PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG VOLUME KUBUS DAN BALOK
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG VOLUME KUBUS DAN BALOK
MELALUI PEMBUATAN ALAT PERAGA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI KEPUH 01 KECAMATAN NGUTER SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Endang Wahyuni
SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAKS
Penelitian ini bertujuan 1) Mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa tentang volume balok dan kubus melalui pembuatan alat peraga bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016; 2) Mendeskripsikan perubahan sikap siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah proses pembelajaran menggunakan pembuatan alat peraga. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Subjek adalah 19 siswa yang terdiri dari 4 putra dan 11 putri. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan penulis dalam dua siklus, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Melalui pembuatan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman tentang volume balok dan kubus bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dibuktikan adanya peningkatan ketuntasan dan nilai rata-rata dari kondisi awal ke siklus II. Peningkatan nilai ketuntasan dari 52,6% menjadi 100% meningkat sebanyak 47,4%. Nilai rata-rata dari 66,4 menjadi 78,7 meningkat sebanyak 12,3; 2) Melalui pembuatan alat peraga dapat meningkatkan perubahan sikap kearah positip bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dari peningkatan kegiatan siswa yang menunjukkan sikap positifnya (motivasi, perhatian, aktivitas, dan kemampuan) dari siklus I ke siklus II yaitu dari kategori baik meningkat menjadi amat baik.
Kata Kunci: Pemahaman Belajar, Volume Balok, Volume Kubus, Alat Peraga
PENDAHULUAN
Latak Belakang Masalah
Pada pembelajaran matematika yang penulis laksanakan di kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter dengan materi volume kubus dan balok belum mencapai hasil yang diharapkan. Dari hasil ulangan harian yang telah dilaksanakan, pencapaian KKM untuk Kompetensi Dasar tersebut masih di bawah ketuntasan. Dari 19 siswa, hanya 6 siswa (31,58%) yang mencapai KKM, sisanya 13 siswa (68,42%) belum mencapai KKM. Setelah melaksanakan refleksi dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut, penulis menemukan bebarapa permasalahan di antaranya: kegiatan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, guru hanya memberikan penjelasan dan contoh-contoh soal latihan, siswa masih pasif sehingga hanya mendengar, memperhatikan dan mencatat.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika tentang volume kubus dan balok diperlukan langkah-langkah perbaikan. Langkah yang dirasakan tepat adalah dengan mengubah pendekatan pembelajaran dari model konvensional ke pendekatan kontruktivisme. Pendekatan kontruktivisme meletakkan siswa sebagai subjek pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator yang bertugas membimbing dan mengarahkan siswa. Siswa sendirilah yang aktif dalam mengkontruksikan pengetahuan dengan jalan mengamati, menelusuri, serta menemukan dan membuat generalisasi tentang konsep yang diajarkan. Sejalan dengan pendekatan kontruktivisme diperlukan pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa, serta menggunakan alat peraga.
Penggunaan alat peraga dapat membantu siswa untuk lebih memahami suatu konsep yang akan disampaikan, penggunaan alat peraga yang tepat juga dapat menarik minat siswa dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan aktif dan efektif. Maka apabila penggunaan alat peraga dapat dikemas dengan pendekatan yang sesuai akan menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar yang lebih baik.
Sejalan dengan paparan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Volume Balok dan Kubus Melalui Pembuatan Alat Peraga bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian tindakan kelas sebagai berikut:1) Apakah melalui pembuatan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman tentang volume balok dan kubus bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016? 2) Bagaimanakah perubahan sikap siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah proses pembelajaran menggunakan pembuatan alat peraga ?
Tujuan Penelitian
Tujuanpenelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa tentang volume balok dan kubus melalui pembuatan alat peraga bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016; 2) Mendeskripsikan perubahan sikap siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah proses pembelajaran menggunakan pembuatan alat peraga.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajaran matematika tentang volume kubus dan balok. Manfaat bagi guru membantu menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Manfaat bagi sekolah memberikan masukan positif dan menjadi alternatif pendekatan pembelajaran matematika sehingga mampu meningkatkan kualitas sekolah sebagai lembaga pendidikan di masyarakat.
KAJIAN TEORI
Hakikat Matematika di Sekolah Dasar
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang artinya belajar atau hal yang dipelajari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:637) pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.
Menurut pendapat Uno (2008:129) matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualistas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman, 2003:252) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan dan dikembangkan di Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Kurikulum matematika adalah suatu kurikulum yang berhubungan dengan matematika dan cara mengorganisasi materi matematika menggunakan jawab pertanyaan: mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa matematika diajarkan di sekolah (Hudojo, 2003: 3).Matematika yang diajarkan di sekolah dasar terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih dan dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan agar dapat berkembang secara optimal. Mata pelajaran matematika berfungsi sebagai: 1) Alat untuk memahami atau menyampaikan informasi; 2) Pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian; 3) Ilmu pengetahuan (MKPBM, Tim, 2001: 55-56).
Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika untuk SD/MI berdasarkan KTSP adalah: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Mengggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah; 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.Adapun ruang lingkup pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi tiga aspek, yaitu: 1) Bilangan; 2) Geometri dan pengukuran; 3) Pengolahan data.
Sejalan dengan penelitian yang penulis laksanakan, materi pelajaran matematika yang akan dibahas adalah aspek geometri dan pengukuran, dengan standar kompentesi dan kompetensi dasar. sebagai berikut: 4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. 4.1 menghitung Volume kubus dan balok. 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok
Pemahaman dan Sikap dalam Pembelajaran Matematika
Pemahaman termasuk salah satu aspek pengembangan kemampuan kongnitif. Pemahaman merupakan penyerapan arti suatu materi pelajaran yang dipelajari. Ada tiga aspek dalam pemahaman yaitu kemampuan mengenal, kemampuan menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Walle (2008: 26) mendefenisikan pemahaman sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang telah ada.
Menurut Ruseffendi (1980: 124) pemahaman ada tiga macam, yaitu: pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Dalam pelajaran matematika dicontohkan mampu mengubah (translation) soal kata-kata ke dalam simbul dan sebaliknya, mampu mengartikan (interpretation) suatu kesamaan, mampu memperkirakan (ektrapolasi) suatu kencenderungan dari diagram.
Hasanah (dalam Abu Rahman, 2009: 21) mengungkapkan bahwa terbentuknya pemahaman dalam kegiatan belajar terjadi melalui beberapa proses, yaitu: 1) Menangkap ide yang dipelajari melalui pengamatan yang dilakukan. Hasil pengamatan yang dilakukan secara berulang merupakan awal terbentuknya pengetahuan siswa tentang suatu konsep; 2) Menggambarkan informasi yang baru dengan skema pengetahuan yang telah ada. Misalnya siswa belajar tentang volume kubus dan balok, apabila siswa telah memiliki pengetahuan tentang perkalian dan pembagian. 3) Mengorganisasi kembali pengetahuan yang telah terbentuk, artinya hubungan pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang telah terbentuk ditata kembali dan akan membentuk hubungan-hubungan baru; 4) Membangun pemahaman pada setiap belajar matematika akan memperluas pengetahuan yang dimiliki, sehingga akan bermanfaat dalam memberikan penalaran dalam memecahkan masalah atau situasi yang dijumpai ketika belajar.
Dari penjabaran di atas penulis menyimpulkan bahwa pemahaman dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenal, menjelaskan dan menarik kesimpulan suatu situasi atau tindakan melalui pendekatan pembelajaran kelompok dengan menggunakan alat peraga dan pencapaian pemahaman siswa dinilai berdasarkan hasil tes tertulis.
Dalam pembelajaran matematika pembentukan sikap dengan memperhatikan sikap positif siswa terhadap matematika. Menurut Djadir (dalam Saragih, 2007) bahwa sikap positif terhadap matematika perlu diperhatikan karena berkorelasi dengan prestasi belajar matematika, siswa yang menyukai matematika prestasinya cenderung tinggi dan sebaliknya. Slameto (2010: 188) menyatakan bahwa sikap merupakan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar, sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Sikap siswa (suka, tidak suka, dan kesenangan) tentang matematika sama pentingnya dengan keyakinannya. Suka dan senangnya siswa terhadap matematika tergambar dari sikap positifnya terhadap matematika, sebagaimana diungkapkan Walle (2008: 60) bahwa anak-anak yang senang dan puas jika dapat menyelesaikan soal atau senang mengatasi soal yang membingungkan akan lebih gigih untuk mencoba kedua atau ketiga kalinya, dan bahkan mencari soal yang baru. Sikap negetif memiliki pengaruh sebaliknya.
Bagi siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika memiliki ciri-ciri antara lain: menyenangi matematika, terlihat bersungguh-sungguh dalam belajar matematika, memperhatikan guru dalam menjelaskan materi yang diajarkan, dan aktif dalam diskusi. Menurut Saragih (2007) sikap positif terhadap pelajaran matematika antara lain: menyenangi matematika, sungguh-sungguh dalam belajar, menyimak penjelasan guru, menyelesaikan tugas tepat waktu, serta aktif dalam diskusi yang diadakan di kelas.
Terkait dengan penjelasan di atas, sikap terhadap matematika dalam penelitian ini adalah dengan memberi penilaian sikap terhadap siswa selama melaksanakan proses pembelajaran matematika dengan pendekatan belajar kelompok (diskusi) melalui penggunaan alat peraga. Siswa bersikap positif apabila memenuhi indikator sebagai berikut: Siswa sungguh-sungguh dan bersemangat selama kegiatan pembelajaran (motivasi), memperhatikan penjelasan guru (perhatian), berpartisipasi aktif dalam diskusi dan merespon dengan baik tantangan (aktif), mengerjakan tugas dengan tuntas dan selesai tepat waktunya (kemampuan).
Pengertian Alat Peraga
Azhar Arsyad (1997: 6) mengemukan tentang pengertian alat peraga, yaitu alat bantu pada proses belajar baik di dalammaupun di luar kelas. Alat peraga atau media pedidikan memilikipengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkatkeras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera. Alat peraga atau media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandunganpesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yangdisampaikan kepada siswa.
Menurut Sudjana (1989:76) alat peraga adalah suatu alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik. sedangkan Elly Estiningsih (1994) dalam Pujiati (2004:3) menyebutkan bahwa alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika.
Berdasarkan pengertian di atas, alat peraga adalah suatu benda nyata yang dapat dilihat dan disentuh secara jelas, untuk membantu mengembangkan konsep-konsep abstrak dalam materi matematika. Oleh karena itu, peran alat peraga sangat penting untuk membantu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut pada proses pembelajaran matematika.
Selanjutnya Soekidjo Notoadmojo (2003: 12) mengemukakan bahwa berdasarkan pembuatan dan penggunaannya alat peraga dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) a. Alat peraga yang rumit (complicated), seperti film, film strip slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor; 2) Alat peraga yang sederhana yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kertas koran, dan sebagainya.
Fungsi alat peraga dalam proses belajar mengajar, yaitu: 1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif; 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar; 3) Alat peraga dalam penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran; 4) Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap; 5) Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; 6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. (Nana Sudjana, 2002: 99)
Dengan demikian, yang dimaksud alat peraga pada penelitian ini adalah media pengajaran yang diartikan sebagai benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yang berfungsi untuk menghilangkan keabstrakan konsep bangun ruang yang berkaitan dengan materi tentang volume kubus dan volume balok.
Alat peraga yang digunakan berupa alat peraga sederhana Soekidjo Notoadmojo (2003: 12) yang mudah dibuat sendiri dengan kertas karton. Dengan pembuatan alat peraga sederhana ini minat siswa dalam pembelajaran matematika semakin besar, siswa dapat bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dan dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Dengan tercapainya hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang volume kubus dan balok.
Kerangka Berpikir
Peneilitian ini dilaksanakan berdasarkan kondisi hasil pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter yang belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan, yaitu pada materi pokok geometri tentang menemukan volume kubus dan balok (KD 4.1), dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok (KD 4.2).
Dari hasil refleksi pada kegiatan pembelajaran tersebut (pra siklus) rendahnya pemahaman siswa dikarenakan beberapa faktor, diantaranya: pendekatan pembelajaran yang masih konvensional, dimana guru hanya menjelaskan materi pelajaran dan memberi latihan-latihansebagai penguatan. Kegiatan belajar mengajar tersebut kurang diminati oleh siswa terlebih untuk pelajaran matematika yang masih dirasakan oleh sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang sulit.
Untuk menyikapi masalah tersebut, diperlukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, yaitu dengan menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Maka sebagai tindak lanjut pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dapat meningkat, penggunaan alat peraga merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui pembuatan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman tentang volume balok dan kubus bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016? 2)melalui pembelajaran pembuatan alat peraga tentang volume balok dan kubus dapat meningkatkan perubahan sikap siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguteryaitu pada siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika dengan materi pokok volume kubus dan balok. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan, yaitu dari bulan September s.d. Nopember 2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 19 siswa, terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Subjek penelitian digunakan sebagai sumber dalam mengumpulkan data-data penelitian yang meliputi peningkatan pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika dan sikap positif siswa dalam proses pembelajaran matematika setelah dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan model spiral dari Kemmis Mc Taggart. Model yang dikembangkan oleh Mc Taggart ini pada setiap siklusnya dilakukan melalui empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Alur siklus tersebut saling berkelanjutan dan berkesinambungan. Siklus pertama dilakukan berdasarkan masalah yang teramati, jika hasilnya masih kurang maka dilanjutkan pada siklus berikutnya yang merupakan perbaikan dari siklus pertama. Siklus dihentikan jika hasil penelitian dirasa sudah cukup dan memenuhi tujuan yang diharapkan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dan dianalisis dalam bentuk deskripsi, seperti hasil wawancara terhadap guru dan siswa, hasil observasi aktivitas guru, dan hasil catatan lapangan Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil perhitungan angka-angka. Data kuantitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa dan hasil tes evaluasi siswa setelah melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga. Sumber data diperoleh dari siswa kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman siswa pada materi volume kubus dan balok setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan bagaimana proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga. Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik tes dan dan nontes yaitu observasi, wawancara dan catatan lapangan.
Analisis data dilakukan dalam suatu penelitian untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang telah diperoleh. Data-data yang dianalasis dalam penelitian ini adalah data hasil tes, hasil observasi aktivitas guru dan siswa, hasil wawancara, dan hasil catatan lapangan, yang selanjutnya hasil dari analisis pada masing-masing siklus ini digunakan sebagai refleksi hasil tindakan untuk mengambil kesimpulan dan merencanakan tindak lanjut pada siklus-siklus berikutnya.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi:1)Nilai rata-rata kelas V lebih dari 70; 2)Ketuntasan hasil belajar termasuk dalam kategori baik dari jumlah peserta didik seluruhnya, yaitu 75% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan. ; 3)Keaktifan guru dan peserta didik dalam ketegori baik berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan rekan sejawat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang penulis laksanakan dalam dua siklus ini,melalui pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika dengan materi volume kubus dan balok menunjukkan adanya perubahan yang signfikan, bak dalam proses maupun hasil belajarnya.
Berpijak dari rendahnya pemahaan siswa kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter sebagaimana dijelaskan pada tahapan prasiklus di atas, penulis melakukan langkah-langkah perbaikan pembelajaran dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat peraga, adapun model pembelajarannya menggunakan teknik kegiatan belajar kelompok.
Untuk memperoleh data-data hasil tindakan, dalam setiap siklusnya dilakukan empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi tindakan. Setiap perencanaan tindakan, dirancang kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada kegiatan sebelumnya. Perencanaan siklus I didasarkan pada hasil pelaksanaan pembelajaran pada tahap pra siklus, sedangkan siklus II dirancang berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I. Sedangkan pelaksanaan tindakan untuk masing-masing siklus mengacu pada rencana yang telah disusun, selanjutnya melakukan observasi dan refleksi tindakan berdasarkan hasil yang telah dicapai pada masing-masing siklusnya.
Untuk mengetahui keberhasilan dari penelitian ini dengan melihat indikator keberhasilan yang akan dicapai. Pada penelitian ini indikator yang ditetapkan adalah 1) Ketuntasan belajar secara klasikal adalah 80% dari jumlah siswa, nilai ketuntasan yang ditetapkan adalah 65; 2) Meningkatnya sikap positif siswa selama pelaksanaan pembelajaran, yaitu 75% dari seluruh siswa menunjukkan sikap positif yang baik. Sikap positif ini dinilai berdasarkan empat indikator (aspek), yaitu motivasi belajar siswa, perhatian siswa, siswa aktif dalam kegiatan belajarnya, serta kemampuan menyelesaikan masalah, baik secara kelompok maupun individu.
Setelah melaksanakan tindakan dalam dua siklus, maka hasil tindakan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses kegiatan belajar siswa
Selama pelaksanaan siklus I terlihat adanya peningkatan kegiatan siswa yang menunjukkan sikap positifnya (motivasi, perhatian, aktivitas, dan kemampuan), yaitu 6 siswa (31,6%) sikap belajar yang cukup baik, sedangkan 13 siswa (68,4%) sikap belajarnya dengan kategori baik. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan, yaitu siswa dengan kategori penilaian cukup baik sudah tidak ada, 14 siswa (73,7%) dengan kategori baik dan 5 siswa (26,3%) dengan kategori sangat baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dalam pelajaran matematika tentang volume kubus dan balok dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa, terutama dalam aspek (indikator) motivasi, perhatian, aktivitas, dan kemampuan siswa.
2. Hasil belajar siswa
Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Sebelum dilaksanakan tindakan, jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 10 siswa (52,6%), setelah pelaksanaan siklus I siswa yang belum mencapai ketuntasan menurun menjadi 4 siswa (21,1%), dan setelah dilaksanakan perbaikan lanjutan pada sikls II siswa yang belum mencapai ketuntasan sudah tidak ada lagi (0%).
Demikian sebaliknya, sebelum diadakan penelitian, siswa yang mencapai ketuntasan belajar berjumlah 9 siswa (47,4%), setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I meningkat menjadi 15 siswa (78,9%), dan pada tindakan siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan telah mencapai 19 siswa (100%) atau seluruh siswa sudah mencapai ketuntasan.
Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa, pada kondisi awal baru mencapai nilai 66,4 dan belum mencapai ketuntasan (KKM = 70), setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 72,5 dan telah mencapai ketuntasan. Pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 78,7.
Tercapainya ketuntasan belajar siswa tersebut menunjukkan tercapainya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika tentang volume kubus dan balok. Dengan demikian, alat peraga merupakan media pembelajaran yang efektif diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya pada pelajaran matematika dengan materi volume kubus dan balok.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan penulis dalam dua siklus, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Melalui pembuatan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman tentang volume balok dan kubus bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dibuktikan adanya peningkatan ketuntasan dan nilai rata-rata dari kondisi awal ke siklus II. Peningkatan nilai ketuntasan dari 52,6% menjadi 100% meningkat sebanyak 47,4%. Nilai rata-rata dari 66,4 menjadi 78,7 meningkat sebanyak 12,3; 2) Melalui pembuatan alat peraga dapat meningkatkan perubahan sikap kearah positip bagi siswa Kelas V SD Negeri Kepuh 01 Kecamatan Nguter Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dari peningkatan kegiatan siswa yang menunjukkan sikap positifnya (motivasi, perhatian, aktivitas, dan kemampuan) dari siklus I ke siklus II yaitu dari kategori baik meningkat menjadi amat baik.
Saran-saran
Saran Penelitian bagi siswa hendaknya selalu aktif dalam mengikuti pelajaran dan selalu mencoba menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saran bagi guru hendaknya dapat membiasakan penggunaan alat peraga pada pelajaran matematika, khsusnya dalam materi yang berkaitan dengan bangun ruang, karena penggunaan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika, sehingga dapat terimplikasi terhadap meningkatnya pemahaman siswa. Saran bagi sekolah penggunaan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dapat dikembangkan dalam mata pelajaran lainnya, hal tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah terutama kualitas proses pembelajarannya. Dan penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pengembangan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan dapat menambah koleksi kajian pustaka sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Balai Pustaka: Jakarta
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Azhar Arsyad, 1997. Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
B. Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta: PT. Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP
Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematika. Malang: JICA.
John A. Van De Walle, 2008. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kemmis dan Taggart, 1998, The Action Research Planner, 3rd ed. Victoria: Deaklin University.
Nana Sudjana, 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo
Nana Sudjana, 2002.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya
Pujiati, Dra. 2004. Penggunaan Alat Peraga Dalam Matematika SMP. Yogyakarta.
Ruseffendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung: Tarsito
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis Dan KomunikasiMatematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan MatematikaRealistik . Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekidjo Notoadmojo, 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, dkk. 1989. Pedoman Praktek Mengajar. Bandung; Depdikbud.
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika UPI, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI Bandung.