EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KELAS IV

SD NEGERI 2 AMPEL DAN SD NEGERI 1 NGENDEN BOYOLALI

 

Eka Wulan Ramadhani

Progdi PGSD, FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Ampel dan SD Negeri 1 Ngenden Gugus R.A Kartini, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada analisis data maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian initerdapat perbedaan Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 dan SD Negeri 1 Ngenden. Simpulan ini didasarkan dari perolehan Rata-rata hasil nilai pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen1 sebesar 84,34 dengan standar deviasi 6,446, sedangkan pada kelas eksperimen 2 sebesar 79,12 dengan standar deviasi 8,703 dan juga hasil uji T yang ditunjukkan dari F tabel sebesar 1.432 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,47 (p= 0,47 < α 0,05).

Kata Kunci: MatematikaRealistik, Problem Solving, PemecahanMasalah

ABSTRACT

This research aims to determine the effectiveness of the mathematical learning models in the realistic and Problem Solving in improving the ability to solve mathematics problem class IV students elementary School 2 Ampel and elementary School 1 Ngenden cluster R. A Kartini, District Ampel, District Boyolali. Based on the results of the research based on data analysis, the conclusion that can be expressed in the study of Initercan the Difference Effectiveness Mathematics Learning Model and Problem Solving in improving the ability to solve math problems grade IV Students elementary School and elementary School 1 Ngenden. This conclusion is based on the acquisition of the average value of the student concept understanding in the Eksperimen1 class of 84.34 with a standard deviation of 6.446, while in the experiment Class 2 of 79.12 with the standard deviation 8.703 and also the results of T test shown from the F table of 1,432 with Asymp. Sig. (2-tailed) 0.47 (p = 0.47 < α 0.05).

Keywords: Realistic mathematics, problem Solving, troubleshooting

 

PENDAHULUAN

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Lebih lanjut Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada SD/MI dilakukan dengan Pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, namun untuk mata pelajaran matematika dan PJOK sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan VI. Dengan demikian pembelajaran matematika pada kelas tinggi berdiri sendiri

Dyahsih Alin Sholihah dan Ali Mahmudi (2015: 176) berpendapat bahwa matematika menjadi mata pelajaran yang diberikan kepada semua jenjang dimulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal ini didukung oleh pendapat dari Sri Giarti (2014:17) bahwa keterampilan pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menemukan dan mengkontruksi sendiri pemahaman ide dan konsep matematika melalui kegiatan pemecahan masalah.

Mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika diperlukan beberapa indicator. Adapun indicator pemecahan masalah menurut Sumarmo (2013: 128) yang dirinci menjadi lima, yaitu: (1) mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah; (2) membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya; (3) memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika; (4) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban; (5) menerapkan matematika secara bermakna.

Banyak jenis model pembelajaran yang digunakan guru untuk mengajar matematika contohnya seperti Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan Problem Solving. Menurut pendapat Rita (2014: 5) pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan atau kelebihan. Model pembelajaran pada hakikatnya memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Emy Ratnawati (2017: 33) kelebihan model pembelajaran matematika realistic yaitu: (1) pembelajaran matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak, (2) Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, (3) Menekankan belajar matematika pada learning by doing, (4) Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menunakan penyelesaian yang baku, (5) Menggunakan konteks sebgai titik awal pembelajaran matematika. Sedangkan kelemahan model pembelajaran matematika relistik adalah sebagai berikut: (1) Pada saat diskusi kelompok, masih dikuasai oleh siswa yang pandai sedangan untuk kelompok yang kurang berkecenderungan pasif, (2) Kondisi guru yaitu tingkat pengetahuan dan profesionalisme guru dalam pemilihan media dan metode beljaar yang rendah mengakibatkan terjadinya kekeliruan dalam menyelesaikan masalah dan menyeampakian materi matematika, (3) Peranan guru sebagai fasilitator akan membuat guru harus selalu memperluas wawasannya.

Menurut Bambang Suteng Sulasmono (2012: 155) Problem solving merupakan bagian dari keterampilan atau kecakapan intelektual yang dinilai sebagai hasil belajar yang penting dan signifikan dalam proses pendidikan. Problem Solving memiliki kelemahan dan kelebihan. Menurut Polya dalam Ahmad Muhammad Muttafiq (2018: 16-17) Kelebihan metode problem solving antara lain adalah: 1) dapat membuat peserta berfikir untuk mencari sebab-akibat; 2) belajar menganalisa suatu persoalan dari berbagai segi; 3) dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk mampu menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil; 4) peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan Kekurangan metode problem solving antara lain adalah: 1) metode ini memerlukan waktu yang cukup jika diharapkan suatu hasil keputusan yang tepat; 2) kesulitan dalam memahami masalah; 3) dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari pendidik, sehingga membutuhkan banyak sumber.

Berpijak dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah yaitu “apakah terdapat perbedaan efektivitas penerapan model pembelajaran matematika realistic dan problem solving dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Ampel dan Sekolah Dasar Negeri 1 Ngenden Boyolali?

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental. Menurut Cresswell (dalam Apryza Ryzchy Pratama Putra Negara S., 2017:6) merupakan penelitian yang mengamati suatu kelompok utama dan melakukan intervensi sepanjang penelitian. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok control untuk diperbandingkan dengan kelompok eksperimen yang disebut pre-experimental design. Desain penelitian yang akan digunakan adalah static-group comparison.Static-group comparison melibatkan setidaknya dua nonrandomly kelompok yang terbentuk. pada penelitian ini eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran matematika realistik dan eksperimen 2 menggunakan model Problem Solving. Dalam desain ini, peserta didik tidak ditugaskan secara acak ke grup dan tidak ada data pretest dikumpulkan hanya data posttes sebagai pembeda antara eksperimen 1 dan eksperimen 2.

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Ampel dan SD Negeri 1 Ngenden yang terletak diwilayah kecamatan Ampel , Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester II tahun ajaran 2019/2020. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling atau peluang tidak ada kendala untuk melakukan penelitian jenis cluster sampling (area sampling).Dimana menurut Sugiyono (2011:124) teknik ini merupakan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu posttest. Dalam bentuk soal uraian untuk mengetahui kemampuan bekolaborasi siswa. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas sedangkan analisis statistik meliputi uji normalitas data , uji homogenitas data, Uji-T serta uji hipotesis.

HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada analisis data maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini terdapat perbedaan Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Gugus RA Kartini Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.

Kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran matematika realistik dengan melalui beberapa prosedur. Pertemuan pertama Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya kegiatan inti, Guru meminta siswa untuk mengamati benda-benda disekeliling mereka seperti, papan tulis, buku, penggaris, jendela,dll. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.Siswa mengikuti intruksi dari guru. Guru meminta setiap kelompok untuk menuliskan benda-benda tersebut kedalam macam-macam bentuk bangun datar. Guru menjelaskan tentang rumus mencari keliling bangun persegi, persegi panjang, dan segitiga. Setelah menjelaskan mengenai keliling guru melanjutkan menjelaskan mengenai luas persegi, persegi panjang dan segitiga. Kemudian kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua diawali dengan salam, presensi, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada kegiatan inti, Guru mengingatkan siswa akan rumus bangun datar yang sudah dijelaskan pada pertemuan ke 1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut secara individu. Setelah selesai mengerjakan soal guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep yang berkaitan dengan masalah realistis.

Tabel 1 Statistik Deskriptif Skor Posttest Kelompok Eksperimen 1

Descriptive Statistic
  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Posttest1 19 73 100 84.34 6.446
Valid N (listwise) 19        

 

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat jumlah siswa yang mengikuti posttest sebanyak 19 siswa. Skor rata-rata kelas eksperimen 1 setelah diberi perlakuan sebesar 84,34 dengan standar deviasi 6,446. Skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan skor terendah adalah 73.

Kelompok Eksperimen 2 diberikan treatment menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang mencakup salam, presensi, apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya kegiatan inti, Guru menyajikan berbagai macam bangun datar pada sebuah kertas. Siswa diminta mengamati bangun tersebut. Guru membagi siswa kedalam kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Guru membagikan kertas lipat yang berbentuk berbagai macam bangun datar. Siswa bersama kelompok diminta menunjukkan sisi dari bangun-bangun tersebut. Guru meminta siswa menentukan rumus keliling dan luas dari bangun tersebut. Guru membimbing siswa dalam mencari alternatif dalam mencari keliling terlebih dahulu. Jika sudah guru membimbing siswa untuk menentukan rumus luas persegi, persegi panjang dan segitiga. Kemudian egiatan pembelajaran pada pertemuan kedua diawali dengan salam, presensi, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada kegiatan inti, Guru memberikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas bangun datar. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut secara individu. Guru membimbing siswa saat mengerjakan soal. Jika siswa sudah selesai mengerjakan, guru meminta beberapa siswa untuk maju mengerjakan didepan. Guru bersama siswa mengkoreksi kembali hasil yang sudah mereka kerjakan. Siswa dibimbing untuk melihat kembali cara mereka menyelesaikan soal, apakah strategi yang mereka gunakan sesuai dengan cara yang diberikan oleh guru pada materi sebelumnya.

 

Tabel 2 Statistik Deskriptif Skor Posttest Kelompok Eksperimen 2

Descriptive Statistic
  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Posttest1 17 70 100 79,12 8.703
Valid N (listwise) 17        

 

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat jumlah siswa yang mengikuti posttest sebanyak 17 siswa. Skor rata-rata kelas eksperimen 2 setelah diberi perlakuan sebesar 79,12 dengan standar deviasi 8,703. Skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan skor terendah adalah 70.

UJI NORMALITAS

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data berasal dari distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan bantuan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan dasar pengambilan keputusan; jika nilai signifikansi/probabilitas < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal. Apabila nilai signifikansi/probabilitas >0,05, maka data berdistribusi normal.

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality
  kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
  Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hasil eksperimen1 .171 19 .147 .956 19 .504
eksprimen2 .166 17 .200* .894 17 .054
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

 

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat nilai Asymp.Sig.(2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov pada kelas eksperimen adalah 0,147 sedangkan eksperimen 2 adalah 0,200. Bila dirumuskan sebuah Ho adalah sebuah sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal dan Ha adalah sampel yang tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak, jika sebaliknya maka H0 diterima. Oleh karena nilai signifikansi/probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) data-data tersebut berturut-turut 0,147 dan 0,200 > 0,05 maka H0 diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa persebaran data hasil posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah uji normalitas terpenuhi, selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian kedua kelompok homogen atau tidak. Apabila nilai signifikansi/probabilitas < 0,05, maka data dikatakan tidak homogen. Apabila nilai signifikansi/probabilitas > 0,05, maka data dikatakan homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 24 for windows. Berikut hasil dari uji homogenitas data kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

 

 

 

 

 

 

Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance
  Levene Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Based on Mean 1.432 1 34 .240
Based on Median .878 1 34 .355
Based on Median and with adjusted df .878 1 29.456 .356
Based on trimmed mean 1.171 1 34 .287

 

Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa hasil Test of Homogeneity of Variances signifikansi/probabilitas nilai posttest menunjukkan angka 0,287.Bila dirumuskan sebuah hipotesis H0 adalah variansi data pada tiap kelompoksama (homogen) dan Ha adalah variansi data pada tiap kelompok tidak sama (tidakhomogen), maka dapat diputuskan jika probabilitas < nilai α (0,05) H0 ditolak,jika sebaliknya maka H0 diterima. dengandemikian dapat dikatakan bahwa nilai posttest kelompok eksperimen 1 dankelompok eksperimen 2 adalah homogen.

Setelah uji normalitas dan homogenitas terpenuhi lanjut uji t test untuk menilai perbedaan dengan rata-rata kelompok populasi.

Tabel 5 Hasil Uji Independent Sample T-Test

Independent Samples Test
  Levene’s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
hasil Equal variances assumed 1.432 .240 2.061 34 .047 5.224 2.535 .073 10.375
Equal variances not assumed     2.027 29.291 .052 5.224 2.577 -.044 10.493

 

Berdasarkan hasil output uji T-Test diatas dapat diketauhi bahwa signifikansi pada F tes sebesar 1,432 sedangkan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,047. Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai signifikan > 0,05. Sebaliknya. H0 ditolak dan Ha diterima apabila nilai signifikans < 0,05. Jadi pada tabel diatas dinyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima karena nilai signifikans < 0,05.

Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan yang menggambarkan hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan kasus tertentu yang merupakan dugaan sementara yang harus diuji benar atau tidaknya dan memiliki manfaat dalam proses penelitian agar efektif dan efisien. Uji hipotesis bisa dilakukan menggunakan SPSS 24, uji hipotesis bisa dianalisis di dalam uji korelasi, uji regresi maupun uji beda, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Uji hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0: µ1 = µ2 artinya, tidak terdapat perbedaan Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Gugus RA Kartini Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.

Ha: µ1 ≠ µ2 artinya, terdapat perbedaan Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Gugus RA Kartini Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada analisis data maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian initerdapat perbedaan Efektifitas Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV Gugus RA Kartini Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Simpulan ini didasarkan dari perolehan Rata-rata hasil nilai pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen1 sebesar 84,34 dengan standar deviasi 6,446, sedangkan pada kelas eksperimen 2 sebesar 79,12 dengan standar deviasi 8,703 dan juga hasil uji T yang ditunjukkan dari F tabel sebesar 1.432 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,47 (p= 0,47 < α 0,05).

Daftar Pustaka

Adyahsih Alin Sholihah, A. M. (2015). Keefektifan experiential learning pembelajaran matematika MTs materi bangun ruang sisi datar. jurnal Riset Pendidikan , 176.

Giarti, S. (2014). Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model PBL Terintegrasi Penilaian Autentik pada Siswa Kelas VI SDN 2 Bengle, Wonosegoro. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan , 17.

Kemendikbud. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. (2016). Permendikbud No 20 tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kemendibud.

Muttafiq, A. M. (2018). PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PORBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HISTORICAL ANALYSIS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI GRUJUGAN TAHUN AJARAN 2017/2018. Repository Universitas Jember , 16.

Ratnawati, E. (2017). Penerapan Model Realistic Mathematics Education (RME) Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Di madrasah Ibtidaiyah Se-kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Semarang Tahun 2017. 33.

S, a. r. (2017). PENELITIAN PRE-EKSPERIMEN DAN EKSPERIMEN SEJATI BESERTA SAJIAN PERMASALAHAN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI. 6.

Sari, w. R. (2016). PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG DI SMP DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA , 5.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Afabeta.

Sulasmono, B. S. (2012). PROBLEM SOLVING: SIGNIFIKANSI,PENGERTIAN, DAN RAGAMNYA. Satya Widya , 155.

Sumarmo. (2013). berpikir dan disposisi matematik serta pembelajarannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.