UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU

MELALUI PENERAPAN SUPERVISI KLINIS DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Slamet Wahyu Hastuti

Pengawas TK Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk: (1)Mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan supervisi klinis untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di TK Negeri Pembina Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri. (2) Menjelaskan langkah-langkah penerapan supervisi klinis agar dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran di TK Negeri Pembina Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan tindakan (act). Data dikumpulkan melalui pengamatan, diskusi, kajian dokumen, angket, dan tes. Subjek penelitian adalah semua guru dan anak didik di TK Negeri Pembina Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Analisis data menggunakan teknik analisis kritis berkaitan dengan kualitatif yakni; untuk menemukan kelemahan dan kelebihan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Prosedur penelitian menggunakan siklus, setiap siklus melalui tahapan-tahapan perencanaan (plan), tindakan (act), observasi dan evaluasi(observe), dan refleksi (reflect). Hasil yang diperoleh siswa pada siklus I masih ditemukan beberapa hal, antara lain dalam menyusun perangkat pembelajaran masih ditemukan banyak kekurangan, sehingga hasil ulangan siswa menunjukkan rata-rata 40% siswa mengikuti remidi. Pada siklus II guru sudah menyusun perangkat pembelajaran dengan baik, maka hasil evaluasi siswa meningkat. Peningkatan tertinggi mencapai 26%, sedangkan terendah naik 4,3%.

Kata kunci: supervisi klinis, kinerja guru

 

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 39 mengamanatkan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam kutipan tersebut sudah jelas bahwa tugas pendidik tidaklah mudah.

Menyambung dari kutipan Sistem Pendidikan Nasional bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki Kompetensi Akademik, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Sosial (Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Sedangkan Pengawas Sekolah adalah seorang guru yang diberikan tugas tambahan sebagai Pengawas Sekolah.

Selaras dengan kutipan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 maka seorang pendidik harus mendapat bimbingan maupun pelatihan terus menerus agar dapat mengikuti perkembangan pendidikan pada era globalisasi seperti saat ini. Sehingga guru profesional sudah merupakan tuntutan dalam dunia pendidikan. Sebagai mitra kerja antara Pengawas Sekolah dengan guru, maka keduanya harus saling mengisi kekurangan dan kelebihan untuk meningkatkan mutu sekolah.

Tugas guru yang utama adalah mendidik dan mengajar peserta didik, maka perlu adanya persiapan sebelum pendidik menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Agar dapat berjalan dengan lancar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang pendidik wajib menyusun persiapan pembelajaran. Banyak hal yang harus dipersiapan pendidik yakni perangkat pembelajaran yang meliputi menjabarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk disusun menjadi silabus. Selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya sudah tersusun secara lengkap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Dalam penyusunan perangkat pembelajaran pendidik harus benar-benar tepat. RPP sebagai panduan ketika seorang pendidik melaksanakan kegiatan pembelajaran. Apabila pendidik sudah action dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut memiliki kompetensi pedagogik yang mantap. Sebagai pendidik yang profesional harus memiliki kiat – kiat untuk selalu maju dan mengikuti perkembangan dalam segala hal.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran perlu adanya pemantauan, agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sendiri oleh pendidik. Bimbingan dan pengawasan pendidik biasanya dilakukan oleh Kepala Sekolah atau oleh Pengawas TK/SD. Sedangkan bimbingan dan pengawasan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan instrumen yang biasa disebut supervisi. Sehingga Pengawas Sekolah pada setiap awal tahun pembelajaran menyusun program supervisi.

Seorang Pengawas Sekolah minimal harus memiliki program kepengawasan, yakni ; Kepengawasan manajerial dan Kepengawasan Akademik. Jadi Supervisi merupakan bagian dari dimensi yang harus dimiliki Pengawas Sekolah. Sebenarnya bimbingan sipervisi klinis selama ini sudah dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

Pengawas Sekolah harus mampu memberikan bimbingan melalui berbagai kegiatan salah satunya supervisi klinis agar kesulitan yang dihadapi pendidik selama mengadakan kegiatan pembelajaran dapat segera teratasi. Namun, biasanya pendidik kurang suka apabila Pengawas Sekolah mengadakan supervisi. Selama ini pendidik menganggap bahwa kegiatan supervisi adalah momok yang menakutkan, sehingga apabila akan diadakan supervisi, pendidik kurang senang. Hal inilah yang harus segera dihilangkan dan dijelaskan secara detail agar guru menjadi senang apabila disupervisi baik oleh Kepala Sekolah, Pengawas, atau siapa saja yang berkepentingan.

Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan yang muncul adalah Apakah penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran di TK Negeri Pembina Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri ?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah Mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan supervisi klinis untuk meningkatkan kegiatan Pembelajaran di TK Negeri Pembina Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah (1) Meningkatkan kinerja pendidik; (2) Meningkatkan prestasi anak didik; (3) Meningkatkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pendidik; dan (4) Memantau kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Supervisi Klinis

Kegiatan supervisi dilakukan oleh Pengawas dan Kepala Sekolah. Seperti yang dikutip dalam Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 bahwa Pengawas harus memiliki kompetensi supervise akademis dan supervisi manajerial. Namun dalam penelitian ini supervise klinis yang dilakukan Pengawas Sekolah.

Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata. Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna: (1) Pengobatan (klinis) dan (2) Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang.

Indikator keberhasilan pelaksanaan supervisi klinis adalah: (a) meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran, (b) kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi lebih baik sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar yang dicapai siswa, dan (c) terjalinnya hubungan kolegial antara pengawas sekolah dengan guru dalam memecahkan masalah pembela jaran serta tugas-tugas profesinya.

Kinerja Guru

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini, 2001). Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe, A Dale, 1992).

Fatah (1996) Menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Jadi kinerja yang dilakukan sesorang untuk mendapatkan hasil yang berkualitas maupun kuantitas.

Pembelajaran di Taman Kanak –Kanak

Sebelumnya akan dikemukakan terlebih dahulu pembahasan tentang belajar. Menurut Gagne (1999: 3) belajar merupakan perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang yang relatif berlangsung lama dan perubahan ini bukan bersifat pertumbuhannya saja melainkan adanya perubahan ini bukan bersifat pertumbuhannya saja melainkan adanya perubahan dalam aspek pemahaman, sikap, kemampuan dan keterampilan sebagai akibat dari pemahaman. Belajar merupakan kebutuhan bagi setiap orang, sehingga tidak ada batasan belajar bagi seseorang. Seperti dikatakan bahwa belajar itu seumur hidup (long life education).

Dalam proses belajar tentunya ada yang mengajar. Menurut Mursell (1997: 18) mengatakan bahwa mengajar merupakan mekanisme untuk pengambilan kecakapan intelektual anak dengan dasar suatu interaksi anak guru. Hal tersebut dilaksanakan dalam jenjang pendidikan. Berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar sangat essensial peranannya, sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan anak didiknya dalam mencapai prestasi dan perilaku yang diinginkan.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran dalam suatu penelitian yang diwujudkan dalam bentuk bagan atau gambar. Alur pikir dalam peneltian ini adalah Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pendidik dengan pesera didik dan di antara keduanya ada komunikasi yang baik, sehingga menimbulkan suasana yang menyenangkan.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidik menyusun rencana pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), didalamnya telah memuat materi dan tujuan pembelajaran. Jadi kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah durumuskan di dalam RPPH. Apabila peserta didik sudah dapat mencapai tujuan pembelajaran, maka peserta didik tersebut akan meningkat pula prestasinya.

Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran pendidik harus menggunakan media sebagai alat untuk mempermudahkan mencapai tujuan pembelajaran dan menghilangkan keabstrakan pada peserta didik. Karena, media pembelajaran merupakan tiruan atau alat yang nyata. Selain media pembelajaran pendidik juga sumber pembelajaran yang diperoleh dari lingkungan, berbagai macam buku, atau mengakses dari internet.

Dalam kegiatan pembelajaran pemilihan metode pembelajaran juga sangat mempengaruhi akan tercapainya tujuan pembelajaran. Karena, metode merupakan sarana komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Penggunaan berbagai macam metode akan lebih baik, karena setiap metode pembelajaran pasti ada kekurangan dan kelebihannya.

Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara dari munculnya permasalahan. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

  1. penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran di TK Negeri Pembina Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.
  2. langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan supervisi klinis agar dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran di TK Negeri Pembina Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

 

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Setting Penelitian di TK Negeri Pembina yang beralamat di Lingkugan Ngadipiro RT 03/05, Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017 selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli s.d September 2017. Subjek penelitian tindakan ini adalah seluruh guru TK Negeri Pembina yang berjumlah 4 orang guru kelompok A dan kelompok B.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan dari sumber data yang telah ada, maka perlu adanya teknik untuk mengumpulkan data melupiti: informasi tentang persiapan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran termasuk penggunaan strategi pembelajaran, motivasi belajar anak didik dan kemampuan anak didik dalam menerima pelajaran di kelas. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan melalui pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, angket, dan tes.

Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain triangulasi dan review informan kunci. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (lexy Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi dilakukan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dilakukan guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selama ini guru masih kesulitan dalam menyusun silabus dan RPP. Selain itu guru masih kesulitan untuk memilih media pembelajaran yang tepatdalam kegiatan pembelajaran.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan indicator sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Sehingga indicator kinerja ini digunakan sebagai acuan dalam menentukan keberhasilan.

Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Persiapan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji masalah yang muncul, mempersiapkan studi kepustakaan, menyiapkan instrumen yang berupa angket, pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan munculnya permasalahan dan penentuan solusi. Siklus Penelitian, dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, pada setiap siklus melalui tahapan-tahapan perencanaan (plan), tindakan (act), Observasi (observe) dan Evaluasi, refleksi (reflect). Karena pada siklus pertama belum dapat menyelesaikan permasalahan yang mncul, maka penelitian dilanjutkan dengan siklus kedua dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: perencanaan (plan), tindakan (act), Observasi (observe) dan Evaluasi, refleksi (reflect). Setelah pelaksanaan 2 siklus, maka sudah dapat dipecahkan permasalahan yang dimunculkan.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi guru yang berkaitan dengan tugas yaitu kinerja guru, utamanya dalam kegiatan pembelajaran. Seperti telah dikemukakan pada pendahuluan dilakukan serangkaian tindakan guna mengatasi permasalahan tersebut. Pada kondisi awal ini sejumlah guru di TK Negeri Pembina Jatisrono dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran masih menggunakan persiapan pada tahun sebelumnya yaitu tahun pelajaran 2016/2017. Perangkat pembelajaran yang dimaksud seperti; Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagian besar RPP Silabus belum dibuat sendiri oleh guru, melainkan dibuat bersama-sama dalam kegiatan KKG. Selain itu guru tidak membuat media pembelajaran, sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru.

Guru menjadi dominan, guru bicara terus-menerus, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar. Sehingga suasana kelas mati, guru juga membentak apabila mengetahui siswanya bicara atau menimbulkan suara (walaupun tidak jelas apa yang dikatakan). RPP yang diajukan kepada Kepala Sekolah ternyata belum mamasukkan nilai-nilai karakter dan pada kegiatan inti belum muncul eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasinya. Para guru cenderung menunggu RPP yang dibuat bersama-sama pada forum KKG. Kenyataannya tidak semua guru segera menyelesaikan tugasnya, hingga terjadi sampai pada akhir semester I tetapi RPP belum tersusun.

Kondisi yang demikian perlu segera penanganan dari Pengawas Sekolah. Maka strategi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, Pengawas Sekolah menyusun program supervisi, dengan tujuan segera membantu guru untuk menyelesaikan permasalahan. Sepervisi yang diterapkan adalah supervisi klinis.untuk memperbaiki kekurangan berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, dengan tujuan akhir meningkatkan prestasi belajar siswa. Prosedur penelitian yang ditempuh meliputi (1) penyusunan rencana tindakan, (2) pelaksanaan atau implementasi tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Siklus I

Pelaksanaan penelitian di dalam kelas Peneliti mengambil tempat duduk paling belakang. Dengan tujuan agar peneliti dapat mengamati dengan leluasa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran untuk masing-masing kelas selama 2 jam pelajaran untuk setiap kelas. 1 jam pelajaran lamanya 30 menit. Peniliti juga mencatat semua kegiatan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dapat direfleksikan meliputi: Guru kelas kelompk B1, B2 dan kelompok A dalam menyusun silabus sudah menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar secara benar. Semua guru dalam menyusun RPP kurang runtut belum sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran kurang spesifik, sehingga tujuan yang akan dicapai kurang jelas. Dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas hanya guru kelas kelompok B1 yang menggunakan alat peraga berupa gambar. Guru yang lain belum menyiapkan alat peraga. Pelaksanaan evaluasi belum jelas, karena antara materi yang diberikan dengan soal yang diberikan tidak sama. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa rata-rata kelas mulai dari kelas kelompok B1, B2 dan kelmompok A mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (TPP), sehingga hampir 40% siswa masih mengikuti bimbingan dan pengayaan.

Siklus II

Pada tahap ini peneliti mengambil tempat duduk yang paling belakang, agar dapat mengamati dengan leluasa pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti mancatat berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kelas masing-masing. Berdasarkan hasil observasi dapat direfleksikan meliputi: Guru kelas kelompok B1, B2, dan kelompok A dalam menyusun silabus sudah menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar secara benar. Semua guru dalam menyusun RPP sudah sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran menggunakan kata-kata operasinal dan spesifik, sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik. Dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas semua guru sudah menggunakan alat peraga berupa gambar. Guru yang lain belum menyiapkan alat peraga. Sudah ada komunikasi yang baik antara guru dan anak didik, sehingga kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan anak didik. Pelaksanaan evaluasi sudah sesuai antara materi yang diberikan soal yang diberikan.

PEMBAHASAN

Siklus I menunjukkan bahwa semua guru kurang mempersiapkan perangkat pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil refleksi pada siklus I, walaupun dari peneliti sebelumnya sudah memberitahukan dan diskusi tentang pelaksanaan penelitian. Peneliti juga sudah menyampaikan segala sesuatu yang harus dipersiapkan. Tetapi hasilnya memenuhi seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari hasil kajian dokumen yaitu silabus dan RPP. Selain itu alat peraga juga tidak dipersiapkan, pengelolaan kelas kurang baik, karena guru masih dominan dan menjadi penguasa. Akibatnya hasil evaluasi juga rendah, karena hampir 40% siswa belum bisa mencapai TPP, maka anak didik harus mengikuti perbaikan dan pengayaan.

Setelah diadakan pembinaan dan diskusi tentang perangkat pembelajaran yang menimbulkan semangat bagi pendidik, maka semua guru sudah mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik. Hal terbukti dari hasil kajian dari silabus dan RPP yang dibuat sendiri oleh guru kelas masing-masing. Selain itu guru juga sudah mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai. Guru tidak lagi mendominasi kelas, tetapi guru mencipakan kebiatan belajar mengajar yang aktif dan menyenangkan, Siswa lebih aktif dan berani menyampaikan gagasannya. Suasana kelas lebih hidup, muaranya hasil evaluasi meningkat bila dibandingkan pada siklus I. Rata-rata 5-10% setiap kelas yang mengikuti perbaikan dan pengayaan. Sehingga dapat meningkatkan tingkat pencapaian perkembangan anak didik. Anak didik lebih senang melaksanakan kegiatan baik secara individu maupun kegiatan kelompok. Sehingga penerapan pendidikan karakter sudah dapat terlaksana, karena tidak bisa berdiri sendiri, tetapi implisit dalam bidang pengembangan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian dalam upaya memecahkan permasalahan yang ditemukan selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan diadakan supervisi klinis semua pendidik menyusun perangkat pembelajaran. Supervisi klinis dapat meningkatkan disiplin pendidik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dengan diadakan supervisi klinis secara terprogram, pendidik dapat menentukan media pembelajaran dengan tepat. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, masing – masing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan observasi, evaluasi, dan refleksi.

Saran-Saran

Penelitian ini menyarankan kepada pendidik hendaknya menyusun perangkat pembelajaran secara rutin. Pendidik hendaknya menggunakan alat peraga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mewujudkan kenyataan. Pengawas Sekolah hendaknya menyusun program supervisi pada setiap semester.

DAFTAR PUSTAKA

Fatah. N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rusdakarya.

Gagne Robert M, Marcy Parkins Driscoll. 1999. Essentials of Learning for Instruction. Florida: State University

Mursell, James L., 1997, Succesful Teaching, New York: Me Graw-Hill Company

Sulistyorini. 2001. Hubungan antara Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Otganisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28(1) 62-70

Tempe, A Dale. 1992. Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Asri Media.