa kelas IV SD Negeri Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil observasi, terlihat adanya peningkatan, hasil evaluasi pada siklus 1 sebesar 61,5% siswa yang mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan pada siklus 2 meningkat 80,8% siswa yang nilainya diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Kata Kunci: lari jarak pendek, bambu tangga kaki
PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam proses pembelajaran sesungguhnya ditentukan oleh beberapa unsur, diantaranya sebagian ditentukan oleh kemampuan siswa itu sendiri, tenaga pendidik dan lingkungan. Guru selalu dihadapkan pada berbagai hal yang memerlukan pengambilan keputusan sehubungan dengan tugasnya baik sebelum, selama maupun sesudah terjadinya proses pembelajaran. Guru harus mengambil keputusan-keputusan tentang apa, bagaimana, kapan, untuk apa serta situasi dan kondisi belajar yang perlu diciptakan. Termasuk mengambil keputusan mengenai pelaksanaan rencana yang sudah dibuat, dan berhasil tidaknya pelaksanaan rencana yang telah dibuat. Berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran dapat diketahui setelah diadakannya proses evaluasi. Hasil dari proses evaluasi dapat digunakan sebagai masukan dalam penyusunan dan pelaksanaan program pembelajaran selanjutnya.
Program dan penyelenggaraan pendidikan jasmani harus sesuai dengan kemampuan siswa. Menurut prinsip Developmentlly Appropriate Practises (DAP), yang dikutip oleh Yoyo Bahagia (2004:30) “maksudnya adalah tugas ajar yang memperhatikan perubahan kemampuan anak dan tugas ajar yang dapat mendorong perubahan tersebut.” Selain tugas ajar dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar dan tugas ajar pun harus mampu mengakomodasi perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik. Pengajaran langsung pada pendidikan jsmani memandang bahwa guru melakukan kontrol yang penuh terhadap apa yang siswa pelajari dan bagaimana prosesnya berlangsung.
Rendahnya motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dan kemampuan dasar lari jarak pendek tersebut, tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung lain, diantaranya fasilitas yang terbatas, sekolah yang memiliki halaman yang sempit. Proses pembelajaran lari jarak pendek, guru memanfaatkan halaman, fasilitas serta belum adanya permainan yang menekankan pada langkah kaki dan kecepatan terbatas sehingga proses pembelajaran lari jarak pendek kurang maksimal. Hal tersebut ditunjukan dengan masih banyaknya hasil belajar siswa tahun sebelumnya yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Sebanyak 11 siswa mendapatkan nilai diatas 75 atau berkategori tuntas dan sebanyak 16 siswa belum tuntas. Jika kondisi ini dibiarkan jelas akan berdampak buruk bagi siswa dalam proses dan hasil belajar selanjutnya. Sadar akan keadaan tersebut, peneliti bermaksud meningkatkan pembelajaran gerak dasar lari jarak pendek melalui bermain dengan alat bantu bilah bambu.
Peralatan bilah bambu digunakan pada saat pendahuluan, inti, dan penutup pelajaran. Bilah bambu ini dipilih sebagai media pembelajaran dengan alasan, 1) Bilah bambu mudah didapatkan, 2) Bilah bambu aman digunakan, 3) Murah, 4) Bilah bambu dicat sehingga lebih menarik. Bilah mambu di susun dari jarak yang pendek kemudian secara bertahap jaraknya di perleber. Siswa bermain langkah dan kecepatan mengikuti bilah-bilah bambu yang sudah disusun. Semakin lebar jarak bilah bambu tentu akan memperlebar jarak langkah dan meningkat kecepatannya. Penggunaan alat bilah bambu ini diharapkan adanya peningkatan keaktifan, kesungguhan, kerjasama, dan percaya diri serta meningkatnya pembelajaran gerak dasar lari jarak pendek di kelas IV SD Negeri Kebondowo 01.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan atar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
- Guru dalam proses pembelajaran lari jarak pendek belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa.
- Sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani masih kurang memadai.
- Hasil pembelajaran lari jarak pendek masih banyak yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
- Pembelajaran dengan model bermain masih jarang diterapkan.
- Kemampuan dasar lari jarak pendek siswa SD Negeri Kebondowo 01 masih sangat kurang.
- Belum adaya permainan yang menekankan pada langkah kaki dan kecepatan.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui apakah melalui bermain dengan alat bantu bilah bambu hasil belajar siswa dalam pembelajaran garak dasar lari jarak pendek pada siswa kelas IV SD Negeri Kebondowo 01 meningkat.
- Sebagai umpan balik dan evaluasi pembelajaran.
LANDASAN TEORI
Menurut John Dewey dalam Soetoto Pantjopoetro (2004:1.3), bahwa, bermain adalah pandangan atau sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasi. Bermain merupakan bentuk aktivitas. Lutan (1991: 4), memberikan batasan tentang permainan. merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan peraturan. Permainan merupakan dorongan naluri, fitrah manusia dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang.
Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga pada waktu berlari ada kecenderungan badan melayang, yang artinya pada waktu lari kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap menyentuh tanah (Djumidar, 1998:5.2). Sprint sering juga dikatakan dengan lari jarak pendek. Yang dimaksud dengan lari jarak pendek menurut Soegito (1993:8), adalah gerak maju ke depan yang diusahakan agar dapat mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dengan waktu yang sesingkat mungkin.
Pembelajaran gerak dasar laridapat dilakukan tanpa menggunakan alat bantu. Akan tetapi agar pembelajaran dapat lebih menarik dapat digunakan dengan alat bantu. Menurut Yoyo Bahagia (2000; 20), alat bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran lari adalah ban-ban sepeda bekas, kardus bekas, bilah- bilah bambu, gawang-gawang kecil, seutas tali/tambang, bangku swedia dan lain-lain. Pemilihan alat bantu bilah bambu selain bahannya mudah didapat juga penataan peralatannya sesuai dengan karakteristik lari jarak pendek. Bilah mambu di susun dari jarak yang pendek membentuk tangga kemudian secara bertahap jaraknya di perleber. Semakin lebar jarak bilah bambu tentu akan memperlebar jarak langkah dan meningkat kecepatannya. Penggunaan alat bilah bambu ini diharapkan adanya peningkatan pembelajaran gerak dasar lari jarak pendek. Alat-alat bantu itu jarak maupun formasinya ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa berjalan atau berlari melewatinya.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kebondowo 01, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, dengan jumlah siswa 26 siswa yang terdiri atas 11 siswa putra dan 15 siswa putri. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan tanggal 26 Juli 2019 sampai tanggal 9 Agustus 2019, mulai pukul 07.15 sampai dengan 09.10 WIB. Tempat penelitian di SD Negeri Kebondowo 01, yang beralamat di Desa Kebondowo 01, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Lokasi sekolah mudah di jangkau karena dekat dengan jalan raya. Proses penelitian kelas ini dilakukan melalui 4 tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Agus Kristiyanto, 2010: 54).
PEMBAHASAN
Pada siklus pertama pertemuan pertama untuk untuk sikap siswa, tidak ada siswa yang berkategori Baik Sekali (BS), sebanyak 5 siswa (19,2%) dalam kategori Baik (B), sebanyak 12 siswa (46,2%) dalam kategori Sedang (S), sebanyak 9 siswa (34,6%) dalam kategori Kurang, dan tidak ada siswa yang berkategori Kurang sekali (KS). Siklus ke 1 pembelajaran 2 dengan hasil sebanyak 2 siswa (7,7%) yang berkategori Baik Sekali (BS), sebanyak 6 siswa (23,1%) dalam kategori Baik (B), sebanyak 16 siswa (61,5%) dalam kategori Sedang (S), sebanyak 2 siswa (7,7%) dalam kategori Kurang, dan tidak ada siswa yang berkategori Kurang sekali (KS). Siklus ke 2 pembelajaran 1 dengan hasil sebanyak 3 siswa (11,5%) yang berkategori Baik Sekali (BS), sebanyak 11 siswa 43,3%) dalam kategori Baik (B), sebanyak 12 siswa (46,2%) dalam kategori Sedang (S), dan tidak ada siswa yang berkategori kategori Kurang, dan Kurang sekali (KS).
Dengan demikian pembelajaran melalui bermain melalui alat bilah bambu dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar lari jarak pendek pada siswa kelas IV SD Negeri Kebondowo 01 Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2018
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka simpulan yang dapat diambil, sebagai berikut: pembelajaran melalui bermain dengan alat bantu bilah bambu dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar lari jarak pendek pada siswa kelas IV SD Negeri Kebondowo 01, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristianto. A. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Aip Syarifuddin. (1993). Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dewi Setiawati. (2016). Guru Pembelajar Penjas. Jakarta:Dirjen GTK Kemendikbud.
Muhamad Djumidar. (2004). Gerak-Gerak Atletik Dalam Bermain. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Purnomo. E. & Dapan. (2011). Dasar-Dasar Atletik. Yogykarta: Alfamedia.
Rusli Lutan. (1991). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenega Pendidikan.
Soegito. (1993). Pendidikan Atletik. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D II.
Soetoto Pontjopoetra, dkk. (2004). Permainan Anak, Tradisional dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugiyanto & Sudjarwo. (1991). Perkembangan dan Belajar Gerak, Jakarta:
Sugiyanto. (1998). Perkembangan dan Belajar Motorik, Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan, direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Bagian Proyek Penataran Guru Pendidikan Jamani dan Kesehatan SD Setara D II.
Sukintaka. (1992). Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjaskes, Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan.
Tamsir Riyadi. (1985). Petunjuk Atletik. Yokyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.
Yoyo Bahagia. (………..). Pengebangan Media Pembelajaran Penjas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional
Yudha. M. Saputra. (1999). Dasar-Dasar Keterampilan Atletik. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
………….Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses dari http:// http://kbbi.co.id/arti-kata/bilah. Pada tanggal 30 April 2019 pukul 20.30 WIB.
Slameto, 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soeparwoto,dkk, 2004. Psikologi Perkembangan. UPT MKK UNNES
Sukintaka, 1992. Teori Bermain untuk D2 PGSD: Depdikbud
Supandi, 1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Jasmani.