HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING,

POLA KOMUNIKASI GURU � SISWA

DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA SMP NEGERI 4 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Janut

Guru SMP Negeri 4 Surakarta

ABSTRAK

Prestasi belajar merupakan cerminan dari usaha belajar, semakin baik usaha belajarnya, maka semakin baik pula prestasi yang diraih. Dengan prestasi belajar yang diraih seseorang dapat dilihat seberapa besar kuantitas pengetahuan yang dimilikinya. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan siswa dalam belajarnya. Prestasi belajar berbentuk suatu nilai yang diperoleh ketika anak mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri dari kecedersan, bakat, minat dan motivasi, sedangkan faktor ekstern terdiri dari keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Layanan bimbingan konseling serta pola komunikasi guru-siswa tercermin dari kondisi lingkungan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 4 Surakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 211 siswa yang diambil dari siswa kelas VII. Teknik pengumpulan data menggunakan skala layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru-siswa, dan motivasi berprestasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda dan analisis korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien koefisien korelasi R = 0,585, Fregresi = 99,824; p < 0,01, hal ini berarti hipotesis yang diajukan diterima yaitu ada hubungan antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh nilai korelasi rx1y = 0,455; p-value = 0,000 < 0,01. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa �Ada hubungan yang positif antara layanan bimbingan konseling dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima. Hasil analisis diperoleh nilai korelasi rx2y = 0,560; p-value = 0,000 < 0,01. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa �Ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap pola komunikasi guru � siswa dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima. Hasil analisis diperoleh nilai korelasi rx3y = 0,604; p-value = 0,000 < 0,01. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: �Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima.

Kata Kunci: Layanan Bimbingan Konseling, Pola Komunikasi Guru-Siswa dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar.


PENDAHULUAN

Prestasi belajar merupakan cermin-an dari usaha belajar, semakin baik usaha belajarnya, maka semakin baik pula prestasi yang diraih. Dengan prestasi belajar yang diraih seseorang dapat dilihat seberapa besar kuantitas pengetahuan yang dimilikinya. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan siswa dalam belajarnya. Prestasi belajar berbentuk suatu nilai yang diperoleh ketika anak mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.

Menurut Syah (2009:121) setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Kebiasaan itu timbul karena proses penusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlakukan. Karena proses penyusutan dan pengurangan inilah, muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Berdasarkan observasi diperoleh hasil bahwa sebab-sebab menurunnya prestasi belajar siswa antara lain yaitu rendahnya motivasi belajar siswa, kurangnya komunikasi antara guru dan siswa, serta belum maksimalnya peranan layanan bimbingan konseling yang dapat dilaksanakan secara maksimal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010: 73) bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi siswa yaitu dengan memberikan bimbingan konseling, meningkatkan pola komunikasi guru-siswa serta menumbuhkan motivasi berprestasi siswa.

Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karier. Salah satu bidang bimbingan yang membantu siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi adalah bimbingan belajar (Thantawy R., 2008: 40).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada sekolah SMP Negeri 4 Surakarta, layanan bimbingan konseling di SMP Negeri 4 Surakarta diberikan kepada seluruh siswa secara rutin, yaitu dengan adanya jam mata pelajaran bimbingan konseling satu jam setiap minggunya. Meskipun demikian masih banyak permasalahan yang dihadapi siswa berkenaan dengan kebiasaan belajarnya yang tergolong masih belum efektif, misalnya belajar asal belajar, belajar tanpa persiapan, pasif akan kegiatan kelas, baru belajar pada saat akan ujian atau ulangan saja, serta tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Hal ini dapat ditunjukkan oleh perbedaan nilai prestasi masing-masing siswa, ada yang di atas rata-rata kelas, di bawah rata-rata kelas dan ada pula yang berada tepat pada garis rata-rata kelas.

Faktor komunikasi antara guru dan siswa juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Agar terjalin suatu hubungan atau komunikasi antara guru dan murid maka diperlukan komunikasi yang dalam dunia pendidikan disebut dengan komunikasi edukatif. Komunikasi edukatif ini adalah sebagai suatu proses hubungan timbal balik yang memiliki tujuan tertentu, yakni untuk mendewasakan anak didik agar nantinya dapat menjadi dirinya sendiri secara utuh melalui pemberian kepandaian atau ilmu, kecakapan, pengalaman maupun pengertian (insight), sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap. Komunikasi edukatif secara khusus sebagai komunikasi belajar mengajar yang berintikan pada kegiatan motivasi (Sardiman, 2006).

Selain layanan bimbingan konseling dan komunikasi antara guru dan siswa, faktor motivasi berprestasi juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa (Sardiman, 2006: 74). Motivasi berprestasi merupakan upaya untuk mencapai sukses dengan berkompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Standar keunggulan yang dimaksud adalah berupa prestasi belajar yang pernah diraih siswa sebelumnya. Heckhausen (2004: 16) memberi pengertian motivasi berprestasi sebagai usaha keras idividu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Standar keunggulan dapat berupa tingkat kesempurnaan hasil pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi sendiri (berkaitan dengan diri sendiri) dan perbandingan dengan orang lain (berkaitan dengan orang lain)

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa.

LANDASAN TEORI

Prestasi Belajar

Pengertian prestasi belajar menurut Suryabrata (2010:127) yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

Selanjutnya Winkel (2008:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut Nasution (2004:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan kegiatan belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. Faktor intern terdiri dari kecedersan, bakat, minat dan motivasi, sedangkan faktor ekstern terdiri dari keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Layanan bimbingan konseling serta pola komunikasi guru-siswa tercermin dari kondisi lingkungan sekolah.

Layanan Bimbingan Konseling

Pengertian layanan atau pelayanan secara umum, menurut (Purwadarminta, 2006:245) adalah �menyediakan segala apa yang dibutuhkan orang lain�. Sedangkan pengertian bimbingan adalah memberikan pemahaman dan bantuan kepada seorang individu dalam mengambil keputusan yang bermanfaat bagi dirinya demi tercapainya penyesuaian yang sehat dan demi kemajuan dan kesejahteraan mentalnya (Slameto, 2010; Thantawy R., 2008; Surya dan Natawidjaya, 2005).

Selanjutnya pengertian konseling menurut James P. Adam yang dikutip oleh Surya dan Natawidjaja (2005: 16), adalah pertalian timbal balik antara dua orang individu, yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia lebih baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya waktu itu maupun yang akan datang.

Jadi pengertian layanan bimbingan konseling adalah pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami masalah dalam belajar maupun masalah pribadi siswa dengan tujuan agar siswa dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi pada saat ini maupun di masa yang akan datang.

Dalam memberikan bimbingan, terdapat sejumlah jenis layanan yang diberikan pembimbing kepada siswa. Jenis layanan tersebut menurut Thantawy (2008: 40) meliputi sembilan layanan yaitu:

1) Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa (ter-utama orang tua) memahami lingkung-an yang baru dimasukinya, untuk mempermudah dan memperlancar ber-perannya siswa di lingkungan baru itu.

2) Layanan informasi, yaitu layanan bim-bingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat membe-rikan pengaruh besar kepada siswa (seperti orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat diper-gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

3) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan yang me-mungkinkan siswa memperoleh pe-nempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.

4) Layanan bimbingan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan yang me-mungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

5) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan yang memungkin-kan siswa mendapatkan layanan lang-sung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan peme-cahan masalahnya.

6) Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memung-kinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh bahan informasi dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar.

7) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memung-kinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pemecahan permasalahan melalui dinamika kelom-pok yang berbeda.

8) Layanan konsultasi, yaitu yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawas-an, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

9) Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

Pola Komunikasi Guru � Siswa

Dalam proses pembelajaran dapat terjadi pola komunikasi satu arah, dua arah, maupun pola komunikasi optimal. Munculnya pola komunikasi dalam belajar karena ada kesadaran dan kesengajaan melibatkan diri dalam proses pengajaran pada siswa dan guru. Pola komunikasi guru dan siswa merupakan suatu cara dalam proses kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh guru sebagai salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut serta dalam pembentukan diri siswa, dengan cara membimbing dan memberi motivasi siswa agar bisa mencapai tujuan bersama (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Menurut Lindgren (Dimyati dan Mudjiono, 2006), dalam proses pembelajaran dapat terjadi pola komunikasi satu arah, dua arah, maupun pola komunikasi optimal. Munculnya pola komunikasi dalam belajar karena ada kesadaran dan kesengajaan melibatkan diri dalam proses pengajaran pada murid dan guru. Guru adalah seorang pendidik yang bergaul setiap hari dengan muridnya, komunikasi efektifnya sekitar lima jam sehari. Intensitas pergaulan tersebut merupakan perangsang bagi murid maka dengan menciptakan komunikasi yang berkualitas diharapkan memberikan hasil yang optimal bagi murid dalam akademisnya maupun perkembangan psikisnya. Bisa di katakan bahwa pola komunikasi guru dan murid merupakan suatu cara dalam proses kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh guru sebagai salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut serta dalam pembentukan diri murid, dengan cara membimbing dan memberi motivasi murid agar bisa mencapai tujuan bersama.

Menurut Harvey, dkk (Luniar, 2007) dan Hudgins, dkk (2006), aspek-aspek pola komunikasi guru dan siswa adalah sebagai berikut:

1) Cara guru mengajar siswa. Sebagai pengajar, guru membantu siswa mempelajari hal-hal yang tidak diketahui dalam memahami apa yang telah dipelajari oleh siswa.

2) Cara guru memberi nilai. Sebagai pemberi nilai, guru mempunyai wewenang menilai prestasi siswa baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

3) Cara guru memberi tugas. Sebagai pemberi tugas, guru kadang memberikan tugas tertentu yang berhubungan dengan teori-teori atau konsep-konsep yang sedang atau akan dipelajari dengan tujuan agar pemahaman siswa semakin matang.

4) Cara guru memberi motivasi. Sebagai pemberi motivasi, tugas guru merangsang dan memberikan dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan aktifitas belajar dan menumbuhkan kreatifitas.

5) Cara guru memberi nasehat. Dalam proses belajar mengajar, guru juga merupakan penasehat bagi siswa dan terkadang pula orang tua siswa.

6) Cara guru mengorganisir. Sebagai organisator, guru mengatur hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa, misalnya mengatur kegiatan akademik, jadwal pelajaran dan lain-lain, sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi dalam bertanggung jawab pada diri siswa.

7) Cara guru memberi inisiatif. Sebagai pemberi inisiatif, guru adalah sebagai pencetus ide yang kreatif yang dapat dicontoh oleh siswa.

8) Cara guru membimbing siswa. Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas mengawasi dan mengarahkan pribadi-pribadi siswa, misalnya dengan mengobservasi perilaku siswa sehari-hari, mengenal pribadi siswa yang memerlukan bantuan khusus, menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individual, menyusun program bimbingan siswa di sekolah dengan petugas bimbingan yang lain, meneliti kemajuan siswa.

Motivasi Berprestasi

Dalam kegiatan proses belajar mengajar kedudukan motivasi berprestasi bagi siswa sangat penting, sebab motivasi berprestasi adalah upaya untuk mencapai sukses dengan berkompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Standar keunggulan yang dimaksud adalah berupa prestasi orang lain atau prestasi sendiri yang pernah diraih sebelumnya McClelland dan Atkinson (2002: 126).

Motivasi berprestasi terdiri atas dorongan-dorongan dari dalam individu untuk dapat mencapai tujuan dan bertahan ketika menghadapi rintangan. Santrock (2001:382) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi terdiri atas empat komponen.

1) Menyukai aktivitas yang prestatif dan mengaitkan keberhasilan dengan kemampuan dan usaha keras. Individu akan merasa puas dan bangga atas keberhasilannya sehingga akan berusaha keras untuk meiningkatkan segala kemungkinan untuk berprestasi. Ketika mengerjakan tugas ia lebih didorong oleh harapan untuk sukses daripada untuk menghindari gagal.

2) Beranggapan bahwa kegagalan disebabkan oleh kurangnya usaha. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan merasa marah pada diri sendiri dan merasa menyesal apabila prestasi yang dicapai tidak sebaik apa yang diharapkan, karena ia seharusnya dapat mencapai prestasi yang tinggi kalau ia berusaha lebih keras lagi.

3) Selalu menampilkan perasaan suka bekerja keras dibanding individu lain yang mempunyai motivasi berprestasi rendah. Hal ini menjadikan ketangguhan individu dalam menjalankan tugas. Ia akan memelihara kualitas kerja yang tinggi untuk menyelesaikan tugas dengn sukses, untuk dapat mencapai prestasi terbaik yang dapat diraihnya dan mengungguli orang lain.

4) Mempunyai satu pertimbangan dalam memilih tugas dengan tingkat kesulitan sedang, yaitu tugas yang tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar. Hal ini dikarenakan orientasi motivasi berprestasi adalah adanya kesuksesan sebagai nilai prestasi, sehingga tugas yang terlalu mudah tidak bernilai tantangan dan tugas yang terlalu sulit akan sedikit memberikan kemungkinan untuk berhasil.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

Instrumen Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan empat macam alat ukur yaitu skala layanan bimbingan konseling, skala pola komunikasi guru-siswa, skala motivasi berprestasi dan skala prestasi belajar yang dibobot dengan rumus Z-score dan t-score menggunakan program SPSS versi 12.00.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dan korelasi product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan yang sangat signifikan antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa, sehingga hipotesis yang diajukan yaitu �Ada hubungan antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima. Sedangkan sumbangan relatif (SR) untuk variabel layanan bimbingan konseling terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 18,92%.

Adanya pengaruh pemberian layanan bimbingan dan konseling terhadap peningkatan prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang terdiri dari 9 (sembilan) jenis layanan bimbingan sangat berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Adapun jenis-jenis layanan bimbingan konseling di sekolah di antaranya meliputi 1) Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa (terutama orang tua) memahami lingkungan yang baru dimasukinya, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya siswa di lingkungan baru itu. 2) Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa (seperti orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan. 3) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya. 4) Layanan bimbingan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. 5) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan pemecahan masalahnya. 6) Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh bahan informasi dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar. 7) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pemecahan permasalahan melalui dinamika kelompok yang berbeda. 8) Layanan konsultasi, yaitu yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. 9) Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Judith A Nelson (2008) meneliti mengenai peranan konselor pada tingkat SMA dalam kegiatan penyuluhan di Texas, hasil penelitian menunjukkan bahwa konselor yang memberikan penyuluhan kepada siswa mempunyai pengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi guru-siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pola komunikasi guru dengan siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan prestasi belajar pada siswa. Adanya minat belajar dan persepsi yang positif dari siswa terhadap pola komunikasi guru-siswa akan dapat menumbuhkan perhatian siswa terhadap pelajaran, dan dapat memotivasi para siswa untuk berprestasi melampaui harapan. Sedangkan sumbangan relatif (SR) untuk variabel pola komunikasi guru-siswa terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 36,57%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mudjijana (2004) terhadap siswa-siswi SMU Negeri Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara persepsi siswa terhadap iklim sekolah dan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim sekolah yang kondusif, dapat menumbuhkan komunikasi sosial yang positif yaitu komunikasi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan kepala sekolah dan staf, serta guru dengan kepala sekolah. Iklim sekolah ditunjang pula oleh lingkungan fisik berupa sarana prasarana penunjang, serta keamanan dan kenyamanan sekolah yang memadai. Semakin baik iklim sekolah, akan menciptakan rasa senang, sehingga berdampak positif pula terhadap motivasi siswa untuk belajar. Semakin kondusif iklim sekolah, diharapkan prestasi belajar siswa semakin tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan sumbangan relatif (SR) untuk variabel motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 44,51%. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa motivasi sangat terkait dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dengan motivasi juga kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat, pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Hal itu disebabkan karena ada tiga fungsi motivasi yaitu, mendorong manusia untuk berbuat dan melakukan aktivitas, menentukan arah perbuatannya, serta menyeleksi perbuatannya, sehingga perbuatan siswa senantiasa selaras dengan tujuan belajar yang akan dicapainya.

Berdasarkan kajian hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal proses belajar mengajar, motivasi sangat menentukan prestasi belajar, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan oleh guru, namun jika motivasi belajar siswa kurang atau tidak ada, maka siswa tidak akan belajar dan akibatnya prestasi belajarnya pun tidak akan tercapai. Oleh karena itu dapat dikemukakan ada pengaruh antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar, sehingga apabila motivasi belajar siswa tinggi, prestasi belajarnya tinggi, demikian sebaliknya.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang positif antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru-siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin baik layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru-siswa dan motivasi berprestasi maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat, dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa �Ada hubungan yang positif antara layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru-siswa dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima.

2. Ada hubungan yang positif antara layanan bimbingan konseling dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin baik layanan bimbingan konseling maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat, dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa �Ada hubungan yang positif antara layanan bimbingan konseling dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima.

3. Ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap pola komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin baik pola komunikasi guru-siswa maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat, dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa �Ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap pola komunikasi guru � siswa dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima.

4. Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa, artinya semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki siswa maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat, dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: �Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa�, dapat diterima.

5. Besarnya koefisien determinasi atau Rsaquare = 0,585 yang berarti bahwa pengaruh dari variabel layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa sebesar 58,5% sedangkan sisanya yaitu 41,5% berasal dari pengaruh faktor-faktor atau variabel-variabel lain di luar variabel layanan bimbingan konseling, pola komunikasi guru � siswa dan motivasi berprestasi.

6. Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa yaitu variabel motivasi berprestasi, yang ditunjukkan dengan nilai thit = 9,267 lebih besar dari pada variabel lainnya.

7. Sumbangan efektif atau relatif untuk variabel layanan bimbingan konseling terhadap prestasi belajar yaitu 18,92%, pola komunikasi guru-siswa terhadap prestasi belajar sebesar 36,57% dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar sebesar 44,51%.

Saran

Bertitik tolak dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Guna meningkatkan prestasi bela-jar, hendaknya siswa dapat me-ningkatkan motivasi berprestasi khususnya mengenai: 1) menye-nangi tugas yang penuh tantang-an, 2) bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, dan 3) ulet dan tekun dalam melaksanakan tugas.

b. Selain motivasi berprestasi, hen-daknya siswa juga perlu mening-katkan pola komunikasi guru-siswa, khususnya mengenai: 1) cara guru memberi inisiatif, 2) cara guru mengorganisir, dan 3) cara guru membimbing siswa.

2. Bagi Guru

a. Hendaknya guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar sis-wa dapat meningkatkan layanan bimbingan konseling kepada siswa, terutama mengenai: 1) layanan pembelajaran, 2) layanan konse-ling individu, dan 3) layanan konsultasi.

b. Selain layanan bimbingan konse-ling, guru dalam meningkatkan prestasi belajar dengan upaya menumbuhkan pola komunikasi guru-siswa, terutama mengenai: 1) cara guru mengajar, 2) cara guru memberi tugas, dan 3) cara guru memberi motivasi.

3. Bagi pendidik dan praktisi pendidikan

Diharapkan dapat ikut serta dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa antara lain dengan cara memberi dukungan dan dorongan yang positif kepada siswa, menciptakan suasana kelas yang lebih akrab dan tidak kaku, menciptakan sistem pengajaran yang lebih interaktif dan menuntut keterlibatan yang aktif dari siswa melalui kebebasan berargumentasi, berdiskusi dan mengeluarkan pendapat, kompetisi yang sehat serta meningkatkan hubungan yang luwes antara siswa dan guru.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya meninjau sebagian hubungan saja sehingga bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian yang sama diharapkan agar memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti faktor kondisi fisik, lingkungan sosial, pola asuh orangtua. Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan memperbanyak sampel, agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian menjadi lebih luas dan mencapai proporsi yang seimbang sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Arko Pujadi. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengarhi Motivasi Belajar Mahasiswa, Studi Kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia. Jurnal Bisnis dan Manajemen Bunda Mulia. Volume 3 No. 2. September 2007.

Depdikbud, 2005, Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.

Deci, Edward L., and Richard M. Ryan, 1999, Intrinsic Motivation and Self Determination in Human Behavior, New York: Plenum Press.

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

Elliot, Stephen Newman, Thomas Robert Kratochwill, Joan Liitlefield and John Frans Travers. 1999, Educational Psychology, Effective Teaching Effective Learning, Chicago: Brown & Benchmark Publishers.

Hardjo dan Badjuri. 2008. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Semarang. Jurnal Pendidikan (Universitas Terbuka), Vol. 1 No. 2 (Okt. 2000), hal. 299-308.

Hasbullah, Mohammad, 2004, Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Heckhausen, John, 2004, Organisational Behavior in education. Bonston: Allyn and Bacon.

Hudoyo, Herman, 2004, Belajar Mengajar Matematika, Jakarta: Depdikbud.

Hung-Wen Lee dan Ching-Hsiang Liu. 2009. Social Behavior and Personality Volume 37, Maret 2009. ProQuest Sociology. Hal. 321-337.

Janna L Scarborough, John R Culbreth, 2008. Examining Discrepancies Between Actual and Preferred Practice of School Counselors. Journal of Counseling and Development: JCD. Alexandria: Fall 2008. Vol. 86, Iss.4: Hal. 446-465.

Martaniah, Sri Muyani, 2006, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: FakultaS Psikologi UGM.

McClelland, Robbin, dan Atkinson, Stephen, 2002, Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid 1, Edisi Bahasa Indonesia, Terjemahan Onang Uhjana Effendy.

Mudjijana, Romanus, 2004. Hubungan antara Iklim Sekolah dan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. No.2. Tahun III. Maret. Hal. 82 � 100.

Nasution, Sofyan. 2005, Komunikasi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Poerwanto, Ngalim, 2007, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prayitno, Husain dan Erman Amti, 2006, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta.

Resnani, 2004. Hubungan antara Kebutuhan untuk Sukses dan Ketekunan Belajar Mahasiswa Program D-II PGSD Prajabatan UPP 01 FKIP Fisip UNIB Tahun Akademik 2002/2003. Jurnal Penelitian UNIB. Vol. X. No.2. Juli. Hal. 114 � 118.

�

Santrock, John Woodwort, 2001, Educational Psychology, Boston: Mc Graw Hill, Int�l Ed.