IMPLEMENTASI LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH

UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA

Wardani

Guru Matematika MAN Tengaran Kabupaten Semarang

ABSTRAK

Artikel ini didasarkan pada hasil penelitian penulis tentang implementasi lesson study berbasis sekolah di MAN Salatiga. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran dan kenyataan bahwa masih sangat sedikit sekolah/madrasah yang telah mengimplementasikan lesson study berbasis sekolah (LSBS), padahal lesson study merupakan model pembinaan keprofesionalan pendidik yang tak pernah berakhir (kontinous improvement). Disamping penerapannya di sekolah berbiaya sangat murah. Permasalahan dalam penelitian adalah 1) bagaimanakah karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran?, 2) bagaimanakah karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran?, 3) bagaimanakah karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi)?, 4) Bagaimanakah karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah? Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran, (2) mendeskripsikan karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan), (3) mendeskripsikan karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi), (4) mendeskripsikan karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah. Jenis penelitian ini kualitatif, karena peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, dan teori. Disamping itu karena permasalahan yang diteliti kompleks, dinamis, dan penuh makna. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan informan kunci antara lain: Kepala Madrasah, koordinator tim lesson study, wakil kepala urusan kurikulum, dan guru model lesson study. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik merasa pembelajaran pada open class lebih menyenangkan, sedang bagi guru peserta lesson study menyatakan termotivasi untuk melakukan pembelajaran lebih baik dan dapat mencontoh teman sejawat yang telah melaksanakan pembelajaran. Atas dasar hasil di atas menunjukkan lesson study berbasis sekolah dapat menciptakan budaya masyarakat belajar antar guru (teman sejawat) antara guru dengan pakar dari Perguruan Tinggi, serta meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Kata Kunci: Implementasi, Lesson Study Berbasis Sekolah.


PENDAHULUAN

Mutu pendidikan berbanding lurus dengan mutu pendidiknya, artinya kualitas pendidikan merupakan dampak dari pro-fesionalisme para pendidiknya. Mutu pendi-dikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang professional dengan segala kompe-tensi yang dimilikinya.

Berbagai upaya yang telah dilaku-kan oleh pemerintah dalam rangka me-ningkatkan mutu guru diantaranya adalah melalui pelatihan. Ada minimal dua hal penyebab pelatihan guru kurang berdam-pak pada peningkatan mutu pendidikan.

Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas. Materi pelatihan yang sama kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal, padahal kondisi sekolah di suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain.

Kedua, hasil pelatihan hanya men-jadi pengetahuan, diterapkan pada pembe-lajaran di kelas hanya sekali atau dua kali selanjutnya “back to basic” (kembali seperti semula). Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan, apala-gi kalau kepala sekolah tidak pernah me-nanyakan hasil pelatihan dan memfasilitasi forum sharing pengalaman diantara guru-guru.

Dalam rangka mengatasi kelemah-an pelatihan konvensional yang kurang menekankan pada pasca pelatihan, maka perlu dikembangkan sistem pembinaan keprofesionalan guru melalui lesson study. Melalui lesson study dapat diketahui sebe-rapa efektif dan efisien suatu tampilan pembelajaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Lesson Study

Lesson study dapat diartikan seba-gai pengkajian terhadap pembelajaran. Menurut Dirjen Dikti Kementerian Pendidik-an Nasional (2010: 1) Lesson Study diartikan sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembe-lajaran secara kolaboratif dan berkelan-jutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning (saling belajar) untuk membangun komunitas belajar.

Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Mana-gement (TQM), yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran peserta didik seca-ra terus-menerus.

Dalam buku Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis Sekolah (Depdiknas, Depag – JICA, 2009: 2), Lesson study dapat diimplementasikan dalam pembelajaran melalui tiga tahapan yaitu plan (perencanaan), do (pelaksana-an), dan see (refleksi), yang berkelanjutan. Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan seba-gai kaji pembelajaran berorientasi praktik.

Berdasarkan kebutuhan di lapang-an, terdapat dua macam kegiatan lesson study, yaitu, (1) lesson study berbasis sekolah (LSBS) dan (2) lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). (Susilo, 2009).

Lesson study berbasis sekolah memiliki tiga tujuan kongkrit: (1) semua guru harus membuka pembelajaran mere-ka untuk diobservasi dan refleksi setidak-nya satu kali dalam satu tahun, (2) semua guru harus meningkatkan kualitas pembe-lajaran mereka dengan belajar dari rekan-rekannya sesama guru; dan (3) semua guru harus membentuk kolegialitas dengan cara berkolaborasi bersama.

Lesson study berbasis sekolah dalam pelaksanaannya perlu memperha-tikan beberapa hal: (1) Banyaknya guru tiap rumpun bidang studi minimal 3 orang; (2) Jadwal pelajaran diatur sedemikian rupa, sehingga pada pelaksanaannya, lesson study berbasis sekolah ini tidak mengganggu tugas guru; dan (3) Sekolah sebaiknya meminta bantuan guru senior atau dosen dari suatu perguruan tinggi pada setiap bidang rumpun mata pelajaran sebagai nara sumber.

Lesson Study Sebagai Model Pembi-naan Profesionalisme Guru

Lesson study merupakan suatu model alternatif pembinaan guru untuk meningkatkan keprofesionalan guru melalui aktivitas kolaboratif dan berkelanjutan. Dalam lesson study sekelompok guru bertemu secara periodic untuk merancang, mengimplementasikan, mengujicoba, dan mengembangkan pembelajaran. Melalui lesson study dapat diketahui seberapa efektif dan efisien suatu tampilan pembe-lajaran.

Lesson study sebagai model pe-ningkatan keprofesionalan guru bermula dari Jepang, saat ini telah menyebar ke berbagai negara maju termasuk Amerika Serikat dan negara berkembang seperti Indonesia.

Penelitian Terdahulu

Muchtar Abdul Karim (2006), dalam penelitiannya tentang “Implemen-tation of Lesson Study For Improving The Quality of Mathematics Intruction In Malang”, yang hasil penelitiannya dimuat dalam Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics, Japan. Mengemuka-kan: Pelaksanaan lesson study memiliki beberapa dampak sebagai berikut (1) kolaborasi, (2) kolegialitas, dan komunikasi antara guru dan dosen terbentuk, Implementasi dari pembelajaran dibuka untuk diamati oleh orang lain, (3) dosen matematika terlibat langsung dalam in-struksi matematika di sekolah, (4) asosiasi guru matematika lebih diberdayakan.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Bill Cerbin & Bryan Kopp (2006), dalam penelitiannya yang berjudul “Lesson Study as a Model for Building Pedagogical Knowledge and Improving Teaching” dari hasil penelitiannya dikemukakan bahwa Lesson Study memiliki empat tujuan utama, yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagai-mana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) mening-katkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Chaterin Lewis (2004), mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu: (1) Tujuan bersama untuk jangka panjang; (2) Materi pelajaran yang penting; (3) Studi tentang siswa secara cermat; (4) Observasi pembelajaran secara langsung.

Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Yumiko Ono and Johanna Ferreira (2010), Dikemukakan bahwa proses plan-do-see yang siklis didukung oleh riset pengembangan profesional untuk suatu peningkatan umum di dalam pembelajaran. Lesson study telah digunakan sukses di tempat lain, bisa memberikan suatu kontri-busi utama kepada pengembangan para guru yang profesional. Suatu keuntungan strategi lebih lanjut adalah bahwa dengan kultur lesson study berguna bagi pening-katan keprofesionalan guru.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Khoirul Adib (2011) tentang lesson study dan implementasinya dalam pening-katan kompetensi guru bahasa arab di Madrasah Aliyah An-Nur Malang dihasilkan temuan, antara lain: (1) lesson study seca-ra sistemik “mengajari” para guru menjadi pribadi yang lebih terbuka (adaptif) dengan berbagai kemajuan positif; (2) keterlibatan guru yang intens didalam setiap tahapan kegiatan lesson study mendorong guru menjadi tipe seorang “pembelajar yang cepat” sesuai dengan dinamika siswa di kelas; (3) mekanisme observasi oleh para guru pengamat terhadap aktivitas siswa pada hakekatnya memantul pada perbaikan kinerja guru secara terus-menerus dalam proses pembelajaran di kelas; (4) lesson study menjadi forum atau media pertanggungjawaban akuntabilitas dan transpsransi bagi guru terhadap khalayak atas seluruh sistem pembelajaran yang dilakukannya.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian: 1) mendeskripsi-kan karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran, 2) men-deskripsikan karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembela-jaran, 3) mendeskripsikan karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi), 4) mendeskripsikan karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan 1) da-pat memberikan informasi dan pengeta-huan tentang pengelolaan lesson study berbasis sekolah; 2) dapat menjadi kontri-busi terhadap pembinaan keprofesionalan guru melalui lesson study. Sedangkan se-cara praktis diharapkan 1) bagi institusi, dapat memberikan alternatif untuk peny-sunan program kegiatan lesson study berbasis sekolah; 2) bagi peneliti lain, dapat memberikan informasi tambahan atau pembanding yang masalah penelitian-nya berkaitan dengan lesson study berbasis sekolah.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, pe-nelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bisa dilakukan oleh peneliti di bidang sosial, perilaku, atau di bidang yang menyoroti masalah yang terkait dengan perilaku dan peranan manusia (Strauss, 2009: 4). Penelitian kualitatif menurut Sutama (2010: 61), merupakan penelitian yang memberikan tekanan pada pemahaman dan makna, berkaitan erat dengan nilai-nilai tertentu, lebih menekankan proses dari pada pengukuran, menafsirkan, memberikan makna, dan memanfaatkan multimetode dalam penelitian. Dari sisi definisi lainnya dikemukakan oleh Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sumber data, melakukan pengumpulan dan analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpul-an atas temuan.

Data dan Sumber Data

Data atau informasi yang dikum-pulkan dan dikaji dalam penelitian ini beru-pa data kualitatif. Sumber data penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data berupa dokumen. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Beberapa informan tentang pengelolaan lesson study berbasis sekolah di MAN salatiga, antara lain koordinator tim lesson study, wakil kepala urusan kurikulum, guru model lesson study, dan peserta didik.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data meng-gunakan: 1) In depth Interview (wawan-cara mendalam); 2) Dokumentasi, yakni dengan cara mencatat dan memanfaatkan data yang ada di institusi terkait, berupa arsip, foto, surat keputusan kepala madrasah, maupun data sekunder yang relevan; dan 3) Observasi, yang dilakukan secara partisipatif dalam kegiatan Lesson study.

Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2010).

Keabsahan data

Di dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara untuk meningkatkan kesahihan data, yaitu dengan triangulasi, penyusunan data base, dan pengecekan dengan anggota. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding data. Validitas data dilakukan dengan triangulasi teknik dan triangulasi sumber data. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah kepala madrasah, koordinator tim lesson study, dan guru model lesson study. Penyusunan Data Base: Setiap bukti pengumpulan data disusun untuk memudahkan peneliti menelusuri kembali proses penelitian yang telah dilakukan. Pengecekan dengan Anggota, agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda diperlukan pengecekan dengan informan yang terlibat dalam pengumpulan data, sehingga verifikasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat dipertang-gungjawabkan.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran

Sekelompok guru menyusun ran-cangan umum pembelajaran secara kola-borasi. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaborasi. Pemilihan guru model. Pemilihan kelas untuk kegiatan pembelajaran.

Karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran

Guru model melaksanakan pembe-lajaran di kelas dan sekelompok observer mengamati pembelajaran. Adanya bebera-pa aturan dasar bagi para observer selama mengamati pembelajaran.

Karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi)

Refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi dan evaluasi atas pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Adanya kesepakatan untuk merevisi pem-belajaran.

Karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah di MAN Salatiga

Karakteristiknya yaitu: a) Diawali dengan sosialisasi lesson study; b) Lesson study dilakukan dengan siklus tiga tahap yang berkelanjutan, yaitu (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan (do), dan (3) refleksi (see); c) Adanya prinsip kolaborasi dalam proses pembelajaran; d) Adanya prinsip refleksi pengkajian pembelajaran yang telah dilakukan; e) Kekhasan Penerapan lesson study di MAN Salatiga adalah adanya pendampingan dari ahli (expert), sehingga berjalan lebih baik.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran

Dalam merancang pembelajaran tidak dilakukan sendirian oleh satu orang guru (guru model), tetapi dilakukan secara bersama oleh beberapa guru secara kolaborasi. Sekelompok guru serumpun mata pelajaran berkumpul saling berbagi gagasan untuk merancang pembelajaran berdasarkan pengalaman, pengamatan peserta didik, buku pegangan guru, dan sumber belajar lain. Hasil dari langkah ini antara lain: rancangan pembelajaran, lembar kerja peserta didik, panduan observasi aktivitas guru/peserta didik, menyusun aturan kelompok observer, dan lain-lain.

Ada dua cara penyusunan RPP dalam lesson study, yaitu (1) RPP disusun bersama oleh sekelompok guru secara kolaborasi dari awal hingga akhir; atau (2) seorang guru open class (guru model) membuat konsep RPP terlebih dahulu dan selanjutnya memberi kesempatan kepada guru peserta lain (teman sejawat) mengkaji konsep RPP tersebut. Berda-sarkan kesepakatan bersama para guru peserta lesson study, baik kelompok guru rumpun mata pelajaran IPA maupun kelompok guru matematika, telah memulai mempraktikkan cara yang kedua tersebut. Hal itu dipilih karena menyadari bahwa mereka harus menghargai hak guru model untuk menyusun pembelajaran dengan caranya sendiri. Disamping itu cara yang kedua juga dinilai bisa mengklarifikasikan hak kepemilikan RPP, serta memperkuat kapasitas masisng-masing guru untuk merancang pembelajaran sendiri.

Dalam putaran awal lesson study mereka belum maksimal namun berdasar-kan temuan peneliti, mereka mendapatkan pengalaman berharga “merasakan sendiri” bagaimana mendesain dan menganalisis RPP secara kolaborasi yang ternyata tak semudah yang mereka bayangkan sebe-lumnya, tetapi hasilnya jauh lebih baik.

Hal penting dalam pemilihan kelas adalah bahwa kelas untuk pengamatan harus merupakan kelas yang memang diajar oleh guru model tersebut pada setiap harinya. Jika kelas yang dipilih tidak diajar oleh guru model pada setiap harinya, maka guru tidak mengenal para peserta didik secara dekat, sehingga akan mengalami kesulitan untuk merespon beraneka ragam situasi secara efektif. Selain itu, tidak boleh guru menyisihkan peserta didik berkemampuan rendah/lemah dari kelas yang dibuka, karena salah satu tujuan lesson study adalah agar guru bisa mengeksplorasi jenis-jenis tugas yang menarik minat dan menginspirasi peserta didik semacam itu. Keberadaan peserta didik semacam itu sangat penting untuk memahami realita pembelajaran.

Kelas yang dipilih untuk peng-amatan tidak perlu diadakan gladi bersih. Jika para guru memaksa para peserta didk berlatih apa yang akan mereka katakan dalam kelas yang dibuka dan untuk tampil di depan observer, maka tidak aka nada yang bisa dipelajari dari pembelajaran semacam itu.

Karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran

Tahap kedua lesson study adalah tahap do (pelaksanaan). Tahap ini merupa-kan penerapan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencana-an. Guru Model melaksanakan pembelajar-an sesuai RPP yang telah dikaji secara kolaborasi. Sekelompok guru selaku obser-ver mengamati peserta didik dalam meng-ikuti pembelajaran dan mencatat hal-hal yang terjadi selama pembelajaran dalam lembar observasi.

Pada putaran awal implementasi lesson study di MAN Saltiga pelaksanaan-nya terkesan masih mencari-cari pola dengan berusaha mencocokkan/mengikuti prosedur dan kerangka kerja lesson study sebagaimana yang mereka fahami sehing-ga pelaksanaannya terkesan rigid dan kurang lancar sebab untuk pertama kalinya yang bersangkutan mengajar dengan dihadiri para kolega sebagai observer. Demikian juga yang terjadi pada peserta didik, mereka terkesan cukup tegang dan tidak alami. Akibatnya pembelajaran menjadi terasa kaku dan tidak alamiah. Namun setelah berlangsung pada tahap kedua, pemandangan tersebut mulai tidak nampak lagi sebab mereka mulai terbiasa dengan kehadiran para observer di tengah-tengah mereka. Salah satu hal yang membedakan dengan pembelajaran secara konvensional adalah adanya observasi pembelajaran oleh sekelompok guru selaku observer dalam aktivitas pembelajaran.

Dengan kehadiran para observer yang variatif (dari segi kualitas, latar belakang pendidikan, dan pengalaman) ternyata sangat berpengaruh positif terhadap tingkat konsentrasi peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran untuk tampil lebih baik. Hal ini sangat mendorong guru (terutama guru model) untuk me-nguasai kompetensi dalam cultural literacy dan scientific literacy.

Ada beberapa aturan dasar yang disepakati bersama oleh para observer selama mengamati pembelajaran. Pada prinsipnya observer harus menghormati guru model, peserta didik, serta proses belajar mengajar.

Karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi)

Tahap ketiga dari lesson study adalah see (refleksi). Tahap ini dilakukan setelah pembelajaran di kelas telah selesai. Pada tahap refleksi dilakukan diskusi antara guru model, observer, didampingi pakar dipandu oleh seorang moderator. Beragam-nya hasil pengamatan dan temuan masing-masing observer menjadi sangat menarik pada saat dilakukan refleksi pasca pembelajaran. Temuan hasil observasi yang beragam, memungkinkan terjadinya pertukaran pengetahuan secara lebih produktif, sehingga masing-masing pihak akan mampu memperoleh pengetahuan tentang pembelajaran yang terjadi secara lebih komprehensif.

Hal yang perlu diingat bahwa pada tahap refleksi, bukan untuk mengevaluasi apalagi mengadili kinerja guru ketika memberi materi pembelajaran, tetapi diarahkan pada bagaimana peserta didik belajar. Ketika mengoreksi kesalahan konsep-konsep melalui sharing pendapat yang didukung fakta yang benar disampaikan secara santun dan bijak sehingga semua anggota komunitas belajar merasa nyaman.

Dari hasil refleksi tersebut dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perba-ikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berba-gai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai guru model maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajar-an ke arah lebih baik.

Refleksi dilakukan untuk mening-katkan kualitas pembelajaran. Lesson study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan keprofionalan pendidik terus menerus. Pembinaannya adalah me-lalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan berkolaborasi. Pengkajiannya dilakukan secara periodik, karena memba-ngun komunitas belajar adalah memba-ngun budaya yang memfasilitasi anggota-nya untuk saling belajar, saling koreksi, saling menghargai, saling bantu, dan saling menahan ego.

Membangun budaya belajar tidak sebentar, memerlukan waktu lama. Berapa lama waktu diperlukan untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada batasan, semakin lama semakin baik. Dengan kata lain lesson study merupakan model pembinaan keprofesionalan pendidik yang tak pernah berakhir (kontinous improvement).

Pada tahap refleksi juga didiskusi-kan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Apakah berkeinginan untuk membuat peningkatan agar pembelajaran (kelas yang sama) menjadi lebih baik?, atukah akan mencoba di kelas masing-masing. Revisi dan perbaikan pembela-jaraan dilakukan dengan pelaksanaan lesson study pada siklus (plan-do-see) berikutnya sehingga dapat belajar dari pembelajaran tersebut. Kelompok lesson study tersebut dapat menggunakan pelaksanaan berikutnya untuk menguji dua strategi pembelajaran yang berbeda.

Karakteristik Implementasi lesson study berbasis sekolah

Implementasi lesson study diawali dengan sosialisasi lesson study. Kemudian dilanjutkan dengan implementasi lesson study dalam pembelajaran. Lesson study dalam pembelajaran di MAN salatiga dilaksanakan melalui tiga tahap yang berkelanjutan, yaitu: Perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan Refleksi (see), yang berkelanjutan. Berkelanjutan, artinya sete-lah tiga tahap pla–do–see pada siklus pertama tersebut dilalui, dilanjutkan dengan lesson study siklus kedua juga dengan tahap plan–do–see, bedanya pada lesson study siklus kedua tadi sebagai perbaikan terhadap siklus sebelumnya, dan ini berlangsung terus menerus.

Prinsip berkelanjutan akan membe-ri peluang bagi guru untuk menjadi masyarakat belajar sepanjang hayat. Hal ini sesuai dengan lesson study yang merupakan suatu cara peningkatan kualitas pembelajaran yang tidak pernah berakhir (continous improvement).

Pembelajaran yang sifatnya kolegial khas lesson study ini muncul ketika para guru bekerjasama untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Hal ini telah dilakukan dalam lesson study berbasis sekolah di MAN Salatiga, dimana dalam kegiatan tersebut disamping ada kolaborasi antar guru, menghadirkan pula pakar (nara sumber) dari UNNES, serta pengawas Kementerian Agama Kota Salatiga. Kolaborasi itu dilakukan sejak penyusunan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga refleksi. Prinsip kolaborasi akan memfasilitasi para guru untuk membangun komunitas belajar yang efektif dan efesien.

Prinsip kolegalitas dan mutual learning (saling belajar) telah diterapkan dalam berkolabirasi antar guru, antara guru dengan fasilitator/pakar, ketika melaksana-kan kegiatan lesson study. Prinsip kole-galitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan ketika melaksanakan lesson study sejak plan (perencanaan), do (pelaksanaan), hingga see (refleksi).

Guru yang aktif terlibat dalam pembelajaran model lesson study menda-pat progress (kemajuan) dan perubahan melalui mekanisme saling belajar, saling memberi masukan, dan saling refleksi diantara sesame kolega guru.

Kekhasan lesson study di MAN Saltiga atau bisa dikatakan sebagai salah satu inovasi menarik adalah menghadirkan pakar yang bertindak sebagai expert judgment dalam lesson study. Kehadiran pakar sebagai pendamping sangat memotivasi guru dalam tahap pelaksanaan (do) dan refleksi (see), karena bisa berfungsi sebagai narasumber walaupun dalam beberapa waktu mendatang bisa tanpa dosen pendamping. Narasumber atau pendamping dalam forum lesson study bertindak sebagai fasilitator, bukan instruktur. Fasilitotor memotivasi peserta untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar para peserta dapat maju bersama. Peran yang dilakukan oleh dosen pendamping tersebut adalah memotivasi/ mefasilitasi peserta lesson study dan membantu bila terjadi kebuntuan selama kegiatan agar tujuan yang diharapkan dalam lesson study dapat tercapai.

Hal ini menjadi sangat penting sebab selama ini penerapan model lesson study di berbagai sekolah dipahami tak lebih sebagai Tim Teaching dari para guru sendiri, sehingga ketika muncul permasa-lahan-permasalahan teknis maupun non teknis terkait proses implementasi maupun prediksi diagnose solusinya, mereka meng-alami kebuntuan-kebuntuan. Namun de-ngan kehadiran pakar tersebut, persoalan-persoalan yang muncul dapat diselesaikan dengan baik, para guru mudah berkon-sultasi kepada pakar dalam hal pembela-jaran atau kesulitan materi pelajaran, meskipun kehadirannya tidak setiap waktu pelaksanaan open class.

KESIMPULAN

Karakteristik lesson study pada tahap plan (perencanaan) pembelajaran

Pembelajaran dirancang secara kolaborasi antara guru serumpun mata pelajaran. Ada dua cara penyusunan RPP dalam lesson study berbasis sekolah, yaitu pertama, RPP disusun bersama oleh sekelompok guru secara kolaborasi dari awal hingga akhir; atau kedua, seorang guru model membuat konsep RPP terlebih dahulu selanjutnya konsep RPP tersebut dikaji secara kolaborasi. Sebelum pelaksanaan pembelajaran harus sudah disepakati tentang pemilihan guru model dan penentuan kelas untuk kegiatan pembelajaran, yaitu kelas yang biasa diajar oleh guru model.

Karakteristik lesson study pada tahap do (pelaksanaan) pembelajaran

Pada tahap do (pelaksanaan), seorang guru model melaksanakan pembe-lajaran di kelas dan sekelompok observer serumpun mata pelajaran mengamati pem-belajaran. Selama mengamati pembelajar-an, para observer harus mematuhi beberapa aturan dasar dalam lesson study.

Karakteristik lesson study pada tahap see (refleksi)

Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi dan evaluasi atas pembela-jaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mendiskusikan meng-evaluasi pelaksanaan pembelajaran, yang selanjutnya akan dilakukan revisi pembela-jaran pada siklus berikutnya.

Karakteristik implementasi lesson study berbasis sekolah

Lesson study berbasis sekolah diawali dengan sosialisasi tentang lesson study, yaitu dengan menghadirkan ahli/pakar. Lesson study dilakukan dengan siklus tiga tahap yang berkelanjutan, yaitu plan (perencanaan), do (pelaksanaan), dan see (refleksi). Dalam proses kegiatan lesson study terdapat prinsip kolaborasi, refleksi dan mutual learning (saling belajar). Kekhasan Penerapan lesson study di MAN Salatiga adalah adanya pendam-pingan dari ahli (expert), sehingga berjalan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim, Muchtar, 2006. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics. Vol.25, 2006, “Implementation of Lesson Study For Improving The Quality of Mathematics Intruction In Malang”. Faculty of Mathematics and Science, State University of Malang. Diakses Pada Jam 16.00 WIB tanggal 21 Mei 2013.

Adib, Khoirul, 2011. Lesson Study dan Implementasinya dalam Peningkatan Kompetensi Guru Bahasa Arab. Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel.

Algozzine, Gretes dan Queen. 2007. International Journal of The Clearing House. Vol. 80, Iss 3; 137, 7pgs. “ BeginningTeachers, perceptions of Their Induction Program Experiences. Diakses Pada Jam 14.15 WIB Tanggal 13 Juli 2014.

Arikunto, Suharsimi, 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Asrori, Muhammad, 2007. Psokologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Botha, R.J., 2004. South African Journal of Education. 2004 EASA Vol 24(3) 239–243, Excellence in leadership: demands on the professional school principal”. College of Human Sciences, School of Education, University of South Africa, PO Box 392, Unisa, 0003 South Africa. Diakses Pada Jam 14.30 WIB Tanggal 13 Juli 2013.

Cerbin, William, and Bryan Kopp, 2006. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 2006, Volume 18, Number 3, 250-257, ISSN 1812-9129, “Lesson Study as a Model for Building Pedagogical Knowledge and Improving Teaching”. University of Wisconsin – La Crosse. http://www.isetl.org/ijtlhe/ Diakses Pada Jam 15.00 WIB Tanggal 15 Agustus 2013.

Depdiknas, 2006. Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Fokus Media.

Depdiknas, 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.

Depdiknas dan Depag RI–Japan International Cooperation Agency (JICA), 2009. Panduan Untuk Lesson STudy Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah.

Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Program Perluasan Lesson Study Untuk Penguatan LPTK.

Jurnal Pendidikan Dasar, 2008. Meningkatkan kemampuan Mahasiswa Menerapkan Strategi Pembelajaran Melalui lesson Study Di Sekolah dasar. (online). Nomor 10 – Oktober 2008. Diakses Jam 16.30 WIB Tanggal 18 Maret 2013.

Lewis, Catherine C., 2006. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 2006, Volum 18, Mumber 3, 250 – 257. http://www.isetl.org.ijtlhe Diakses Pada Jam 15.15 WIB 22 Juli 2013.

Lydiah, L.M., and J.W. Nasongo, 2009. Current Research Journal of Social Sciences 1(3): 84-92, 2009. Published Date: October 30, 2009, “Role of the Headteacher in Academic Achievement in Secondary Schools in Vihiga District, Kenya”. Masinde Muliro University of Science and Technology, Kenya. Diakses Pada Jam 16.00 WIB Tanggal 22 Juli 2014.

Mulyasa, H. E., 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala SekolahPT. Jakarta: Bumi Aksara.

Manca, W., 2007. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen Pendidikan. Malang: Elang Mas.

_________, 2010. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Emas.

Moleong, Lexy J., 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ono, Yumiko, and Johanna Ferreira, 2010. South African Journal of Education, 2010 EASA Vol 30: 59–74. “A case study of continuing teacher professional development through lesson study in South Africa”. [email protected] Diakses Pada Jam 15.20 WIB Tanggal 20 Juli 2013.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sagala, Syaiful, 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Susilo, Herawati, dkk., 2009. Lesson Study berbasis Sekolah, Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing.

Tilaar, H. A. R., 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: PT Imperial Bakti Utama.