PENERAPAN METODE COOPERATIF LEARNING

DENGAN PAPAN PELANGI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN

BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI PUNGSARI 2

PADA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sujatno

SD Negeri Pungsari 2

 

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep dan hasil belajar matematika sehingga siswa aktif dalam pembelajaran yang akhirnya akan membawa peningkatan pada hasil belajar matematika pada materi pecahan. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini berlangsung selama lima bulan penelitian, mulai bulan Januari s/d bulan Mei 2018. Untuk tempat penelitian adalah di SD Negeri Pungsari 2 Kecamatan Plupuh pada siswa kelas VI dengan jumlah siswa 8 anak yang terdiri atas 5 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Cooperatif Learning dengan papan pelangi untuk mengenalkan siswa pada konsep pelajaran materi pecahan, sedang untuk mendapatkan data hasil belajar siswa diadakan tes tertulis pada akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini proses pembelajaran dibagi dalam dua siklus. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan proses pembelajaran dari kondisi awal pemahaman belajar siswa juga meningkat dengan meningkatnya persentase kegiatan pembelajaran dari siklus I memperoleh 68,9% meningkat di siklus II menjadi 84,7%. Sedangkan hasil pembelajaran dari kondisi awal rata-rata 47,5 meningkat pada siklus I menjadi 66,25 dan meningkat pada siklus II menjadi 80.

Kata Kunci: Kreativitas, Hasil Belajar, Dan Metode Pemecahan Masalah.

 

PENDAHULUAN

1

Sampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari konsep matematika. Baik pada kelas rendah maupun pada kelas atas, semua hampir pernah mengalami hal yang sama. Seperti yang penulis alami sebagai guru di kelas VI, selalu ada permasalahan yang peneliti alami dari masalah siswa. Entah itu proses pembelajaran ataupun hasil pembelajarannya.

Keadaan murid yang seperti itu bertolak belakang dengan harapan peneliti sebagai guru. Dimana peneliti mempunyai harapan, dengan selesainya pembelajaran maka pemahaman dan hasil belajar siswa akan memuaskan atau bisa dikatakan mendapat nilai diatas rata-rata kelas, atau minimal mendapat nilai diatas standar ketuntasan minimal (KKM). Berawal dari keadaan nilai siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru, dan dilihat dari rendahnya kreativitas siswa pada pembelajaran yang peneliti laksanakan, maka peneliti berniat memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan metode ataupun memanfaatkan alat peraga yang sesuai dengan materi pelajaran.

Dalam pembelajaran kali ini penulis memilih metode Cooperatif Learning karena metode ini dapat melatih siswa belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan dan tugas yang telah ditentukan. Sedangkan pemilihan alat peraga papan pelangi karena alat peraga ini penulis anggap yang paling tepat untuk membelajarkan materi pecahan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan judul: “Penerapan Metode Cooperatif Learning Dengan Papan Pelangi Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri Pungsari 2 Pada Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018”

Dari hasil diskusi tersebut ditemukan identifikasi masalah sebagai berikut: (1) Mengapa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah? (2) Mengapamhasil belajar matematika siswa rendah? (3) Faktor apakah yang menyebabkan pemahaman dan hasil belajar siswa rendah? (4) Tindakan apa yang harus dilaksanakan guru agar pemahaman dan hasil belajar siswa meningkat?

Pembatasan masalah pada penelitian tindakan kelas kali ini, yaitu: (1) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru perlu menerapkan metode cooperatif learning dengan papan pelangi pada pelajaran matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. (2) Guru perlu menerapkan metode cooperatif learning dengan papan pelangi pada pelajaran matematika materi pecahan unruk meningkatkan pemahaman siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah penerapan metode cooperatif learning dengan papan pelangi dapat meningkatkan pemahaman belajar matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018? (2) Apakah penerapan metode cooperatif learning dengan papan pelangi dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018?

            Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapatlah dirumuskan tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini, yaitu: (1) Meningkatkan pemahaman belajar dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. (2) Meningkatkan hasil belajar, setelah proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. (3) Meningkatkan keterampilan guru dalam mengajarkan pelajaran matematika dengan penerapan metode dan penggunaan media yang sesuai dengan materi pelajaran, dalam hal ini penerapan metode cooperatif learning.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Hakikat Matematika.

Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan bangun ruang. James & James (dalam Ruseffendi. 27:1993) menyatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika untuk membantu masalah sosial, ekonomi dan alam.

Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya.

Menurut H.W. Fauler (Suyitno ,2000: 1) matematika adalah: “Ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak, sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran atau alat peraga yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa

Hakikat Pemahaman Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan perikatan pada diri individu yang sedang mengalami proses belajar, perubahan itu terjadi karena pengalaman yang dimilikinya sehingga dapat merubah didalam tingkah lakunya secara keseluruhan.

Untuk itu penulis uraikan beberapa pendapat mengenai pengertian belajar. Menurut Asep Priyatna (1987,87) belajar adalah Suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar menurut Forest W. Parkey dalam Nabisi Lapono (2008: 14) belajar adalah kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses belajar. Skinner menjelaskan bahawa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi baik, sebaliknya, bila orang tidak belajar responnya menurun.

Lain dengan Gagne dalam Dimyati dan Mujiyono (2002: 10), belajar adalah interaksi antara keadaan internal kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan. Proses kognitif tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat, kognitif.

Pemahaman Belajar.

Pemahaman diartikan dari kata understanding (Sumarmo, 1987). Derajat pemahaman ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan keterkaitan yang tinggi. Dan konsep diartikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek.

Sejalan dengan hal di atas (Depdiknas, 2003: 2) mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

Hakikat Hasil Belajar Matematika

Prestasi berasal dari bahasa Inggris “prestatie“ yang artinya hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan). Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti hasil atau usaha, sedang belajar merupakan suatu aktifitas yang dilakukan manusia dengan tujuan dapat melakukan sesuatu yang baru. Dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan belajar yang diinginkan adalah hasil belajar atau prestasi belajar.

Nana Sudjana (1989:22) memberi batasan prestasi belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Menurut Saifuddin Azwar (2005:13) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan-perubahan baik perubahan kognitif, afektif maupun psikomotorik yang biasanya ditunjukkan berupa angka, atau huruf yang mencerminkan hasil belajar siswa. Prestasi belajar dapat mencerminkan pencapaian dan penguasaan materi pelajaran yang telah didapat oleh siswa itu sendiri.

Hasil Belajar Matematika

Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah “ Penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Nana Sujana (1989:9) belajar didefinisikan sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru atau merubah sesuatu yang lama.

Menurut Sri Anitah W (2008), Hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: 1). Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya adalah minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan fisik dan kebiasaan siswa, 2). Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi terhadap hasil belajar, diantaranya adalah lingkungan fisik, lingkungan non fisik, lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program dan disiplin sekolah, program dan sikap guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.

Manfaat Media Papan Pelangi Dalam Pembelajaran Matematika

Di dalam pengajaran dikenal beberapa istilah seperi peragaan atau keperagaan. Tetapi dewasa ini istilah keperagaan ini telah mulai dipopulerkan dengan istilah media. Kata media berasal dari bahasa latin dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan.

Arif. S. Sadiman (1999:6) yang mengutip pendapat Gagne menyebut media “berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. National Education Association (NEA) dalam abdul halim (2002:11) mendefinisikan media sebagai “benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan dan dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar.“ Senada dengan itu Ruseffendi (1993: 141) menyatakan bahwa: “Media merupakan alat bantu untuk mempermudah siswa memahami konsep matematika. Alat bantu itu dapat berwujud benda kongkrit, seperti: batu-batuan, dan kacang-kacangan. Untuk menerapkan konsep bilangan, kubus (bendanya) untuk memperjelas konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar dan wujud dari kubus itu sendiri, serta benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep bangun datar dan bangun ruang”.

Pendapat-pendapat di atas memiliki kesamaan yaitu media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa, diharapkan hasil siswa belajar dapat ditingkatkan setelah menggunakan media.

Media Papan Pelangi

Papan pelangi adalah sebuah media pembelajaran matematika yang digunakan untuk membantu mengkongkritkan sifat pecahan. Media papan pelangi ini buatan guru sendiri yang memanfaatkan barang bekas. Adapun penjelasan tetang media bahan pelangi dapat disimak di bawah ini:

Manfaat Metode Cooperatif Learning Dalam Pembelajaran Matematika

Metode, menurut Sagala (2003:25), adalah cara yang digunakan oleh guru/ siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Dalam pembelajaran, metode yang dapat digunakan banyak sekali ragamnya. Sebagai guru hendaknya kita pandai menggunakan atau memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi dan kondisi siswa.

Dalam proses pembelajaran terdapat hubungan yang erat antara strategi dan metode. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Pada saat menetapkan strategi yang digunakan, guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai. Terdapat 2 kategori strategi, yaitu yang pertama, strategi yang terpusat pada aktivitas guru. Dalam strategi ini guru cenderung aktif, dan sebaliknya siswa cenderung pasif. Strategi ini disebut ekspositorik. Kedua, strategi yang terpusat pada aktivitas siswa.

Hakikat pembelajaran

Dalam kurikulum dikatakan bahwa dalam melakukan pembelajaran matematika harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, memberikan alternatif penggunanaan alat peraga atau media pembelajaran agar lebih aktif.

Menurut Gagne, Briggs dan Wager (1992:53), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran di sini lebih mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Sesuai pasal 1 butir 20 UU nomor 20 tahun 2003 , pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sumber belajar secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran.

Pengertian Cooperatif Learning

Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) Modul PLPG PGSD(2016:25) adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk belajar sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Masih menurut sumber tersebut konsep dasar pembelajaran kooperatif yaitu manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

Kerangka Berpikir.

Hasil pembelajaran awal matematika materi pecahan siswa kelas VI pemahaman dan hasil belajar siswa rendah. Hal itu disebabkan karena: (1) guru masih menerapkan metode ceramah secara murni, (2) siswa hanya sebagai pendengar (pasif), (3) tidak ada interaksi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa, (4) siswa sulit memahami materi sehingga hasil belajar siswa rendah, (5) cara mengajar guru membosankan (monoton).

Dari latar belakang tersebut guru bermaksud mengadakan perbaikan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) guru hendak menerapkan metode Cooperatif Learning, dengan papan pelangi, (2) guru mengajak siswa untuk membentuk kelompok diskusi, (3) siswa diajak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, (4) siswa dan guru bersama-sama melakukan Tanya jawab untuk lebih memahami materi kemudian dilanjutkan dengan penugasan.

Hipotesis Tindakan

Kondisi belajar mengajar yang interaktif adalah adanya perhatian dan pemahaman siswa dalam belajar merupakan faktor utama penentu derajad pemahaman dan hasil belajar siswa. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut:

  1. Melalui penerapan metode Cooperatif Learning dengan papan pelangi dapat meningkatkan pemahaman belajar matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018.
  2. Melalui penerapan metode Cooperatif Learning dengan papan pelangi dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018..

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Waktu Penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2017/2018. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah selama kurang lebih lima bulan. Diawali dengan penyusunan proposal pada minggu terakhir bulan Januari. Dilanjutkan penyusunan instrument yang akan digunakan dalam penelitian, dilakukan pada bulan Pebruari minggu awal.

Kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah mengadakan pengumpulan data penelitian dengan melakukan tindakan yang terdiri atas dua siklus. Dimana kegiatan ini dilaksanakan pada minggu kedua bulan Februari sampai awal bulan Maret. Kegiatan analisis data dan pembahasan dilaksanakan pada akhir bulan Maret sampai bulan April.

Untuk penyusunan laporan penelitian dilaksanakan pada akhir bulan April, setelahnya dilanjutkan kegiatan seminar penelitian pada pertengahan bulan Mei.

Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Pungsari 2 yang terletak di Desa Pungsari Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memilih SD Negeri Pungsari 2 karena peneliti bertugas mengajar di sekolah dasar tersebut.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VI pada SD Negeri Pungsari 2 Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Siswa yang peneliti gunakan yaitu siswa kelas VI dengan jumlah 8 siswa. Dengan perincian yaitu 5 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan, dengan daya serap pembelajaran rata-rata sedang.

Adapun objek yang akan diteliti adalah: (1) pemahaman belajar siswa. (2) hasil belajar siswa, (4) penerapan metode cooperatif learning dengan papan pada proses pembelajaran.

Data dan Sumber Data

Sumber Data.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) Data primer, yaitu data yang berasal dari subjek dalam hal ini data yang berasal dari siswa, karena subjek penelitian kali ini adalah siswa; (b) Data sekunder, yaitu data yang berasal dari bukan subjek, dalam hal ini data diperoleh dari teman sejawat yang membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat.

Bentuk Sumber Data.

Dilihat dari bentuknya data yang digunakan dibedakan menjadi 2 yaitu: (1) Data Kwantitatif. (2) Data Kwalitatif.

Banyaknya Sumber Data.

Banyaknya sumber data dalam penelitian ini ada 3, yaitu: (1) Data kondisi awal. (2) Data Siklus I. (3) Data Siklus II.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini peneliti laksanakan dengan tiga tehnik yaitu Metode Dokumentasi, Metode Obserivasi dan Metode Tes.

Alat Pengumpulan Data.

Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah: (a) Dokumentasi yang berupa daftar nilai dan dokumen proses pembelajaran, dokumen ini merupakan alat pengumpulan data pada kondisi awal; (b) Lembar obserivasi, yaitu untuk mengamati proses pembelajaran, alat ini digunakan pada proses pembelajaran siklus pertama dan siklus kedua; (c) Tes tertulis, yaitu data tes tertulis yang berbentuk menemukan jawaban dari soal matematika yang digunakan untuk mencari data hasil pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua.

Validitas Data

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan membandingkan hasil pengamatan yang dilakukan teman sejawat pada proses pembelajaran. Adapun untuk mengetahui ivalidasi data tes tertulis peneliti membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu yang dalam laporan penelitian ini terdapat pada halaman lampiran.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan kondisi akhir dari yang diharapkan atau diinginkan dalam penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan pada pengalaman pada proses pembelajaran awal dan hasil yang dicapai pada pembelajaran tersebut, maka peneliti menetapkan indikator kinerja pada penelitian kali ini adalah:

  1. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
  2. Meningkatkan kreativitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hasil pembelajaran, yang pada kondisi awal nilai rata-rata hanya 47,5 dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 70 diharapkan pada kondisi akhir meningkat diatas 65.

Prosedur Tindakan

Proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang atau siklus, sehingga diperoleh pembelajaran dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal tentang pecahan di kelas VI. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Pada setiap siklus terdapat rencana, tindakan, obserivasi dan refleksi.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal.

Di setiap pembelajaran yang peneliti laksanakan di kelas V SD Negeri Pungsari 2 Kecamatan Plupuh, selalu ada permasalahan yang peneliti alami dari masalah siswa. Entah itu proses pembelajaran ataupun hasil pembelajarannya. Seperti halnya pada pembelajaran yang peneliti laksanakan pada mata pelajaran matematika kali ini, terlihat sekali siswa tidak tertarik pada pelajaran tersebut dan kelihatan malas untuk mencoba mengerjakan latihan soal.

Hal ini terbukti atau terlihat pada hasil pembelajaran yang telah peneliti laksanakan, yaitu dari 8 jumlah siswa kelas VI hanya 1 anak yang nilainya sudah mencapai KKM yaitu mendapat nilai 65. Sedangkan 7 anak lainnya nilainya belum mencapai KKM, yaitu 1 anak memperoleh nilai 30 atau 12,5%, 3 anak lagi memperoleh nilai 40 atau mencapai 37,5%, 2 anak mendapat nilai 50 atau mencapai 25%, sedang nilai 60 dan 70 masing-masing 1 anak atau 12,5%, dengan rata-rata kelas mencapai 47,5.

Deskripsi Hasil Siklus I

Diskripsi Siklus I merupakan pelaksanaan perbaikan yang diklaksanakan pada tahap pertama untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam proses pembelajaran. Siklus I ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 13 dan 20 Februari 2018.

Pengamatan yang dilaksanakan pada penelitian ini meliputi kegiatan guru, aktivitas siswa dan hasil pembelajaran yaitu:

  1. Penerapan metode cooperatif learning dengan papan masih belum maksimal, karena masih ada siswa yang pasif terhadap pembelajaran.
  2. Pemahaman belajar siswa ada peningkatan dibanding pada pembelajaran kondisi awal, namun masih ditemui siswa yang kurang paham saat diadakan tanya jawab, bahkan terkesan bingung.
  3. Hasil belajar terjadi peningkatan dibandingkan kondisi awal, namun peningkatan ini belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang belum mencapai nilai KKM.

Untuk mengetahui hasil belajar siklus I yang dicapai siswa dapat dilihat pada laporan dari rekapitulasi daftar nilai siklus I sebagai berikut: Dari data di atas didapat siswa yang memperoleh nilai 50 sebanyak 3 siswa atau 37,%%, nilai 60 ada 1siswa atau 12,5% , nilai 70 dan 90 ada 2 siswa masing-masing 25%, dan untuk nilai 80 tidak ada, dengan rata-rata mencapai 66,25. Masih ada 4 siswa atau 50% yang belum mencapainilai tuntas.

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan di atas guru melakukan refleksi tentang kesulitan apa yang dihadapi siswa dan bagaimana cara mengatasi agar semua siswa mencapai standar nilai yang dikehendaki. Beberapa hal yang perlu direfleksikan ke dalam tindakan kelas selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan metode cooperatif learning dengan papan meningkat. Beberapa hal tersebut antara lain sebagai berikut:

  1. Guru harus menciptakan pembelajaran dan dengan menggunakan media yang lebih menarik perhatian siswa jadi media yang digunakan harus sesuai dengan dunia bermain mereka.
  2. Perlu adanya pembagian kelompok yang lebih kecil agar semua siswa bisa bekerja sama dan turut aktif dalam melakukan penggunaan media papan pelangi.
  3. Guru harus menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mengaktifkan siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Deskripsi Hasil Siklus II.

Siklus II merupakan pelaksanaan perbaikan yang diklaksanakan pada tahap lanjutan setelah sebelumnya dilakukan refleksi pada siklus I. Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 27 Februari dan 6 Maret 2018.

Adapun hasil pengamatan pada siklus II ini adalah adanya peningkatan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar juga meningkat, walaupun ada beberapa siswa yang terpaksa belum mencapai nilai tuntas.

Hasil pembelajaran diperoleh setelah guru mengadakan post test yaitu dengan memberi permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa. Sedang hasil post test tersebut termuat dalam rekapitulasi daftar nilai sebagai berikut: Dari data di atas didapat siswa yang memperoleh nilai 60, nilai 70, nilai 90 dan dan nilai 100 masing-masing 2 siswa atau merata 25%. Rata-rata nilai mencapai 80. Dari data tersebut masih ada 2 siswa atau 25% yang belum mencapai nilai KKM.

 

 

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas guru melakukan refleksi diri tentang kesulitan apa yang dihadapi siswa dan bagaimana cara mengatasi agar semua siswa mencapai standar nilai yang dikehendaki. Beberapa hal yang perlu direfleksikan ke dalam tindakan kelas selanjutnya agar pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan penggunaan media bangun ruang meningkat. Beberapa hal tersebut antara lain sebagai berikut:

  1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup baik.
  2. Siswa aktif selama proses belajar mengajar berlangsung.
  3. Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik pada siklus II ini.
  4. Hasil belajar siswa pada siklus II yang kemudian disebut kondisi akhir meningkat. Dari kondisi awal hnya 47,5 di siklus I menjadi 66,25 dan di siklus II menjadi 80.

Mengingat pembelajaran di SD menerapkan prinsip belajar tuntas yaitu penguasaan bahan pelajaran minimal, di sini peneliti mengambil batas tuntas untuk proses pembelajaran kelas yaitu 80%. Hal ini diperkuat dengan nilai Matematika siswa yang juga telah mencapai batas tuntas yaitu lebih dari 70% dari prasyarat penguasaan bahan pelajaran minimal yang telah ditentukan.

Diskriptif Komparatif: Perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal 47,5 meningkat pada siklus I menjadi 66,25 dan meningkat pada siklus II menjadi 80. Untuk nilai tertinggi mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 70 meningkat menjadi 100 pada siklus II.

Pembahasan/Diskusi

Proses Pembelajaran

Pada pembelajaran sebelumnya dalam hal ini disebut sebagai kondisi awal, guru belum menerapkan metode cooperatif learning dengan papan pelangi. Sedangkan pada pembelajaran pada siklus I guru telah menerapkan metode cooperatif learning dengan papan pelangitetapi secara klasikal dan hanya beberapa siswa yang diminta ikut memecahkan masalah. Untuk pembelajaran pada siklus II guru kembali menerapkan metode cooperatif learning dengan papan pelangi dengan melibatkan siswa untuk memecahkan masalah secara kelompok. Serta ditugaskan untuk mengerjakan lembar evaluasi secara individu.

Pemahaman Belajar Siswa

Pemahaman siswa juga meningkat dengan meningkatnya persentase kegiatan pembelajaran dari siklus I memperoleh 68,9% meningkat di siklus II menjadi 84,7%

Hasil Belajar.

Hasil belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal masih sangat rendah. Ini terlihat dari hasil ulangan harian yang mendapatkan hasil sebagai berikut: nilai terendah 30, nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 47,5. Hasil perbaikan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan yaitu: nilai terendah mengalami peningkatan yaitu 50, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-rata 66,25. Perrbaikan pembelajaran pada siklus II hasilnya meningkat sebagai berikut: nilai terendah 60, nilai menjadi 100. Nilai rata-rata juga mengalami peningkatan menjadi 80.

PENUTUP

Simpulan

Menurut Teori

Berdasarkan hipotesis melalui penerapan metode cooperatif learning dengan papan pelangi dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Pungsari 2 Kecamatan Plupuh. Dan ternyata data yang dapat diperoleh yaitu dengan menerapkan metode cooperatif learning dengan papan pelangi dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar matematika materi pecahan bagi siswa kelas VI terbukti.

Menurut Empirik

Dilihat dari proses dan hasil pembelajaran mulai kondisi awal hingga pada kondisi akhir mengalami peningkatan, yaitu proses pembelajaran dari kondisi awal pemahaman belajar siswa juga meningkat dengan meningkatnya persentase kegiatan pembelajaran dari siklus I memperoleh 68,9% meningkat di siklus II menjadi 84,7%. Sedangkan hasil pembelajaran dari kondisi awal rata-rata 47,5 meningkat pada siklus I menjadi 66,25 dan meningkat pada siklus II menjadi 80.

Saran

Bagi guru

  1. Guru dapat memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran terutama pelajaran
  2. Guru dapat merubah cara mengajar matematika yang sesuai dengan karakteristik pelajaran agar menyenangkan siswa dan tidak monoton.
  3. Guru hendaknya selalu berupaya mengaktifkan siswa dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta melakukan inoivasi dan memberikan kreativitas sehingga siswa selalu tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
  4. Guru dapat meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

Bagi siswa

  1. Aktif pada setiap pembelajaran yang dilaksanakan guru.
  2. Dapat memanfaatkan alat peraga yang disediakan guru sehingga mudah memahami konsep pelajaran matematika.
  3. Dapat bekerja sama dengan siswa lain.
  4. Dapat meningkatkan hasil belajar.

Bagi sekolah

  1. Memberikan kelonggaran pada guru untuk berkreatif dalam setiap pembelajaran.
  2. Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pembelajaran yang dilaksanakan guru.
  3. Memberikan iklim belajar yang kondusif agar siswa dapat lebih kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul halim 2002. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arif. S. Sadiman, 1999, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya

Asep Priyatna 1979. Pelajaran Matematika Penekanan Berhitung Untuk SD. Penerbit Erlangga

Bell – Gredler (1986). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas.2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Kurikulum, Jakarta

Dimyati dan Mujiyono, 2002, Penelitian Kualitatif, Malang

Gagne, Briggs dan Wager. 1992. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Jakarta

Lie. 2004. Kooperative learning: Mempraktikkan Kooperative learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Nana Sudjana, 1989. Evaluasi Hasil Belajar Konstruksi dan Analisa. Bandung: Mertiana.

Nabisi Lapono, 2008, Qualitative Research for Education. An Introduction to Theory and Methods, (Terjemahan Munandir), Jakarta

Ruseffendi. 1993. Metode -Metode Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo

Saifuddin Azwar. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sri Anitah,M.Pd., 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Mata Padi Presindo

Sumarmo, 1987, Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti-Depdikbud.

Saiful, Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Suyitno, 2000, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Makalah

Zainal. Abidin. 2004. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.