Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Film Animasi Petualangan Si Unyil
IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM FILM ANIMASI PETUALANGAN SI UNYIL
DI SD NEGERI WARU MRANGGEN
Ulil Alfian Kautsar1)
Filia Prima Artharina2)
Prasena Arisyanto3)
1) Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang
2)3) Dosen Universitas PGRI Semarang
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai-nilai karakter yang terdapat dalam film animasi Petualangan Si Unyil dan mengimplementasikannya pada siswa kelas III SD Negeri Waru Mranggen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan langkah-langkah analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini adalah berupa teks deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam film animasi Petualangan Si Unyil sudah layak menjadi tontonan anak usia sekolah dasar dan bisa dijadikan sebagai salah satu sumber literasi media pada pembelajaran di sekolah dasar karena didalamnya sudah mengandung lima nilai karakter utama yaitu Religius, Nasionalis, Integritas, Mandiri, dan Gotong Royong. Lima nilai karakter utama tersebut sudah terimplementasikan di SD Negeri Waru Mranggen dan dibuktikan dengan hasil angket yang diisi oleh siswa yang menunjukkan bahwa siswa SD Negeri Waru Mranggen sudah melaksanakan lima nilai karakter utama dengan hasil yang sudah mencapai persentase yang diharapkan.
Kata kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter, Film Animasi.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam segala aspek kehidupan, kepribadian dan berwatak mulia. Pendidikan dimulai sejak dini dan berlangsung selama seumur hidup. Penanaman pendidikan anak di era globalisasi sekarang ini perlu menggunakan cara yang lebih inofatif, menyenangkan serta kreatif agar anak dapat menerima serta berinteraksi langsung dengan masyarakat. Dalam rangka mempersiapkan generasi emas tahun 2045, pemerintah menguatkan karakter generasi muda agar memiliki keunggulan dalam persaingan global abad 21. Selain dari lima nilai utama karakter, melalui Penguatan Pendidikan Karakter pemerintah mendorong peningkatan literasi dasar, kompetensi berfikir kritis, komunikatif, kreatif, dan kolaborasi generasi muda. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden No.87 Tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter di sekolah.
Penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter dilaksanakan untuk dapat menempatkan kembali karakter sebagai ruh atau dimensi yang terdalam dari pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam kompentensi. Dengan adanya karakter yang kuat beserta kompetensi yang tinggi maka akan menghasilkan pendidikan yang baik diberbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi (Kementrian, Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2016:3).
Pendidikan karakter mempunyai beragam istilah, diantaranya yaitu budi pekerti, etika, nilai, pendidikan akhlak, moral dan lain sebagainya. Istilah karakter lebih kuat karena berkaitan dengan sesuatu yang ada pada diri setiap individu.
Soegeng (2013:23) menjelaskan bahwa, pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan nilai, manusia tidak bisa terlepas dari nilai. Semua perbuatan, tingkah laku, perilaku dan tindak-tanduk manusia tidak luput dari nilai. Definisi lainnya dikemukakan oleh Samani (2013: 45) bahwa pendidikan karakter adalah proses memberikan tuntunan kepada peserta didik untuk menjadikannya manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, raga, pikir, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, dan pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memberikan keputusan yang baik dan dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat dipahami bahwa pendidikan karakter adalah proses penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik agar peserta didik dapat melaksanakan nilai-nilai karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai-nilai dalam kehidupan, perilaku, dan tingkah laku yang baik pada peserta didik untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, agar peserta didik mendapatkan nilai yang baik karena nilai itu tidak berubah melainkan orang yang memberi nilai atau objek yang dinilai yang berubah. Nilai merupakan sifat atau kualitas yang membuat suatu objek tersebut menjadi bernilai.
Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan akhlak yang mulia dan budi pekerti peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2013:7).
Tujuan pendidikan karakter sesuai dengan Perpres No. 87 tahun 2017 Pasal 3 tentang penguatan pendidikan karakter, sebagai berikut:
PPK dilaksanakan dengaan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter dalam implementasi Kurikulum 2013 dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, serta kebiasaan sehari-hari yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan mengembangkan potensi berupa kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan-keterampilan lainnya yang berguna untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam hal ini, sekolah merupakan alat pemerintah dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk warganya. Sekolah sebagai miniatur kehidupan masyarakat sangatlah penting untuk mengaplikasikan nilai serta pemahaman yang baik, sehingga pada akhirnya ketika siswa telah lulus dan terjun pada lingkungan masyarakat, siswa dapat mentransformasikan nilai, pengetahuan, budaya, dan keterampilan tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal tersebut sesuai dengan Literasi sekolah menurut Yunus Abidin, Tita Mulyani, Hana Yunansha (2017: 1) adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan pembangunan pengetahuan sebelum, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru dan suatu pemahaman yang lebih dalam yang menghubungkan individu masyarakat, serta merupakan proses penting bagi individu untuk tumbuh dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis. Hal tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya upaya dari warga sekolah (kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua). Keterlibatan sekolah sangatlah penting dalam pelaksanan suatu program dalam mengembangkan budaya berkualitas di sekolah. Budaya literasi sekolah sangatkah diperlukan, selain untuk meningkatkan mutu pembelajaran, literasi sekolah juga bertujuan untuk memfasilitasi dan mengembangkan kemampuan siswa, membiasakan membaca serta mengelola informasi yang mereka peroleh, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, bermutu dan menyenangkan.
Berdasarkan observasi awal peneliti pada 2 dan 3 Juli 2019, menemukan bahwa di SD Negeri Waru Mranggen yang peneliti amati sudah menerapkan atau melaksanakan gerakan PPK dan literasi digital. Gerakan PPK dan literasi digital tersebut ditandai dengan sudah adanya penayangan video pembelajaran sebagai kegiatan literasi awal yang beberapa video tersebut berupa film animasi. Beberapa film animasi yang di tayangkan adalah Petualangan Si Unyil karena guru menganggap bahwa pada film animasi Petualangan Si Unyil terdapat nilai-nilai karaker yang sesuai dengan siswa sekolah dasar, dan nilai-nilai karakter yang muncul sesuai dengan visi sekolah yaitu “Mencetak Siswa Beriman dan Bertaqwa, Cerdas dalam Berfikir, Sopan dalam Berperilaku dan Cinta Tanah Air”. Hal tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena Guru hanya mengimplementasikan literasi saja namun guru membutuhkan sejauh mana karakter yang ada dalam film animasi Petualangan Si Unyil. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil judul “Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter dalam Film Animasi Petualangan Si Unyil di SD Negeri Waru Mranggen.”
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan penilitian kualititaif deskriptif. Sumber informasi dari siswa, guru dan kepala sekolah. Teknik pengumpulan data mengunakan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas III SD Negeri Waru Mranggen. Pengecekan data dengan cara triangulasi teknik dan sumber. Sedangkan teknik analisis data melalui tahap reduksi data, penyajian data dan verifikasi/kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Waru Mranggen dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan angket untuk memperoleh data mengenai implementasi penguatan pendidikan karakter dalam film animasi petualangan si unyil di SD Negeri Waru Mranggen. Peneliti memilih sekolah tersebut karena SD Negeri Waru Mranggen sudah melaksanakan pembiasaan untuk membentuk karakter peserta didik salah satunya melalui literasi media dengan menayangkan salah satu film animasi yaitu petualangan si unyil.
Hasil Analisis Nilai Karakter dalam Film Animasi Petualangan Si Unyil
Dalam beberapa judul film animasi petualangan si unyil yang ditayangkan di SD Negeri Waru Mranggen sudah terdapat lima nilai karakter utama yaitu Religius, Nasionalis, Integritas, Mandiri, dan Gotong Royong. Beberapa judul film animasi petualangan si unyil yaitu Teman baru, Robot Setengah Rusak, Sang Juara, dan Jagoan Silat. Berikut merupakan penjelasan nilai karakter yang terkandung di dalamnya:
- Religius
Dalam film animasi petualangan si unyil sudah mengandung karakter Religius yaitu salah satunya pada adegan dalam judul Teman Baru yaitu Unyil dan teman-teman tetap mau berteman dengan Lena walaupun berasal dari suku, ras dan agama yang berbeda yaitu dari Serui, Papua. Hal ini sejalan dengan teori Yaumi (2014:64) bahwa religius adalah sikap yang mencerminkan iman terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya, mengharagai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
- Nasionalis
Dalam film animasi petualangan si unyil sudah mengandung karakter Nasionalis yaitu salah satunya pada adegan dalam judul Sang Juara yaitu Usro mengikuti salah satu lomba dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Hal ini sejalan dengan teori Yaumi (2014: 64) bahwa nasionalis (cinta bangsa) adalah sebuah sikap untuk mampu mengapresiasi kekayaan budaya bangsa sendiri (kebijaksanaan, keutamaan, tradisi, nilai-nilai, pola pikir, mentalitas, produk budaya) dan terbuka pada budaya lain, mampu mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain sehingga memperkuat jati diri bangsa Indonesia.
- Integritas
Dalam film animasi petualangan si unyil sudah mengandung karakter Integritas yaitu salah satunya pada adegan dalam judul Robot Setengah Rusak yaitu ketika Unyil merusak robot milik Endut, Unyil mengakui kesalahannya dan tetap bertanggung jawab untuk memperbaiki robot milik Endut. Hal ini sejalan dengan teori Yaumi (2014:64) bahwa integritas adalah kemampuan individu untuk menyelesaikan pemikiran, perkataan dan perbuatan yang mereprentasikan perilaku bermoral yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
- Mandiri
Dalam film animasi petualangan si unyil sudah mengandung karakter Mandiri yaitu salah satunya pada adegan dalam judul Jagoan Silat yaitu ketika Unyil melihat Endut bisa memperagakan, Unyil juga ingin bisa bela diri silat dengan cara berlatih sendiri dan bersungguh-sungguh. Hal ini sejalan dengan teori Yaumi (2014: 64) bahwa mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang tua lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
- Gotong Royong
Dalam film animasi petualangan si unyil sudah mengandung karakter Gotong Royong yaitu salah satunya pada adegan dalam judul Robot Setengah Rusak yaitu ketika Cuplis tersangkut di pagar halaman rumah, Endut, Unyil, dan Ucrit bekerjasama untuk menolong Cuplis keluar dari pagar halaman rumah. Hal ini sejalan dengan teori Yaumi (2014:64) bahwa gotong-royong adalah kemampuan untuk bekerjasama satu sama lain dalam rangka memperjuangkan kebaikan bersama bagi masyarakat luas, terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan perhatian karena miskin, tersingkir, dan terabaikan di dalam masyarakat.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Angket Kelas III
No | Nilai Karakter | Nomor Soal | Persentase | Kriteria |
1 | Religius | 9 | 69% | Mulai Terlihat |
10 | 89% | Sudah Membudaya | ||
14 | 87% | Sudah Membudaya | ||
19 | 89% | Sudah Membudaya | ||
25 | 93% | Sudah Membudaya | ||
Rata-rata | 85.4% | Sudah Membudaya | ||
2 | Mandiri | 4 | 84% | Mulai Berkembang |
7 | 86% | Sudah Membudaya | ||
8 | 80% | Mulai Berkembang | ||
15 | 77% | Mulai Berkembang | ||
21 | 88% | Sudah Membudaya | ||
Rata-rata | 83.0% | Mulai Berkembang | ||
3 | Integritas | 1 | 96% | Sudah Membudaya |
3 | 88% | Sudah Membudaya | ||
11 | 92% | Sudah Membudaya | ||
17 | 94% | Sudah Membudaya | ||
18 | 97% | Sudah Membudaya | ||
Rata-rata | 93.4% | Sudah Membudaya | ||
4 | Nasionalis | 5 | 83% | Mulai Berkembang |
6 | 93% | Sudah Membudaya | ||
20 | 72% | Mulai Berkembang | ||
23 | 92% | Sudah Membudaya | ||
24 | 80% | Mulai Berkembang | ||
Rata-rata | 84.0% | Mulai Berkembang | ||
5 | Gotong Royong | 2 | 96% | Sudah Membudaya |
12 | 90% | Sudah Membudaya | ||
13 | 95% | Sudah Membudaya | ||
16 | 95% | Sudah Membudaya | ||
22 | 92% | Sudah Membudaya | ||
Rata-rata | 93.6% | Sudah Membudaya |
PEMBAHASAN
Untuk kelas III dalam tabel 1 karakter Religius diperoleh hasil rata-rata sebesar 85,4% dan termasuk dalam kriteria “Sudah Membudaya”, artinya bahwa penerapan karakter Religius sudah membudaya atau dalam kata lain sudah diterapkan dalam kehidupan di sekolah. Dalam tabel 1 dapat dilihat dari indikator Religius hanya satu soal yang masuk kriteria “Mulai Terlihat” atau hanya memperoleh 69% yaitu indikator tentang perilaku peserta didik yang hanya berteman dengan teman yang satu keyakinan/agama. Pada kriteria “Mulai Terlihat” ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas peserta didik hanya berteman dengan teman yang satu keyakinan/agama, dikarenakan mayoritas peserta didik beragama yang sama.
Karakter Mandiri diperoleh hasil rata-rata sebesar 83% dan termasuk dalam kriteria “Mulai Berkembang”, artinya bahwa di SD Negeri Waru Mranggen ini sudah mulai konsisten dalam penerapan karakter Mandiri. Dalam tabel 1 dapat dilihat dari indikator Mandiri ada dua soal yang hasilnya termasuk kriteria “Sudah Membudaya” yaitu indikator tentang peserta didik yang merawat mainan dari orang tuanya dengan baik dengan persentase 86% dan indikator tentang kebiasaan langsung mengerjakan PR sesampainya di rumah 88%. Dalam kriteria “Sudah Membudaya” dapat disimpulkan bahwa peserta didik sudah menunjukkan perilaku yang konsisten dalam merawat mainannya sendiri dan langsung mengerjakan PR sesampainya di rumah.
Karakter Integritas diperoleh hasil rata-rata sebesar 93,4% dan termasuk dalam kriteria “Sudah membudaya”, artinya bahwa penerapan karakter Integritas di SD Negeri Waru Mranggen sudah membudaya atau dalam kata lain sudah diterapkan dalam kehidupan di sekolah. Dalam tabel 1 dapat dilihat bahwa kelima indikator Integritas semuanya memiliki hasil “Sudah Membudaya”. Salah satu indikator dengan hasil persentase paling tinggi yaitu 97% tentang peserta didik yang mengucapkan terima kasih kepada teman yang sudah menolongnya, dalam kriteria “Sudah Membudaya” dapat disimpulkan bahwa peserta didik sudah konsisten dalam mengucapkan terima kasih setiap kali ada teman yang sudah menolongnya.
Karakter Nasionalis diperoleh hasil rata-rata sebesar 84% dan termasuk dalam kriteria “Mulai Berkembang”, artinya bahwa di SD Negeri Waru Mranggen ini sudah mulai konsisten dalam penerapan karakter Nasionalis. Dalam tabel 1 dapat dilihat bahwa ada dua indikator yang termasuk kriteria “Sudah Membudaya” yaitu indikator tentang peserta didik yang tidak pernah merehkan lawannya ketika mengikuti perlombaan dengan persentase 93% dan indikator tentang peserta didik yang pernah membaca buku tentang sejarah Indonesia dengan persentase 92%. Dalam kriteria “Sudah Membudaya” dapat disimpulkan bahwa peserta didik sudah menunjukkan perilaku yang konsisten dalam mengikuti perlombaan dengan tidak meremehkan lawannya dan juga konsisten dalam membaca buku tentang sejarah Indonesia.
Karakter Gotong Royong diperoleh hasil rata-rata sebesar 93,6% dan termasuk dalam kriteria “Sudah membudaya”, artinya bahwa penerapan karakter Gotong Royong di SD Negeri Waru Mranggen sudah membudaya atau dalam kata lain sudah diterapkan dalam kehidupan di sekolah. Dalam tabel 1 juga dapat dilihat bahwa kelima indikator Gotong Royong semuanya memiliki hasil “Sudah Membudaya”. Salah satu indikator dengan hasil persentase paling tinggi yaitu 96% tentang peserta didik yang menolong temannya yang sedang kesulitan. Dalam kriteria “Sudah Membudaya” dapat disimpulkan bahwa peserta didik sudah konsisten dalam memberi pertolongan kepada teman yang sedang kesulitan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian mengenai implementasi penguatan pendidikan karakter dalam film animasi petualangan si unyil pada siswa kelas III SD Negeri Waru Mranggen dapat disimpulkan beberapa hal berikut: Dalam beberapa judul film animasi petualangan si unyil sudah mengandung lima nilai karakter utama yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Integritas, dan Gotong Royong. Dari adegan yang mengandung lima nilai karakter utama dan dijadikan angket untuk diisi oleh siswa kelas III mendapatkan hasil angket dengan rata-rata persentase sebesar: nilai Religius 85.4%, nilai Mandiri 83%, nilai Integritas 93.4%, nilai Nasionalis 84%, dan nilai Gotong Royong 93.6%. Dari hasil persentase tersebut dapat dikatakan bahwa di SD Negeri Waru Mranggen sudah mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter pada peserta didik melalui literasi media salah satunya melalui tayangan film animasi petualangan si Unyil.
Pada hasil penelitian ini disarankan dapat dikembangkan dengan penelitian yang serupa sehingga dapat menemukan kegiatan literasi yang bisa untuk lebih meningkatkan dalam penanaman nilai karakter pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, dkk. 2017. Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Ghufron, Anik. 2010. Integrasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa pada Kegiatan Pembelajaran. Cakrawala Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. Kajian Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Jakarta: Kemendikbud.
Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Jakarta: Erlangga Group.
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta. Bumi Aksara.
Moleong, Lexy. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Perpres 2017 No. 87 Pasal 3, Penguatan Pendidikan Karakter.
Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soegeng Ysh. 2013. Landasan Pendidikan Karakter. Semarang: IKIP PGRI SEMARANG PRESS.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implmentasi. Jakarta: Prenadamedia Group.