KEMAMPUAN MENULIS CERITA DENGAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA
DENGAN METODE PEMBELAJARAN
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS III SD NEGERI PENGKOL 01 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Endang Purwantiningsih
SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis cerita pada siswa kelas IV SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo setelah dilakukan penerapan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Penelitian PTK ini dilakukan di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. subjek dan sumber data diperoleh dari siswa kelas III berjumlah 36 siswa di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Pengumpulan data menggunakan tes. analisis data dilakukan menggunakan metode kualitatif.Kesimpulan hasil penelitian diketahui bahwa model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compocition (CIRC) meningkatkan kemampuan menulis cerita pada siswa kelas III SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Dari Pra Siklus sampai Siklus II. Pada pelaksanaan pra siklus diperoleh rata-rata sebesar 64,86, dibandingkan dengan nilai siklus I menulis cerita diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 5,94% dari 64,86 menjadi 70,8. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,42,4% dari rata-rata 70,8 menjadi 78,22 ≥ KKM = 75. Secara keseluruhan peningkatan dari pra siklus sampai siklus II sebesar 13,36%. Tingkat keberhasilan penelitian ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari tiap siklusnya mengalami peningkatan. Penilaian yang dilakukan peneliti dan guru meliputi: bahasa, isi tulisan dan sistematika tulisan. Berikut nilai yang diperoleh siswa selama penelitian ini.
Kata kunci: Kemampuan Cerita Dengan Metode Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keterampilan menulis sebagai salah satu komponen dari keterampilan berbahasa mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Melalui kegiatan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Oleh sebab itu, kegiatan menulis adalah keterampilan berbahasa yang dianggap paling sukar untuk dikuasai dibanding dengan keterampilan yang lainnya. Penuangan ide dan gagasan yang berupa tulisan harus memperhatikan kaidah tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang benar. Namun pembelajaran menulis kurang mendapat perhatian khusus, padahal kegiatan ini bagian dari aspek kemampuan berbahasa. Dengan menulis, seseorang dapat menceritakan ide, perasaan, peristiwa, dan benda kepada orang lain. Oleh karena itu, kemampuan ini perlu diajarkan di sekolah dasar dengan tepat. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pengajaran menulis tidak dilakukan secara benar.
Diperoleh fakta bahwa masih terdapat siswa yang keterampilan menulis dibawah rata-rata. Hal ini disebabkan para siswa mengalami kesulitan menuangkan ide ketika mendapat tugas dari guru untuk membuat tulisan atau sejenisnya. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menentukan tema, menyusun kalimat, kurang menguasai kaidah bahasa, dan sebagainya. Kesulitan seperti inilah yang dihadapi para siswa sehingga menyebabkan mereka tidak bisa menyampaikan ide dan gagasan dengan baik, bahkan mereka menjadi enggan untuk menulis. Hal ini tidak terlepas dari peran guru sebagai penyampai materi pelajaran. Pembelajaran keterampilan menulis yang selama ini disampaikan oleh guru hanya berorientasi pada penyampaian teori dan pengetahuan bahasa, sedang proses pembelajaran keterampilan menulis seringkali diabaikan oleh guru. Pembelajaran demikian menyebabkan siswa jenuh dan bosan.
Rendahnya ketrampilan menulis cerita siswa kelas III di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan para siswa sering mengeluh ketika diberi tugas untuk menulis narasi. Akibatnya, kemampuan menulis anak hanya sekitar 35% siswa yang menulis dengan baik sisanya hanya mengerjakan asal-asalan saja. Jadi nilai sebagian siswa masih tergolong rendah dari nilai rata-rata yang harus dicapai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya mengarang adalah 75.
Kedua, waktu pembelajaran kurang efektif. Hal ini disebabkan banyak siswa yang masih bingung dengan ide yang akan dituangkan dalam tulisan mereka. Dengan demikian banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk berpikir, maka siswa tidak akan menyelesaikan tulisan mereka dengan sempurna. Guru tidak akan mengambil risiko untuk mengulang kegiatan menulis pada pertemuan selanjutnya karena beliau juga dituntut harus menyelesaikan materi lain yang tentunya juga penting.
Berdasar kedua permasalahan di atas peneliti melakukan penelitian PTK dengan menggunakan metode pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Slavin (2009: 200) berpendapat bahwa CIRC sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa para kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. Seperti dalam kasus pengembangan CIRC yang secara simultan difokuskan pada kurikulum dan pada metode pembelajaran kooperatif sebagai sarana untuk memperkenalkan tehnik terbaru latihan-latihan kurikulum yang berasal terutama dari penelitian dasar mengenai pengajaran praktis pelajaran membaca dan menulis. Pelajaran menulis dan seni berbahasa adalah untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas. Dalam program CIRC, para siswa merencanakan, merevisi, dan menyunting karangan siswa dengan kolaborasi yang erat dengan teman satu tim siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah penerapan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pada siswa kelas III SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2014/2015?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis cerita pada siswa kelas III SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2014/2015 setelah dilakukan penerapan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian bagi guru memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran menulis, serta dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran menulis cerita denga menggunakan metode CIRC. Manfaat bagi sekolah sebagai sumber informasi tentang penggunaan metode pembelajaran sehingga nantinya ada peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis cerita dengan menggunakan CIRC sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran Menulis Cerita
Sumiyo (2000: 2) mengutip pendapat Affandi bahwa pengertian menulis adalah mengorganisasikan ide menjadi rangkaian yang logis. Lado (dalam Tarigan, 2000: 21) mengemukakan bahwa “Menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Sementara dalam kamus mengartikan menulis adalah tindakan melakukan pikiran atau perasaan” (Poerwadarminta, 2000: 634). Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Bahwa menulis yang baik adalah menulis yang bisa dipahami oleh orang lain (Nurudin 2007: 4 ). Menulis menurut Harefa (2003: 3) sebagai “Kemampuan memahami diri sendiri dan mengeluarkan secara tertulis, atau mengorganisasikan ide menjadi rangkaian yang logis dalam tulisan”. Menulis adalah sebuah aktivitas berkomunikasi yang bertujuan mengekspresikan gagasan atau menyampaikan pesan kepada pembaca.
Writing people have to master the visual symbol or device and order arrange to write the. Communications fluency write depend on visual device. an form of visual device communications system. So that communications of passing device write to earn is such as those which expected, writer shall pour its idea to correct, regular, and complete (Warschauer, 2009: 102).
Kutipan di atas mempunyai pengertian kurang lebih bahwa dalam menulis orang harus menguasai lambang atau simbol visual dan aturan tata tulis. Kelancaran komunikasi menulis tergantung pada lambang yang divisualkan. Karangan (tulisan) adalah suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar komunikasi melalui lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
Harefa (2003: 3) menyatakan menulis merupakan padanan kata dari mengarang. Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Jadi, menulis dapat diartikan juga sebagai salah satu cara berkomunikasi antar manusia dengan bahasa tulis. Tulisan tersebut dirangkai ke dalam susunan kata dan kalimat yang runtut dan sistematis, sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh orang yang membacanya. Seorang penulis yang ingin menyampaikan gagasan atau ide harus dapat mengorganisasikan kata-kata yang dipakainya ke dalam kalimat. Hal tersebut tidaklah mudah, karena tidak semua pembaca dapat memahami makna bahasa tulis seseorang. Maka komunikasi dengan bahasa tulis memerlukan keterampilan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan dengan bahasa tulis yang tepat, teratur, dan jelas.
Menurut The Liang Gie (dalam Nurudin, 2007: 5 – 14), unsur menulis setidaknya terdiri dari; gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi), tatanan, dan wahana.
Sejalan dengan pendapat tersebut Tompkins (dalam Santosa, 2008: 23) juga berpendapat sama yaitu dalam proses menulis terdapat 5 tahap, yaitu: 1). Pramenulis, 2) pembuatan draf, 3) merevisi, 4) menyuting, dan 5) berbagi (sharing). Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draf awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi.
Cooperative Learning (Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Salah satu metode pembelajaran cooperative learning yaitu Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). CIRC merupakan sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa para kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. CIRC adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling efektif dalam pelajaran membaca, dan seni berbahasa. CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah tradisional dalam pelajaran membaca, menulis, seni berbahasa. Dasar pemikiran utama untuk penggunaan kelompok dengan kemampuan homogen dalam pelajaran membaca adalah bahwa para siswa perlu memiliki materi-materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa (Slavin, 2008: 200).
Satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif: Para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang di koordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa termotivasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada pembelajaran seluruh anggota tim.
Dijelaskan (Slavin, 2008: 205) bahwa tujuan utama dari para pengembang program CIRC terhadap pelajaran menulis dan seni berbahasa adalah untuk merancang mengimplementasikan dan mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas. Respons dari kelompok teman adalah unsur khas dari model-model proses penulisan, tetapi keterlibatan teman jarang sekali menjadi kegiatan sentralnya. Akan tetapi, dalam program CIRC, para siswa merencanakan, merevisi, dan menyunting karangan mereka dengan kolaborasi yang erat dengan teman satu tim mereka. Pengajaran mekanika bahasa benar-benar terintegrasi sekaligus menjadi bagian dari pelajaran menulis, dan pelajaran menulis sendiri terintegrasi sekaligus menjadi bagian dari pelajaran menulis, dan pelajaran menulis sendiri terintegrasi dengan pengajaran pelajaran memahami bacaan baik dengan keterpaduan kegiatan-kegiatan proses menulis dalam program membaca maupun dengan penggunaan kemampuan memahami bacaan yang baru dipelajari dalam pengajaran-pengajaran menulis.
Sauter (dalam Slavin: 2008: 211) berpendapat bahwa salah satu faktor yang paling penting dalam mengimplementasikan CIRC adalah waktu yang diperlukan untuk merencanakan. Modifikasi dari tiap proses tanpa mengubah tujuannya dapat dilakukan berdasarkan konsep-konsep dari CIRC dan mengimplementasikannya. Dalam pelaksanaan CIRC, dapat diperoleh: 1)para siswa menikmati; 2)para siswa meraih kesuksesan yang lebih besar karena mereka merupakan bagian dari proses tersebut dan; 3)semua yang selesai melakukan program tersebut menjadi pembaca yang lebih baik.
Pelaksanaan CIRC menurut Slavin (2008: 204) untuk pembelajaran dengan materi menulis dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1)Membagi siswa dalam beberapa kelompok; 2)Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang materi yang akan dijadikan bahan tulis; 3)Siswa mengerjakan tugas membuat karangan; 4)Siswa memperbaiki tata tulis dalam karangan dan 4)Siswa membuat laporang hasil karangan.
Metode CIRD dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita di SD
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 709) mengartikan Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Bila kaitanya dengan kemampuan bahasa maka diartikan dengan kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai yang dilihat dari system bahasa. Kemampuan berinteraksi merupakan kemampuan seseorang untuk berinteraksi di suatu masyarakat , bahasa mencakup sopan santun, memahami giliran dalam bercakap-cakap, dan mengakhiri percakapan. Sedangkan kaitanya dengan penelitian ini adalah kemampuan verbal yaitu kemampuan siswa secara potensial di bidang bahasa yang dapat di ukur melalui pengetahuan kosa kata, melengkapi kalimat, hubungan kata, dan wacana.
Menulis menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 279) adalah membuat huruf atau angka dengan pena, pensil, kapur dan lain sebagainya, guna melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan atau berkirim surat. Menulis dengan kata lain adalah kegiatan menciptakan angka-angka atau huruf-huruf dengan tersusun yang merupakan isi pikiran seseorang lalu dirangkai dalam sebuah kata, kalimat, paragraf lalu membentuk apa yang ia maksudkan. Disini kemampuan menulis yang penulis maksudkan adalah seberapa jauh siswa dapat membuat tulisan sesuai dengan kaidah yang benar.
Pembelajaran menulis cerita adalah pembelajaran praktik dan oleh karenanya membutuhkan latihan dan praktik yang terarah. Pembelajaran menulis cerita lebih bersifat mekanistik dan bukan teoritis. Membuat cerita bukanlah menjabarkan kerangka ilmu tentang cerita sehingga pembelajaran yang sifatnya menjelaskan teori tentang cerita dianggap kurang relevan dengan target pembelajaran.
Menulis cerita membutuhkan pemahaman isi teks asli secara utuh dan komprehensif. Alasanya, karena yang akan dirangkum adalah isi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran diperlukan pembimbingan yang mengarah pada pemahaman isi. Bedah isi teks dalam hal ini harus mengawali pembuatan cerita. Untuk ini perlu dilakukan diskusi kelompok yang bekerja sama mempersepsi isi teks. Di sini dibutuhkan model pembelajaran cooperative yang dapat mengendalikan tim kerja serta tanggung jawab pada tiap anggota kelompok. Tanggung jawab tiap anggota kelompok ini kemudian diharapkan berkembang sehingga tugas-tugas akhir tiap siswa secara individual dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian ini model pembelajaran cooperative yang dapat mengakomodasi tuntutan pembelajaran cerita adalah model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yang dikemukakan pertama kali oleh Robert E Slavin (2008: 3). Model ini sangat erat kaitannya dengan pengembangan kemampuan memahami isi teks (reading) dan mensintesis kembali bagian-bagian dari isi teks (composition) dalam bentuk cerita. Dengan model ini, kerjasama kelompok akan menemukan isi teks (sebelum dirangkum) secara utuh dan pada akhirnya kegiatan tiap anggota memiliki tanggung jawab dalam menulis cerita.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan September s/d November 2014. Subjek yang melakukan tindakan adalah peneliti, sedangkan siswa kelas III berjumlah 36 siswa di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo sebagai subyek penerima tindakan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini dari siswa Kelas III di SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014-2015.
Teknik pengumpulan data menggunakan tugas, maksunya siswa diberi tugas untuk memuat karangan atau menulis cerita dengan teman bebas.
Teknik analisi data yang dilakukan peneliti ialah menggunakan analisi data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (2004), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisi data kualitatif dilaukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.6 Aktivitas dalam analisis data ini adalah dengan reduksi data, display data, dan kesimpulan.
Indikator Keberhasilan Tindakan
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas pembelajaran menulis cerita pada siswa kelas III mengalami peningkatan dalam kemampuan siswa dalam menulis ceriata apabila persentase dari data yang di peroleh menunjukkan ≥ 75 atau lebih dari 75% , maka siswa akan dikatakan kategori baik.
Prosedur penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dengan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian pendahuluan serta paparan hasil penelitian, berikut ini dijabarkan pembahasan hasil penelitian yang meliputi kualitas pembelajaran dan kemampuan menulis cerita siswa kelas III SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menulis Cerita dengan Penerapan Pendekatan CIRC
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) keterampilan menulis cerita melalui pendekatan CIRC dari siklus I sampai dengan siklus II. Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi yang ada dilapangan. Berdasarkan hasil kegiatan observasi ini peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis cerita pada siswa kelas III SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo masih tergolong rendah. Kemudian peneliti berupaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan penerapan CIRC dalam pembelajaran menulis cerita.
Peneliti menyusun rencana guna melaksanakan siklus I. siklus pertama merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran menulis cerita dengan menerapkan pendekatan CIRC. Berdasarkan siklus I ini dapat dideskripsikan hasil pembelajaran menulis cerita dengan pendekatan CIRC. Dari deskripsi tersebut ternyata masih dapat beberapa kekurangan atau kelemahan dalam pelaksanaannya.
Siklus II merupakan siklus yang dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran kemampuan menulis cerita dengan pendekatan CIRC. Berdasarkan pelaksanaan siklus II dapat dilihat peningkatan proses dan hasil kemampuan siswa dalam mengarang cerita sudah lebih dari KKM (≥ 75).
Siswa mengalami peningkatan dalam pembelajaran menulis cerita
Sebelum diadakan tindakan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran menulis cerita. Siswa juga merasa malas mengawali kegiatannya dalam pembelajaran menulis, apalagi masih sulit untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan secara runtut. Kebanyakan siswa masih kacau untuk menuliskan suatu tulisan yang runtut. Siswa masih menuliskan dengan alur yang meloncat-loncat dan berputar-putar.
Setelah diadakan tindakan kemampuan menulis cerita meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaannya. Siswa sudah mampu menulis cerita. Hasil tulisan siswa menjadi lebih teratur. Susunan kalimat dan paragrafnya pun cukup baik. Hal ini tidak lepas dari peran guru yang selalu mengingatkan siswa untuk memperhatikan penggunaan bahasa dalam kalimatnya.
Tingkat keberhasilan penelitian ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari tiap siklusnya mengalami peningkatan. Penilaian yang dilakukan peneliti dan guru meliputi: bahasa, isi tulisan dan sistematika tulisan. Berikut nilai yang diperoleh siswa selama penelitian ini.
Pada pelaksanaan pra siklus diperoleh rata-rata sebesar 64,86, dibandingkan dengan nilai siklus I menulis cerita diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 5,94% dari 64,86 menjadi 70,8. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,42,4% dari rata-rata 70,8 menjadi 78,22.
Guru berhasil membangkitkan minat siswa denagan pendekatan CIRC
Minat siswa terhadap pembelajaran menulis cerita dapat dikatakan mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa terlihat antusias dan semangat. Dengan penerapan metode pembelajaran CIRC dengan menerapkan keempat komponen yang ada sehingga mampu memancarkan energi positif pada diri siswa. Misalnya banyak siswa yang mengacungkan tangan menjawab pertanyaan dari guru apabila menemukan hal yang belum siswa pahami.
Siswa juga selalu menunggu-nunggu untuk mengikuti pelajaran menulis cerita dengan pendekatan CIRC. Siswa merasa kegiatan belajarnya menjadi semakin menyenangkan karena siswa bebas memilih topik menulis cerita sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri tanpa harus ada tekanan dari guru. Siswa juga merasa sangat terhibur karena adanya suasana baru dalam pembelajaran.
Hubungan Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui Pembelajaran CIRC dalam Penelitian Tindakan Kelas
Banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapat bahwa guru menempati kedudukan yang pokok dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Guru memiliki peran yang sangat besar demi tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Sebab guru sebagai pihak yang harus mengorganisasi atau mengelola elemen-elemen lain seperti kurikulum, sistem penyajian bahan pelajaran, sistem administrasi, dan sistem evaluasi.
Dari temuan hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru memiliki peran yang sangat menentukan demi keberhasilan KBM. Berdasarkan pertimbangan itu dan kenyataan bahwa kekurangterampilan siswa dalam menulis lebih disebabkan oleh faktor guru, maka tindakan yang dipilih untuk dilakukan dalam penelitian ini berupa pemberdayaan guru. Pengetahuan dan keterampilan mengajar guru perlu ditingkatkan sehingga pada akhirnya guru mampu menunaikan tugas dengan baik. PTK-lah yang dipilih untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam KBM. PTK merupakan kerja kolaboratif antara peneliti dan guru BI. Guru terlibat secara aktof dalam setiap langkah yang dilakukan, yakni sejak penyusunan perencanaan sampai dengan kegiatan penilaian terhadap kinerja dan keterampilan siswa maupun kinerja guru itu sendiri.
Tugas utama guru dalam pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan yang menunjang sehingga terjadi perubahan perilaku siswa. Sehubungan dengan tujuan utama kegiatan mengajar adalah membelajarkan siswa, maka guru harus mampu mengenal, memahami dan menerima karakter bijak apabila guru mampu mengenal, memahami dan menerima karakter peserta didik berkaitan dengan: (1) tingkat kecerdasan dan bakat anak, (2) prestasi awal, (3) perkembangan jasmani dan kesehatan, (4) cita-cita, sikap, minat dan hobi, (5) kebiasaan dan latar sosial keluarga, (6) sifat-sifat khusus dan persoalan pribadi anak (Rusyan, dkk., 2008: 15).
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa kekurangterampilan siswa dalam menulis itu antara lain disebabkan oleh kekurangtepatan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan itu, guru perlu menerapkan pembelajaran CIRC. Pembelajaran CIRC adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sehari-hari. Penekanan pembelajaran CIRC ada 4 prinsip atau komponen yaitu prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), tanggung jawab perseorangan (individual accountability), interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), partisipasi dan komunikasi (participation communication). (1) Ketergantungan Positif (Positive Interdependence) (Slavin, 2009: 109).
Keempat elemen tersebut dalam pembelajaran CIRC dapat terwujud, maka ciri-ciri proses dan hasil pembelajaran akan tampak berhasil. Empat elemen pembelajaran CIRC tersebut dapat diterapkan pada pembelajaran menulis dengan metode pembelajaran CIRC yang bervariasi, termasuk pembelajaran menulis pengalaman (Slavin, 2009: 129).
Perlu diperhatikan oleh guru bahwa pemberian latihan kepada siswa ada beberapa aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan menulis antara lain adalah (1) pengorganisasian gagasan, (2) penyusunan kalimat efektif, (3) pemilihan diksi, dan (4) penguasaan ejaan. Perhatian dan penekanan pada butir-butir tersebut lebih banyak diberikan oleh guru melalui pemberian latihan menulis selesai (Sumiyo, 2000: 29).
Sementara itu, berkenaan dengan upaya meningkatkan motivasi siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis serta aktivitas menulis, guru senantiasa berupaya mengefektifkan pengelolaan kelas. Upaya ini dapat dikatakan cukup berhasil. Partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran makin meningkat. Hal itu antara lain terlihat pada makin seringnya siswa bertanya kepada guru. Siswa makin aktif dan dalam kegiatan pembahasan hasil karangan. Kedinamisan itu terlihat bukan saja dari adanya interaksi antara siswa dan guru, tetapi juga antarsiswa. Peningkatan siswa juga nyata sekali tampak pada peningkatan akitivitas siswa dalam menulis.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compocition (CIRC) dapat ditarik simpulan terjadi peningkatan kemampuan menulis cerita pada siswa kelas III SD Negeri Pengkol 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Dari Pra Siklus – Siklus II. Pada pelaksanaan pra siklus diperoleh rata-rata sebesar 64,86, dibandingkan dengan nilai siklus I menulis cerita diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 5,94% dari 64,86 menjadi 70,8. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,42,4% dari rata-rata 70,8 menjadi 78,22 ≥ KKM = 75. Secara keseluruhan peningkatan dari pra siklus sampai siklus II sebesar 13,36%. Tingkat keberhasilan penelitian ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari tiap siklusnya mengalami peningkatan. Penilaian yang dilakukan peneliti dan guru meliputi: bahasa, isi tulisan dan sistematika tulisan. Berikut nilai yang diperoleh siswa selama penelitian ini.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, dapat diberikan saran sebagai berikut, Saran bagi guru hendaknya terus berinovasi menggunakan berbagai macam model pembelajaran, strategi atau media pembelajaran yang dapat merangsang minat, kemandirian dan keaktifan siswa. Saran bagi sekolah di harapkan pihak sekolah dapat mengembangkan dan memperbaiki iklim pembelajaran bahasa Indonesia dalam rangka meningkatkan kompetensi berbahasa Indonesia siswa. Melakukan kegiatan wisata sebagai sumber cerita siswa sehubungan dengan tugas dalam membuat karangan berdasarkan cerita.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Harefa. 2003. Menulis itu Mudah: Jakarta. Gramedia.
Milles, F.D dan Hubermen, H. 2004 Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Nunan, Setyawan. 2006. “Pengembangan Pembelajaran Menulis. “ Makalah. Bintek Guru Bahasa Indonesia. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press.
Poerwadarminta, W.J.S. 2000. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.
Rusyan, Tabrani, Atang Kusdinar, dan Zainal Arifin. 2008. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santosa, Padji. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Obor Indonesia.
Suharsisni Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumiyo. 2000. Menulis Sebagai keterampilan Berbahasa. Sukoharjo: Universitas Veteran Bangun Nusantara.
Tarigan, Henry Guntur. 2000. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Warschauer, Mark. 2009. Learning to Write in the Laptop Classroom. Writing and Pedagogy. WAP vol 1.1. 101–112