Analisis Fenomena Bullying Terhadap Perkembangan Psikologi Siswa
ANALISIS FENOMENA BULLYING
TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOLOGI SISWA
DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEMIJEN 02 SEMARANG
Reshendy Fabettysna Riantika1)
Arfilia Wijayanti2)
Anggun Dwi Setya Putri3)
1) Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena bullying terhadap perkembangan psikologi siswa di sekolah dasar negeri kemijen 02 semarang. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kemijen 02 Semarang Tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan seorang atau sekelompok, perilaku yang tidak normal dan tidak sehat. Bullying dapat di artikan perilaku agresif atau tindakan untuk melukai orang lain yang dilakukan secara sengaja atupun tidak sengaja untuk menyakiti orang lain. Siswa dan siswi di SD Negeri Kemijen 02 Semarang menjadi pelaku dan korban dari bullying. Kelas rendah khususnya dikelas II, III siswa dan siswi menjadi pelaku dari bullying fisik seperti memukul, mendorong, menjegal, menjahili, sedangkan bullying verbal meliputi mengejek, membentak, memberi nama panggilan orang tua lebih banyak terjadi di kels tinggi yaitu kelas VI dan V. Dampak adanya perilaku bullying yang meliputi, adanya rasa takut akibat dari ancaman serta tidak adanya semangat untuk bersekolah karena suka diganggu temannya. Faktor yang menyebabkan bullying antara lain faktor keluarga, faktor teman sebaya, faktor lingkungan sosial, faktor psikologis dan faktor media sosial.
Kata kunci: fenomena bullying, perkembangan psikologi, kasus bullying.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the phenomenon of bullying on the psychological development of students in the Kemijen public elementary school 02 Semarang. The research method used is descriptive qualitative research. This study uses data collection techniques in the form of questionnaires, interviews, observation and documentation. This research was conducted at SD Negeri Kemijen 02 Semarang in Academic Year 2018/2019. The results of this study can be concluded that bullying is a situation where the abuse of power/power is carried out by a person or group, abnormal and unhealthy behavior. Bullying can be interpreted as aggressive behavior or actions to hurt other people intentionally or accidentally to harm others. Students at SD Negeri Kemijen 02 Semarang became the perpetrators and victims of bullying. Low class especially in class II, III students and students become the perpetrators of physical bullying such as hitting, pushing, tackling, bullying, while verbal bullying includes mocking, shouting, giving nicknames to older people more often in high class namely class VI and V. Impact the existence of bullying behavior that includes, the fear of the threat and the lack of enthusiasm for school because they like to be disturbed by their friends. Factors that cause bullying include family factors, peer factors, social environmental factors, psychological factors and social media factors
Keywords: Analysis of the phenomenon of bullying, development of psychology, bullying cases.
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kelangsungan hidup manusia. Pendidikan di indonesia sendiri terbagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan non formal meliputi kursus, pelatihan dan keterampilan sedangkan pendidikan formal meliputi sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Djamal (2016: 25) mengemukakan bahwa “sekolah secara formal memiliki tanggung jawab mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. pendidikan di sekolah harus menjunjung tinggi demokrasi, toleransi dan hak asasi manusia. Sekolah berhak mendidik anak menjadi pribadi yang kuat, bermoral dan berpendidikan tetapi tidak ada tindakan kekerasan dan intimidasi sehingga anak merasa aman dan nyaman sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak dalam Bab III, mengenai Hak dan Kewajiban Anak mengatakan bahwa “ setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaa, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada dasarnya kekerasan yang dilakukan siswa ataupun siswi bisa disebut bullying. Menurut Yayasan sejiwa (2008: 1) bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok.
Akibatnya anak akan depresi, stres, trauma dan bahkan menyebabkan bunuh diri. Perkembangan psikologi anak sangat berpengaruh besar terhadap kehidupannya. Menurut Surya (2014:10) Psikologi terbentuk dari kata “ psyche” yang berarti ‘ jiwa’ dan “logos” berarti ‘ilmu’. Dari kata tersebut dapat di artikan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa. Hanum (2017: 103) berpendapat bahwa Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku. perilaku mempunyai definisi sendiri menurut Surya (2014:12) perilaku individu adalah segala bentuk manifestasi hayati yang meliputi perilaku yang paling nampak sampai dengan yang paling tidak nampak, dari perilaku yang dirasakan sampai yang tidakdi rasakan oleh individu yang bersangkutan. Desmita (2017: 169) berpendapat bahwa perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Perilaku antara laki-laki dan perempuan tentu berbeda. Tetapi dalam bullying semua jenis kelamin bisa menjadi korban atau pelaku bullying. Astuti (2008: 1) mengatakan bahwa Bullying tidak memilih umur atau jenis kelamin korban. Chakrawati (2015:12) mengatakan bahwa, bentuk–bentuk bullying secara garis besar di bedakan menjadi tiga yaitu: Fisik, Verbal, Psikis.
Peneliti menemukan bentuk–bentuk bullying yang dilakukan anak–anak di SD Negeri Kemijen 02 Semarang. Bentuk bullying yang terjadi berupa mengejek, memukul, mendorong, serta mengancam. Tindakan Bullying tidak mengenal usia dan gender semuanya menjadi korban dan pelaku bullying. Berdasarkan kasus bullying yang terjadi di SD tersebut, penulis meneliti lebih dalam mengenai fenomena bullying yang terjadi pada siswa-siswi di SD Negeri Kemijen 02 Semarang.Penelitian ini diharapkan mampu menggali lebih dalam tentang kasus bullying yang terjadi di SD Negeri Kemijen 02 Semarang dan memberikan informasi terhadap pendidik, kepala sekolah dan siswa mengenai pengertian bullying, bentuk–bentuk bullying, faktor terjadinya bullying dan dampak bullying terhadap perkembangan psikologi siswa. Faktor-faktor diatas di perkuat dengan penelitian relevan yang telah dilaksanakan oleh Ela Zain Zakiyah dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Melakukan Bullying” mengatakan bahwa faktor penyebab bullying antara lain: 1) keluarga, 2) sekolah,
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sugiyono (2015: 9) menjelaskan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan). Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan suatu fenomena dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi di SDN Kemijen 02 Semarang yang disajikan dalam bentuk kalimat naratif. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Peneliti mendeskripsikan bagaimana fenomena bullying dan dampaknya terhadap perkembangan psikologi siswa. Ada 3 tahapan yang harus dilakukan peneliti dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2016: 19): 1)Tahap orientasi atau deskrpsi, 2) Tahap reduksi/fokus, 3) Tahap selection, dengan menggunakan instrumen penelitian berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner/angket.
HASIL DAN PEMBAHAAN
Hasil dari analisis angket siswa mengenai fenomena bullying terhadap perkembangan psikologi siswa di Sekolah Dasar Negeri Kemijen 02 Semarang, peneliti menyimpulkan bahwa ada 3 bentuk bullying yang terjadi yaitu bullying fisik, bullying verbal dan bullying psikis. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan dari kelas rendah dan kelas tinggi. Setelah melalui proses analisis dan perhitungan persentase, maka diperoleh persentase bentuk-bentuk bullying yang disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Bentuk Perilaku Bullying Siswa Kelas II Sebagai Pelaku
Bentuk bullying
|
Jenis kelamin | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
Fisik | Memukul | 100 % | 41,6 % |
Mendorong | 57,1 % | 25% | |
Menjegal | 71,4 % | 25% | |
Menjahili | 85,7 % | 16,6% | |
Memeras | 0 % | 0 % | |
Verbal | Membentak | 42,8 % | 41,6 % |
Mengejek | 35,7 % | 33,3 % | |
Memaki | 28,5 % | 16,6 % | |
Menggosipkan | 0 % | 25 % | |
Mengejek dengan nama panggilan orang tua | 21,4 % | 0 % | |
Psikis | Mendiamkan | 21, 4 % | 50 % |
Mengabaikan | 35,7 % | 33,3 % | |
Mengucilkan | 14,2 % | 16,6 | |
Mengancam | 28, 5 % | 0 % |
Sumber: hasil pengolahan angket
Berdasarkan tabel 4.1 bentuk perilaku Bullying siswa kelas II Bentuk bullying fisik dengan persentase terbanyak ialah memukul dengan persentasi 100 % siswa. Bentuk bullying verbal tertinggi yaitu membentak dengan persentase 42,8 %.Bentuk bullying psikis terbanyak ialah mengabaikan temannya dengan perolehan persentase sebesar 35,7%. Siswi perempuan juga menjadi pelaku bullying, Bentuk Bullying fisik yang dilakukan siswi perempuan kelas II dengan persentase terbanyak ialah memukul 35,7 %. Bentuk bullying verbal tertinggi yaitu membentak dengan persentase 41,6 %.Bentuk bullying psikis terbanyak ialah mendiamkan, dengan perolehan persentasenya ialah 50 %.Korban bullying siswa dan siswi SDN Kemijen 02 Semarang disajikan dalam tabel beriku ini:
Bentuk bullying
|
Jenis kelamin | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
Fisik | Dipukul | 57,1 % | 41,6 % |
Didorong | 85,7 % | 58,3 % | |
Dijegal | 42,8 % | 25 % | |
Dijahili | 78,5 % | 41,6 % | |
Diperas | 0 % | 16,6 % | |
Verbal | Dibentak | 28,5 % | 41,6 % |
Diejek | 71,4 % | 50 % | |
Dimaki | 57,1 % | 16,6 % | |
Digosipkan | 14,2 % | 33,3 % | |
Diejek dengan nama panggilan orang tua | 35,7 % | 16,6 % | |
Psikis | Didiamkan | 28,5% | 25 % |
Diabaikan | 28,5% | 33,3 % | |
Diucilkan | 21,4 % | 8,3 % | |
Diancam | 14,2% | 0% |
Tabel 4.2Bentuk Perilaku Bullying Siswa Kelas II Sebagai korban
Berdasarkan data tabel 4.2 korban kelas II diatas bentuk bullying fisik terbanyak dialami siswa kelas II ialah didorong dengan perolehan persentase sebesar 85,7%.Bentuk bullying verbal terbanyak dialami ialah diejek dengan perolehan persentase sebesar 71,4%.Bentuk bullying fisik terbanyak dialami ialah didorong dengan perolehan persentase 58,3% siswi. Bentuk bullying verbal terbanyak adalah dibentak dengan persentase 50 %. Bentuk bullying psikis terbanyak dialami ialah diabaikan dengan perolehan persentase sebanyak 33,3 % anak. Berdasarkan hasil angket siswa kelas tinggi diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Bentuk Perilaku Bullying Siswa Kelas V Sebagai pelaku
Bentuk bullying
|
Jenis kelamin | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
Fisik | Memukul | 88,8% | 68,7 % |
Mendorong | 55,5% | 62,5% | |
Menjegal | 61,1 % | 25 % | |
Menjahili | 61,1% | 81,2% | |
Memeras | 5,5 % | 0% | |
Verbal | Membentak | 50% | 56,2% |
Mengejek | 66,6% | 43,7% | |
Memaki | 27,7% | 18,7% | |
Menggosipkan | 11,1% | 37,5% | |
Mengejek dengan nama panggilan orang tua | 44,4% | 43,7% | |
Psikis | Mendiamkan | 33,3% | 12,5% |
Mengabaikan | 16,6 % | 25% | |
Mengucilkan | 22,2% | 31,2% | |
Mengancam | 55,5% | 18,7% |
Sumber: hasil pengolahan angket
Berdasarkan tabel 4.3 bentuk perilaku Bullying siswa kelas V. Bentuk bullying fisik dengan persentase terbanyak ialah memukul dengan persentasi 88,8 % siswa.Bentuk bullying verbal tertinggi yaitu mengejek sebesar 66,6%. Bentuk bullying psikis terbanyak ialah mengancam temannya dengan perolehan persentase sebesar 55,5%. Bentuk Bullying fisik yang dilakukan siswi perempuan kelas V dengan persentase terbanyak ialah menjahili 81,2 %. Bentuk bullying verbal terbanyak dilakukan siswi kelas V ialah membentak 56,2 % siswi.Bentuk bullying psikis terbanyak ialah mengucilkan, dengan perolehan persentasenya ialah 31,2 %.Korban bullying yang terjadi di kelas V akan disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Bentuk Perilaku Bullying Siswa Kelas V Sebagai korban
Bentuk bullying
|
Jenis kelamin | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
Fisik | Dipukul | 83,3% | 93,7% |
Didorong | 83,3% | 68,7% | |
Dijegal | 55,5% | 31,2% | |
Dijahili | 61,1% | 87,5% | |
Diperas | 38,8% | 12,5% | |
Verbal | Dibentak | 44,4% | 56,2% |
Diejek | 27,7% | 62,5% | |
Dimaki | 16,6% | 31,2% | |
Digosipkan | 22,2% | 37,5% | |
Diejek dengan nama panggilan orang tua | 88,8% | 50% | |
Psikis | Didiamkan | 38,8% | 18,7% |
Diabaikan | 27,7% | 25% | |
Diucilkan | 11,1% | 12,5% | |
Diancam | 50% | 31,2% |
Sumber: pengolahan angket
Berdasarkan data tabel 4.8 korban kelas V diatas dapat diketahui bahwa korban bullying dapat terjadi oleh siswa laki laki maupun siswi perempuan. Bentuk bullying fisik terbanyak dialami siswa kelas V ialah didorong dan dipukul dengan perolehan persentase sebesar 83,3%. Bentuk bullying verbal terbanyak dialami ialah diejek dengan nama panggilan orang tua perolehan persentase sebesar 88,8%.Bentuk bullying psikis terbanyak dialami ialah diancam 50 % siswa. Bentuk bullying fisik terbanyak dialami ialah dipukul dengan perolehan persentase 93,7 % siswi. Bentuk bullying verbal terbanyak adalah diejek dengan persentase 62,5 %. Bentuk bullying psikis terbanyak dialami ialah diancam dengan perolehan persentase sebanyak 31,2% anak.
Berdasarkan hasil analsis diatas, bentuk bullying antara lain: bentuk bullying fisik, bentuk bulying verbal dan bentuk bullying psikis. Dampak yang ditimbulkan adanya perilaku bullying antara lain: (1) Merasa malu karena suka diejek oleh temannya sehingga terkadang malas untuk berangkat sekolah. (2) Pernah terluka ketika didorong oleh temannya sehingga membuat trauma. (3) Merasa kurang bersemangat ketika berangkat ke sekolah. (4) Merasa minder dan malu karena selalu dipanggil dengan sebutan bukan nama asli.(5) Kurang percaya diri karena menjadi bahan kalahan dengan kakak kelas dan faktor penyebab bullying antara lain: 1) faktor keluarga, 2) faktor lingkungan sosial, 3) faktor media sosial, 4) faktor teman sebaya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Bullying dapat di artikan perilaku agresif atau tindakan untuk melukai orang lain yang dilakukan secara sengaja atupun tidak sengaja untuk menyakiti orang lain. Siswa dan siswi di SD Negeri Kemijen 02 Semarang menjadi pelaku dan korban dari bullying. Kelas rendah khususnya dikelas II, III siswa dan siswi menjadi pelaku dari bullying fisik seperti memukul, mendorong, menjegal, menjahili serta memeras uang ,sedangkan bullying verbal meliputi mengejek, membentak, memberi nama panggilan orang tua lebih banyak terjadi di kels tinggi yaitu kelas IV dan V. Dampak adanya perilaku bullying yang meliputi, adanya rasa takut akibat dari ancaman serta tidak adanya semangat untuk bersekolah karena suka diganggu temannya. Faktor yang menyebabkan bullying antara lain faktor keluarga, faktor teman sebaya, faktor lingkungan sosial, faktor psikologis dan faktor media sosial.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka disampaikan saran antara lain sebagai berikut:
- Guru harus lebih memahami tentang perilaku dan pencegahan bullying yang terjadi oleh siswa
- Guru dapat menjelaskan bentuk bullying yang dapat merugikan dan membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain dan dampak yang ditimbulkan dari bullying yang sangat merugikan kepada siswa.
- Guru dapat menjadi pengganti orang tua di lingkungan sekolah, mampu menjadikan siswa seperti anaknya sendiri.
- Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan psikolog jika tidak memiliki guru Bimbingan Konseling untuk memperoleh informasi mengenai bullying.
- Orang tua atau wali siswa dapat memberikan perhatian yang khusus dan kasih sayang terhadap anaknya, maka orang tua memberikan arahan untuk anaknya agar tidak melakukan bullying kepada temannya. Sehingga anak-anak sadar apa yang dilakukannya selama ini tidak baik dan tidak akan mengulangi perilaku-perilaku yang merugikan untuk dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya serta dapat mengajarkan anak untuk menghargai, mendukung dan mengajarkan cara berteman yang baik.
- Korban bullying hendaknya mencari kesibukan sendiri saat di sekolah agar tidak merasa kesepian dan sendirian, tetap percaya diri dan terbuka dengan masalah yang dihadapi.
- Bagi Dinas Pendidikan dapat memberikan guru Bimbingan Konseling untuk setiap sekolah dasar negeri, sehingga guru Bimbingan Konseling dapat membaatu mengaswasi.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Ponny, Retno. 2008. Meredam Bullying. Jakarta: PT Gramedia.
Chakrawati, Fitria. 2015. Bullying Siapa Takut. Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT remaja Rosalakarya
Djamal. 2016. Fenomena Kekerasan di Sekolah. Pustaka Pelajar.
Hanum, Faridah. 2017. Psikologi Layanan Terhadap Pemustaka Dan Kualitas Layanan Prima. Jurnal iqra’, Vol. 11, No 0. Mei.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualititif. Bandung: Alfabeta.
Yayasan sejiwa. 2008. Bullying. Jakarta: PT Grasindo.