COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC): STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN BACAAN

BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Doddy Hendro Wibowo

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Metode Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading Composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan bagi siswa kelas V Sekolah Dasar. Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan perubahan kemampuan membaca tahap pemahaman bagi siswa kelas V Sekolah Dasar dengan yang menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan yang tidak menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). subjek penelitian adalah siswa kelas V berjumlah 29 siswa, 14 siswa kelompok kontrol dan 15 siswa kelompok eksperimen. Teknik analisa data menggunakan Uji U Mann Whitney. Hasil Perhitungan diperoleh nilai U= 98,5, lebih besar dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perubahan kemampuan membaca tahap pemahaman bagi siswa kelas V Sekolah Dasar dengan yang menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan yang tidak menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Kata Kunci: Kemampuan Pemahaman Bacaan, Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).


PENDAHULUAN

Kemampuan membaca sangat dibutuhkan siswa berkaitan dengan proses belajar di sekolah. Apabila anak tidak mampu untuk membaca, maka anak dapat dikatakan gagal secara akademis. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya di mana bahan pelajaran akan semakin beragam. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner dalam Abdurrahman, 1999).

Pentingnya pembelajaran pemahaman bacaan adalah untuk memahami isi, menyerap pikiran, dan perasaan orang lain melalui tulisan (Depdikbud dalam Somadayo, 2011). Membaca juga dapat memungkinkan seseorang meningkatkan keterampilan kerja dan penguasaan berbagai bidang akademik, memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan sosial budaya, politik dan memenuhi kebutuhan emosional (Mercer dalam Abdurrahman, 1999). Secara khusus, pemahaman bacaan memiliki hubungan yang positif dengan prestasi yang dicapai siswa di sekolah (Durukan, 2011).

Sekolah tempat siswa belajar, sebagian besar menyajikan materi informasi dalam bentuk bacaan melalui buku paket, catatan guru atau melalui materi internet. Ketika siswa tidak mampu mengerti apa yang disajikan melalui bacaan, maka proses pembelajaran siswa akan terganggu. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan pemahaman bacaan perlu diajarkan sejak dini kepada siswa Sekolah Dasar. Pembelajaran pemahaman bacaan sudah dimulai sejak anak berada di kelas IV di mana materi pelajaran semakin banyak dan kompleks (Rahim, 2008). Pembelajaran membaca di kelas IV tidak hanya sekedar proses membaca kata demi kata (recording dan decoding), namun tuntutan sekolah semakin sulit dimana siswa harus mencari makna (meaning) dari sebuah bacaan, dengan tingkat bacaan yang semakin sulit sesuai tingkatan kelas.

Pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah Dasar kelas V semakin kompleks. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya secara optimal (Haikal, 2010). Tuntutan kurikulum berdasarkan Silabus dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas V mengharuskan anak didik untuk bukan hanya sekedar membaca namun sudah harus menuliskan kembali ide pokok dan mengambil kesimpulan dari sebuah bacaan, oleh sebab itu dibutuhkan kemampuan pemahaman bacaan.

Hasil survey awal menunjukkan bahwa hampir 60% siswa belum mampu memahami bacaan yang diberikan. Siswa belum mampu membuat kesimpulan bacaan atau mengambil nilai dan pesan bacaan. Sedangkan hasil temuan berdasarkan wawancara dengan guru kelas menyatakan bahwa seringkali siswa masih kesulitan apabila harus memberikan kesimpulan, pendapat, atau meringkas dengan bahasa siswa sendiri. Kecenderungan siswa adalah ketika guru meminta siswa untuk memberikan pendapat, siswa hanya menyatakan setuju atau tidak setuju tanpa bisa menjelaskan alasan atau pendapat pribadi. Guru menjelaskan beberapa hal yang menyebabkan siswa belum bisa memenuhi kriteria yang diharapkan guru yaitu taraf kemampuan siswa yang berbeda, keadaan kelas yang ramai, bahan materi yang dibahas menarik atau tidak menarik minat siswa, dan metode pembelajaran di kelas yang masih menggunakan metode pembelajaran ceramah. Guru yang menggunakan metode pembelajaran ceramah menyebabkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja (Slameto, 2003).

TINJAUAN PUSTAKA

Metode Pembelajaran Cooperative Learning memiliki beragam metode, salah satunya adalah Cooperatif Integrated Reading Composition (CIRC). Metode Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, dkk (dalam Awalani. dkk, 2010). Dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting (Awalani. dkk, 2010). Tujuan utama dari Metode Pembelajaran CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.

Metode Pembelajaran CIRC memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Metode Pembelajaran CIRC diantaranya: dapat lebih memahami bacaan/ wacana/ kliping dan tidak bergantung pada teks tertentu; dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap permasalahan yang diberikan guru; dapat digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah; meningkatkan aktivitas selama pembelajaran berlangsung; meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri konsep dan materi yang dipelajari dan menyampaikan pendapat di dalam kelas. Sedangkan kelemahan dari Metode Pembelajaran CIRC adalah: membutuhkan waktu yang tidak sedikit; sulit mengatur kelas untuk diam sehingga suasana kelas cenderung ramai; guru harus mampu dan pandai mengatur waktu yang ada dan menguasai kondisi kelas agar pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung baik (Hannigan dalam Slavin, 2005).

Metode Pembelajaran CIRC terdiri atas tiga bagian penting, yaitu: 1) Aktivitas dasar, 2) Instruksi langsung dalam membaca pemahaman dan 3) Pengintegrasian bahasa dalam seni dan menulis (Slavin, 2005).

Pemahaman bacaan merupakan suatu proses kognitif, berupa masuknya informasi baru ke dalam kognitif, bergabung dengan pengetahuan awal yang telah diketahui dan akhirnya mendapatkan informasi baru. Informasi baru diterima melalui persepsi visual, masuk ke dalam memori, untuk membangun suatu pengertian baru. Di dalam proses kognitif terdapat suatu bagian yakni memori yang merupakan pusat dari proses kognitif dan mempengaruhi hampir sebagian besar proses. Atkinson dan Shiffrin membagi model memori ke dalam 3 bagian yaitu: Sensory Register (sensory memory), Short Term Memory (STM) dan Long Term Memory (LTM) (Matlin, 1989).

Metode Pembelajaran CIRC merupakan metode pembelajaran yang mengakomodasikan proses kognitif dalam membaca. Metode Pembelajaran CIRC dilakukan secara bertahap, mengaplikasikan proses kognitif secara nyata untuk membantu siswa dalam memahami bacaan.

Proses masuknya informasi baru secara luas dilakukan melalui sensory register. Sensory register memiliki kapasitas yang sangat besar, dapat menampung semua informasi dengan tepat dari indera, namun informasi tersebut tidak dapat bertahan lama (Matlin, 1989). Informasi dapat bertahan di sensory register selama kurang lebih 250 milidetik – 4 detik (Solso dkk., 2008). Informasi yang masuk ke dalam sensory register akan diseleksi melalui proses attention (perhatian). Attention (perhatian), yaitu proses memfokuskan pada stimuli tertentu. Atkinson dan Shiffrin menyatakan bahwa informasi yang disajikan secara visual akan lebih mudah mendapatkan perhatian di sensory register (Matlin, 1989). Setelah informasi diambil melalui proses attention, maka informasi akan dikodekan (coding), yaitu proses memodifikasi informasi dengan suatu proses mental (Solso dkk., 2008).

Siswa memiliki karakteristik bahwa perhatian yang dimiliki seringkali berpindah dengan cepat dari satu hal ke hal lain dengan mudah terarah pada objek dan kejadian yang tidak berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan (Ormrod, 2008). Sementara itu, penyandian informasi di dalam sensory register dilakukan dalam bentuk visual (Matlin, 1989). Untuk memudahkan penyandian dan menarik attention siswa kepada aktivitas maupun tugas membaca, Metode Pembelajaran CIRC, memfasilitasi dengan memberikan bahan bacaan kepada siswa. Dengan memberikan bahan bacaan berarti bahwa informasi disajikan secara visual. Setelah siswa menerima bahan bacaan, guru mulai membacakan bahan bacaan untuk siswa, sementara siswa membaca dan menyimak. Aktivitas guru membacakan dan menyimak cerita juga bertujuan untuk mempertahankan dan segera memindahkan informasi menuju ke Short Term Memory (STM).

Short Term Memory adalah komponen memori tempat untuk memusatkan perhatian pada informasi untuk waktu yang singkat. STM terdiri dari sejumlah kecil dari informasi yang secara aktif digunakan. Informasi di STM dikodekan secara akustik melalui suara. STM memiliki kapasitas sekitar 2-7 item dengan jangka waktu sekitar 12 detik. Kapasitas untuk menyimpan informasi di STM bersifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi secara cepat (Solso dkk., 2008). Atkinson dan Shiffrin menyatakan control processes, strategi yang digunakan untuk mempertahankan informasi yaitu dengan rehearsal (pengulangan). Rehearsal adalah pengualangan informasi yang bertujuan untuk mempertahankan informasi di STM (Matlin, 1989).

Metode Pembelajaran CIRC memfasilitasi siswa untuk menyimpan informasi melalui pengulangan (rehearsal) yakni dengan cara membaca nyaring (sandi auditorik). Proses rehearsal dilakukan berulang kali karena informasi tersebut mudah sekali hilang dan tidak bertahan lama. Informasi yang secara rutin diulang di dalam STM akan lebih mudah ditransfer menuju ke Long Term Memory (Matlin, 1989). Tugas-tugas yang diberikan di dalam Metode Pembelajaran CIRC memang bertujuan untuk mengulang dan mempertahankan informasi. Tahap membaca nyaring dalam Metode Pembelajaran CIRC dilakukan dengan berpasangan, siswa diminta untuk membaca kembali bacaan sesuai intonasi, tanda baca, dan penyusunan kata di dalam bacaan. Sementara itu, teman yang mendengarkan bertugas untuk mengkoreksi tiap kesalahan yang dibuat, guru juga perlu untuk berkeliling dan mendengarkan saat siswa membaca nyaring. Ketika membaca nyaring, pengulangan dilakukan untuk mempertahankan informasi masuk melalui auditori, visual, dan motorik siswa yang diminta membaca sambil bersuara nyaring sehingga diri sendiri dan teman pasangan ikut mendengarkan. Melalui rehearsal, informasi dari bacaan diharapkan dapat bertahan di Short Term Memory. Penelitian terhadap membaca nyaring mengindikasikan pengaruh positif terhadap kemampuan membaca pesan dan pemahaman (Dahl dan Samuels, dalam Slavin 2005).

Informasi yang telah diulang di Short Term Memory pada akhirnya masuk ke Long Term Memory (LTM). Karakteristik Long Term Memory adalah memiliki durasi yang tidak terbatas dan mampu menyimpan banyak informasi, semakin banyak informasi disimpan di Long term Memory, semakin mudah seseorang mempelajari hal-hal baru (Ormrod, 2008). Informasi di LTM dikodekan secara semantik melalui pemaknaan (meaning). Informasi di LTM juga tidak dapat hilang namun seringkali pemanggilan informasi di LTM tidak dapat diakses akibat adanya interferensi/ gangguan dari informasi-informasi baru (Matlin, 1989). Kegunaan Long Term Memory adalah mengawasi stimuli dalam sensori register, sehingga mengendalikan informasi (attention) yang memasuki penyimpanan jangka pendek dan menyediakan ruang penyimpanan bagi informasi dalam penyimpanan jangka pendek (Solso dll., 2008).

Tugas selanjutnya dalam Metode Pembelajaran CIRC yaitu siswa diminta mengerjakan tugas secara kelompok (Mencari Harta Karun). Tugas “Mencari harta Karun I”, merupakan tugas kelompok yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai pemahaman literal. Tugas “Mencari Harta Karun II”, bertujuan untuk membantu siswa mencapai pemahaman interpretasi. Ketika siswa mengerjakan tugas kelompok, siswa mengerjakan tugas secara langsung dan bermakna melalui media diskusi kelompok. Tugas Mencari Harta Karun I merupakan tugas untuk mengulang kembali cerita secara keseluruhan dengan mengidentifikasi tokoh, tempat kejadian, kapan, sebab akibat dan proses. Sedangkan Tugas Mencari Harta Karun II merupakan tugas untuk membuat kesimpulan, generalisasi, sebab akibat, membuat perbandingan dan menemukan fakta baru. Di dalam tugas ini, siswa diajak secara aktif untuk menggunakan informasi dari Long Term Memory dan menggunakan informasi yang baru saja diperoleh melalui bahan bacaan. Dengan secara aktif menggunakan informasi baru dari bahan bacaan dan menggabungkan informasi lama untuk menjawab pertanyaan bacaan melalui diskusi kelompok, maka terjadi proses aktif di dalam Short Term Memory (working system). Dan ketika informasi tersebut secara aktif digunakan di STM maka informasi dan pengetahuan baru akan masuk ke Long Term Memory.

Akhir Metode Pembelajaran CIRC, terdapat tahap tes/ kuis yang merupakan bagian akhir dimana siswa dapat bekerja sendiri untuk mengetahui informasi baru yang diperoleh dari bacaan. Guru memberikan kembali pertanyaan bacaan untuk mengulang kembali pengetahuan yang telah diketahui siswa dari bahan bacaan. Tahap ini merekonstruksi kembali informasi yang diperoleh dari proses diskusi kelompok Pada akhirnya, siswa memperoleh pemahaman dan informasi baru.

Diagram berikut menunjukkan alur Metode Pembelajaran CIRC menurut Perspektif Kognitif Model Sistem Memori menurut Atkinson dan Shiffrin untuk meningkatkan kemampuan dalam Membaca pada Tahap Pemahaman.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2011), dengan menggunakan Metode Pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis pada siswa bila dibandingkan dengan metode tradisional. Penelitian lain yang dilakukan oleh Awalani, dkk (2010), menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengalami peningkatan setelah diterapkannya Metode Pembelajaran CIRC berbasis komputer. Stevens dan Slavin (1995) meneliti tentang efektivitas Metode Pembelajaran CIRC untuk kemampuan membaca dan menulis pada anak cacat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Metode Pembelajaran CIRC ada pencapaian lebih tinggi pada kemampuan perbendaharaan kata, pemahaman membaca dan kemampuan bahasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran CIRC, merupakan bentuk metode belajar yang mengakomodasikan proses mental seseorang dalam menerima informasi baru yang akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas V Sekolah Dasar dalam membaca tahap pemahaman. Metode Pembelajaran CIRC merupakan metode pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik siswa akan membantu dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan mengurangi kebosanan dalam belajar membaca.

Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah Metode Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan bagi siswa kelas V Sekolah Dasar?

Hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan kemampuan pemahaman bacaan bagi siswa kelas V Sekolah Dasar dengan yang menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan yang tidak menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

METODE PENELITIAN

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD Tinjomoyo 01 Semarang. Menurut tahap perkembangan Kognitif Piaget, siswa berada dalam kategori operasional formal, siswa dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret, mampu mengenali kesimpulan logis sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari keseharian (Ormrod, 2008). Sementara itu, materi pelajaran siswa kelas V yang diberikan berbeda dan bertambah sulit, terutama bacaan yang diberikan akan semakin banyak dan membutuhkan kemampuan untuk memahami.

Peneliti mengambil sampel penelitian untuk dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Metode Pembelajaran CIRC dan kelompok yang tidak menggunakan Metode Pembelajaran CIRC. Pemilihan kelompok sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling, teknik pengambilan sampel dengan dasar bertujuan (Sukardi, 2005). Teknik sampel ini dipilih karena peneliti telah menentukan beberapa kriteria untuk dikendalikan secara ketat sehingga tidak menimbulkan bias hasil penelitian. Kriteria pemilihan sampel adalah: 1) Mampu membaca dengan lancar dan tidak mengalami gangguan dalam membaca. Kriteria ini digunakan sebagai kontrol, sebab subjek harus memiliki kemampuan dasar yang baik dalam membaca, sehingga tidak ada kesulitan dalam menerima informasi ketika membaca; 2) siswa belum pernah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran CIRC. Hal ini untuk menghindari adanya bias dalam hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Tabel 2. Hasil Penghitungan Ranking Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Kelompok

N

Mean Rank

Sum of Ranks

Gainscore

Kontrol

14

14,54

203,50

eksperimen

15

15,43

231,50

Total

29

Hasil penghitungan diperoleh U’= 111,5 dan nilai U = 98,5. Dengan α = 0,05 maka diperoleh nilai U tabel = 66. Karena nilai U hitung lebih besar dari nilai α (U ≥ Uα), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman bacaan bagi siswa kelas V Sekolah Dasar yang menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan yang tidak menggunakan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Hasil observasi di kelas eksperimen, pada awalnya guru mengaktifkan informasi yang telah dimiliki siswa melalui proses pra baca, guru menyampaikan tema, tujuan pembelajaran secara menyeluruh kepada siswa. Tahap atensi dalam sensory register merupakan salah satu tahapan penting dalam penerimaan informasi awal. Apabila tahap ini tidak dapat dimaksimalkan, maka informasi akan cepat memudar dan hilang. Di kelompok eksperimen, usaha yang telah dilakukan Guru untuk menarik atensi siswa dengan menyampaikan tujuan, tema dan bacaan secara lisan saja ternyata tidak cukup efektif. Sensory register melakukan penyandian informasi secara visual, sedangkan guru memberikan tema, tujuan, dan menyampaikan bacaan secara lisan (audio) ternyata tidak cukup untuk menarik atensi dan melakukan penyandian visual bagi siswa. Oleh sebab itu, banyak siswa yang hanya sekedar ikut membaca namun tidak secara benar dapat menangkap dan mempertahankan informasi dari bacaan di dalam sensory register.

Masuk ke dalam diskusi siswa, proses rehearsal dilakukan untuk mempertahankan informasi masuk ke dalam Short Term Memory, diawali dari proses membaca nyaring secara berpasangan. Tahapan membaca nyaring merupakan suatu cara yang cepat dan valid untuk mengevaluasi kemajuan keterampilan membaca, khususnya berkaitan dengan pemenggalan kata dan frase (Harris dan Sipay dalam Rahim, 2011). Saat membaca nyaring, siswa berpasangan saling bergantian membaca bahan bacaan. Namun ada juga siswa terlihat canggung serta masih banyak siswa yang tidak membaca dengan bersuara keras. Guru sebagai fasilitator siswa bertindak tanggap dengan menyuruh siswa untuk membaca dengan bersuara keras sehingga dapat didengar oleh pasangan. Membaca nyaring pada dasarnya merupakan aktivitas yang bertujuan untuk menangkap serta memahami informasi bacaan bagi pembaca dan pendengar. Ketika membaca nyaring, pembaca harus terampil dalam membaca lambang-lambang tertulis, mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat sehingga jelas maknanya bagi pendengar (Tarigan, 2008). Namun yang terjadi, proses membaca berpasangan kurang efektif untuk mengulang dan mempertahankan informasi secara tepat di Short Term Memory (STM). Proses membaca nyaring yang dilakukan bersama-sama dengan anggota kelompok lain juga membuat suasana kelas ramai. Penjelasan ini menunjukkan bahwa aktivitas membaca nyaring kurang berfungsi secara maksimal untuk mempertahankan informasi dari bacaan karena siswa gagal mengulang informasi dan terganggu dengan keadaan lingkungan kelas yang ramai. Hannigan (dalam Slavin, 2005), menjelaskan bahwa kelemahan dari Metode Pembelajaran CIRC adalah: membutuhkan waktu yang tidak sedikit; sulit mengatur kelas untuk diam sehingga suasana kelas cenderung ramai. Keadaan kelas yang ramai merupakan penyebab terjadinya interferensi, yaitu gangguan dari informasi yang baru masuk ke dalam ingatan terhadap informasi yang telah disimpan, seolah-olah informasi lama digeser dan kemudian lebih sukar diingat (Winkel, 2004).

Siswa yang sudah menyelesaikan tugas membaca nyaring, kemudian mendapatkan tugas kelompok diskusi untuk bekerja menjawab pertanyaan jawaban. Kegiatan diskusi memang baik untuk merangsang debat dan mengeluarkan pendapat siswa. Aktivitas diskusi memfasilitasi pembelajaran secara aktif untuk mempertahankan dan mengolah informasi di Short Term Memory (STM). Siswa memiliki kesempatan untuk berdiskusi aktif, siswa memiliki pengetahuan awal untuk dikaitkan dengan informasi baru, dan siswa menyadari bahwa informasi yang dipelajari sebelumnya memiliki kaitan dengan informasi baru (Ormrod, 2008). Proses diskusi tidak berjalan dengan baik karena siswa saling bercanda dan adanya siswa pengekor “Free Rider”. Siswa pengekor membuat pembelajaran melalui diskusi kelompok menjadi terganggu. Misalnya ketika siswa mengerjakan tugas kelompok “Mencari Harta Karun II” siswa cenderung tidak berdiskusi dan lebih menggantungkan diri pada siswa lain yang dianggap lebih pandai. Beberapa siswa yang menjadi siswa pengekor gagal untuk melakukan pembelajaran bermakna yang bertujuan untuk mempertahankan informasi di Long Term Memory (LTM). Siswa yang menjadi “Free Rider” akhirnya gagal untuk mengulang mempertahankan dan mengaktifkan informasi di Short Term Memory, sehingga informasi tersebut gagal untuk masuk ke dalam Long Term Memory. D.L Schacter (dalam Ormrod, 2008) menyatakan bahwa kegagalan untuk menyimpan atau lupa merupakan suatu keadaan dimana informasi tidak mencapai memori jangka panjang untuk disimpan.

Faktor lain yang menyebabkan Metode Pembelajaran CIRC kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa adalah Metode Pembelajaran CIRC merupakan metode pembelajaran yang baru dan belum pernah digunakan sebelumnya. Tahapan yang dilalui dalam proses pembelajaran terdiri dari beberapa bagian sehingga baik guru dan siswa yang belum pernah mengalami terlihat canggung dan tidak biasa. Terutama pada hari pertama dan kedua pemberian Metode Pembelajaran CIRC. Penggunaan metode pembelajaran yang baru mengakibatkan guru dan siswa membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dan membiasakan diri dengan Metode Pembelajaran CIRC. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan metode pembelajaran CIRC tidak berfungsi maksimal untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Sementara itu metode pembelajaran yang digunakan dalam kelompok kontrol merupakan metode yang biasa digunakan oleh Guru ketika mengajar di kelas. Metode ini menggabungkan metode ceramah, dan diskusi. Menggunakan metode pembelajaran non CIRC, berdasarkan hasil observasi, guru sebagai pemberi materi dan siswa bekerja secara individu, keadaan siswa lebih tenang dan terkendali. Guru lebih menguasai metode pembelajaran yang digunakan di kelompok kontrol. Kelompok kontrol terlihat lebih terkendali dan lebih tenang. Alokasi waktu yang diberikan juga cukup sehingga seluruh kegiatan dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu Metode Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading Composition (CIRC) tidak dapat meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan bagi siswa kelas V Sekolah Dasar.

Saran bagi penelitian selanjutnya adalah perlu mempertimbangkan aspek pemilihan waktu pelaksanaan penelitian yang lebih tepat. Hal ini bertujuan supaya ketika dilakukan pengukuran dan penelitian keadaan siswa tidak sedang mengalami kelelahan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad, R. (2012). Belajar Suka Bahasa Inggris. Wacana lokal: Harian Suara Merdeka, 21 Januari 2012.

Arbainsyah. (2008). Penerapan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Interpretatif Siswa. Telabang, Jurnal Kependidikan Volume 1, Nomer 1 tahun 2008. Diunduh tanggal 2 Januari 2012 dari http://cs.upi.edu/_dik

Awalani, I, Sutarno, H., & Nurdi Ali, E. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran TIK. Pendidikan Ilmu Komputer UPI. Diunduh tanggal 2 Januari 2012 dari http://cs.upi.edu/uploads/paper_skripsi_dik.

Calderon, M., Lazarowitz, R.H., Ivory, G., & Slavin, R E. (1997). Effects Of Bilingual Cooperative Integrated Reading And Composition On Students Transitioning From Spanish To English Reading. Center for Research on The Education of Students Placed at Risk, 10. Diunduh tanggal 2 Oktober 2012. http://www.academicjournals.org/ERR.

Christensen, Larry B. (2004). Experimental Methodology 9th Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Conover, W.J. (1980). Practical Nonparametric Statistics. Canada: John Wiley and Sons, Inc.

Durukan, E. (2011). Effects of cooperative integrated reading and composition (CIRC) technique on reading-writing skills. Educational Research and Reviews, 6, 102-109. Diunduh tanggal 2 Januari 2012, dari http://www.academicjournals.org/ERR.

Farida, R. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Haikal. (2010) .Apa Manfaat Belajar Bahasa Indonesia? Diunduh tanggal 12 Juli 2012, dari http://www.pelitakarawang.com/2010/04/apa-manfaat-belajar-bahasa-indonesia.html.

Ismail, A. (2011). Metode Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SLTP. Tesis (Tidak Diterbitkan). Program Magister Profesi. UNIKA Soegijapranata Semarang.

Jenkins, J.R., Jewell, M., Leicester, N., Jenkins, L., & Troutner, N.M. (1991). Development of a School Building Model for Educating Students With Handicaps an At Risk Students in General Education Classrooms. Jounal of Learning Disabilities, Volume 24 Number 5. Diunduh tanggal 12 Juli 2012 dari http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/

Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Lie, A. (2004). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Matlin, M.W. (1989). Cognition 2nd Edition. New York: The Dryden Press.

Nasution, (2004). Metode Research: Penelitian ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Ormrod, J E. (2008). Psikologi Pendidikan: Membantu siswa tumbuh dan berkembang (alih bahasa oleh: Indianti, W., Septiana E., Saleh AY., Lestari, P.). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Robson, C. (1983). Experiment, Design and Statistics in Psychology. Harmonsdsworth: Penguin Books Ltd.

Santoso, S. (2004). SPSS Versi 10: Mengolah data Statistik secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Schundler.,& Thomson E. (1992). The Effect of Cooperative Learning on Comprehension: An Analysis of the Effect of Modified CIRC Instructional Approach and Cooperative Learning. Diunduh tanggal 2 Oktober 2012 dari http://www.ebscohostjournal.pdf

Seniati, L., Yulianto A., & Setiadi, B.N. (2005). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks.

Siegel, Sidney. (1985). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial (Alih bahasa: Hagul, P). Jakarta: PT Gramedia.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Slameto. (2011). Sertifikasi Guru: Model-Model PAIKEM. Universitas Negeri Semarang: Panitia Sertifikasi Guru Rayon XII.

Slavin, Robert E., Madden, A., & Stevens, Robert J. Cooperative Learning Models for the 3 R’s. Diunduh tanggal 12 Juli 2012 dari http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_198912_slavin2.pdf

Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif (Alih Bahasa: Rahardanto, M dan Batuadji, K.) Jakarta: Penerbit Erlangga.

Stevens, R.J., & Slavin, R.E. (1995). Effects of Cooperative Learning Approach in Reading and Writing on Academically Handicapped and Nonhandicapped Students. The Elementary School Journal, 95. Diunduh tanggal 2 Oktober 2012 dari http://www.ebscohostjournal.pdf

Sukardi. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumantri, M., & Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana

Tarigan, H G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trihendradi, C. (2004). Memecahkan Kasus Statistik: Deskriptif, Parametrik, dan Non Parametrik dengan SPSS 12. Yogyakarta: Penerbit Andy.

Winkel, W.S. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi.

Penerapan Metode Kontruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Interpretative Siswa. (2012). Diunduh pada tanggal 2 Januari 2012 dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11086777.pdf .

Studi Rendah Kemampuan Guru dalam Mengajarkan Membaca Pemahaman. Diunduh tanggal 11 Januari 2012, dari htt://edukasi.kompas.com/read/2009/10/28/12503354/.

 

Tradisi Menulis Lebih Rendah Dari Minat Membaca. (2012). Diunduh tanggal 2 Januari 2012, dari http://www.antaranews.com