ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Kristi Liani Purwanti1,2

1)Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo
2)Pendidikan Matematika, Fakultas Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan literasi matematika pada siswa kelas 6 di Madrasah Ibtidaiyah. Literasi matematika dalam kerangka PISA Matematika 2012 didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan, yaitu peneliti berusaha mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa, fenomena dan aktivitas sosial, sikap serta pemikiran orang baik individu maupun kelompok. Kemampuan literasi siswa SD/MI sangatlah rendah dilihat dari cara siswa menjawab pertanyaan dengan konteks yang dikenal serta semua informasi yang relevan tesedia dengan pertanyaan yang jelas, siswa mengidentifikasi informasi, dan melakukan cara-cara yang umum berdasarkan instruksi yang jelas, siswa menunjukkan suatu tindakan sesuai dengan stimulasi yang diberikan.

Kata kunci: kemampuan literasi matematika, siswa, Madrasah Ibtidaiyah

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula.

Pembelajaran di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah merupakan pembelajaran yang sangat penting, sebab sebagai dasar dari pembelajaran seterusnya sampai jenjang perguruan tinggi. Pembelajaran yang diajarkan tidak boleh asal-asalan. Pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan merupakan pembelajaran harus diterapkan.

Pembelajaran matematika menurut kurikulum mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan problem solving, kemampuan komunikasi, kemampuan penalaran, kemampuan berfikir kritis, kemampuan berfikir kreatif, kemampuan koneksi, dan kemampuan literasi. Literasi matematika dalam kerangka PISA Matematika 2012 didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, sebagai alat untuk mendeskripsikan, menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena atau kejadian. Literasi matematis dapat membantu individu untuk mengenal peran matematika di dunia nyata dan sebagai dasar pertimbangan dan penentuan keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat (OECD, 2010: 4). Sebuah laporan dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) survei United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa IPM Indonesia adalah 0.600 pada tahun 2010 dan peringkat 108 dari 169 negara (Klugman, 2010: 154). Masyarakat Indonesia masih menghadapi masalah sulit, terutama yang berkaitan dengan mutu pendidikan, relevansi, dan efisiensi (Pusat Kurikulum, 2007). Kualitas pendidikan suatu negara sangat digunakan untuk mengukur pembangunan negara. Hall dan Matthews (2008) menunjukkan bahwa aspek pendidikan memiliki peran penting terhadap kemajuan suatu negara. Peringkat Indonesia dalam matematika menurut PISA yaitu peringkat 39 dari 40 negara pada tahun 2003, peringkat 38 dari 41 negara pada tahun 2006, dan peringkat 61 dari 65 negara pada tahun 2009 (Kunandar; 2007: 2). Kemampuan literasi matematika di Indonesia belum berkembang, sehingga di sekolah dasar perlu diperhatikan.

KAJIAN TEORI

Literasi matematika dalam kerangka PISA Matematika 2012 didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, sebagai alat untuk mendeskripsikan, menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena atau kejadian. Literasi matematis dapat membantu individu untuk mengenal peran matematika di dunia nyata dan sebagai dasar pertimbangan dan penentuan keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat (OECD, 2010: 4).

Ada delapan karakteristik kognisi matematika di masalah PISA, yaitu pemikiran matematika dan penalaran, argumentasi matematika, pemodelan, problem posing dan pemecahan, representasi, simbol dan formalisme, komunikasi, dan penggunaan alat bantu dan alat (OECD, 2003).
  1. Pemikiran matematika dan penalaran: berpose pertanyaan karakteristik matematika; mengetahui jenis jawaban yang matematika penawaran; membedakan antara berbagai jenis laporan; memahami dan menangani rentang dan batas konsep-konsep matematika.
  2. Argumentasi matematika: mengetahui apa bukti adalah; mengetahui bagaimana bukti berbeda dari bentuk-bentuk lain dari penalaran matematika; berikut dan menilai rantai argumen; memiliki merasakan heuristik; menciptakan dan mengekspresikan argumen matematika.
  3. Komunikasi matematika: mengekspresikan diri dalam berbagai cara dalam bentuk visual secara lisan, tertulis, dan lainnya; memahami karya orang lain.
  4. Modeling: penataan lapangan untuk dimodelkan; menerjemahkan realitas ke dalam struktur matematika; menafsirkan model matematika dalam hal konteks atau realitas; bekerja dengan model; memvalidasi model; merefleksikan, menganalisis, dan menawarkan kritik dari model atau solusi; merefleksikan proses pemodelan.
  5. Masalah posing dan pemecahan: menyamar, merumuskan, mendefinisikan, dan memecahkan masalah dalam berbagai cara.
  6. Representasi: decoding, encoding, menerjemahkan, membedakan antara, dan menafsirkan berbagai bentuk representasi objek matematika dan situasi serta memahami hubungan antara representasi yang berbeda
  7. Simbol: menggunakan simbolis, formal, dan bahasa teknis dan operasi.
  8. Peralatan dan teknologi: menggunakan alat bantu dan alat-alat, termasuk teknologi saat yang tepat.

Menurut Zebenbergen “In teaching student to aplly mathematics to other contexts and situations, teachers often embed mathematics tasks into real world problem”.

Indikator dan Instrumen Penelitian
Indikator Penelitian Kriteria
Communication Baca, memecahkan kode, dan membuat rasa pernyataan, pertanyaan, tugas, objek, gambar, atau animasi (dalam penilaian berbasis komputer) untuk membentuk model mental dari situasi
Mathematising Mengidentifikasi variabel matematika yang mendasari dan struktur dalam masalah dunia nyata, dan membuat asumsi sehingga mereka dapat digunakan
Representation Merepresentasikan informasi dunia nyata matematis
Reasoning and argument Menjelaskan, membela, atau memberikan pembenaran untuk representasi teridentifikasi atau dibuat dari situasi dunia nyata
Devising strategies for solving problems menyusun rencana atau strategi untuk matematis membingkai ulang masalah kontekstual
Using symbolic, formal and technical language and operations Menggunakan variabel yang tepat, simbol, diagram, dan model standar untuk mewakili masalah dunia nyata menggunakan simbol / bahasa formal
Using mathematical tools Gunakan alat-alat matematika untuk mengenali struktur matematika atau untuk menggambarkan hubungan matematis

Level Kemampuan Matematika
Level Deskripsi
6 Melakukan pengonsepan, generalisasi dan menggunakan informasi berdasarkan penelaahan dan pemodelan dalam suatu situasi yang kompleks dan dapat menggunakan pengetahuan diatas rata-rata. Menghubungkan sumber informasi berbeda dan merepresentasi, dan menerjemahkan diantara keduanya dengan fleksibel. Siswa pada tingkatan ini memiliki kemampuan berfikir dan bernalar matematika yang tinggi. Menerapkan pengetahuan, penguasaan, dan hubungan dari simbol dan operasi matematika, megembangkan strategi dan pendekatan baru untuk menghadapi situasi yang baru. Merefleksikan tindakan mereka dan merumuskan dan mengomunikasikan tindakan mereka dengan tepat dan menggambarkan sehubungan dengan penemuan mereka, penafsiran, pendapat, dan kesesuaian dengan situasi nyata.
5 Mengembangkan dan bekerja dengan model untuk situasi kompleks, mengidentifikasi masalah, dan menetapkan asumsi. Memilih, membandingkan, dan mengavaluasi dengan tepat strategi pemecahan masalah terkait dengan permasalahan kompleks yang berhubungan dengan model.Bekerja secara strategis dengan menggunakan pemikiran dan penalaran yang luas, serta secara tepat menghubungkan representasi simbol dan karakteristik formal dan pengetahuan yang berhubungan dengan situasi. Melakukan refleksi dari pekerjaan mereka dan dapat merumuskan dan mengkomunikasikan penafsiran dan alasan mereka.
4 Bekerja secara efektif dengan model dalam situasi yang konkret tetapi kompleks yang mungkin melibatkan pembatasan untuk membuat asumsi. Memilih dan menggabungkan representasi yang berbeda, termasuk pada simbol, menghubungkannya dengan situasi nyata. Menggunakan berbagai keterampilannya yang terbatas dan mengemukakan alasan dengan beberapa pandangan dikonteks yang jelas. Memberikan penjelasan dan mengomunikasikannya disertai argumentasi berdasar pada interpretasi dan tindakan mereka.
3 Melaksanakan prosedur dengan jelas, termasuk prosedur yang memerlukan keputusa secara berurutan. Memecahkan masalah, dan menerapkan stratregi yag sederhana. Menafsirkan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber informasi yang berbeda dan mengemukakan alasannya secara langsung. Mengkomunikasikan hasil interpretasi dan alasan mereka.
2 Menafsirkan dan mengenali situasi dengan konteks yang memerlukan kesimpulan langsung. Memilah informasi yang relevan dari sumber tunggal, dan menggunakan cara penyajian tunggal. Mengerjakan algoritma dasar, menggunakan rumus, melaksanakan prosedur atau kesepakatan. Memberi alasan secara tepat dari hasil penyelesainnya.
1 Menjawab pertanyaan dengan konteks yang dikenal serta semua informasi yang relevan tesedia dengan pertanyaan yang jelas. Mengidentifikasi informasi, dan melakukan cara-cara yang umum berdasarkan instruksi yang jelas.Menunjukkan suatu tindakan sesuai dengan stimulasi yang diberikan.

Literasi merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam proses belajarnya. Sebagai alat komunikasi dan alat belajar (means of communications dan learning tools), literasi perlu dikembangkan secara konsisten agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. Bentuk-bentuk literasi yang perlu dikembangkan adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Semakin baik keterampilan literasi dimiliki oleh seorang siswa, semakin baik pula keterampilan belajarnya untuk mencapai kompetensi matematika yang diharapkan.

Di dalam pembelajaran matematika, penerapan keterampilan literasi akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Saat siswa diminta untuk menerangkan suatu konsep, di kesempatan itulah guru memperoleh informasi sejauh mana siswanya memahami konsep tersebut. Guru dengan mudah bisa segera memberi masukan saat itu juga apabila siswanya melakukan kesalahan atau terjadi miskonsepsi.

Berikut adalah beberapa cara untuk mengembangkan pemahaman konsep matematika dengan memanfaatkan keterampilan literasi siswa:
1). Menyampaikan suatu masalah
Siswa bisa diminta untuk menyampaikan suatu masalah dan menuliskannya. Misalnya, setelah mempelajari suatu konsep, siswa bisa diminta untuk menyampaikan soal dari buku, PR atau lainnya dan diminta untuk menyampaikannya dengan bahasa sendiri. Siswa juga kemudian diminta untuk menyampaikan bagaimana mereka menemukan jawabannya.

2). Menjelaskan Jawaban
Siswa diminta untuk menjelaskan jawaban yang mereka peroleh dari suatu soal. Mereka diminta untuk menjelaskannya secara tertulis.

3). Menjelaskan Jawaban Yang Salah
Siswa diminta memperbaiki jawaban yang salah. Mereka diminta menjelaskan mengapa jawaban salah, bagaimana memperbaikinya dan apa yang dilakukan agar mereka tidak mengulangi hal yang sama di masa mendatang.

4). Membuat Soal
Setelah mempelajari suatu konsep, siswa diminta untuk membuat soal cerita sendiri dan meminta temannya untuk menemukan jawabannya. Setelah selesai, mereka saling mengecek jawaban dan saling menjelaskannya. Apabila ada siswa yang salah menjawab, siswa lain bisa menjelaskan konsepnya sekali lagi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan, yaitu peneliti berusaha mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa, fenomena dan aktivitas sosial, sikap serta pemikiran orang baik individu maupun kelompok. Penelitian ini sama artinya dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu pendekatan dengan berdasarkan pada semua sumber data yang telah dicatat, dikumpulkan dan disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil pekerjaan siswa kelas 6
No. Hasil Pekerjaan Analisis Pekerjaan
1
  1. membuat pernyataan tentang hal yang diketahui belum ada
  2. mengidentifikasi variabel matematika tidak jelas
  3. merepresentasikan informasi dunia nyata matematis belum ada
  4. menjelaskan, membela, atau memberikan pembenaran untuk representasi teridentifikasi atau dibuat dari situasi dunia nyata belum terlihat
  5. menyusun rencana atau strategi untuk matematis membingkai ulang masalah kontekstual dengan cara praktis yaitu cara pagar
  6. menggunakan variabel yang tepat, simbol, diagram, dan model standar untuk mewakili masalah dunia nyata menggunakan simbol / bahasa formal sudah benar menggunakan KPK, faktorisasi prima belum terlihat.
  7. Gunakan alat-alat matematika untuk mengenali struktur matematika atau untuk menggambarkan hubungan matematis yaitu dengan pohon faktor dan pagar
2
  1. membuat pernyataan tentang hal yang diketahui belum ada
  2. mengidentifikasi variabel matematika tidak jelas
  3. merepresentasikan informasi dunia nyata matematis sudah ada dengan memberikan kesimpulan.
  4. menjelaskan, membela, atau memberikan pembenaran untuk representasi teridentifikasi atau dibuat dari situasi dunia nyata belum terlihat
  5. menyusun rencana atau strategi untuk matematis membingkai ulang masalah kontekstual dengan cara praktis yaitu cara pagar
  6. menggunakan variabel yang tepat, simbol, diagram, dan model standar untuk mewakili masalah dunia nyata menggunakan simbol / bahasa formal sudah benar menggunakan FPB, dan faktorisasi prima
  7. Gunakan alat-alat matematika untuk mengenali struktur matematika atau untuk menggambarkan hubungan matematis yaitu dengan pohon faktor dan pagar
3
  1. membuat pernyataan tentang hal yang diketahui belum ada
  2. mengidentifikasi variabel matematika tidak jelas
  3. merepresentasikan informasi dunia nyata matematis belum ada
  4. menjelaskan, membela, atau memberikan pembenaran untuk representasi teridentifikasi atau dibuat dari situasi dunia nyata belum terlihat
  5. menyusun rencana atau strategi untuk matematis membingkai ulang masalah kontekstual dengan cara praktis yaitu cara pagar
  6. menggunakan variabel yang tepat, simbol, diagram, dan model standar untuk mewakili masalah dunia nyata menggunakan simbol / bahasa formal sudah benar menggunakan KPK, faktorisasi prima sudah ada tetapi belum diberi keterangan yang jelas.
  7. Gunakan alat-alat matematika untuk mengenali struktur matematika atau untuk menggambarkan hubungan matematis yaitu dengan pohon faktor dan pagar
4
  1. membuat pernyataan tentang hal yang diketahui belum ada
  2. mengidentifikasi variabel matematika tidak jelas
  3. merepresentasikan informasi dunia nyata matematis sudah ada dengan memberikan kesimpulan.
  4. menjelaskan, membela, atau memberikan pembenaran untuk representasi teridentifikasi atau dibuat dari situasi dunia nyata belum terlihat
  5. menyusun rencana atau strategi untuk matematis membingkai ulang masalah kontekstual dengan cara praktis yaitu cara pagar
  6. menggunakan variabel yang tepat, simbol, diagram, dan model standar untuk mewakili masalah dunia nyata menggunakan simbol / bahasa formal sudah benar menggunakan FPB, dan faktorisasi prima
  7. Gunakan alat-alat matematika untuk mengenali struktur matematika atau untuk menggambarkan hubungan matematis yaitu dengan pohon faktor dan pagar
5
  1. membuat pernyataan tentang hal yang diketahui belum ada
  2. mengidentifikasi variabel matematika tidak jelas
  3. merepresentasikan informasi dunia nyata matematis belum ada
  4. menjelaskan, membela, atau memberikan pembenaran untuk representasi teridentifikasi atau dibuat dari situasi dunia nyata belum terlihat
  5. menyusun rencana atau strategi untuk matematis membingkai ulang masalah kontekstual dengan cara praktis yaitu cara pagar
  6. menggunakan variabel yang tepat, simbol, diagram, dan model standar untuk mewakili masalah dunia nyata menggunakan simbol / bahasa formal sudah benar menggunakan FPB, dan faktorisasi prima tidak ada.
  7. Gunakan alat-alat matematika untuk mengenali struktur matematika atau untuk menggambarkan hubungan matematis yaitu dengan pohon faktor dan pagar

Siswa kelas 6 di Madrasah Ibtidaiyah

Level 1

  1. Menjawab pertanyaan dengan konteks yang dikenal serta semua informasi yang relevan tesedia dengan pertanyaan yang jelas.
  2. Mengidentifikasi informasi, dan melakukan cara-cara yang umum berdasarkan instruksi yang jelas.
  3. Menunjukkan suatu tindakan sesuai dengan stimulasi yang diberikan.
Jumlah siswa pada level 1 yaitu 19 siswa

Level 2
  1. Menafsirkan dan mengenali situasi dengan konteks yang memerlukan kesimpulan langsung.
  2. Memilah informasi yang relevan dari sumber tunggal, dan menggunakan cara penyajian tunggal.
  3. Mengerjakan algoritma dasar, menggunakan rumus, melaksanakan prosedur atau kesepakatan.
  4. Memberi alasan secara tepat dari hasil penyelesainnya.
Jumlah siswa pada level 2 yaitu 7 siswa

Level 3,4,5 dan 6 tidak ada.

SIMPULAN

Siswa kelas 6 mempunyai kemampuan literasi matematika sangatlah rendah. Terlihat dari cara siswa menjawab pertanyaan dengan konteks yang dikenal serta semua informasi yang relevan tesedia dengan pertanyaan yang jelas, siswa mengidentifikasi informasi, dan melakukan cara-cara yang umum berdasarkan instruksi yang jelas, siswa menunjukkan suatu tindakan sesuai dengan stimulasi yang diberikan. Artinya siswa mengikuti apa yang diajarkan guru dengan cara yang praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2015. Pembelajaran Multiliterasi. Bandung: Refika Aditama.

Nana Syaodih Syukmadinata, 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hall, J. dan Matthews, E. 2008. The Measurement of Progress and The Role of Education. European Journal of Education. Vol. 43 No. 1.

Klugman, J. 2010. Human Development Report 2010. The Real Wealth of Nations: Pathways to Human Development. Newyork: United Nations Development Programme, hal 154.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

OECD. 2003. PISA 2003 Assessment Framework. http://www.oecd.org (24 Oktober 2016)

——–. 2009c. PISA 2009 Assessment Framework. http://www.oecd.org. (24 Oktober 2016)

OECD. “PISA 2012 Results: What Students Know and Can Do”. OECD Publication, vol. 1. http://www.oecd.org. (24 Oktober 2016)

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suherman Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

USAID, 2014. Bahan Rujukan bagi LPTK Praktik yang Baik dalam Pembelajarani Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Modul II.

Wray, D., et al. 2004. Teaching Literacy Effectively in the Primary School, London: Routledge Falmer.

Zevenbergen Robyn, Dole Shelley, and Wridht J Robert. 2004. Teaching Mathematics in Primary School. Ausralia: Mathematics-Study and Teaching (Primary).

Yvette Solomon. 2009. Mathematical Literacy: Developing Identities of Inclusion. New York: Routledge

Stacey, K. 2010b. Mathematical and Scientific Literacy Around The World. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia 2012, Vol. 33 No.1:1-16.