Analisis Kemampuan Koneksi Matematika Dengan Soal Kontektual Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Asal Lulusan Sekolah Tahun 2016
ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA
DENGAN SOAL KONTEKTUAL PADA MAHASISWA
DITINJAU DARI ASAL LULUSAN SEKOLAH TAHUN 2016
Hardi1, 2
Supriyanta2
Dosen Institut Agama Islam Negeri Surakarta1
Dosen Akademi Pelayaran Nasional Surakarta2
ABSTRAK
Dalam Perkuliahan banyak mahasiswa yang kurang memperhatikan pentingnya materi pelajaran yang dikaitkan dengan masalah masalah yang reail atau asalah masalah yang ada pada kehidupan sehari hari. Apalagi para mahasiswa itu adalah calon seorang guru.yang akan mendidik para siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan kemampuan koneksi matematika dengan soal kontektual ditinjau dari asal lulusan sekolah. Pada penelitian ini akan dilihat kemampuan koneksi matematika para mahasiswa yang berasal dari lulusan SMK, MA dan SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskrifti kualitatif. Teknik pengambilan data menggunakan tes dan dokumentasi, tes digunakan untk mengukur dan menganalisis kemampuan koneksi matematika. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mahasiswa IAIN Surakarta program studi PGMI yang akan dijadikan responden. Responden yang dijadikan untuk penelitian yaitu I1 kelas yang berjumlah 27 mahasiswa.Hasil penelitian yang diperoleh bahwa: Mahasiswa yang berasal dari lulusan SMK untuk kemampuan koneksi matematikanya masuk katagori Rendah. Mahasiswa yang berasal dari lulusan MA pun masuk katagori rendah juga. Sedangkan mahasiswa yang berasal dari lulusan SMA kemampuan koneksi matematikanya masuk katagori sedang. Akan tetapi kalau ketiga keompok itu digabungkan yaitu kemampuan koneksi matematika mahasiswa IAIN program studi Pendidikan Guru MI masuk katagori Rendah Juga.
Kata Kunci: Koneksi Matematika, Soal Kontektual, Asal Lulusan
PENDAHULUAN
Dalam perkuliahan metode atau pendekatan pembelajaran sangat penting untuk dilakukan oleh seorang guru maupun dosen. Guru dan dosen harus dapat mencari metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran dapat memperoleh hasil yang maksimal. Salah satunya dengan mengaitkan atau menkoneksikan materi pembelajaran dengan kehidupan yang nyata. Pada perkuliahan matematika pengkoneksian sangat dibutuhkan National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 1989, koneksi matematika atau mathematical connections merupakan bagian yag sangat penting dalam pendidikan. Koneksi matematika adalah keterkaitan antara topik matematika, keterkaitan antara matematika dengan disiplin ilmu lain, dan keterkaitan matematika dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari.
Koneksi matematis merupakan suatu keterampilan yang harus dibangun dan dipelajari oleh setiap mahasiswa maupun siswa. Dengan ketrampilan yang dibangun maka mahasiswa dapat mencari hubungan hubungan koneksi pada matematika. Dalam hal ini peranan koneksi matematika sangat penting untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah kontekstual atau soal kontektual. Pemilihan konteks yang benar akan dapat meningkat kan pola piker bagi peserta didik.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kemampuan koneksi matematika mahasiswa IAIN Surakarta program studi Pendidikan Guru MI dengan soal kontektual ditinjau dari asal lulusan sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan koneksi matematika mahasiswa.
KAJIAN TEORI
Pengertian Kemampuan Koneksi Matematika
Koneksi matematika merupakan dua kata yang berasal dari Mathematical Connection yang dipopulerkan oleh NCTM dan dijadikan sebagai standar kurikulum pembelajaran matematika sekolah dasar dan menengah (Sumarmo, 2006). National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 1989, koneksi matematika atau mathematical connections merupakan bagian yag sangat penting dalam pendidikan. Koneksi matematika adalah keterkaitan antara topik matematika, keterkaitan antara matematika dengan disiplin ilmu lain, dan keterkaitan matematika dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat melakukan koneksi terlebih dahulu harus mengerti dengan permasalahannya dan untuk dapat mengerti permasalahan harus mampu membuat koneksi dengan topik–topik yang terkait.
Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan mahasiswa dalam mencari hubungan suatu representasi konsep dan prosedur, memahami antar topik matematika, dan kemampuan mahasiswa mengaplikasikan konsep matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari–hari. Berdasarkan hal tersebut, koneksi matematika tidak hanya menghubungkan antar topik dalam matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai ilmu lain dan dengan kehidupan. Ulep (2000: 296) menguraikan indikator koneksi matematis, sebagai berikut: 1) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan grafik, hitungan numerik, aljabar, dan representasi verbal; 2) Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru; 3). Menyadari hubungan antar topik dalam matematika; 4) Memperluas ide–ide matematik.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan mahasiswa dalam mencari hubungan suatu representasi konsep dan
|
3 prosedur, yaitu: (1) memahami antar topik matematika, (2). kemampuan mahasiswa mengaplikasikan ke matematika dalam bidang lain dan (3) Kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan di kehidupan sehari–hari.
Soal Kontekstual
Nelissen (1997) mendefinisikan konteks sebagai situasi yang menarik perhatian anak dan yang mereka dapat kenali dengan baik. Konteks dalam penelitian ini, dimaksudkan sebagai obyek, peristiwa, fakta atau konsep yang telah dikenal dengan baik oleh seseorang sehingga ia dapat membangkitkan pengetahuan tentang hal tersebut dalam bentuk metode kerjanya sendiri. Jadi, masalah kontekstual adalah masalah yang berkaitan dengan konteks dunia nyata (kehidupan sehari–hari).
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan tersebut, jelas bahwa masalah matematika kontekstual tidak dapat hanya dipandang sebagai masalah yang langsung berkaitan dengan obyek–obyek konkrit semata, tetapi juga meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan obyek abstrak seperti fakta, konsep, atau prinsip matematika. Berdasarkan pemahaman tersebut, jelas bahwa sifat kontekstual dari suatu masalah matematika dapat berkaitan langsung dengan obyek nyata, atau berkaitan dengan obyek dalam pikiran.
Pada masalah kontekstual yang diberikan, subjek sesungguhnya telah memiliki pengetahuan informal yang cukup, tetapi untuk dapat menyelesaikannya subjek perlu menerjemahkan konteks masalah ke dalam model matematika agar dapat diselesaikan menggunakan prosedur matematika formal, pada tahap ini peranan koneksi matematis cukup menonjol. Koneksi bisa membangun pemahaman matematika. Tanpa koneksi, mahasiswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak pemisahan konsep dan keterampilan. Dengan koneksi, mereka dapat membangun pengertian baru dari materi yang sebelumnya. Dari beberapa hal diatas, jelas bahwa peranan koneksi dalam menyelesaikan soal kontekstual sangat penting karena mahasiswa harus bisa menghubungkan masalah dalam kehidupan sehari–hari ke dalam pelajaran matematika di sekolah.
Kemampuan Matematik
|
Kondalkar (2007:48) menyatakan bahwa kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental, berpikir, menelaah, memecahkan masalah mahasiswa dalam menyelesaikan soal–soal matematika. Kemampuan matematika setiap mahasiswa berbeda-beda, ada mahasiswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Dalam penelitian ini kemampuan matematika mahasiswa di klasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Untuk mendapatkan kategori tersebut, maka perlu di buat acuan konversi nilai dari hasil tes kemampuan matematika mahasiswa. Depdiknas (dalam Rofiki, 2012:38) membuat kriteria tingkat kemampuan mahasiswa dan skala penilaiannya menjadi tiga kemampuan tinggi jika 80≤ nilai yang di peroleh ≤ 100, kemampuan sedang jika 65 ≤ nilai yang di peroleh 80, dan kemampuan rendah jika 0 ≤ nilai yang diperoleh 65.
Asal lulusan Sekolah
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dalam penjelasannya dinyatakan bahwa “pendidikan kejuruan (SMK) merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan pesrta didik terutama utnuk bekerja pada bidang tertentuâ€. Selanjutnya dalam hal SMA dinyatakan bahwa “pendidikan umum merupakan pendidikan dasar (SD,SMP) dan pendiudikan menengah (SMA) yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggiâ€. Jadi dapat disimpulkan bahwa, SMK bertujuan menghasilkan lulusan terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, dan SMA menghasilkan lulusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Berdasarkan teori tersebut, dapat dikemukakan kerangkan berfikir sebagai berikut. Karena tujuan SMK adalah menghasilkan lulusan untuk bekerja pada bidang tertentu, maka kurikulum, model pembelajaran dan budaya di SMK diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi untuk bekjerja. Selanjutnya karena tujuan SMA adalah menghasilkan lulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi), maka kurikulum, model pembelajaran dan budaya di SMA lulusannya diarahkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan tidak untuk bekerja.
Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Pendidikan kejuruan mempunyai arti yang bervariasi namun dapat dilihat suatu benang merahnya. Menurut Evans dalam Djojonegoro (1999) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.
Madrasah aliyah (MA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah menengah atas (SMA), yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan madrasah aliyah ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas X sampai kelas XII.
Pengertian Sekolah Menengah Atas (disingkat SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh selama 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai 12.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu langkah langkah atau cara yang dipakai untuk mendapatkan data. Menurut Sugiono (2016.3) metode penelitian merupakan cara ilmian untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkang jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data kemampuan koneksi matematika pada soal kontekstual ditinjau dari asal lulusan SLTA. Asal lulusan SLTA yang dijadikan Subjek adalah lulusan SMA, Lulusan MA/MAN dan lulusan SMK. Untuk kemampuan koneksi matematika dikategorikan menjadi tiga yaitu kemampuan matematik tinggi, sedang dan rendah. Penelitian ini dilakukan pada Mahamahasiswa semester III program studi Pendidikan Guru Madrasah Iptidaiyah (PGMI) IAIN Surakarta tahun Akademik 2016/2017 dengan jumlah 27 mahasiswa. Peneliti mengambil subjek tersebut berdasarkan dari hasil observasi dan hasil masukan dari beberapa dosen matematika, dan diharapkan pengambilan subjek ini dapat mewakili dari tujuan penelitian.
Pemiliahan subjek penelitian berdasarkan kemampuan matematika para mahasiswa. Mahasiswa yang berjumlah 27 dalam satu kelas diberikan tes dengan jenis soal kontektual. Selanjutnya, dari hasil tes tersebut mahasiswa dibagi dalam tiga kelompok, yaitu. Asal lulusan SMA, Lulusan MA/MAN dan lulusan SMK. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan masing masing dalam menyelesaikan soal kontekstual.
Instrumen pengumpul data dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dan tes yang berupa soal kontektual. Peneliti dikatakan sebagai instrument karena merencanakan, melaksanakan mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan data, dan menjadi pelapor dari hasil penelitiannya. Sedangkan tes yang berupa soal kontektual bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan koneksi matematik mahasiswa yang terdiri dari koneksi antar topic, koneksi dengan disiplin ilmu lain dan koneksi pada kehidupan secara nyata.
Teknik pengumpulan data yang tepat, diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah (1) Tes, tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan koneksi matematik mahasiswa. Tes diberikan oleh peneliti kepada mahasiswa setelah perkuliahan selesai. (2) Dokumentasi, menurut (Sugiono. 2015) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan nama dan jumlah mahasiswa semester III program studi PGMI IAIN Surakarta.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: data kemampuan koneksi matematika pada mahasiwa IAIN Surakarta program studi Pendidikan Guru Madrasah Iptidaiyan (PGMI) tahun akademik 2016/2017. Responden yang dijadikan subjek penelitian berjumah 27 mahasiswa, terbagi menjadi 3 kelompok yaitu asal sekolah SMK, asal sekolah MA dan asal sekolah SMA. Hasil yang diperoleh nilai tertinggi 95,83, nilai terendah 20,83 dan rata ratanya 43.20.
Tabel Kemampuan Koneksi Matematika.
No |
Asal Sekolah |
N |
Nilai Tertinggi |
Nilai Terendah |
Rata Rata |
Katagori |
1 |
SMK |
6 |
83.33 |
33.33 |
63.19 |
Rendah |
2 |
MA |
11 |
95.83 |
20.83 |
62.11 |
Rendah |
3 |
SMA |
10 |
95.83 |
33.33 |
65.41 |
Sedang |
Untuk mahasiswa yang berasal dari SMK sebanyak 6 mahasiswa, Hasil yang diperoleh nilai tertinggi 83,33, nilai terendah 33,33 dan rata ratanya 60,42;
Untuk mahasiswa yang berasal dari MA sebanyak 11 mahasiswa. Hasil yang diperoleh nilai tertinggi 95,83, nilai terendah 20,83 dan rata ratanya 60,60; dan yanr terahir untuk lulusan yang berasal dari SMA sebanyak 10 mahasiswa. Hasil yang diperoleh nilai tertinggi 95,83, nilai terendah 33,33 dan rata ratanya 63.75.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan hasil penelitian akan dianalisis kemampuan koneksi matematika mahasiswa IAIN Surakarta program studi PGMI dari masing masing asal sekolah dalam menyelesaikan soal contektual dan akan dikatagorikan dalam kelompok tinggi sedang dan rendah.
a. Untuk mahasiswa yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); (1). Untuk koneksi antar topic masuk katagori rendah yaitu 54,14%, pada soal nomor 1a, rendahnya koneksi matematika tersebut dikarenakan ada beberapa mahasiswa yang menjawabnya asal asalan dan adanya kesalahan konsep dalam memahami persegi panjang. Mereka beranggapan bahwa persegi itu bukan persegi panjang. Untuk koneksi antar topic pada soal nomor 3a, banyak mahasiswa tidak menggunakan rumus phythagoras tapi dalam menjawab para mahasiswa menjumlahkan jarak yang ke utara ditambah ke barat, (2). Untuk koneksi matematika dengan ilmu lain, masuk katagori rendah yaitu 64,6%. Namun untuk soal nomor 2a banyak mahasiswa yang sudah dapat mengkoneksikan matematika dengan ilmu lain. Terbukti dengan koneksi pada ilmu ekonomi mendapatkan nilai 87,5. Pada nomor 3b para mahasiswa belum mampu mengkoneksikan karena mendapatkan nilai rendah yaitu 41,7. (3). Untuk Koneksi matematika dengan kehidupan sehari hari atau dengan kehidupan yang real masuk pada katagori Sedang yaitu 70,85%. Pada soal 1b kesalahan terbanyak mengenai perhitungan dan salahnua gambar bangun persegi panjang. Dengan kesalahan gambar tersebut mengakibatkan kesalahan dalam menghitung luasannya. Sedangkan utuk soal nomor 2b para mahasiswa sudah dianggap mampu mengkoneksikan matematika dalam kehidupan sehari hari.
b. Untuk mahasiswa yang berasal dari Madrasah Aliah (MA); (1). Untuk koneksi antar topic masuk katagori rendah yaitu 57,95%, pada soal nomor 1a, rendahnya koneksi matematika tersebut dikarenakan ada beberapa mahasiswa yang menjawabnya asal asalan dan adanya kesalahan konsep dalam memahami persegi panjang. Mereka beranggapan bahwa persegi itu bukan persegi panjang. Untuk koneksi antar topic pada soal nomor 3a, ini nilainya lebih kecil dibandingkan dengan soal 1a. Dalam menjawab banyak mahasiswa yang tidak menggunakan rumus phythagoras tapi para mahasiswa menjumlahkan jarak yang ke utara ditambah ke barat, (2). Untuk koneksi matematika dengan ilmu lain, masuk katagori rendah yaitu 60,2%. Tetapi pada soal nomor 2a mahasiswa banyak yang sudah menjawab dengan benar. Terbukti dengan koneksi pada ilmu ekonomi mendapatkan nilai 79,5. Pada nomor 3b para mahasiswa belum mampu mengkoneksikan karena nilai yang didapatkat tergolong jauh dari harapan yaitu 40,9. (3). Untuk Koneksi matematika dengan kehidupan sehari hari atau dengan kehidupan yang real masuk pada katagori Sedang yaitu 68,20%. Pada soal 1b kesalahan terbanyak mengenai perhitungan dan salahnua gambar bangun persegi panjang. Dengan kesalahan gambar tersebut mengakibatkan kesalahan dalam menghitung luasannya. Sedangkan utuk soal nomor 2b para mahasiswa banyak yang menjawab dengan benar. Tapibelum dianggap mampu mengkoneksikan dalam kehidupan sehari hari karena nilainya minim walaupun masuk katagori sedang.
c. Untuk mahasiswa yang berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA); (1). Untuk koneksi antar topic masuk katagori rendah yaitu 55%, pada soal nomor 1a, nilainya hanya 47,5 rendahnya koneksi matematika tersebut dikarenakan ada beberapa mahasiswa yang menjawabnya asal asalan dan adanya kesalahan konsep dalam memahami persegi panjang. Untuk koneksi antar topic pada soal nomor 3a, banyak mahasiswa tidak menggunakan rumus phythagoras tapi dalam menjawab para mahasiswa menjumlahkan jarak yang ke utara ditambah ke barat, (2). Untuk koneksi matematika dengan ilmu lain, masuk katagori sedang yaitu 67,5%. Namun untuk soal nomor 2a banyak mahasiswa yang sudah dapat mengkoneksikan matematika dengan ilmu lain. Terbukti dengan koneksi pada ilmu ekonomi mendapatkan nilai 87,5. Pada nomor 3b para mahasiswa belum mampu mengkoneksikan karena mendapatkan nilai rendah yaitu 47,5. (3). Untuk Koneksi matematika dengan kehidupan sehari hari atau dengan kehidupan yang real masuk pada katagori Sedang yaitu 73,75%. Pada soal 1b kesalahan terbanyak mengenai perhitungan dan salahnua gambar bangun persegi panjang. Dengan kesalahan gambar tersebut mengakibatkan kesalahan dalam menghitung luasannya. Sedangkan utuk soal nomor 2b para mahasiswa sudah dianggap mampu mengkoneksikan matematika dalam kehidupan sehari hari.
KESIMPULAN
Berdasar hasil analisis yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemapuan koneksi matematika mahasiswa dengan soal kontektual yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masuk katagori rendah yaitu 63.19%. Hasil ini diperoleh dari kemampuan koneksi matematika dengan topic lain (koneksi antar topic 53,14%, Kemampuan koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain 64,6% dan yang ketiga adalah kemampuan koneksi matematika dengan kehidupan sehari hari 70.85%.
2. Kemapuan koneksi matematika mahasiswa dengan soal kontektual yang berasal dari Madrasah Aliyah (MA) masuk katagori rendah yaitu 62.11%. Hasil ini diperoleh dari kemampuan koneksi matematika dengan topic lain (koneksi antar topic 59.95%, Kemampuan koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain 60.20% dan yang ketiga adalah kemampuan koneksi matematika dengan kehidupan sehari hari 68.20%.
3. Kemapuan koneksi matematika mahasiswa dengan soal kontektual yang berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) masuk katagori sedang yaitu 65.41%. Hasil ini diperoleh dari kemampuan koneksi matematika dengan topic lain (koneksi antar topic 55.00%. Kemampuan koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain 64.60% dan yang ketiga adalah kemampuan koneksi matematika dengan kehidupan sehari hari 73.75%.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Widarti, 2013, Kemampuan Kneksi Matematis Dalam menyelesaikan Masalah Kontektual ditinjau dari Kemampuan Matematis Siswa, Jurnal Stkip Pgri Jombang. Vol 1, No. 003 Tahun 2013 (diakses tanggal 18 Nopember 2016
Dita AM, 2015. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Online) http://ayoraihsemua.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-smk.html (diakses tanggal 3 Desember 2016)
Herdian , 2010. Kemampuan Komunikasi Matematika (Online) https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematik-mahasiswa/ (diakses tanggal 23 Nopember 2016)
MA Minatul Huda, 2012, Pengertian Madrasah Aliyah (Online)
https://maminnatulhuda.wordpress.com/2012/05/05/madrasah-aliyah/ (diakses tanggal 3 Desember 2016)
Rian Andriansyah, 2015. Pengertian Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK atau Sederajat) (Online) http://catatansimade.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-sekolah-menengah-atas-smasmk.html (diakses tanggal 3 desember 2016)
Sugiono, 2016, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) Penerbit Alfabeta Bandung
Sugiono, 2015, Metode Penelitian tindakan Kommprehensif, Penerbit Alfabeta Bandung
Sugiono, 2015, Statistik Nonparametris Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta Bandung
Sugiman, 2008, Koneksi Matematik Dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama Jurnal Pythagoras Vol. 4, No. 1, Juni 2008: 56–66(diakses tanggal 18 Nopember 2016)
Yani Ramdani, 2012 Pengembangan Instrumen Dan Bahan Ajar Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, Dan Koneksi Matematis Dalam Konsep Integral Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 13 No. 1, April 2012 (diakses tanggal 18 Nopember 2016)
Â