PENGARUH PENERAPAN MODEL

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SOAL CERITA SISWA KELAS V SD

KECAMATAN WONOGIRI

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Stef Riko Saputra

Alumnus Program Studi PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta

Heribertus Soegiyanto

Guru Besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model CTL terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa kelas V SD ditinjau dari kemampuan membaca pemahaman siswa. Penelitian menggunakan metode eksperimental semu. Populasi adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Wonogiri. Sampel diambil dengan Cluster Random Sampling sejumlah tiga kelas. Kelas eksperimen 32 siswa dan kelas kontrol 34 siswa serta kelas uji coba. Untukmemenuhi persyaratan sebagai sampel maka dilaksanakan uji keseimbangan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan Uji t. Data berupa hasil belajar dan tingkat kemampuan membaca pemahaman. Analisis data menggunakan uji normalitas metode Liliefors, uji homogenitas dengan metode Bartlet. Uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh antara model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil belajar matematika model pembelajaran CTL lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, dengan harga statistik uji Fa> Ftabel, yaitu 4,480 > 3,996 dan rata-rata nilai hasil belajar 76,69 > 72,74. (2) Ada pengaruh signifikan antara tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa terhadap hasil belajar matematika siswa, dengan harga statistik uji Fb > Ftabel, yaitu 38,428 > 3,996 dan rata-rata hasil belajar 80,68 > 68,25. (3) Tidak terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar matematika siswa, dengan dengan harga statistik uji Fab< Ftabel, yaitu 0,206 < 3,996.

PENDAHULUAN

Pendidikan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan teknologi. Pemahaman terhadap matematika, dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai kepada pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan kemampuan sains dan teknologi yang cukup tinggi (Buchori, 2001: 120-121). Di satu sisi, matematika dianggap sangat penting bagi kehidupan manusia. Tetapi di sisi lain, matematika juga dianggap sebagai suatu mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa. Hal ini mungkin karena matematika memiliki sifat abstrak kurang dikaitkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada atau yang biasa ditemui siswa dalam lingkungan kehidupan siswa atau pun juga karena guru menganggap siswa sebagai botol kosong yang perlu diisi dan kurang memperhatikan bahwa sebenarnya siswa dapat membangun/mengkonstruksi pengertian sendiri terhadap suatu konsep pengetahuan(Hartini, 2008: 8).

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi, menuju arah yang lebih baik. Namun kenyataannya prestasi belajar mata pelajaran matematika pada kelas V sekolah dasar di Kecamatan Wonogiri masih rendah dibanding dengan prestasi belajar mata pelajaran lain. Hal ini dibuktikan dari rekap nilai hasil UAS SD/MI Kecamatan Wonogiri semester I tahun pelajaran 2010/2011. Rata-rata nilai hasil UAS di Kecamatan Wonogiri pada tahun 2010/2011 pada kelas V yaitu Bahasa Indonesia 71. 21; IPA 73. 42; IPS 69. 12; Matematika 67. 64; dan PKn 72. 02. Berdasarkan data nilai rata-rata beberapa mata pelajaran di atas dapat diketahui nilai rata-rata matematika masih rendah daripada nilai rata-rata pelajaran lain. Rata-rata nilai tertinggi adalah pelajaran IPA dengan nilai rata-rata 73,42 sedangkan matematika nilai rata-ratanya hanya 67,64. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas V SD di Kecamatan Wonogiri pada pelajaran matematika masih rendah.

Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru. Dari beberapa model pembelajaran, ada model pembela-jaran yang menarik dan dapat memicu peningkatan penalaran siswa yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Elaine B. Johnson (2002: vii) mendefinisikan “Contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Johnson (2002: 65) menjelaskan bahwa dalam sistem pembelajaran CTL mencakup delapan komponen penting, yaitu (1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna; (2) Melakukan pekerjaan yang berarti; (3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri (Pembelajaran Mandiri); (4) Bekerja Sama; (5) Berpikir Kritis dan Kreatif; (6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang; (7) Mencapai standar yang tinggi; (8) Menggunakan penilaian autentik.

Dalam mata pelajaran matematika, sebagai upaya agar materi yang disampaikan benar–benar dapat diterima dan dikuasai oleh siswa dapat dilakukan dengan memberikan soal–soal, salah satunya yaitu dengan memberikan soal cerita. Kenyataan yang terjadi di Sekolah Dasar sering dijumpai soal matematika dalam bentuk cerita. Dalam silabus matematika kelas V Sekolah Dasar semester I terdapat 26 jam pelajaran soal cerita. Abdia dalam Marsudi Raharjo (2009:2) mendefinisikan soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Soal cerita sering disiapkan dalam bentuk cerita pendek yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Panjang dan pendeknya kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan soal cerita tersebut sangat berpengaruh.

Kemampuan membaca pemahaman menjadi bagian dari penguasaan dan perbendaharaan kata, tema topik dan pengala-man baru yang setiap saat menjadi lebih meningkat. Robert Lado (1977: 223) menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan memahami arti dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan. Dengan seringnya membaca dan beragam tema bacaan yang dibaca siswa, maka siswa makin terbuka dalam memperoleh tambahan sejumlah kata-kata dan memperkaya katanya serta wawasan pengetahuan dan pengalaman. Hal ini terkait dengan kemampuan anak untuk mengerjakan soal cerita yang di berikan. Semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman anak maka akan semakin tinggi prestasi belajar matematika soal cerita anak.

Michael Crawford dan Mary Witte (1999: 34-38) dalam Strategies For Mathematics: Teaching In Contexttelah melakukan penelitian terhadap lingkungan pembelajaran yang berbasis kontekstual dan hasilnya adalah lima hal yang biasa disebut dengan contextual teaching strategy (strategi pembelajaran kontekstual) yang diterapkan dalam pembelajaran matematika oleh guru-guru matematika didalam kelas, lima hal tersebut antara lain relating (membuat hubungan), experiencing (mengalami), applying (penerapan), cooperating (kerjasama), dan transferring (pemindahan pengetahuan).

Jackie Davis (2008: 11-12) dalam penelitiannya menyim-pulkan bahwa: siswa yang mendapatkan pelajaran membaca pemahaman langsung yang berkaitan secara khusus dengan materi pelajaran matematika akan meningkatkan nilai soal cerita mereka. Siswa yang menerima pelajaran membaca pemahaman untuk membantu memudahkan soal cerita merasa lebih baik tentang peranan mereka sebagai pelajar matematika. Penggunaan teknologi meningkatkan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan dan memberikan pendekatan multi-indera yang menguntungkan siswa. Dengan menggabungkan penggunaan pelajaran membaca pemahaman dengan penekanan matematika tertentu, dan menggunakan teknologi untuk lebih meningkatkan dan memotivasi, siswa mampu untuk berhasil dalam mengerjakan soal cerita matematika.

Piia Maria Vilenius-Tuohimaa ,Kaisa Aunola dan Jari-Erik Nurmi (2007: 409–426), yang telah melakukan penelitian terhadap 225 siswa kelas 4 (usia 9-10 tahun) tentang pengaruh membaca pemahaman terhadap soal cerita matematika menyimpulkan bahwa: Prestasi belajar soal cerita matematika berhubungan sangat kuat dengan prestasi belajar dalam membaca pemahaman. Tidak ada pembedaan terhadap jenis kelamin dalam penelitian ini, namun siswa perempuan memiliki teknik membaca dan kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik. Tingkat pendidikan orang tua diperkirakan membe-rikan pengaruh yang positif terhadap keterampilan menyelesaikan soal cerita dan kemampuan membaca siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian eksperimen dengan rumusan(1) Apakah ada pengaruh penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa kelas V SD? (2) Apakah ada pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa kelas V SD? (3) Apakah ada pengaruh penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan kemampuan membaca pemahaman secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa kelas V SD?

Sejalan dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui pengaruh penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa kelas V SD. (2) Mengetahui pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa kelas V SD. (3) Mengetahui pengaruh penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan kemampuan membaca pemahaman secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa kelas V SD.

METODE

Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Wonogiri yang terbagi dalam 50 Sekolah Dasar. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri III Wuryorejosebanyak 32 siswa sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Context-ual Teaching and Learning (CTL) dan kelas V SD Negeri Pokoh Kidul Isebanyak 34 siswa sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Sedangkan sebagai sampel Uji Validitas dan Uji Reabilitas instrument adalah siswa kelas V SD Negeri II Sendangsebanyak 32 siswa.

Data informasi dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan tes. Dokumentasi di dapat dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Wonogiri yang berupa rekap nilai hasil UAS SD/MI Kecamatan Wonogiri semester I tahun pelajaran 2010/2011. Tes dalam penelitian ini adalah pre-tes dan post-tes dan tes kemampuan membaca pemahaman. Bentuknya yaitu tes objektif atau pilihan ganda yang akan diberikan kepada kelas control dan kelas eksperimen yang sebelumnya harus melalui proses tryout.

Sebagai variabel bebas adalah model belajar, dan kemampuan membaca pemahaman siswa. Variabelterikatnya adalah hasil belajar matematika soal cerita. Teknik analisis data yang dilakukan untuk analisis instrument yaitu melalui uji validitas isi, uji reliabilitas, uji daya beda, dan uji taraf kesukaran. Sedangkan analisis datanya yaitu uji prasyarat diantaranya uji normalitas dan uji homogenitas, dan uji hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabulasi data untuk kelas CTL dengan jumlah sampel 32 siswa diperoleh rata-rata 72,1 dan standar deviasi 11,5444,sedangkan untuk kelas konvensional dengan sampel 34 siswa diperoleh rata-rata 71,6 dan standar deviasi 12,1203. Berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung = 0,164, sedangkan DK = {t | t <=1,998 atau t > 1,998}. Karena thitung = 0,164 DK maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum perlakuan kelas Contextual Teaching and Learning dan kelas konvensional mempunyai kemampuan awal yang seimbang.

Hasil uji validitas soal pretest pilihan ganda sebanyak 25 butir soal diperoleh 21 soal yang valid. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 25 item soal pretest diperoleh 3 item soal yang tidak memadai. Berdasarkan hasil uji coba 25 butir soal pretestterhadap 32 responden menunjukkan bahwa 4 item soal mempunyai daya beda yang kurang memadai. Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 25 item soal terdapat 4 item soal yang tidak efektif. Selanjutnya diperoleh 21 item soal yang mewakili semua indikator yang dipakai untuk menentukan kemampuan awal siswa. Hasil perhitungandiperoleh indeks reliabilitas dari 21 soal yang dipakai sebesar 0,792 yang berarti instrumen soal pretest tersebut adalah baik dan reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70.

Hasil uji validitas menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa soal tes hasil belajar (postest) pilihan ganda sebanyak 25 butir soal diperoleh 22 soal yang valid. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 25 item soal diperoleh 3 item soal yang tidak memadai. Berdasarkan hasil uji coba 25 butir soal postest terhadap 32 responden menunjukkan bahwa 3 item soal mempunyai daya beda yang kurang memadai. Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 25 item soal terdapat 3 item soal yang tidak efektif. Selanjutnya diperoleh 22 item soal yang mewakili semua indikator yang akan dipakai untuk menentukan hasil belajar siswa. Hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas dari 22 soal yang dipakai sebesar 0,828 yang berarti instrumen soal tes hasil belajar tersebut adalah baik dan reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70.

Hasil uji validitas instrumen soal tes kemampuan membaca pemahaman pilihan ganda sebanyak 25 butir soal diperoleh 21 soal yang valid. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran dari 25 item soal diperoleh 4 item soal yang tidak memadai. Berdasarkan hasil uji coba 25 butir soal terhadap 32 responden menunjukkan bahwa 4 item soal mempunyai daya beda yang kurang memadai. Berdasarkan indeks kesukaran dan daya beda yang ditetapkan dari 25 item soal terdapat 4 item soal yang tidak efektif, Selanjutnya diperoleh 21 item soal yang mewakili semua indikator yang akan dipakai untuk menentukan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hasil perhitungan diperoleh indeks reliabilitas dari 21 soal yang dipakai sebesar 0,801 yang berarti instrumen soal tes kemampuan membaca pemahaman tersebut adalah baikdan reliabel karena nilainya lebih besar dari 0,70.

Tabel Hasil Uji Normalitas

Hasil belajar

N

Lhitung

Ltabel

Keputusan

Kelas CTl

32

0,0828

0,157

Normal

Kelas Konvensional

34

0,0854

0,152

Normal

Kelompok kemampuan membaca pemahaman tinggi

34

0,1184

0,152

Normal

Kelompok kemampuan membaca pemahaman rendah

32

0,1344

0,157

Normal

Padaa = 0,05 menunjukkan bahwa harga statistik uji Lhitung< Ltabel. Dengan demikian diperoleh keputusan uji bahwa H0 diterima. Ini berarti data hasil belajar berdistribusi normal.

Tabel Hasil UjiHomogenitas

Hasil belajar

c2hitung

c2tabel

Keputusan

Kesimpulan

CTL

dan Konvensional

0,016

3,841

H0 diterima

Variansi-variansi dari kedua populasi homogen

Kemampuan membacapemahaman tinggidan rendah

0,307

3,841

H0 diterima

Variansi-variansi dari kedua populasi homogen

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas data hasil belajar matematika diperoleh harga statistik uji c2hitung dari masing-masing kelompok yang dibandingkan memiliki nilai lebih kecil dari c2tabel. Dengan demikian keputusan uji bahwa H0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa data hasil belajar matematika masing-masing kelompok memiliki variansi yang homogen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalur, yaitu untuk melihat perbedaan hasil belajar berdasarkan model pembelajaran yang digunakan antara model pembelajaran CTL dan model pembelajaran Konvensional, selain itu juga berdasarkantingkat kemampuan membaca pemahaman (tinggi dan rendah)

Tabel Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Frekuensi Sel Tak Sama

Sumber

Variansi

Jk

dk

Rk

Fobs

Fa

Keputusan

(A)

303,6050

1

303,6050

4,480

3,996

Ho ditolak

(B)

2604,3907

1

2604,3907

38,428

3,996

Ho ditolak

(AB)

13,9335

1

13,9335

0,206

3,996

Ho diterima

(G)

4201,9236

62

67,7730

( T )

7123,8528

65

Tabel Rangkuman Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal

Kemampuan membaca pemahaman

Rataan marginal

Tinggi

Rendah

Model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning

83,44

69,94

76,69

Konvensional

78,22

66,56

72,74

Rataan marginal

80,68

68,25

Pengujian hipotesis pertama, untuk efek utama A (metode pembelajaran), harga statistik uji FA = 4,480,sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% ( =0,05) dengan dk = (1;62) = 3,996, berarti FA>Ftabel, yaitu 4,480> 3,996, maka H0ditolak,sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar ditinjau dari perbedaan metode pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran CTL dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa dapat diterima.

Pengujian hipotesis kedua, untuk efek utama B (kemampuan membaca pemahaman), harga statistik uji FB = 38,428, sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% ( =0,05) dengan dk = (1;62) = 3,996, berarti FB>Ftabel, yaitu 38,428>3,996, maka H0 ditolak,sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar ditinjau dari perbedaan kemampuan membaca pemahaman. Berdasarkan rataan marginal diperoleh rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan membaca pemahaman tinggi sebesar 80,68 dan rata-rata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan membaca pemahaman rendah sebesar 68,25. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswadapat diterima.

Pengujian hipotesis ketiga, untuk efek interaksi AB (metode pembelajaran dan tingkat kemampuan membaca pemahaman), harga statistik uji FAB = 0,206,sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% ( =0,05) dengan dk = (1;62) = 3,996, berarti FAB<Ftabel, yaitu 0,206<3,996, maka H0 diterima, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kombinasi efek (interaksi) antara metode pembelajaran dan kemampuan membaca pema-haman siswa terhadap hasil belajar. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan tidak terdapat interaksi antara model pembela-jaran CTL dan tingkat kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar matematika soal cerita siswa dapat diterima.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dengan mengacu pada hipotesis yang dirumuskan dan tingkat kepercayaan 95% ( =0,05), maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Ada pengaruh antara model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil belajar matematika dengan menerapkan model pembelajaran CTL lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, dengan harga statistik uji FA>Ftabel, yaitu 4,480> 3,996 dan rata-rata nilai hasil belajar dari siswa yang dikenai model pembelajaran CTL lebih besar dari model pembelajaran konvensional, yaitu 76,69>72,74. (2) Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kemampuan membaca pema-haman siswa terhadap hasil belajar matematika siswa, dengan harga statistik uji Fb>Ftabel, yaitu 38,428>3,996dan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan membaca pemahaman tinggi lebih besar daripada rata-rata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan membaca pemahaman rendah yaitu80,68 > 68,25. (3) Tidak terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar matematika siswa, dengan dengan harga statistik uji Fab<Ftabel, yaitu 0,206<3,996.

Bertolak dari pembahasan di atas dapat diajukan saran sebagai berikut: Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan dan fasilitas belajar siswa. Pembelajarandengan menerapkan model kontekstual mengharuskan siswa untuk me-ngaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa sebenarnya maka hal ini juga tidak lepas dari kebutuhan akan media pembelajaran. Guru disarankan untuk menggunakan model belajar kontekstual sebagai model belajar alternatif dalam pembelajaran matematika khususnya soal cerita. Siswa harus aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual. Belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi, Berfikir kritis. Pengetahuan yang dimiliki siswa dikembangkan oleh siswa sendiri. Serta kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel moderator lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rofi’uddin, dkk. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anderson, Jonathan, Berry H. Durston and Milicent E. Poole. 1980. EfficientReading A Practical Guide. Sidney: Mc. Graw-Hill.

Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Bandung: Multi Pressindo.

Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Burhan Nurgiyantoro. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Campbell dan Stanley. 1966. Eksperimental and Quasi Eksperimental Design for Research. Chicago: Rand Mc Nally College Publishing Company.

Chaplin, James P. 1981. Kamus lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Crawford, Michael, and Mary Witte. 1999. Strategies for Mathematics: Teaching in Context. Educational Leadership vol 57, no. 3 (November 1999): 34. Academic Source Premier, EBSCOhost (accessed August 26, 2009).

Davies Alan and H. G. Widowson. 1974. Reading and Writing Technigues inApplied Linguistic. Volume thee. ed. J. P. B. Allen and S Pit. Corder. London: Oxford University.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat Kurikulum. Balitbang.

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dupuis, Mary M. &Askov, Eunice Nicholson. 1982. Content area reading: an individualized approach. Englewood Cliffs, N. J: Prentice-Hall

Elin Rosalin. 2008. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada.

Farr, Roger. 1969. Reading: what can be measured? Newark, DE: International Reading Association.

Gagné, Robert Mills. 1992. Principles of Instructional Design. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher.

Gene Fite. Reading and math: what is the connection? . Kansas Science Teacher vol. 14, Spring 2002. Curriculum Coordinator K-12 Math and Science. Kansas City: KS Public Schools.

Goodman, Yetta M. 1980. Reading Strategies Focus on Comprehension. Singapore: B & J Enterprise PTE, Ltd.

Grellet, Francoise. 1986. Developing Reading Skills A Practical Guide to ReadingComprehension Exercise. New York: Cambridge University Press.

Guilford, J. P. 1973. Fundamental Statistic in Psychology and Education. NewYork: Mc Graw-Hill Book Company.

Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Henry Guntur Tarigan. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

Herbert H. Clark & Eve V. Clark. 1977. Psychology and Language: an Introduction to Psycholinguistics. New York:Harcourt Brace Jovanovich, INC.

Imam Syafi’ie. 1993. Terampil Meringkas 1. Jakarta Depdikbud.

J. J. Hasibuan dan Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

John B. Carroll. The National Assessments in Reading: Are We Misreading the Findings?. The Phi Delta KappanVol. 68, No. 6, Feb. 1987 pp. 424-430. http://www. jstor. org/ (diakses Jumat, 15 July 2011 1:46:07 AM).

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center.

Kerlinger. F. N. 2002. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung R Simatupang. Foundation of Behavioral Research. 1964. Cetakan ke-8. New York: Holt Rinehart and Winston.

Lado, Robert. 1976. Language Testing. : A Scientific Approach. Bombay New Delhi: Mc Grow Hill Publishing Co Limited.

Marsudi Raharjo. 2009. Pembelajaran Soal Cerita di SD. Sleman: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Matematika.

McKenna, M. C. & Robinson, R. D. (1993) Teaching through Text: A Content Literacy Approach to Content Area Reading. White Plains, N. Y: Longman.

Muhibbin Syah. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Indonesia: Ghalia.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nunan, David. 1989A. Language Teaching Methodology A Textbook for Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

——–. 1989B. Designing Tasks for the Community Classroom. USA: Cambridge University Press.

Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Oemar Hamalik. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Otto, Wayne, Rude, et. al. (1979). How to Teach Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.

Purwoto. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS.

Piia Maria Vilenius-Tuohimaaa, Kaisa Aunolab and Jari-Erik Nurmib. 2007. The Association Between Mathematical Word Problems And Reading Comprehension. Educational Psychology Vol. 28, No. 4, July 2008, 409–426 © 2008 Taylor & Francis http://www. informaworld. com (diakses tanggal ‎26 ‎‎Juni ‎2011 jam 20:23:52)

Sheila, SB. (1982). Teaching Reading Comprehension, SEAMEO, RELC. Singapura.

Smith, F. 1982. Understanding Reading. (3rd ed. ). New York: Holt, Rinehart & Winston.

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soenardi Djiwandono. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB.

Sri Utari dan Subyakto Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

St. Y. Slamet dan Suwarto. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

St. Y. Slamet. 2008. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Surakarta: UNS Press.

——–. 2009. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Sudjana. 1982. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutrisnohadi, 1988. Statistik. Yogyakarta: UGM.

——–, 1991. Analsis Butir Untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi Offset.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tierney, R. J. 1989. The effects of reading and writing upon thinking critically. Reading Research Quarterly, vol 24 issue (2), 134-173.

Toeti Soekamto. 1997. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud Dikti.

Udin S Winataputra. 1992. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika; 1-9; PGMT3510/3 SKS. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,.

Wijaya. 2006. Strategi Belajar Mengajar Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun ke-15 no. 167:7

Winkel W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Yatim Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Yulius Slamet. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

(http://id. wikipedia. org/wiki/Kemampuan diakses tanggal 17 april 2011 jam 15. 03wib)

(http://id. wikipedia. org/wiki/Model diakses tanggal 17 april 2011 jam 15. 00 wib)