Kunjungan Antar Kelas Sebagai Tindak Lanjut Rapat Guru Sebagai Peningkatan Kemampuan Guru
KUNJUNGAN ANTAR KELAS SEBAGAI TINDAK LANJUT RAPAT GURU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BAGI GURU DI SD NEGERI 1 TERMAS KECAMATAN KARANGRAYUNG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Siti Rusmini
Guru SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan hasil kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru sebagai upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction bagi Guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung. Subjek penelitian sebanyak 7 (tujuh) guru. Penelitian ini dilaksanakan semester II dimulai Januari sampai dengan bulan Juni 2018. Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung. Indicator keberhasilan apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 14.1 (kategori baik) dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction bagi guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung semester II tahun pelajaran 2017/2018 melalui tindakan kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh guru yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 8 menjadi 15,14. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dari 15,14 menjadi 19,14. Secara keseluruhan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II dari 8 menjadi 19,14. Dari sisi penguasaan langkah-langkah penerapan pembelajaran problem based instruction, yang dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator terjadi peningkatan dari prasiklus sebesar 38,10% pada siklus I meningkat menjadi 72,11%. Dari siklus I sebesar 72,11% meningkat pada siklus II menjadi 91,16%. Secara keseluruhan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus II, meningkat dari 38,10% menjadi 91,16%.
Kata kunci: pembelajaran PBI, kunjungan antar kelas, dan rapat guru
PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik mengharuskan guru memiliki ketrampilan yang baik dalam dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dianjurkan dalam melaksanakan kurikkulum 2013 adalah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Salah satunya adalah pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), yaitu suatu pembelajaran yang menggunakan masalah yang berpangkal kehidupan nyata siswa dilingkungannya. Pembelajaran PBI dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran, melalui pengalaman belajar dalam kehidupan nyata.
Metode-metode pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered Learning) yang dikuasai oleh guru khususnya di SD Negeri 1 Termas selama ini masih sangat terbatas, sehingga perlu dilakukan pembinaan secara terus menerus. Berdasarkan pengamatan awal, pada awal semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, saat guru diminta untuk menerapkan model pembelajaran PBI, sebagian besar belum dapat melaksanakan dengan baik. Dari 7 (tujuh) guru yang diamati dengan menggunakan indikator langkah pembelajaran PBI semuanya belum dapat melaksanakan dengan baik.
Beberapa langkah yang perlu diperbaiki oleh guru di SD Negeri 1 Termas dalam menerapkan pembelajaran PBI diantaranya adalah: (1) cara guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana pendukung, (2) cara guru memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. (3) cara guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar. (4) cara Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai (5) Cara guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.
Berbagai teknik pembinaan dapat dilaksanakan baik secara kelompok maupun individu. Teknik pembinaan kelompok yang sesuai dengan permasalahan dan kondisi di SD Negeri 1 Termas adalah melalui rapat guru. Namun pembinaan dengan rapat guru tidak cukup memberi pemahaman guru tentang penerapan metode PBI, sehingga perlu dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan perorangan (individu) teknik kunjungan antar kelas. Artinya setelah dilakukan rapat guru membahas metode PBI, guru ditugaskan untuk saling mengunjungi saat pelaksanaan PBI, melalui kunjungan antar kelas tersebut, guru akan semakin dapat memahami langkah pembelajaran PBI, dan guru saling dapat memberikan masukan perbaikan.
Pembinaan yang dilakukan tersebut merupakan bentuk tindakan perbaikan kinerja guru, sehingga sangat tepat apabila pelaksanaanya dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS) sekaligus sebagai kegiatan pengembangan profesionalisme dalam bentuk penelitian. Sesuai dengan permasalahan dan tindakan yang akan dilakukan, serta waktu pelaksanaan, maka penelitian tindakan sekolah ini mengambil judul: Kunjungan Antar Kelas Sebagai Tindak Lanjut Rapat Guru Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Problem Based Instruction bagi Guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction bagi Guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan hasil kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru sebagai upaya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction bagi Guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kunjungan Antar Kelas
Sagala (2009: 217) kunjungan antar kelas dalam satu sekolah atau antar sekolah sejenis merupakan suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Manfaatnya kunjungan antar kelas ini dapat saling membandingkan dan belajar atas keunggulan dan kelebihan berdasarkan pengalaman masing-masing. Sehingga masing-masing dapat memperbaiki kualitas guru memberi layanan belajar kepada peserta didiknya. Intervisitation adalah saling mengunjungi antara guru yang satu kepada guru yang lain yang sedang mengajar (Sahertian, 2010: 79).
Rapat Guru
Teknik rapat guru adalah merupakan teknik bagian dari rapat guru baik yang bersifat insidential, maupun yang bersifat berkala. Kalau rapat guru membicarakan proses pembelajaran, seperti pembuatan persiapan mengajar, kepribadian dan penampilan yang pantas ditiru oleh para siswa, proses pembelajaran baru, alat belajar dan media baru, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru dalam arti yang luas (Jasmani, 2013: 86). Sukses tidaknya rapat sebagian besar terletak pada pimpinan rapat tersebut, baik ia seorang kepala sekolah, supervissor maupun pimpinan yang ditunjuk dari guru-guru. Skill In Group Proccess, Skill In Human RelationShip, Skill In LeadirShip, dan sikap-sikap demokratis dari pimpinan rapat sangat diperlukan.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap (Hamalik, 2006: 48). Menurut Rohani (2010: 1) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistimatis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.
Model Pembelajaran
Pengertian menurut Sagala (2009: 175) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2011: 46).
Problem Based Instruction (PBI)
Menurut Aisyah (2013: 14-15) menyatakan bahwa model Problem Based Instruction adalah salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas dan nalar siswa, sehingga kreativitas siswa dapat berkembang secara optimal. Hal ini sangat dimungkinkan karena dalam Problem Based Instruction siswa dilatih untuk menjawab suatu permasalahan nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007: 67) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
Kompetensi Guru
Menurut Mulyasa (2008: 25) kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
Supervisi
Supervisi adalah pandangan dari orang yang lebih ahli kepada orang yang memiliki keahlian dibawahnya (Aedi, 2014: 12). Supervisi dilakukan oleh supervisor kepada para guru agar para guru mampu memperbaiki dan meningkatkan cara-cara mengajar. Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan mereka mampu dan lebih cakap berpasrtisipasi dalam masyarakat demokrasi modern (Kisbiyanto, 2011: 55).
Kerangka Berpikir
Pelaksanaan kuriklulum 2013 secara berangsur angsur harus diterapkan, termasuk di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Sehingga setiap guru yang ada di SD Negeri 1 Termas harus memiliki kesiapan yang baik, khususnya dalam menerapkan model pembelajaran yang berbasis pada pendekatan siswa (Student Centered Learning), salah satunya adalah menerapkan metode Problem Centered Learing (PBI).
Berdasarkan hasil pengamatan awal diketahui bahwa dari 7 (Tujuh) guru yang diamati, semua guru belum dapat menerapkan pembelajaran tersebut dengan baik. Kenyataan tersebut, perlu disikapi dengan melaksanakan pembinaan baik secara kelompok maupun individual. Salah satu teknik model pembelajaran kelompok adalah rapat guru, sedangkan salah satu teknik individual adalah kunjungan antar kelas.
Perpaduan tekmik pembinaan rapat guru yang dilanjutkan dengan kunjungan antar kelas memungkinkan guru memperoleh pengetahuan tentang penerapan pembelajaran PBI, melalui kunjungan antar kelas guru memperoleh pengalaman penerapan di lapangan, dan guru saling dapat memberikan masukan untuk perbaikan pelaksanaan di kelas. Dengan demikian melalui kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran PBI khususnya di SD Negeri 1 Termas.
Hipotesis Tindakan
Melalui kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN TINDAKAN
Desain Penelitian Tindakan
Desain Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan model Kemmis & McTagart dalam Arikunto (2006: 97), yang berorientasi pada spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi (keempat komponen tersebut dinamakan satu siklus), serta perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu perencanaan pemecahan permasalahan yang dirancang dan dilaksanakan untuk memperbaiki atau mengatasi permasalahan yang terjadi (Wiriatmadja, 2005:145).
Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung sebanyak 7 (tujuh) guru, daftar nama subjek penelitian seperti terlampir. Dipilihnya subyek tersebut, karena kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction belum baik. Selain itu guru yang dijadikan subjek penelitian diharapkan memiliki kesiapan yang baik dalam melaksanakan kurikulum 2013. Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction melalui pembinaan kelompok teknik rapat guru, dan pembinaan individual teknik kunjungan antar kelas.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung, yang beralamat di dusun Termas, Kecamatan Termas Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan semester II tahun pelajaran 2017/2018 dimulai Januari sampai dengan bulan Juni 2018.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 (Dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2010:149). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dengan mengacu pada langkah pembelajaran PBI yang dikemukakan oleh Kurniasih (2015: 52).
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction. Analisis data tersebut dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.
Hasil penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi, dalam pengolahan data peneliti menggunakan analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil penilaian selama pengamatan berlangsung. Untuk mengetahui tingkat penguasaan guru terhadap komponen penilaian, maka dilakukan pendekatan presentase yang dikemukakan oleh (Ade Rusliana, 2007:6).
Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 14.1 (kategori baik) dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%.
HASIL PENELITIAN
Prasiklus
Kegiatan prasiklus bertujuan untuk mengetahui kondisi nyata kemampuan awal yang dimiliki oleh guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction. Sebelum dilakukan pemantauan, peneliti menginstruksikan guru untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode PBI, dan melaksanakan sesuai dengan jadwal observasi prasiklus. Rekapitulasi data hasil penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction, seperti terlampir. Ringkasan hasil rekapitulasi dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction tergolong kategori cukup dengan skor rata-rata sebesar 8,0. Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari tujuh guru belum satupun yang menunjukkan nilai baik. Artinya dari hasil penilaian tersebut secara keseluruhan kemampuan guru dalam menerapkan metode PBI belum maksimal.
Perhitungan prosentas ketercapaian indikator berikutnya dilakukan seperti contoh perhitungan prosentase ketercapaian indikator 1 dan indikato 2 tersebut di atas. Berdasarkan perhitungan, hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase penguasaan indikator penerapan metode PBI yang dicapai guru SD Negeri 1 Termas adalah 38,10%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode PBI di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung belum dapat dilaksanakan dengan baik, untuk itu perlu diupayakan langkah perbaikan, yaitu melalui pembinaan kelompok teknik rapat guru yang dilanjutkan dengan pembinaan individu teknik kunjungan antar kelas siklus I.
Siklus I
Observasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu mulai tanggal 12 sampai dengan tanggal 17 Februari 2018. Observasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction siklus I, dengan cara menilai aktivitas guru dengan mengacu pada lembar observasi. Hasil observasi seperti terlihat pada lampiran. Rekapitulasi hasil pengamatan siklus I dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction secara keseluruhan tergolong baik dengan skor rata-rata sebesar 15,1.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan langkah pembelajaran Problem Based Instruction. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator siklus I dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase penguasaan indikator yang dicapai guru adalah 72,11%. Berdasarkan hasil penilian kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran PBI, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 15,1 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 72,11%, dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan, hasilnya telah menunjukkan peningkatan, namun belum dapat mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu mencapai nilai rata-rata dengan ketegori sangat baik (≥ 14,1), dengan penguasan indikator minimal sebesar 85%. Untuk itu tindakan perlu dilanjutkan pada siklus II.
Siklus II
Observasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu mulai tanggal 12 sampai dengan tanggal 17 Februari 2018. Observasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction siklus I, dengan cara menilai aktivitas guru dengan mengacu pada lembar observasi. Hasil observasi seperti terlihat pada lampiran. Rekapitulasi hasil pengamatan siklus I dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction tergolong kategori baik dengan skor rata-rata sebesar 19,1.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan langkah pembelajaran Problem Based Instruction. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator siklus II diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 19,14 atau 91,16%. Berdasarkan hasil penilaian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 19,1 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 19,14 (91,16%). Hal ini menunjukkan bahwa semua guru telah dapat mencapai kategori baik, dengan prosentasi penguasaan indikator di atas indikator yang telah ditetapkan yaitu lebih dari 85%, untuk itu penelitian tidak diteruskan.
PEMBAHASAN
Perbandingan Nilai Rata-Rata kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction Prasiklus dengan Siklus I
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 7,14, yaitu dari prasiklus sebesar 8,00 dan siklus I meningkat menjadi 15,14. Peningkatan terjadi pada semua guru.
Perbandingan Nilai Rata-Rata kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction siklus I dengan Siklus II
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 4. Peningkatan terjadi pada semua guru.
Perbandingan Nilai Rata-Rata kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction prasiklus dengan Siklus II
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,14. Peningkatan terjadi pada semua guru.
Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Prasiklus dengan Siklus I
Perbandingan penguasaan indikator menggambarkan peningkatan guru dalam menguasai komponen penerapan pembelajaran problem based instruction, dengan asumsi semakin tinggi prosentase yang diperoleh, maka memberikan gambaran bahwa guru semakin baik dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran problem based instruction. Sebaliknya semakin rendah prosentasi penguasaan komponen penilaian, maka dapat diartikan bahwa guru belum memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction. Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan penguasaan komponen penilaian dari prasiklus ke siklus I, setelah dilakukan tindakan berupa kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru, kemampuan guru terlihat meningkat sebesar 34,01%. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen.
Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator siklus I dengan Siklus II
Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction siklus I ke siklus II, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan penguasaan komponen penilaian dari siklus I ke siklus II, setelah dilakukan tindakan berupa kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru, kemampuan guru terlihat meningkat sebesar 19,05%. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen.
Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator prasiklus dengan Siklus II
Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction pada prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan penguasaan komponen penilaian dari prasiklus ke siklus II, setelah dilakukan tindakan berupa kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru, kemampuan guru terlihat meningkat sebesar 53,06%. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen.
Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran problem based instruction.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru dapat meningkatkan kemampuan guru di SD Negeri 1 Termas Kecamatan Karangrayung semester II tahun pelajaran 2017/2018 dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction. Peningkatan terjadi pada seluruh guru yang dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 8 menjadi 15,14 (meningkat sebesar 7,14). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dari 15,14 menjadi 19,14 (meningkat sebesar 4).
Secara keseluruhan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II dari 8 menjadi 19,14 (meningkat sebesar 11,14). Selain meningkatkan kemampuan guru secara perorangan dan kelompok, melalui rapat kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut rapat guru terbukti dapat pemahaman guru tentang langkah penerapan metode pembelajaran PBI, yang dibuktikan dengan meningkatkan prosentase ketercapaian dari prasiklus ke siklus I sebesar 38,10% meningkat menjadi 72,11% (meningkat sebesar 34,01%). Dari siklus I sebesar 72,11% ke siklus II meningakt menjadi 91,16% (meningkat sebesar 19,05%). Dengan demikian secara keseluruhan setelah dilakukan tindakan berupa kunjungan antar kelas sebagai tindak lanjut dari rapat guru, terjadi peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus II, meningkat dari 38,10% menjadi 91,16% (meningkat sebesar 53,06%). Hal ini membuktikan bahwa tindakan perbaikan melalui pembinaan individu teknik kunjungan antar kelas dan pembinaan kelompok teknik rapat guru dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction.
Saran
Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung
Sebaiknya pembinaan guru oleh pengawas lebih difokuskan pada kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan pelaksanaannya agar tidak bersamaan dengan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Untuk Kepala Sekolah Lain
Sebaiknya untuk meningkatkan profesionalisme guru, khususnya dalam menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, kepala sekolah melaksanaan pembinaan secara terus menerus dengan menggunakan teknik pembinaan yang bervariasi, bila perlu dikolaborasikan antara teknik pembinaan satu dengan teknik lainya.
Untuk Guru
Sebaiknya guru sering melakukan sharing antar guru, dan membuka diri untuk menerima masukan dari guru lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aedi Nur. 2016. Manajemen Pendidik & Tenaga Pendidikan. Yogyakarta: Gosyen. Publishing
Aisyah, N. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada Mata Pelajaran SLTP Melalui Pola Kolaboratif. Jurnal Forum Pendidikan, 23(1): 13 – 27
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. BumiAksara.
Jasmani dan Mustofa, Sayaiful. 2013. Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta: AR-RUZZ Media
Kisbiyanto, dkk. 2011. Cooperative Learning. Semarang: Media Group.
Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &. Penerapan. Surabaya: Kata Pena
Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rusliana, Ade. 2007. Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sagala, Syaiful. 2009, Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Sahertian, Piet, 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan SDM, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
Sarimaya, 2008, Sertifikasi Guru (Apa, Mengapa, Bgaimana?). Bandung: Yrama Widya
Suprijono, Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya