Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa Terhadap Isi Bacaan Dengan Pendekatan Whole Language Di VI SD Negeri 1 Jolotundo
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP ISI BACAAN DENGAN PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI KELAS VI
SD NEGERI 1 JOLOTUNDO
KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Fuji Asih
Guru Kelas VI SD Negeri 1 Jolotundo
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena hasil pembelajaran Bahasa Indoenesia tentang menentukan pokok pikiran dalam bacaan pada siswa kelas VI SDN 1 Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini terbukti setelah evaluasi pembelajaran, penulis menganalisa hasilnya, ternyata dari 18 siswa yang tuntas 9 siswa (50%), sedangkan yang belum tuntas 9 siswa (50%). Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang selama 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jika pada siklus I belum berhasil maka dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya hingga berhasil. Teknik analisis data meliputi reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah pada kegiatan pra siklus dari 18 siswa,terdapat 9 siswa (50%)mencapai ketuntasan, sedangkan 9 siswa (50%) belum tuntas. Kemudian dilanjutkan perbaikan siklus I dari 18 siswa terdapat 13 siswa (75%) mencapai ketuntasan, sedangkan 5 siswa (28%) belum tuntas. Pada siklus II sudah ada peningkatan dari pada pembelajaran sebelumnya dari 18 siswa, sebanyak 18 siswa (100%) telah mencapai ketuntasan (dengan nilai 70 ke atas). Dan tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 (0%). Dengan demikian penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan sudah mencapai keberhasilan.
Kata kunci: whole language, Bahasa Indonesia, pokok pikiran, bacaan
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling pokok dari semua mata pelajaran karena mata pelajaran Bahasa Indonesia merupa-kan kunci transfer ilmu pengetahuan mata pelajaran yang lain. Namun ketika anak mulai sekolah dan mendapat pelajaran bahasa Indonesia, keadaan menjadi terbalik. Bahasa yang semula merupakan hal yang mudah dan mengasyikkan berubah menjadi pelajaran yang sulit (Goodman, 1986). Tetapi pada kenyataannya mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap sulit, dan tidak menyenangkan oleh siswa. Dari anggapan seperti itulah akhirnya menjadi penyebab rendahnya mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada tahun ajaran 2014/ 2015, mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester 1 dan 2 untuk kelas I s/d kelas VI rata-rata nilai kurang dari 70.
Penulis mengadakan diskusi de-ngan teman sejawat dan meminta pengarahan dari supervisor untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya permasa-lahan. Dan dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang berhasil ditemu-kan, antara lain 1) Pendekatan metode yang digunakan oleh guru kurang menarik minat siswa, 2) Penggunaan media pembelajaran kurang didayagunakan, terkesan asal ada media, sehingga siswa kurang tertarik pada materi pelajaran, 3) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang menarik (monoton), serta guru kurang memberi motivasi kepada siswa.
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang telah penulis lakukan, terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca di kelas VI SD Negeri 1 Jolotundo, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Pendekatan apa yang sebaiknya digunakan oleh guru untuk menarik minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama memahami bacaan?
2. Apa media yang tepat digunakan agar siswa lebih mudah memahami isi bacaan?
3. Apa media yang tepat digunakan agar siswa lebih mudah memahami isi bacaan?
Tujuan penelitian adalah 1) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketuntasan anak dalam menyerap materi pelajaran bahasa Indonesia terutama pada aspek membaca yaitu memahami isi bacaan, 2) Untuk membantu siswa kelas VI SD Negeri 1 Jolotundo agar lebih memahami isi bacaan dan 3) Memenuhi persyaratan pengajuan angka kredit (PAK) dari golongan IV A ke IV B.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, atau pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis. Secara umum, kemampuan ini tergantung pada frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara, baca, tulis yang dilakukan oleh seseorang dalam keseharianya. Semakin kerap seseorang mendengar, berbicara, membaca, menulis dan semakin berkualitasnya materi yang didengar, dibicarakan, dibaca dan ditulisnya maka semakin komunikatiflah kalimat–kalimat yang dituturkannya. Dengan demikian, kemampuan berbahasa orang tersebut semakin baik.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dibagi sesuai dengan aspek yang ada di dalamnya, yaitu 1) Siswa mendengarkan dan mendengarkan tanggapan secara kritis dengan pemahaman dan kepekaan terhadap gagasan, pendapat, dan perasaan orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan dan informasi yang dilihat, 2) Siswa berbicara secara aktif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan, dalam berbagi bentuk dan cara kepada berbagai saasaran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraaan, 3) Siswa membaca beragam teks, menunjukkan pemahaman secara kritis terhadap gagasan pendapat dan perasaan baik tersurat maupun tersirat memanfaaatkanya untuk berbagai tujuan serta gemar membaca berbagai jenis teks, 4) Siswa menulis berbagai jenis karangan untuk berbagai tujuan dan pembaca dengan memperhatiklan kosakata, ejaan, tanda baca, strukrtur kalimat, dan paragraph secara efektif, 5) Siswa memahami penggunaan bahasa secara beragam bergantung pada tujuan dan konteks, serta menguasai komponen – komponen kebahasaan untuk mendukung penggunaan bahasa Indonesia. Siswa mencintai, menghargai,dan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan memahami bahwa bahasa Indonesia mempunyai peran penting terhadap diri dan ingkunganya, 6) Siswa mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk.
Menurut Sabarti Akhadiah dkk. (1993: 22) membaca merupakan suatukesatuan kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
Menurut Puji Santoso (2007: 6.3), aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan padasaat memba-ca. Pernyataan ini sesuai dengan yang termuat dalam jurnal Reading the Media (2007) reading the media is an excellent source for devising one’s own media literacy curriculum, and why media literacy matters (membaca merupakan sumber yang bagus dalam memikirkan/menen-tukan kemampuan membaca seseorang dan mengapa kemampuan membaca tersebut sangat berarti).
Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun mental. Menurut Puji Santoso (2007: 6-3) Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah a) Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, b) Aspek perspektual, yaitu kemampuan untuk menginterprestasikan apa yang dilihat sebagai symbol, c) Aspek skemata yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada, d) Aspek berpikir yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi darimateri yang dipelajari, dan e) Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaandengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.interaksi antara kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baikantara penulis dengan pembaca.
Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 200) kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membacamaka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang.
Menurut Routman, Whole language merupakan salah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pelajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991, Froese, 1990). Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisahkan (Rigg, 1991). Oleh karena itu pengajaran ketrampilan berbahasa dan komponen bahasa disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik.
Pendekatan whole Language didasari oleh paham constructivism yang menyatakan bahwa anak atau siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Robert, 1996). Anak-anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa apa yang dipelajarinya itu diperlukan oleh mereka.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada 8 komponen whole language, antara lain 1) Reading aloud yaitu kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya, 2) Jurnal writing yaitu kegiatan menulis jurnal (menulis jurnal), 3) Sustained silent reading (membaca dalam hati), 4) Shared reading (membaca bersama), 5) Guided reading (membaca terbimbing), 6) Guided writing (menulis terbimbing), 7) Independent reading (membaca bebas).
Sedangkan ciri-ciri kelas yang menggunakan whole language antara lain 1) Kelas penuh dengan barang cetakan, seperti : poster, chart, berbagai jenis buku dan lainnya¸ 2) Siswa belajar melalui contoh atau model, siswa dan guru bersama-sama melakukan kegiatan membaca, 3) Siswa bekerja dan belajar sesuai tingkat kemampuannya¸ 4) Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran, guru sebagai fasilitator, 5) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna, 6) Siswa berani mengambil resiko dan bebas berkesperimen, 7) Siswa mendapat balikan positif baik dari guru maupun temannya dengan segera.
Implementasi dari pendekatan whole language dalam memahami bacaan, peulis menerapkan komponen independent reading. Independent reading (membaca bebas) ialah kegiatan membaca di mana siswa berkesempatan menentukan sendiri materi bacaan dan cara membacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dari whole language.
Adapun penilaian dalam kelas whole language adalah secara informal, selama pembelajaran berlangsung. Dapat berupa format observasi, catatan anekdot, portofolio dan sebagainya.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang mencari pokok pikiran dalam setiap alinea pada bacaan. Tindakan ini dilakukan karena hasil evaluasi yang diperoleh setelah proses kegiatan belajar masih jauh dari harapan. Dalam tindakan penelitian kelas ini penulis menggunakan Pendekatan Whole Language. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong siswa agar lebih terlibat aktif dalam belajar dan menyenangkan secara mandiri dengan bimbingan guru.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIK-AN PEMBELAJARAN
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI SD Negeri 1 Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 18 anak, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah tentang peningkatan pemahaman siswa terhadap isi bacaan dengan menggunakan pendekatan whole language.
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus dilaksana-kan selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) pada saat jadwal pelajaran Bahasa Indonesia.
Desain dari perbaikan pembela-jaran ini berdasarkan model yang dikembangkan di sekolah dasar yaitu dengan model Spiral dari Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993:48). Setiap pelak-sanaan perbaikan pembelajaran melalui 4 tahap, dan jika pada tahap (siklus) sebelumnya belum berhasil kemudian diteruskan pada siklus berikutnya hingga hasil yang diharapkan benar-benar tercapai.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Adapun teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah sesuai dengan model interaktif yang dikemukakan oleh Milles dan Hubberman.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun hasil evlauasi dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap prasiklus adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Evaluasi Pada Pra Siklus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
No. |
Indikator |
Keterangan |
1. |
Nilai terendah |
53 |
2. |
Nilai tertinggi |
100 |
3. |
Jumlah nilai |
1288 |
4. |
Nilai rata-rata |
72 |
5. |
Banyaknya siswa dengan nilai > 70 |
9 |
6. |
Prosentase siswa dengan nilai > 70 |
50% |
7. |
Banyaknya siswa dengan nilai < 70 |
9 |
8. |
Prosentase siswa dengan nilai <70 |
50% |
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa pada kegiatan pembelajaran ini belum maksimal. Hal ini terbukti setelah diadakan evaluasi dari 18 siswa terdapat 9 siswa (50%) yang mendapat nilai di atas 70 (mencapai ketuntasan), sedangkan yang mendapat nilai di bawah 70 (yang belum tuntas) sebanyak 9 siswa (50%). Oleh karena itu penulis merasa harus mengadakan perbaikan dalam beberapa tahap yang dimulai dari siklus I.
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12 September 2014, dengan subyek penelitian siswa Kelas VI SD Negeri 1 Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang, mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 1 dengan materi pokok memahami isi bacaan. Pada pelaksanaan perbaikan siklus I ini, penulis dibantu oleh supervisor yang bertindak sebagai observer (pengamat) yang akan memberikan balikan (feedback) pada apa yang peneliti lakukan saat melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung.
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I ini, penulis melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal: a) Mengucapkan salam, b) Berdo’a bersama, c) Mengabsen kehadiran siswa, d) Menuliskan judul materi di papan tulis dan menyampaikan tujuan sesuai indikator yang akan dicapai, e) Mengadakan appersepsi dengan mengaitkan pada masalah kontekstual yang sering terjadi di lingkungan sekitar siswa.
2. Kegiatan Inti:
a. Eksplorasi: a) Siswa membaca bacaan yang telah tersedia secara bergantian sedangkan yang lainnya menyimak, b) Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan, c) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara mencari pokok pikiran pada setiap alinea, d) Siswa diajak curah pendapat membahas tentang isi bacaan.
b. Elaborasi: a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kerja, b) Siswa bergabung dengan kelompoknya, c) Guru membagi LKS kepada setiap kelompok, d) Guru memberi petunjuk cara mengerjakan LKS, e) Siswa berdiskusi membahas pokok pikiran pada setiap alinea dan menemukan makna tersirat pada bacaan tersebut, f) Masing-masing kelompok dengan diwakili salah satu siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, g) Diskusi kelas, diisi dengan saling memberi tanggapan atas hasil kerja masing-masing kelompok.
c. Konfirmasi: a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi, b) Guru memberi pemantapan dengan mereview pokok-pokok materi
3. Kegiatan Akhir: a) Siswa memajangkan hasil diskusinya pada papan pajangan, b) Guru memberi kesempatan bertanya, c) Guru memberi pemantapan dengan mereview materi pelajaran yang telah disampaikan, d) Siswa mengerjakan evaluasi (LTS), e) Guru memberi pesan-pesan agar siswa rajin belajar, f) Pelajaran ditutup dengan salam.
Adapun hasil evlauasi dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
No. |
Indikator |
Keterangan |
1. |
Nilai terendah |
53 |
2. |
Nilai tertinggi |
100 |
3. |
Jumlah nilai |
1429 |
4. |
Nilai rata-rata |
79 |
5. |
Banyaknya siswa dengan nilai > 70 |
13 |
6. |
Prosentase siswa dengan nilai > 70 |
72% |
7. |
Banyaknya siswa dengan nilai < 70 |
5 |
8. |
Prosentase siswa dengan nilai <70 |
28% |
Kelebihan pada kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah guru sudah memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan, pendapat terhadap sesuatu hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Di samping itu, guru juga sudah melibatkan siswa dalam menemukan suatu konsep dengan cara membimbing siswa sehingga seolah-olah siswa itu sendiri yang menemukan konsep tersebut.
Kelemahan pada kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah guru belum dapat memotivasi siswa yang berkemampuan kurang agar ikut terlibat aktif dalam proses kegiatan pembelajaran, guru hanya menunjuk siswa yang pandai dalam melaksanakan tugas di depan kelas (misalnya membaca di depan kelas), pengelolaan kelas belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri saat teman lainnya disuruh mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan isi bacaan, siswa masih belum dapat menentukan pokok pikiran, siswa menulis pokok pikiran hanya pada kalimat yang bukan menjadi pokok pikiran, guru lebih aktif sendiri dalam pembelajaran.
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 19 September 2014 di ruang kelas VI SD Negeri 1 Jolotundo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Mata pelajaran yang penulis sampaikan adalah Bahasa Indonesia, dengan materi pokok memahami isi bacaan. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, penulis dibantu oleh supervisor 2 yang bertindak sebagai pengamat proses belajar mengajar. Hasil pengamatan dari observer (pengamat) tersebut penulis gunakan sebagai masukan untuk melakukan berbagai pembenahan pada kegiatan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Adapun langkah-langkah pada tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal: a) Mengucapkan salam, b) Berdo’a bersama, c) Mengabsen kehadiran siswa, d) Menuliskan judul materi di papan tulis dan menyampaikan tujuan sesuai indikator yang akan dicapai, e) Mengadakan appersepsi dengan mengaitkan pada masalah kontekstual di lingkungan sekitar siswa.
2. Kegiatan Inti:
a. Eksplorasi: a) Siswa membaca membaca teks yang telah tersedia, b) Siswa yang lain menyimak, c) Siswa mencatat hal-hal penting dalam bacaan, d) Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan, e) Siswa mengamati alat peraga berupa seorang tokoh pahlawan (Jenderal Sudirman), f) Salah seorang siswa disuruh maju menceritakan atau mendeskripsi-kan gambar tersebut sesuai dengan bacaan, g) Demikian dilakukan secara bergantian, h) Siswa dengan bimbingan guru menentukan pokok pikiran dalam suatu bacaan dengan tepat.
b. Elaborasi: a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kerja, b) Siswa bergabung dengan kelompoknya, c) Guru membagi LKS kepada setiap kelompok, d) Guru memberi petunjuk cara mengerjakan LKS, e) Setiap kelompok mengerjakan LKS dengan cara berdiskusi, f) Masing-masing kelompok dengan diwakili salah satu siswa mempresentasi-kan hasil diskusinya di depan kelas, g) Diskusi kelas, diisi dengan saling memberi tanggapan atas hasil kerja masing-masing kelompok.
c. Konfirmasi: a) Siswa dengan bim-bingan guru menyimpulkan hasil diskusi, b) Guru memberi pemantapan dengan mereview pokok-pokok materi
3. Kegiatan Akhir: a) Siswa memajangkan hasil diskusinya pada papan pajangan, b) Guru memberi kesempatan bertanya, c) Guru memberi pemantap-an dengan mereview materi pelajaran yang telah disampaikan, d) Siswa mengerjakan evaluasi (LTS), e) Guru memberi pesan-pesan agar siswa rajin belajar, f) Pelajaran ditutup dengan salam.
Adapun hasil evlauasi dari pelaksa-naan kegiatan pembelajaran pada tahap siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
No. |
Indikator |
Keterangan |
1. |
Nilai terendah |
71 |
2. |
Nilai tertinggi |
100 |
3. |
Jumlah nilai |
1518 |
4. |
Nilai rata-rata |
84 |
5. |
Banyaknya siswa dengan nilai > 70 |
18 |
6. |
Prosentase siswa dengan nilai > 70 |
100% |
7. |
Banyaknya siswa dengan nilai < 70 |
0 |
8. |
Prosentase siswa dengan nilai <70 |
0% |
Kelebihan pada kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah guru sudah mendorong dan memelihara keaktifan siswa, guru sudah menggunakan media pembelajaran yang menarik yaitu berupa gambar pahlawan (Jenderal Sudirman), buku bacaan, guru sudah melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik sehingga semua siswa memperhatikan penyampaian materi, guru dalam menyampaikan pelajaran menggunakan pendekatan yang menyeluruh dalam kemampuan bahasa (melibatkan kemampuan membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan), guru sudah memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan, pendapat terhadap sesuatu hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Kelemahan pada kegiatan perbaik-an pembelajaran ini sudah semakin berkurang, karena guru sudah mengguna-kan kelemahan-kelemahan pada pembela-jaran sebelumnya sebagai acuan sehingga pada tahap perbaikan siklus II ini kelemahan-kelemahan tersebut sudah dapat diantisipasi.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaik-an Pembelajaran
Kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I belum memuaskan, karena dari 18 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 13 siswa (72%), sedangkan yang belum tuntas sebanyak 5 siswa (28%). Dengan fakta demikian bahwa hasil evaluasi yang diperoleh siswa belum memuaskan maka guru (dalam hal ini peneliti) perlu mengadakan perbaikan agar hasil yang diperoleh siswa memuaskan (tuntas).
Hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh supervisor (pengamat) dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan perenungan (refleksi) terhadap apa yang telah penulis lakukan. Dari hasil refleksi peneliti dapat menemukan adanya kelemahan dan kekuatan (kelebihan) pada kegiatan belajar mengajar tersebut.
Kelemahan: 1) Guru kurang memperhatikan respon pertanyaan siswa sehingga siswa merasa terabaikan, 2) Guru hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga siswa pasif dan bosan, 3) Media pembelajaran belum efektif, 4) Guru belum dapat memotivasi siswa sehingga siswa seharusnya terlibat aktif dalam pembelajaran, 5) Guru dalam menjelaskan materi masih bersifat abstrak, belum konkret sehingga dapat menimbulkan verbalisme pada siswa, 6) Guru kurang memberi motivasi pada siswa, 7) Ketuntasan belajar belum tercapai hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi, siswa yang belum tuntas ada 9 siswa (50%).
Kelebihan: 1) Guru sudah menggunakan media pembelajaran sebagai alat untuk mengaktifkan siswa dalam mengungkapkan keterampilan berbahasa (membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis), 2) Penggunaan alokasi waktu sudah sesuai dengan RPP, 3) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 4) Dalam menyampaikan pembelajaran, suara guru sudah cukup jelas sehingga dapat terdengar dengan jelas di ruang kelas VI.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II ini peneliti menggunakan media pembelajaran berupa gambar tokoh pahlawan (Jenderal Sudirman) dengan disertai metode demonstrasi (bercerita). Hasil evaluasi yang diperoleh pada tahap ini (siklus II) dari 18 siswa, semua siswa (100%) mencapai ketuntasan, sedangkan tidak ada siswa yang belum mencapai ketuntasan (0%). Nilai rata-rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus II dibandingkan dengan sebelumnya (siklus I) yang semula rata-rata 79 menjadi 84.
Dengan hasil yang demikian, maka peneliti merasa bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah berhasil, sehingga peneliti tidak akan mengadakan perbaikan pembelajaran pada tahap selanjutnya. Namun demikian peneliti melakukan refleksi terhadap hal-hal yang telah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II ini, karena tidak ada guru yang sempurna dalam menyampaikan pelajaran tentu masih ada kekurangan dan kelebihan..
Kelemahan: 1) Alokasi waktu masih kurang, artinya karena kegiatan pada perbaikan pembelajaran ini banyak praktek maka alokasi waktu yang disediakan masih kurang, 2) Tingkat kemampuan inteletktual siswa beragam sehingga tidak semua siswa mampu memahami bacaan sehingga dapat menentukan pokok pikiran dalam setiap alineanya.
Kelebihan: 1) Guru sudah mendo-rong dan memelihara keaktifan siswa, 2) Guru menggunakan media pembelajaran berupa gambar pahlawan (Jenderal Sudirman) yang sesuai dengan bacaan, 3) Guru sudah melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik sehingga semua siswa memperhatikan penyampaian materi, 4) Guru sudah memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan, pendapat terhadap sesuatu hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran, 5) Guru sudah mengefektifkan media pembelajaran, 6) Pengelolaan waktu sudah tepat, 7) Suara guru sudah keras dan cukup terdengar di dalam ruang kelas.
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Pendekatan whole language dapat meningkatkan siswa dalam memahami suatu bacaan.
2. Penggunaan penguatan/motivasi dapat meningkatkan interest siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses perbaikan pembelajaran sudah berhasil.
Saran dan tindak lanjut sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran membaca pema-haman sebaiknya dilakukan pendekat-an whole language pada komponen membaca dalam hati.
2. Dalam pembelajaran sebaiknya guru memberikan penguatan kepada siswa yang bisa menyelesaikan suatu soal dan membimbing siswa yang belum dapat menyelesaikan suatu soal dengan memberinya semangat.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, (2004). Strategi Pengembangan Pembelajaran Membaca dan Menulis. Semarang: Depdikbud Jateng.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, (2004). Metode Membaca Menulis Permulaan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Semarang: Depdikbud Jateng.
Mikarsa, dkk, (2003). Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Santosa, Puji, dkk, (2007). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Suciati, dkk. (2003). Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta ; Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Sudibyo S.N, Joko, S.Pd., dkk, (2004). Bahasa Indonesia Surakarta ; CV Widya Duta.
Surana, (2002). Aku Cinta Bahasa Indonesia. Solo : Tiga Serangkai.
Tarigan, Drs. Jago, M.Pd., dkk. Pendidikan Ketrampilan Berbahasa ; Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K ; Wihardit Kuswaya, Nasoetion Naeki (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K ; Julaeka, S ; Marsinah Ngadi (2004). Pemantapan Kemampuan Profesinonal, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.