KEBUTUHAN MODEL

MANAJEMEN PELATIHAN KOMPETENSI PROFESIONAL

PADA KELOMPOK KERJA GURU (KKG) KABUPATEN GOWA

Wahira

Prodi Administrasi Pendidikan/Manajemen Pendidikan

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa yang dimaksud ‘guru’ adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Sudah selayaknya seorang guru itu diberikan kesejahteraan berupa sertifikasi. Manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya.

Kata Kunci: manajemen pelatihan, kompetensi, professional,KKG.


PENDAHULUAN

Guru profesional seharusnya me-miliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan social (Fitrianur ,2012:73), oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Profesi guru dan dosen merupakan bidang peker-jaan khusus yangmemerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus: (1) memiliki bakat, minat,panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latarbelakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memilikikompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu,mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dankewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yangditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untukmengembang-kan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindunganhukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasiprofesi yang berbadan hukum (SISDIKNAS tentang Guru dan Dosen).

Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (Style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lin untuk mencapai tujuan. Banyak definisi mengenai manajemen yang dikemukan oleh para ahli manajemen yang beberapa diantaranya dapat dikutip seperti Stoner (1994:8) mengatakan manjemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Harsey dan Blanchard (1988:9) “manajemen merupakan suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan”. Sudjana (2000:77). Manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana bentuk model manaje-men pelatihan kompetensi profesional yang dibutuhkan pada kelompok kerja guru (KKG) gugus 5 wilayah 3 dikabupaten Gowa”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: ”Un-tuk mengetahui bentuk kebutuhan model manajemen pelatihan kompetensi profesio-nal yang dibutuhkan pada kelompok kerja guru (KKG) gugus 5 wilayah 3 dikabupaten Gowa”.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan, apabila dilihat kegunaanya yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Secara Teori

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan adanya model pelatihan kompetensi profesional yang dila-kukan untuk guru-guru sekolah dasar yang disertai dengan pengembangan komponen-komponennya. Temuan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian dalam mengembangkan komponen-komponen pe-latihan lebih lanjut.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada:

1. Bagi siswa

Siswa memperoleh jaminan kepas-tian untuk mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal melalui penguasaan iImu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan masyarakat abad 21 serta memiliki jati diri sebagai pribadi yang luhur sesuai nilai-nilai keluruhan bangsa.

2. Bagi Guru

Pengembangan keprofesian berke-lanjutan (PKB) memberikan jaminan kepa-da guru untuk menguasai ilmu pengetahu-an dan teknologi serta kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya yang ber-martabat, terlindungi, sejahtera, dan profe-sional agar mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam kehidupan abad 21 selama karirnya.

KAJIAN PUSTAKA

Manajemen

Manajemen merupakan suatu sistem dan memiliki komponen. Menurut Terry (1977: 4) “management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources”. (Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain. Mulyono (2009:18) menyatakan “manajemen adalah sebuah proses yang khas yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya lainnya”.

Fattah (2009:1) “manajemen diartikan sebagai proses merencana, meng-organisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien”. Kamil (2010: 16) “seca-ra manajerial, fungsi-fungsi organizer pelatih-an adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan”. Untuk mencapai tujuan dari manajemen pelatihan yang dilakukan, diperlukan sarana-sarana atau unsur-unsur manajemen. Menurut Terry (1977: 4) “basic resources the 6 M’s is men and women, materials, machines, methods, money and markets”.

Berdasarkan definisi manajemen yang dikemukakan beberapa ahli, maka penulis mengadopsi pada manajemen yang dikemukakan oleh Terry (1977:4) dimana “fungsi dari empat komponen dalam manajemen adalah sebagai berikut: perencanaan (plan-ning), actuating, pengorganisasian (organi-zing), pengontrolan (controlling)”. Manaje-men pelatihan yang diselenggarakan memerlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari keempat unsur tersebut di atas.

Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupa-kan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia. Notoatmodjo (2009:16) menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Pelatihan adalah bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok organisasi”.

Ditinjau dari masa pelaksanaannya, pelatihan sebagai bagian dari tugas pe-ngembangan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Pre-service training (pelatihan pra-tugas) adalah pelatihan yang diberikan kepada calon karyawan yang akan mulai bekerja, atau karyawan baru yang bersifat pembekalan, agar mere-ka dapat melaksanakan tugas yang nantinya dibebankan kepada mereka.

2. In service training (pelatihan dalam tugas) adalah pelatihan dalam tugas yang dilakukan untuk karyawan yang sedang bertugas dalam organisasi de-ngan tujuan meningkatkan kemampu-an dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Post service training (pelatihan purna/ pasca tugas) adalah pelatihan yang di-laksanakan organisasi untuk membantu dan mempersiapkan karyawan dalam menghadapi pensiun. (Moenir,2000:10)

Soekidjo (1992:27) pelatihan me-rupakan “bagian dari proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan ke-mampuan atau keterampilan khusus se-seorang atau kelompok orang”. Sementara itu William dalam (Moekijat, 1991:2) “pelatihan adalah suatu kegiatan tim dan staf yang tujuannya adalah mengem-bangkan pemimpin untuk memperoleh efektivitas pekerjaan perorangan yang lebih besar, hubungan antara perorangan dalam organisasi yang lebih baik”.

Flippo (1984:91) mengemukakan bahwa ada lima alasan perlu diadakannya pelatihan yaitu: (1) Kebutuhan akan kenaikan hasil produksi yang memenuhi kualitas dan kuantitas, (2) Mengurangi kecelakaan di lingkungan kerja, (3) Mengurangi pengawasan, sebab pegawai yang terlatih baik akan mampu mengawasi diri sendiri dalam pekerjaan baik dari segi kuantitas maupun segi keselamatan kerja, (4) Meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas organisasi, (5) Meningkatkan moral pegawai.

Irianto (2001:27) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) tahapan yang harus dilaksanakan dalam setiap kegiatan pelatihan yaitu: tahapan analisis kebutuhan pelatihan (assessment phase), tahapan implementasi program pelatihan (imple-mentation phase), dan tahap evaluasi program pelatihan (evaluation phase). Wahjosumidjo (2001:361) mengemukakan pelatihan dapat diartikan sebagai proses perbaikan staf melalui berbagai macam pendekatan yang menekan realisasi diri (kesadaran), pertumbuhan pribadi dan pengembangan diri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pelatih-an merupakan sebuah proses pengem-bangan sumber daya manusia yang dilaku-kan dengan tujuan mengarahkan kepada peningkatan pola pikir, tingkah laku, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, sehingga peserta pelatihan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana dia bekerja secara dinamis. Sehingga pelatihan merupakan usaha yang dilakukan untuk peningkatan kemampuan dalam mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi.

Kompetensi Profesional

Undang-Undang Republik Indone-sia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, meng-arahkan, melatih, menilai, dan meng-evaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan me-nengah. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai bahwa guru haruslah orang yang memiliki insting sebagai pendidik, mengerti dan memahami peserta didik.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidup-an yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dosen sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajar-an; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan ran-cangan penelitian dan pengembangan Borg dan Gall (1983) dan rancangan model prosedural yang dikembangkan oleh McKenny (2001). Rancangan model Borg dan Gall (1983:775-776), ada 10 langkah dalam pelaksanaan Research and Develop-ment, yaitu: (1) Research and information collecting, (2) Planning, (3) Develop preliminary form of product, (4) Preminary fiel testing, (5) Mein product revision, (6) Mein fiel testing, (7) Operasional product revision, (8) Operasional fiel testing, (9) Final product revision, (10) Dominition and implementation.

Berdasarkan sepuluh langkah ter-sebut oleh Sukmadinata (2006:176) dimodifikasi menjadi 3 langkah penelitian dan pengembangan, tahap penelitian yang dikembangkan yaitu: (1) tahap studi pendahuluan sebagai needs and contens analysis, (2) tahap pengembangan sebagai design, development, and evaluation, (3) tahap pengujian efektifitas produk sebagai semi-sumative evaluation.

Prosedur pengembangan yang di-ikuti tersebut meliputi tahapan (1) studi pendahuluan, (2) tahap pengembangan, uraian lengkap prosedur ini dapat diikuti pada penjelasan berikut:

Tahap ini dilakukan kegiatan mengkaji pustaka dan analisis kebutuhan model manajemen pelatihan kompetensi profesional Mengkaji pustaka dilakukan dengan kegiatan (1) menganalisis model pelatihan yang selama ini dilakukan; (2) menganalisis sub-sub materi pokok untuk pengembangan model pelatihan; (3) meng-analisis buku sumber untuk menemukan landasan konsep model pelatihan.

Teknik analisis data dalam peneli-tian ini terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif yang meliputi: Data mengenai kondisi dan kebutuhan sistem model pelatihan dianalisis dengan teknis persentase, evaluasi melalui angket skala Likert. Angket tertutup akan dianalisis menggunakan teknik analisis rata-rata.

Data hasil angket terbuka dan rekaman diskusi terfokus FGD akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Kriteria nilai rata-rata evaluasi draf produk pengembangan yaitu: (1) 3,20-,5,00 sangat baik, (2) 2,20,-3,19 baik, (3) 1,20-2,19 kurang baik, (4) 0,00-1,19 tidak baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil studi kebutuhan pelatihan menemukan gambaran kebutuhan pelatih-an kompetensi profesional pada kelempok kerja guru (KKG) gugus V wilayah 3 guru yang dibutuhkan oleh guru sekolah dasar, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1 Rerata Skor Aspek Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar Pada        Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus 5 Wilayah 3 Dikabupaten Gowa Saat Ini

Kategori

Jumlah

Persentase

Sangat baik

0

0%

Baik

5

16,66%

Kurang baik

15

48,57%

Tidak baik

10

37,14%

Jumlah

30

100%

Pada indikator kategori sangat baik 0% pada hasil pre-test kompetensi profesional guru khususnya penulisan karya tulis ilmiah (PTK). Pada indicator kategori baik 5 orang atau 16,66% pada hasil pres test kompetensi profesional guru khususnya penulisan karya tulis ilmiah (PTK). Pada indicator kategori kurang baik 15 orang atau 50,00% pada hasil pres test kompetensi profesional guru khususnya penulisan karya tulis ilmiah (PTK). Pada indicator kategori tidak baik 10 orang atau 33,33% pada hasil pres test kompetensi profesional guru khususnya penulisan karya tulis ilmiah (PTK).

Tabel 2 Rerata Skor Aspek Kebutuhan model manajemen pelatihan kompetensi profesional yang dibutuhkan pada kelompok kerja guru           (KKG) gugus 5 wilayah 3 dikabupaten Gowa.

Indikator yang dibutuhkan

Rerata (n=30)

Kategori

Kompetensi Instruktur pelatihan

3,40

Sangat Penting

Fasilitas Pelatihan

3,02

Penting

Perencanaan Pelatihan

4,00

Sangat Penting

Pengorganisasian Pelatihan

3,10

Penting

Evaluasi Pelatihan

3,60

Sangat Penting

Rata-rata

3,42

Sangat Penting

Pada indicator kompetensi instruk-tur pelatihan rerata skor 3,40, dapat dikatakan bahwa secara umum pada 30 responden sangat penting. Pada indikator fasilitas pelatihan rerata skor 3,02, dapat dikatakan bahwa secara umum rumusan fasilitas pelatihan pada 30 responden penting. Pada indikator perencanaan diklat rerata skor 4,00 dapat dikatakan bahwa secara umum pada 30 responden sangat penting. Pada indikator pengorganisasian pelatihan 3,10, dapat dikatakan bahwa secara umum pada 30 responden penting. Pada indikator evaluasi pelatihan rerata skor 3,60 dapat dikatakan bahwa secara umum pada 30 responden sangat penting. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kompetensi profesional guru sekolah dasar selama ini berada pada kategori rendah sehingga sangat penting dilakukan pelatihan kompetensi profession-nal bagi guru SD.

Pembahasan

Hasil analisis kebutuhan pelatihan kompetensi profesional pada guru sekolah dasar menggambarkan bahwa sebagian besar guru sekolah dasar di kabupaten Gowa sangat mengharapkan adanya model pelatihan khusus kompetensi profesional untuk penulisan karya tulis ilmiah. Meskipun berbagai aspek belum terencana dan terlaksana dengan baik di sekolah dasar, namum kebutuhan guru terhadap model pelatihan kompetensi profesional pada guru sekolah dasar sangat tinggi.

Beberapa guru sekolah dasar sangat mengingingkan agar model pelatihan kompetensi profesional pada guru sekolah dasar diajarkan dan dilatihkan pada guru sekolah dasar.

Pelatihan merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada sebuah institusi, kebutuhan pelatihan dapat menngkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang merupakan asset penting dalam institusi. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat meningkat-kan kinerja institusi dalam menghadapi perubahan dan persaingan eksternal.

Uraian diatas sejalan dengan penelitian Christine Bieri and Patricia Schuler (2011), Penelitian ini mengunkap-kan bahwa untuk mendapatkan guru professional diperlukan kualifikasi dan kompetensi dan hasil yang baik untuk lulus beberapa ujian dan tes, yang dikenal sebagai assessment center . Uraian di atas sesuai dengan pendapat Simamora (2006), dan Mujiman (2009), bahwa diklat sangat dibutuhkan dalam peningkatan pengetahuan, kemampuan, motivasi, dan kepuasan belajar sehingga dapat mengha-silkan perubahan kemampuan sesuai dengan karakteristik pribadi dan lingkung-an peserta sehingga pelatihan/diklat mem-berikan manfaat untuk: (1) meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas; (2) mengurangi waktu belajar yang diperlukan pegawai untuk mencapai standar yang dapat diterima; (3) menciptakan sikap, loyalitas, dan kerjasaman yang lebih meng-untungkan; (4) memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia; (5) mengurangi kecelakaan kerja; (6) membantu pegawai mengembangkan kepribadian.

Helen Bound ( 2011), bahwa pem-belajaran guru terjadi tidak hanya melalui sesi formal, tetapi juga melalui kegiatan pelatihan in formal. Pelatihan yang diberikan kepada guru harus dilihat kondisi struktur tempat kerja, budaya dan sejarah organisasi sehingga kemungkinan mencip-takan profesional guru dan pengembangan. Praktek pedagogis yang dianut dalam berbagai pelatihan saat ini perlu mengadopsi teknologi komunikasi informasi (ICT). Perencanaan untuk pengembangan profesional guru harus sangat dikontekstualisasikan. Dalam rangka mela-kukan perencanaan ini, diperlakukan analisis yaitu: (1) identifikasi kebutuhan belajar dari para guru sendiri; (2) analisis kekurangan aktivitas guru; (3) hubugan sosial, politik dan ekonomi secara kontekstual yang dipengaruhi professional guru.

SIMPULAN

Kompetensi profesional guru SD pada wilayah 5 Gugus 3 di Kabupaten Gowa kurang baik. Kebutuhan model ma-najemen pelatihan kompotensi profesional diharapkan guru di Sekolah Dasar perlu dimulai dari: (1) perencanaan (analisis kebutuhan, merancang); (2) pelaksanaan (mengembangkan, dan mengimplemetasi-kan); dan (3) evaluasi Berdasarkan angket kebutuhan pelatihan diketahui bahwa kondisi kebutuhan pelatihan kompetensi profesional pada guru sekolah dasar sangat tinggi dengan rerata skor 3,42.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2007. Kompetensi Kepribadian Guru. Bandar Lampung: Universitas`lampung Press.

Borg, Welter R. Dan Meredith D. Gall. 1983. Educational Research An introduction. New York: Longman.

Fattah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya

————-. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Flippo B. Edwin. 1984. The Personnel Management. Mc Graw Hill Book Company

Hasanah, Fitria Nur. (2012) Profil Motivasi Belajar Siswa Dilihat Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga. Skripsi PPB FIP UPI Bandung

Hersey, P. & Blanchard, K.H. (1988). Management of organizational behavior (5th Ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Irianto, J. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan: Dari analisis             Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan. Surabaya: Penerbit Insan       Cendekia.

Kamil, Mustofa. 2010, Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi)’      Bandung: Alfabeta

Moenir. 2000. Manajemen Pelayanan Publik. Bina Aksara. Jakarta

Moekijat. 1991. Kamus Pendidikan dan Latihan. Bandung: Alumni.

Mulyono. 2009. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Yogyakarta:    Ar-Ruzz Media.

Nana Sudjana. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Suara Baru Algesindo.

Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gadja Mada       University Press.

Ranu Pandoyo, Hendrachman dan Suad Husnan. 1999. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE.

Soekidjo Notoatmodjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:      Rineka Cipta

Stoner, James, A. F dan Freeman. (1994). Manajemen (edisi Bahasa Indonesia). Edisi Kelima. Jakarta: Prenhallindo

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukmadinata, N.S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.

Terry, G.R. 1977. Principles of Manajement, Illionis: Dow Jones-Irwin Inc.

—————.2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bandung: Penerbit Citra Umbara.

 

Wahjosumidjo, 2001, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.