DIRECT READING DAN DISKUSI KELOMPOK

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING BAGI GURU SD NEGERI 2 PUTATNGANTEN

KECAMATAN KARANGRAYUNG

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Tuti Ekowati

Guru SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembinaan teknik Direct Reading dan diskusi kelompok sebagai upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Posing bagi guru SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Putatnganten. Penelitian ini berlangsung selama 6 (enam) bulan atau satu semester yaitu pada Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian sebanyak 7 (tujuh) guru. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 16,1 (> 16.1), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, melalui pembinaan teknik Direct Reading dan diskusi kelompok terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing. Peningkatan terjadi secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil penilaian prasiklus hingga kegiatan siklus II sebesar 11,86. Secara rinci, peningkatan nilai rata-rata adalah: (1) dari prasiklus sebesar 9,86 setelah dilakukan tindakan pada siklus I menjadi 17,14. (2) Dari siklus I sebesar 17,14 pada siklus II meningkat menjadi 21,71. Pemahaman guru terhadap langkah pembelajaran problem posing dari siklus satu ke siklus berikutnya tercermin dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus II meningkat dari 41,07% meningkat menjadi 90,48%.

Kata kunci: pembelajaran problem possing, direct reading dan diskusi kelompok

 

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 menganut pandangan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke anak didik. Anak didik adalah subjek yang memiliki kemampuan secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran dari Teacher Center menjadi Students Center. Pembelajaran tidak lagi terpusat kepada guru, melainkan kepada anak didik.

Pembelajaran yang dianjurkan dalam kurikulum 2013 adalah model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Proses pelaksanaan pembelajaran diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Disebutkan pula, bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered Active Learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. (Sumber: Pengembangan Kurikulum 20013, Bahan Uji Publik, Kemendikbud).

Model pembelajaran yang disyaratkan dalam kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah: model pembelajaran berbasis masalah (Probel Based Learning), model model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran melalui penyingkapan/ penemuan (Discovery/Inquiry Learning).

Tidak semua model pembelajaran tersebut tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu. Oleh karenanya dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut untuk dapat menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning). Salah satu metode pembelajaran yang termasuk pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran problem Posing, yaitu suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru.

Walaupun model pembelajaran Problem Posing pelaksanaanya sederhana, namun bagi guru di SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, langkah-langkah penerapan model pembelajaran tersebut belum dipahami dengan baik oleh guru. Berdasarkan uji coba penerapan model pembelajaran Problem Posing pada awal semester II Tahun Palajaran 2018/2019, diketahui dari 7 (tujuh) guru yang mencoba melaksanakan pembelajaran tersebut, semuanya belum dapat melaksanakan dengan baik. Langkah-langkah pembelajaran belum dapat terlaksana dengan baik, sehingga proses pembelajaran justru malah menjadi tidak efektif.

Kenyataan tersebut menjadi perhatian peneliti selaku kepala sekolah, dan berharap melalui tindakan perbaikan guru di SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Berbagai tindakan perbaikan dapat dilakukan, karena permasalahan rendahnya kemampuan guru di SD Negeri 2 Putatnganten tersebut merupakan permasalahan terkait dengan kinerja guru, maka tindakan yang tepat adalah melalui penelitian tindakan sekolah (PTS), berupa pembinaan guru teknik Direct Reading dan diskusi kelompok, yaitu model pembinaan individu dengan cara memberi tugas kepada guru untuk membaca langsung sumber bacaan terkait dengan penerapan model pembelajaran problem Posing, dan dilanjutkan dengan pembinaan kelompok teknik diskusi kelompok untuk mendiskusikan pemahaman guru tentang pembelajaran problem Posing bersama dengan guru lain agar memperoleh pemahaman yang baik terhadap langkah pembelajaraan problem Posing.

Sesuai dengan permasalahan yaitu rendahnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran problem Posing, dan upaya yang akan dilakukan yaitu pembinaan teknik Direct Reading dan diskusi kelompok, maka tindakan perbaikan yang dirancang dalam bentuk penelitian tindakan sekolah ini berjudul: Direct Reading dan Diskusi Kelompok Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Problem Posing Bagi Guru SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Direct Reading dan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Posing bagi guru SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembinaan teknik Direct Reading dan diskusi kelompok sebagai upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Posing bagi guru SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Pembinaan Guru

Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan. Pembinaan personil ialah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-pendekatan yang menekankan realisasi diri, pertumbuhan diri dan perkembangan diri. Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan pengetahuan dari pada anggota organisasi. Menurut Ibrahim (2003: 40) dalam desertasinya memberikan arti bahwa, Pembinaan profesional guru adalah sebagai usaha yang sifatnya memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan pada pegawai untuk meningkatkan profesionalnya agar mereka dapat melaksanakan tugas utamanya dengan lebih baik, yaitu memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu hasil belajar mengajar.

Direct Reading

Nuriadi (2008: 29), membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Salah satu aktivitas fisik dalam membaca adalah saat pembaca menggerakkan mata sepanjang baris-baris tulisan dalam sebuah teks bacaan. Membaca melibatkan aktivitas mental yang dapat menjamin pemerolehan pemahaman menjadi maksimal. Membaca bukan hanya sekadar menggerakkan bola mata dari margin kiri ke kanan tetapi jauh dari itu, yakni aktivitas berpikir untuk memahami tulisan demi tulisan.

Menurut Harjasujana (1996: 5), membaca adalah kemampuan yang kompleks. Pembaca tidak hanya memandangi lambang-lambang tertulis semata, melainkan berupaya memahami makna lambang-lambang tertulis tersebut. Rahim (2008: 2), membaca adalah aktivitas rumit yang melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Subyantoro (2011: 9), membaca merupakan keterampilan yang lambat laun akan menjadi perilaku keseharian seseorang. Pembaca memiliki sikap tertentu, pada awal sebelum keterampilan membaca ini terbentuk.

Diskusi Kelompok

Metode diskusi dalam proses pembelajaran menuru (Suryosubroto. 2002: 179) adalah suatu cara penyajian bahan pelajarn dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah (Taniredja. 2013: 23).

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Yang mana proses belajar terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah. (Djamarah, 2006: 99). Menurut Aqib (2014: 107) mengatakan metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

Pembelajaran Problem Posing

Menurut Thobroni dan Mustofa (2012:343) problem posing berasal dari dua kata yaitu problem dan posing. Problem berarti masalah dan posing berarti mengajukan atau membentuk. Dengan demikian problem posing dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menyusun atau membuat soal setelah kegiatan pembelajaran dilakukan.

Model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan interaktif melalui pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Model problem posing mampu memperkaya pengalaman-pengalaman belajar, sehingga pada akhirnya siswa akan lebih aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Ngalimun (2013: 164) model problem posing adalah pemecahan masalah dengan melalui elaborasi yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simpel mudah dipahami. Selanjutnya menurut Thobroni dan Mustofa (2012: 350) model problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana sehingga mengacu pada penyelesaian soal.

Kerangka Berpikir

Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mudah dilaksanakan adalah pembelajaran problem posing, yaitu pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana sehingga mengacu pada penyelesaian soal semestinya mudah untuk dilaksanakan. Namun pada kenyataannya guru belum memahami dengan baik langkah pembelajaran tersebut, sehingga perlu pembinaan khusus.

Untuk meningkatkan pemahaman guru dalam menerapkan model pembelajaran problem Posing maka perlu dilaksanakan pembinaan. Berbagai teknik pembinaan dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan menerapkan pembinaan individu teknik direct reading, yaitu guru diberi tugas untuk membaca langsung dari berbagai leterasi yang terkait dengan pembelajaran problem Posing, dilanjutkan dengan pembinaan kelompok teknik diskusi kelompok. Melalui pembinaan yang dilaksanakan secara bertahap dalam dalam siklus-siklus penelitian, diharapkan pemahaman guru akan semakin meningkat.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan sementara hasil penelitian. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “melalui Direct Reading dan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Posing bagi Guru SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian Tindakan

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian bertujuan untuk mempermudah jalannya penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam membuat kesimpulan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS). Hal ini atas pertimbangan bahwa penelitian ini merupakan upaya untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung dan sekaligus untuk mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Putatnganten yang beralamat di dusun Putatnganten, Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Dipilihnya lokasi ini karena peneliti adalah kepala sekolah di SD tersebut, dan di SD tersebut terdapat permasalahan terkait dengan kinerja guru khususnya dalam menerapkan model pembelajaran Problem Posing. Penelitian ini berlangsung selama 6 (enam) bulan atau satu semester yaitu pada Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, tepatnya mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2018.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung sebanyak 7 (tujuh) guru. Ditetapkannya subjek penelitian tersebut, karena guru-guru tersebut belum memiliki pemahaman yang baik dalam menerapkan model pembelajaran Problem Posing. Nama subjek penelitian seperti terlampir. Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing melalui pembinaan individu teknik Direct Reading dan pembinaan kelompok teknik diskusi kelompok.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing yang berupa skor rata-rata yang dicapai oleh guru dan prosentase ketercapaian indikator mulai dari prasiklus dengan siklus I, siklus I dengan siklus II, dan prasiklus dengan siklus II. Analisis data dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.

Analisis data selama proses tindakan dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dan sekaligus untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan guru setelah dilakukan tindakan. Sedangkan proses analisis sesudah penelitian penelitian dilakukan untuk menjawab hipotesis, dan membahas perbandingan peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing secara keseluruhan.

Hasil penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi, dalam pengolahan data peneliti menggunakan analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing dengan menggunakan pendekatan presentase yang dikemukakan oleh (Rusliana, 2007:6).

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 16,1 (> 16.1), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%.

Prosedur Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2006: 96), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan, identifikasi permasalahan diperoleh melalui tindakan prasiklus berupa pengamatan kepada guru saat mengajar denan menerapkan model pembelajaran Problem Posing.

HASIL PENELITIAN

Prasiklus

Kegiatan prasiklus atau tindakan awal berupa pengamatan terhadap kinerja guru tentang penerapan pembelajaran Problem Possing. Sebelum dilaksanakan pengamatan awal, peneliti mengadakan rapat dengan guru pada hari Sabtu tanggal 6 Januari 2018 mulai jam 12:30 sampai 14:00 di ruang kepala sekolah, daftar hadir rapat seperti terlampir, selain pemantapan kegiatan semester II, melalui rapat tersebut peneliti menanyakan berbagai permasalahan terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013, diantaranya adalah kematangan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dari masukan beberapa guru diketahui bahwa model pembelajaran Problem Posing belum banyak dipahami oleh guru, oleh sebab itu peneliti dan guru sepakat untuk dilaksanakan pembinaan, dan untuk mengetahui kondisi awal, rapat memutuskan agar guru menerapkan model pembelajaran Problem Posing yang dijadwalkan mulai tanggal 8 sampai dengan tanggal 16 Januari 2018. Aktivitas kegiatan rapat dengan guru terlihat seperti foto terlampir.

Penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing dicatat pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi seperti terlampir. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya dilakukan rekapitulasi data untuk memperoleh gambaran tentang hasil penilaian secara keseluruhan, dan nilai rata-rata yang dicapai oleh guru saat dilakukan uji coba pembelajaran Problem Posing. Hasil rekapitulasi data seperti terlampir. Ringkasan hasil rekapitulasi nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing, dapat diketahui bahwa dari tujuh guru yang dijadikan subjek penelitian, Nilai rata-rata sebesar 9,86 (kategori cukup). Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru, kesemuanya memperoleh nilai dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran probel posing belum maksimal.

Berdasarkan rumus tersebut di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan pada masing-masing indikator, hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator seperti terlampir. Ringkasan hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 41,07%. Prosentase tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru belum dapat menerapkan pembelajaran Problem Posing dengan baik. Dilihat dari penguasaan masing-masing indikator, prosentase ketercapaian masih tergolong rendah. Artinya kelemahan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Posing disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru terhadap langkah-langkah yang harus dilakukan.

Siklus I

Observasi dimaksudkan untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing setelah mengikuti pembinaan teknik direct reading dan diskusi kelompok. Pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Obervasi dilaksanakan secara langsung, artinya peneliti ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran, selama obervasi peneliti berada di ruang kelas memperhatikan aktivitas guru mulai kegiatan awal, hingga akhir pembelajaran.

Agar kedatangan peneliti tidak mengganggu proses pembelajaran, maka sebelum siswa masuk kelas, peneliti sudah berada di ruang kelas dan menempatkan diri di belakang siswa. Aktivitas peneliti selama observasi adalah menilai kinerja guru dengan cara memperhatikan langkah-langkah guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing, dan memberi nilai pada lembar observasi. Aktivitas peneliti saat melaksanakan observasi di salah satu kelas terlihat seperti foto terlampir. Hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing seperti terlampir, rekapitulasi hasil penilaian seperti terlampir. Ringkasan nilai kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing, dapat diketahui bahwa kinerja guru guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 17,14. Berdasarkan rekapitulasi hasil penilaian siklus I, selanjutnya dilakukan perhitungan prosentase ketercapain indikator seperti dilakukan prasiklus.

Perhitungan prosentase ketercapaian indikator ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman guru terhadap masing-masing aspek penilaian, dengan asumsi semakin tinggi prosentase yang dicapai, maka pemahaman guru semakin baik. Sebaliknya apabila prosentase semakin kecil, maka dapat diartikan pemahaman guru terhadap langkah pembelajran Problem Posing semakin berkurang. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator siklus I diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 71,43%, dengan skor tertinggi sebesar 78,57%, sedangkan skor terendah sebesar 64,29%.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 17,14 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 71,43% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing dibandingkan dengan kondisi prasiklus telah mengalami peningkatan, namun jika dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan, kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing tersebut belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, untuk itu perlu adanya tindakan lanjutan pada siklus II, dengan memfokuskan pada perbaikan langkah pembelajaran yang belum dilaksanakan oleh guru dengan baik.

Siklus II

Hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing siklus II yang diperoleh melalui observasi langsung seperti terlampir, rekapitulasi hasil penilaian seperti terlampir (lampiran 15). Ringkasan nilai kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing, dapat diketahui bahwa dari 7 (tujuh) guru yang dijadikan subjek penelitian, diperoleh skor rata-rata sebesar 21,71 (baik). prosentase ketercapaian indikator, dapat diketahui bahwa penguasaan guru terhadap langkah pembelajaran Problem Posing telah mencapai 90,48%.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 21,71 (kategori baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 90,48%. Artinya nilai rata-rata yang dicapai oleh guru telah melebihi indikator kinerja yang ditetapkan yaitu lebih dari 16,1 dan ditinjau dari penguasaan guru terhadap langkah pembelajaran yang dilihat dari prosentase ketercapaian indikator sudah mencapai 85%.

Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan teknik direct reading dan diskusi kelompok, kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing telah dapat dilaksanakan dengan maksimal. Untuk itu tindakan pembinaan tidak dilanjutkan lagi.

PEMBAHASAN

Perbandingan Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Problem Posing

Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 7,29. Peningkatan terjadi pada semua guru. Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 4,57. Peningkatan terjadi pada semua guru. Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,86. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Kemampuan Guru dalam menerapkan Pembelajaran Problem Posing

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing, dimaksudkan untuk memberi gambaran tingkat pemahaman guru terhadap aspek penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing, dengan asmumsi semakin tinggi prosentase yang dicapai, semakin tinggi penguasaan terhadap langkah pembelajaran, dan sekaligus memberikan gambaran tingkat perkembangan penguasaan guru terhadap langkah pembelajaran. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 30,36%.

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 19,05%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing secara keseluruhan, artinya sebelum dilakukan pembinaan teknik direct reading dan diskusi kelompok sebanyak 2 (dua) kali, dapat dianalisis melalui perbandingan prosentase ketercapaian indikator, peningkatan pemahaman guru terahdap masing-masing aspek dapat dilihat dari peningkatan prosentase tiap-tiap aspek, sedangkan peningkatan secara keseluruhan dapat dilihat pada peningkatan rata-rata, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 49,40%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui direct reading dan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru secara perorangan dan kelompok. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa direct reading dan diskusi kelompok mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Posing.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 dapat disimpulkan bahwa, melalui pembinaan teknik Direct Reading dan diskusi kelompok terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing. Peningkatan terjadi secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil penilaian prasiklus hingga kegiatan siklus II sebesar 11,86. Secara rinci, peningkatan nilai rata-rata adalah: (1) dari prasiklus sebesar 9,86 setelah dilakukan tindakan pada siklus I menjadi 17,14 (meningkat sebesar 7,29). (2) Dari siklus I sebesar 17,14 pada siklus II meningkat menjadi 21,71 (meningkat sebesar 4,57).

Peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing tersebut disebabkan oleh pemahaman guru terhadap langkah-langkah pembelajaran yang semakin baik sebagai dampak dari bertambahnya pengetahuan melalui membaca langsung, dan diskusi kelompok. Pemahaman guru terhadap langkah pembelajaran problem posing dari siklus satu ke siklus berikutnya tercermin dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus II meningkat dari 41,07% meningkat menjadi 90,48% (meningkat sebesar 49,40%). Secara rinci peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus I, dan siklus I kesiklus II, adalah: (1) dari prasiklus sebesar 41,07%, pada siklus I meningkat menjadi 71,43% (meningkat sebesar 30,36%). (2) dari siklus I sebesar 71,43%, siklus II meningkat menjadi 90,48% (meningkat sebesar 19,05%).

Dengan demian dapat disimpulkan bahwa melalui direct reading dan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem posing di SD Negeri 2 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

Saran-Saran

Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan

Sebaiknya dalam waktu dekat pembinaan yang dilakukan oleh Pengawas lebih ditekankan pada penguasaan guru pada metode-metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) agar pelaksanaan kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik.

Untuk Kepala Sekolah Lain

Sebaiknya dalam melaksaanakan pembinaan guru, kepala sekolah memilih teknik-teknik pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan guru, dan pelaksanaannya tidak dirancang dalam bentuk penelitian tindakan sekolah sehingga pelaksanaannya tidak mengganggu tugas pokok guru.

Untuk Guru

Selain melalui pembinaan oleh Pengawas maupun Kepala sekolah, untuk meningkatkan profesionlisme guru sebaiknya guru selalu meng up date pengetahuannya melalui membaca langsung baik dari media elektronik maupun media cetak, dan membiasakan diri untuk melakukan diskusi dengan guru lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. (Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka. Cipta

Harjasujana dan Yeti Mulyati, 1996, Membaca 2, Jakarta: Depdikbud Disdasmen

Ibrahim Bafadal. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru SD. Jakarta: Bumi Aksara

Moekijat. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BFFE

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja. Pressindo

Nuriadi, 2008, Teknik Jitu Menjadi Pembaca Terampil, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara