IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KABUPATEN BOYOLALI

 

Andriyanto

Muslikh

Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Veteran Bangun Nusantara

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1). Untuk mengetahui peranan guru dalam internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri Kabupaten Boyolali. (2).Untuk mengetahui hambatan implementasi pendidikan karakter dalam pmbelajaran sejarah di SMA Negeri Kabupaten Boyolali, (3). Bagaimana upaya guru untuk mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri Kabupaten Boyolali. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu berusaha menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek yang diteliti secara tepat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Peranan guru dalam internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Guru sebagai perancang (menyusun perangkat pembelajaran), pengemas pembelajaran dan penilaian dalam internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Hambatan implementasi pendidikan karakter dalam pmbelajaran sejarah adalah kompetensi guru tentang implementasi pendidikan karakter, luasnya materi cakupan materi, faktor waktu, faktor peserta didik dan fasilitassarana dan prasarana (media pembelajaran, referensi, alat peraga). Upaya guru untuk mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran sejarah yaitu pelaksanaan Bimtek khususnya pelatihan dalam internalisasi pendidikan karakter. Pelaksanakan adopsi dalam penyusunan perangkat dan aplikasi penilaian. Membuat semenarik mungkin dan pengembangan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang efektif bagi siswa.

Kata Kunci: Guru, Pendidikan Karakter, Pembelajaran Sejarah

 

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia mulai memprioritaskan pendidikan karakter dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi. Sesuai dengan yang disampaikan Muhadjir Effendy Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan tentang Program Penguatan Pendidikan Karakter yang diharapkan bisa segera di mulai di tahun ajaran 2017 dengan target 1.500 sekolah di Indonesia yang menerapkan Program Penguatan Pendidikan Karakter.

 Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

 Fungsi pendidikan nasional ialah memelihara nilai-nilai yang ada dalam masyarakat agar tetap dilestarikan, sebagai sarana mengembangkan masyarakat agar menjadi lebih baik dan upaya mengembangkan sumber daya manusia agar potensi individu bisa berkembang menjadi manusia yg berbudi pekerti dan menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Fungsi ini sangat berat jika hanya pemerintah yang dibebankan dengan tugas ini, maka dibutuhkan semua pihak untuk mengemban tugas dan fungsi pendidikan nasional. Berhasil tidaknya pengajaran sejarah pada dasarnya ditentukan oleh berbagai unsur atau komponen yang terkait di dalam proses pengajaran, yaitu antara lain: kurikulum dan bahan media, sarana prasarana, metode, evaluasi dan guru sebagai pengajar, di samping itu juga faktor dana, lingkungan dan waktu serta unsur pendukung lainnya yang di anggap ikut mempengaruhi (Djoko Suryo, 1989: 3).

 Dalam pendidikan karakter menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik yaitu, moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau bermoral. Tujuan pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan (Setyadi Purwanto, 2016: XV).

 Pembelajaran sejarah di sekolah mempunyai peranan yang strategis dalam rangka pembentukan kepribadian bangsa atau nation and character building. Seperti yang dikemukakan oleh Suyatno Kartodirdjo, tanpa mengetahui sejarahnya suku bangsa tidak mungkin mengenal dan memiliki identitasnya, untuk itu pengajaran sejarah berkedudukan sangat strategis dalam pendidikan nasional sebagai soko-guru dalam pembangunan bangsa (Suyatno Kartodirdjo,1989: 9).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri di Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal yaitu suatu penelitian yang difokuskan pada satu karakteristik dan satu masalah (Sutopo, 2006:140). Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel yang dipilih untuk mendapat informasi penelitian adalah yaitu, SMAN 3 Boyolali, SMAN 1 Cepogo dan SMAN 1 Wonosegoro, meliputi Guru mata pelajaran, dan Ketua MGMP SMA Sejarah Kabupaten Boyolali. Teknik yang dapat digunakan untuk mencari validitas data adalah menggunakan teknik trianggulasi data. Data dan informasi yang diperoleh harus diyakini kebenarannya, keabsahannya harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) mendemonstrasikan nilai yang benar, 2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, 3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusannya (Moleong, 2006: 321). Teknik analisis data dalam Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Pasal 3 UU NO 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Kemedikbud dalam upaya peningkatan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu dengan pengembangan pendidikan karakter.

Pendidikan Karakter yang dirancang Puskurbuk berbeda dari pendekatan yang pernah dilakukan dalam kurikulum sebelumnya. Pendidikan Karakter tidak diajarkan sebagai sebuah mata pelajaran dan juga bukan sebuah konten yang dipelajari untuk pengembangan kemampuan kognitif. Materi Pendidikan Karakter adalah nilai dan pengembangannya diarahkan ke kemampuan afektif (menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi). Sesuai dengan sifat materi afektif maka nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter tidak diajarkan atau ditransfer tetapi ditumbuhkan (inculcate) pada diri peserta didik bersamaan dengan waktu mereka belajar suatu pokok bahasan. Proses belajar setiap pengetahuan dari setiap pokok bahasan digunakan sebagai media untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut (Said Hasan, 2012: 86)

Nilai karakter merupakan bagian penting dalam pelajaran sejarah. Perkembangan zaman dan teknologi komunikasi sehingga guru harus mempunyai inovasi. Nilai-nilai karakter yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah menurut Sodik diantaranya nasionalisme, religius, patriotism, disiplin, dan gemar membaca. Nilai-nilai tersebut sesuai dengan pembelajaran sejarah yang mampu menginspirasi para siswa untuk dihayati.

Guru sebagai perancang pembelajaran sejarah dalam upaya internalisasikan pendidikan karakter sehingga nilai karakter yang diharapkan bisa sampai dan dipahami oleh para siswa. Hal tersebut dilaksanakan dengan pembuatan perangkat pembelajaran yang memasukkan pendidikan karakter yaitu dalam Silabus dan RPP. Sedangkan peranan guru dalam pengemasan pembelajaran sejarah yang menarik sehingga siswa mampu untuk aktif dalam setiap pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana guru harus berupaya berinovasi dalam pembelajaran sehingga menghasilkan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Guru harus mengemas pembelajaran dengan baik seperti menyiapkan media, model, metode, sumber belajar untuk mengefektifkan dalam penanaman pendidikan karakter bagi siswa.

Kedudukan pelajaran sejarah, meruapakan bagian yang penting dalam implementasi pendidikan karakter dalam aktivitas di kelas maupun di dalam ruang lingkup aktivitas sekolah sebagai lembaga. Nilai-nilai pendidikan karakter setelah mempelajari sejarah bisa sebagai inspirasi bagi siswa selain pengetahuan tentang kesejarahan. Hal ini karena sejarah memiliki banyak peristiwa-peristiwa yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran. Dengan mengambil nilai dari peristiwa-peristiwa sejarah seperti peristiwa 10 November di Surabaya, perang gelilya Cut Nyak Dien, Perang Diponegoro maupun gerilya oleh Jendral Sudirman dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia, sehingga siswa mampu memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme bagi bangsa Indonesia.

Peranan guru yang berikutnya adalah dalam ranah evaluasi dan penilaian, Bagaimanapun evaluasi dan penilaian ini sangatlah utama dalam rangka melihat keefektifan pembelajaran yang dilakukan dan juga untuk mendeteksi nilai-nilai karakter yang dimiliki dan nilai yang belum dimliki oleh siswa untuk terus mengebangkan nilai-nilai karakter bangsa. Dalam evaluasi dan penilaian ini salah satunya dilakukan dengan penyusunan penilaian nilai afektif siswa salah satunya dengan observasi.

Guru menjelaskan bahwa Beberapa materi dapat dikembangkan sebagai media pendidikan karakter untuk menginternalisasikan nilai-nilai utama. Namun diakuinya, nilai yang paling relevan dalam pembelajaran sejarah adalah nilai yang bertujuan memupuk nasionalisme maupun nilai karakter lainnya seperti nilai religius. Memiliki wawasan yang luas tentang kesejarahan juga menjadi faktor penting dalam keberhasian pembejaran, sehingga memberikan pemahaman yang baik bagi siswa dalam proses internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah.

Pada materi tentang masa Hindu-Budhha, bahwa di daerah Kecamatan Cepogo terdapat beberapa situs sejarah yang berwujud candi peninggalan masa Hindu Budha. Keberadaanya ini bisa digunakan menjadi media untuk mengajarkan pada siswa nilai religius. Hal ini karena, melalui pengenalan tentang banyaknya peninggalan sejarah masa Hindu Budha di sekitar siswa, menunjukkan bahwa nenek moyang masyarakat Boyolali secara umum dan masyarakat Kecamatan Cepogo mempunyai sisi religious yang tinggi dengan melihat keberadaan peninggalan yang cukup banyak. Secara khusus siswa akan merasa bangga terhadap masa lalunya. Kebanggaan inilah yang menjadi dasar dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap sejarah dan pada akhirnya menumbuhkan rasa nasionalisme.

Mata pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan karakter materi yang dinyatakan dalam Peraturan Mendiknas, pendidikan sejarah, baik sebagai bagian IPS mau pun sebagai mata pelajaran merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki potensi besar dalam mengembangkan pendidikan karakter. Meski pun program sejarah merupakan salah satu bagian dari orkestra pendidikan karakter, materi pendidikan sejarah yang khas dan penuh dengan nilai memiliki paling memiliki potensi kuat untuk memperkenalkan kepada peserta didik tentang bangsa dan aspirasinya di masa lampau (Said Hasan, 2012: 87).

Hampir keseluruhan guru memberikan penjelasan bahwa terdapat hambatan-hambatan yang muncul dalam memasukkan pendidikan karakter pada setiap pembejaran sejarah. Secara garis besar diketemukan bahwa hambatan-hambatan tersebut diantaranya yaitu dari faktor guru dan murid. Faktor guru yang kurang begitu paham dengan pendidikan karakter sebagai hambatan dalam proses internalisasi nilai-nilai karakter. Karena dengan kurang fahamnya guru tersebut berakibat dalam perancangan, pelaksanaan dan evaluasi yang sering tidak sesuai dengan yang guru inginkan. Perubaahan yang harus dilakukan dalam hal ini adalah perubahan pada perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan penilaian.

Permasalahan guru dalam tahap perencanaan pembelajaran yaitu pengembangan silabus dan RPP tidak semua guru melakukan perubahan tersebut dalam menunjang internalisasi pendidikan karakter pada pembelajaran sejarah karena belum adanya format yang baku dalam perangkat pembejaran sejarah ini. Hambatan guru yang menjadikan kendala juga dalam dalam SKL, Standar Proses, dan Standar Penilaian, sekali lagi tidak semua guru sejarah di SMA Kabupaten Boyolali bisa dengan baik menghindari dari hambatan-hambatan tersebut salah satunya yaitu kurangnya sosialisasi dari dinas pemerintah/dinas yang terkait seperti yang baru-baru ini yaitu kurikulum 2013. Guru sejarah di SMA Kabupaten Boyolali merasa kurang dalam mendapatkan informasi seperti dalam wujud sosialisasi-sosialisasi mapun pelatihan-pelatihan. Dalam rangka menunjang pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013 yang didalamnya juga menyangkut tentang penguatan pendidikan karakter.

Hambatan-hambatan yang ada dalam internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah yaitu adalah faktor materi, waktu dan siswa. Faktor materi dalam mata pelajaran sejarah yang sangat luas sehingga guru dan siswa dikejar waktu untuk segera menyelesaikan materi yang diajarkan. Luasnya materi tidak ditunjang dengan fasiltas sumber bacaaan, dan media yang memadai sehingga terlalu tergantu pada LKS dan buku paket menyebabkan kajian sejarah menjadi monoton dan kurang maksimal dalam internalisasi pendidikan karakter kepada siswa. Mengenai factor waktu ini juga berhubungan dengan faktor materi yaitu dengan waktu yang tersedia untuk membahas materi dari zaman prasejarah sampai zaman sekarang/reformasi. Guru akan kesulitan untuk menyampaikannya apalagi jika harus memberikan pendidikan karakter secara khusus kepada siswa jadi itu juga akan menambah waktu yang dibutuhkan oleh guru.

Kompetensi guru kurangnya dalam kemapuan penggunaan media pembelajan, sumber belajar dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi sejarah dan nilai karakter yang diinginkan oleh guru untuk disampaikan kepada siswa. Kurangnya fasilitas seperti media pembelajaran, buku referensi, alat peraga dan fasilitas lainnya yang dirasa masih kurang dibeberapa sekolah sehingga menjadikan pembelajaran sejarah dalam internalisasi pendidikan karakter menjadi kurang efektif.

 Faktor yang tidak kalah penting adalah faktor murid/peserta didik yaitu mengenai tanggapan siswa terhadap pembejaran sejarah dan karakter siswa itu sendiri. Faktor tentang tanggapan siswa ini meliputi motivasi, minat perhatian terhadap pembejaran sejarah oleh siswa masih terasa kurang. Sedangkan denga karakter siswa yang menjadi hambatan dalam implementasi pendidikan karakter dalah karakter dari siswa itu sendiri yaitu pengaruh budaya dari rumah, masyarakat, pengaruh media sosial, dan juga pengaruh dari lingkungan sekolah. Karakter-karakter negative yang menghambat itu diantaranya kurang disiplin, kurang tanggung jawab dan sifat-sifat lainnya yang sudah tebentuk dalam diri siswa itu sendiri.

 Hambatan-hambatan dalam implementasi pendidikan karakter yang muncul diantaranya adalah waktu pembelajaran sejarah sering diberikan pada jam-jam terakhir dan ada anggapan bahwa pembelajaran sejarah sebagi sebuah hiburan. Hal tersebut dikarenakan dengan kesibukan siswa yang belajar ilmu-ilmu pasti seperti yang ada dikelas IPA dikarenakan siswa beranggapan bahwa pembelajaran sejarah dilakukan hanya dengan mendengarkan serita-serita sejarah. Berikutnya adalah kurangnya fasilitas seperti media pembelajaran yang masih kurang dalam menyokong internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah seperti peta sejarah, film sejarah, replica sejarah, sumber buku sejarah dan media-media sejarah lainnya.

Guru di SMA Negeri Kabupaten Boyolali dalam upaya mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru dan dikelola oleh MGMP yaitu melaksanakan kegiatan penalaran dan salah satunya dengan pelaksanaan Bimtek. Akan tetapi dalam hal ini beliau menjelaskan pelatihan khususnya dalam internalisasi pendidikan karakter pada pembelajaran sejarah. Berikutnya adalah melaksanakan adopsi dalam penyusunan perangkat pembelajaran kepada guru lainnya, perangkat pembelajaran itu seperti silabus dan RPP dikarenakan tidak ada yang baku sehingga buru mempunyai otonomi untuk mengembangkan perangkat disesuaikan dengan kemampuan setiap guru masing-masing.

Kegiatanya guru dalam mengatasi hambatan internalisasi pendidikan karakter adalah dengan melakukan bentuk belajar bareng tentang aplikasi penilaian sikap dikarenakan tidak semua guru mengetahuinya. Sehingga guru yang mempunyai kemampuan akan menularkan pada rekan guru yang lainnya. Kedekatan pendidikan karakter dengan Kurikulum 2013 yang memberikan tenaga baru terhadap materi mata pelajaran sejarah khususnya ditingkat SMA berdampak pada daya tawar pembelajaran sejarah kepada peserta didik. Kedekatan tersebut yaitu dalam perihal penguatan pendidikan karakter yang sedang digaungkan pemerintah sekarang. Untuk mengatasi hal tersebut diharapkan guru terus mengarah kemampuan dan berfikir kreatif yang disesuaikan dengan tuntutan zaman. Memperbanyak referensi bacaan tentang pembelajaran sejarah yang terus berkembang sehingga guru mampu untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi guna menyokong implemntasi pendidikan karakter. Karena bagaimanapun bahwa guru dianggap sebagai manusia yang banyak ilmunya.

 Guru juga juga mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah yaitu dengan menyiapkan materi yang baik dengan melihat lingkungan sekitar siswa. Mempersiapkan materi pada zaman Hindu Budha bahwa dengan melihat peninggalan-peninggalan situs-situs sejarah yang ada di wilayah Kecamatan Cepogo seperti Candi Sari dan Candi Lawang. Bagaimana nilai karakter religious dan rasa ingin tahu bisa disampaikan. Penjelasan tentang teori arus balik yang ada seperti teori arus balik secara umumnya bahwa orang Indonesia/nusantara dalam perkembangan pengarus budaya Hindu Budha adalah penduduk nusantara belajar langsung ke India dan balik ke nusantara untuk menyebarkan ilmu agama di seluruh nusantara. Sedangkan dengan kasus dengan penemuan candi-candi di wilayah Cepogo adalah dengan menjelaskan para pemuda di wilayah cepogo pada waktu itu mempunyai rasa ingin tahu dan religi yang tinggi sehingga mereka keluar dari cepogo untuk menuntut ilmu di kota-kota besar pada waktu itu dan sekembalinya ke wilayah Cepogo mereka menyebarkan ilmu yang didapatkannya.

 Bagaimana menyiapkan dan menguasai materi yang baik sehingga kita bisa dengan baik mengontrol dan menatur dengan baik tentang nilai-nilai yang kisa disampaikan dengan relevansi pada pembelajaran yang sedang berjalan. Nilai-nilai kebangsaan, nilai patriotism, cinta tanah air, nasionalisme dangat relevan dengan materi masa kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Sedangkan dalam hambatan kurang minat/antusianya siswa terhadap pembelajaran sejarah yait dengan membuat semenarik mungkin. Pembelajaran sejarah yang semenarik mungkin tersebut yaitu dengan pengembangan seperti strategi, sumber, model dan media yang baik, sehingga pembejarannya berjalan dengan baik dan dinikmati oleh siswa. Selain itu juga bisa memberikan tugas kepada siswa utuk mengasah kreatifitasnya dalam penyusunan tugas yaitu seperti melakukan observasi ke situs-situs sejarah yang ada di wilayah Cepogo atau dengan menugaskan siswa untuk mencari materi guna pendalaman pngetahuan melalui internet maupun perpustakaan yang ada di selolah.

 Hambatan yang berwujud waktu yaitu dalam kurangnya waktu dan penempatan jam pembelajaran sejarah yang sering ditempatkan pada jam-jam terakhir, solusinya yaitu dengan mengkoordinasikan dengan pihak sekolah guna mendiskusikan penempatan waktu pada sebaran jadwal pelajaran. Hal tersebut disiasati dengan membuat materi pembelajaran mudah dipahami dengan memumculkan rasa ingin tahu siswa dan minat untuk belajar.

Peningkatkan kompetensi guru guna internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah juga sebagai bagian dari upaya mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan karakter. Pengembangan media sejarah oleh guru dan juga melalui sekolah. Sekolah untuk menyediakan media pembelajaran yang dibutuhkan dalam pembelajaran, peta, buku, LCD, replika, film dan lain-lain. Melalui metode bercerita siswa akan merasa bangga ketika kejayaan kerajaan-kerajaan nusantara mengalami masa kejayaan. Selain menanamkan nilai kebangsaan dan cinta tanah air, banyak nilai lain yang terdapat pada periode ini. Nilai religius dapat diajarkan pada masa kerajaan kerajaan tradisional.

 Kegiatan organisasi profesi guru juga memberikan solusi dalam upaya mengatasi kendala penggunaan media pembelajaran sejarah SMA di Kabupaten Boyolali. MGMP merupakan wadah bagi guru untuk kerjasama, saling bertukar informasi maupun materi, kendala yang berkaitan dengan mata pelajaran juga dapat dicarikan solusinya secara bersama-sama. Menyelenggarakan kegiatan dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran sejarah yang efektif dan mampu meningkatkan minat belajar siswa.

SIMPULAN

Peranan guru dalam internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri Kabupaten Boyolali. Guru sebagai perancang (menyusun perangkat pembelajaran), pengemas pembelajaran dan penilaian dalam internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah.

Hambatan implementasi pendidikan karakter dalam pmbelajaran sejarah di SMA Negeri Kabupaten Boyolali adalah kompetensi guru tentang implementasi pendidikan karakter, luasnya materi cakupan materi, faktor waktu, faktor peserta didik dan fasilitassarana dan prasarana (media pembelajaran, referensi, alat peraga).

Upaya guru untuk mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri Kabupaten Boyolali yaitu pelaksanaan Bimtek khususnya pelatihan dalam internalisasi pendidikan karakter. Pelaksanakan adopsi dalam penyusunan perangkat dan aplikasi penilaian. Sedangkan dalam hambatan kurang minat/antusianya siswa terhadap pembelajaran sejarah yaitu dengan membuat semenarik mungkin dan pengembangan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang efektif bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Diknas. 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Sejarah. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Djoko Suryo. 1989. Serba-serbi Pengajaran Sejarah Pada Masa Kini. Historika no. I, Surakarta: Program Pascasarjana IKIP Jakarta KDK UNS. Halaman 3.

Doni Kesuma A. (2012). Pendidikan Karakter, Utuh dan Menyeluruh. Jakarta:

 Grasindo.

Hamid Hasan, 2012, Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter, Paramita Volume 22. No 1 Januari. Halaman 81-95.

Jamal Ma’mur Asmani. (2012). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia, 2008.

Masnur Muslich. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Muchlas Samani dan Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muchlas Samani, 2016, Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sasi Mardikarini dan Suwarjo, 2016, Analisis Muatan Nilai-Nilai Karakter pada Buku Teks Kurikulum 2013 Pegangan Guru dan Pegangan Siswa, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 2 Oktober, halaman 261-274

Suparlan. 2008. Menjadi Guru Efektif. Hikayat Publishing: Yogyakarta

Sutopo, H.B. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Suyatno Kartodirdjo. 1989. Fungsi Pengajaran Sejarah dalam Pembangunan

 Nasional, Historika. No. 5. Tahun III, Surakarta: Program Pascasarjana IKIP Jakarta KDK UNS. Halaman 9.

Setyoadi Purwanto, 2016, Pendidikan Karakter Melalui Seni, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas