Efektivitas Model Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA
Tantri Febriana
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model mind mapping terhadap hasil belajar siswa SD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen, populasi yang digunakan dalam penelitian adalah siswa serta sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagian siswa dalam kelas sebagai kelompok kontrol dan sebagian lagi kelompok eksperimen. Dari hasil pengolahan dan analisis data, terdapat informasi mengenai perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan model mind mapping dengan siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Model Mind Mapping, Hasil Belajar.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of mind mapping models on learning outcomes of elementary school students. This type of research is experimental, the population used in the study is students and the sample used in this study is that some students in the class as a control group and some of the experimental group. From the results of processing and analyzing the data, there is information about the difference in significant learning outcomes between groups of students who received learning treatment using the mind mapping model with students who received conventional learning treatment. This shows that the use of mind mapping models influences student learning outcomes
Keyword: Mind Mapping Model, Learning Outcomes
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pendidikan, karena inti dari pendidikan tidak lain adalah pembelajaran. Baik buruknya kualitas pendidikan sangat tergantung pada mutu pembelajaran yang dikelola guru. Dalam kegiatan belajar mengajar masih mengalami berbagai kendala. Masalah yang timbul adalah kurangnya minat belajar peserta didik berdampak pada hasil belajarnya. Berikut beberapa penyebab kurangnya hasil belajar. Faktor guru adalah:
1. Cara mengajar yang monoton.
2. Langkah-langkah pembelajaran yang tidak sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
3. Guru terlalu banyak memberi tugas kepada peserta didik.
4. Guru tidak memperhatikan dan mendampingi peserta didik ketika mengerjakan tugas.
Cara mengajar guru yang menyebabkan peserta didik menjadi:
1. Peserta didik merasa bosan karena mengerjakan tugas terus menerus.
2. Peserta didik terlihat malas untuk mencatat.
3. Peserta didik menganggu peserta didik lainnya yang sedang belajar.
Apabila penyebab tersebut dibiarkan akan adalah menurunnya kualitas pendidikan di dalam kelas dan terhambatnya proses mengajar di sekolah. Apabila hal tersebut terus berlangsung maka dampaknya akan terus membesar. Agar kurangnya minat belajar peserta didik tidak terus membesar dan menganggu kelangsungan proses belajar mengajar peserta didik lain maka digunakan metode pembelajaran mind mapping untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam mengembangkan kemampuan siswa, pendidik harus mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik dan berkualitas memiliki fungsi dan tujuan untuk mengaktifkan siswa di dalam kelas serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas, apabila siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas, serta meningkatnya pemahaman siswa di dalam kelas. Untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa di dalam kelas, maka perlu dibuat suatu rencana pembelajaran yang baik.
Pembelajaran IPS khususnya di sekolah dasar, menunjukan indikasi bahwa pola pembelajaran yang di kembangkan oleh guru cenderung bersifat teks book oriented, hanya memindahkan pengetahuan secara utuh yang ada di kepala guru kepada kepala murid. Akibatnya guru telah merasa mengajar dengan baik, namun pada kenyataannya murid tidak belajar. Disamping itu pola pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa jenuh, siwa tidak di ajarkan berpikir logis hanya mementingkan pemahaman dan hafalan. Hal ini yang membuat pelajaran ini kurang di gemari banyak siswa, pembelajar IPS terkesan tidak menarik bagi siwa karena ruang lingkupnya yang luas. Sebagian siswa merasa stres dengan pembelajaran ini karena banyaknya materi yang harus di hafal, sehingga kemampuan berpikir logis, kemampuan mengingat dan konsentrasi jadi menurun. Siswa menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, di perparah lagi sama cara guru yang mengajarkannya terlalu teoritis serta tidak menggunakan media pembelajaran.
Selain itu, kejenuhan dalam pembelajaran IPS akan membuat siswa kurang fokus dalam belajar. Ketika siswa jenuh, siswa lebih memilih hal-hal yang menurut mereka lebih menyenangkan, seperti mengobrol dengan temannya atau juga asik dengan imajinasinya sendiri. Hal seperti itu akan berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran. Siswa tidak akan menyerap apa yang akan di paparkan oleh guru apabila keadaan siswanya tidak dalam keadaan siap belajar.
Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan suatu pembelajaran karena ketika pembelajaran itu di lakukan dengan cara yang menyenangkan, maka materi yang di pelajari akan mudah di terima dan di mengerti dengan baik oleh siswa. Untuk mengatasi pembelajaran IPS agar tidak monoton dan lebih bervariasi, maka dapat di gunakan media pembelajaran. Tujuan penggunaan media pembelajaran tersebut adalah untuk memperjelas penyampaian materi pelajaran serta memfokuskan perhatian siswa terhadap materi pelajaran. Menciptakan suasana belajar yang variatif dan aktif sangatlah penting, oleh karenanya pemilihan strategi dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat merupakan salah satu kuncinya.
Kajian Pustaka
Metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingatkan perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Mind Mapping memungkinkan terjadinya semua hal itu. Metode Mind Mapping dikembangkan oleh Dr. Tony Buzan di awal tahun 1970. Mind Mapping adalah metode mencatan kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Mind Mapping yang baik adalah yang menggunakan warna warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol, biasannya tampak seperti karya seni. Mind Mapping adalah suatu teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering mengingatkan kembali dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan.
Mind Mapping (Peta Pikiran) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Mind Mapping mampu memacu otak siswa untuk mengeksplorasi kemampuan berpikir mereka. Menurut Sutanto Windura, Mind Mapping adalah metode grafis yang berfungsi sebagai pengeksplorasi seluruh kemampuan otak untuk keperluan berpikir dan belajar. Mind Mapping menggunakan ingatan visual siswa dan sensorik ke dalam suatu pola yang saling berkaitan.
Untuk membuat peta pikiran, guru hendaknya menggunakan bolpoint bewarna dan memulai dari bagian tengah kertas. Kalau bisa, guru menggunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat. Berikut langkah-langkah metode mind mapping;
a. Tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan linkaran, persegi, atau bentuk lain.
b. Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan dan segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
c. Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkannya untuk detail. Kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan anda. Jika anda menggunakan singkatan tersebut sehingga anda dengan mudah segera mengingat artinya selama berminggu-minggu setelahnya.
d. Tambahkan simbol-simbol dan llustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.
Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian experiment. Dalam penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu satu kelompok eksperiment dan satu kelompok kontrol. Kedua kelas tersebut diberi pretest dan posttest yang sama. Pretest dilakukan untuk mengetahui keadaan awal pembelajaran, sedangkan posttest dilakukan untuk mengetahui keadaan akhir setelah dilakukan pembelajaran.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah didapatkan sebelumnya dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis didapatkan Uji perbedaan rata-rata pretest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas varians dan hasilnya dari kedua kelas penelitian berdistribusi normal dan variansnya homogen, maka dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata pretest antara kelas kontrol dan kelas ekperimen dengan menggunakan uji t sampel bebas (independent sample t test) dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti kemampuan awal siswa atau pretest pada kelas control dan eksperimen memiliki kemampuan yang sama. tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas control dan kelas eksperimen pada hasil belajar siswa pretest. Uji perbedaan posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas varians dari kedua kelas, didapat data bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogeny. Maka setelah itu dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan uji t sampel bebas (independent sample t test) dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol terdapat persamaan atau berbeda. Hal ini didukung oleh nilai rata-rata normal gain di kelas kontrol sebesar 0,42 dengan kategori kurang efektif sedangkan rata-rata normal gain kelas eksperimen sebesar 0,71 dengan kategori cukup efektif.
Hasil yang diperoleh melalui uji perbedaan rata-rata maka dapat dibahas mengenai:
1. Hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum perlakuan (pretest).
Hasil belajar yang diperoleh di kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak jauh berbeda. Nilai rata-rata pretest yang diperoleh kelas kontrol adalah 47,17 dengan kategori sedang. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh di kelas eksperimen adalah 52,33 dengan kategori sedang.
2. Hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah perlakuan (posttest).
Pada proses pembelajarannya, kelas kontrol dan kelas eksperimen diberi perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen pada proses pembelajarannya yaitu menggunakan model mind mapping. Sedangkan proses pembelajaran di kelas kontrol tidak diberi perlakuan dengan menggunakan model mind mapping/menggunakan pembelajaran konvesional (biasa).
Terdapat peningkatan hasil belajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Peningkatan tersebut tentunya memiliki nilai yang jauh antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 69,67 dengan kategori tinggi. sedangkan nilai rata-rata yang didapat kelas eksperimen yaitu 86,33 dengan kategori sangat tinggi.
3. Pengaruh model mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada materi peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan.
Model mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dari normal gain dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rata-rata normal gain dai kelas kontrol yaitu 0,42 dengan kategori kurang efektif. Sedangkan normal gain kelas eksperimen yaitu 0,71 dengan kategori cukup efektif.
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu ada pengaruh dari efektivitas model pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar IPS siswa.
Model mind mapping sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar sebelum menggunakan model mind mapping berada pada kategori sedang. Kemudian setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model mind mapping hasil belajar meningkat menjadi kategori sangat tinggi.
Model mind mapping menitikberatkan kepada kerja otak, dimana otak bagian kiri dan bagian kanan digunakan secara bersamaan sehingga pembentukan pengetahuan bekerja secara menyeluruh. Pada prosesnya, model mind mapping sangat berpengaruh pada pembelajaran yang bermakana. Siswa dirangsang untuk mampu menjadi seseorang yang lebih aktif, kreatif, berani mengeluarkan ide, lebih berkonsentrasi dan memiliki semangat untuk belajar.
Daftar Pustaka
Buzan,Toni. 2006. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovativ dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.