PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN PKn
PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DENGAN MODEL P A S A (PICTURES AND STUDENT ACTIVE)
DI SDN BAPANGAN TAHUN 2015/2016
Darlin
SD Negeri Bapangan UPT Disdikpora Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara
ABSTRAKS
Pada penelitian ini dipergunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan yang utama dari penelitian ini adalah mencoba melihat berbagai kemungkinan upaya peningkatan ranah kognitif dan afektif siswakelas VI SDN Bapanganpada mata pelajaran PKn melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan model P A S A (Pictures and Student Active). Riset ini berlangsung pada semester II tahun pelajaran 2015/2016, dilakukan dengan 2 siklus. Proses pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui model PASA dilaksanakan dengan tahapan (1) pembagian kelompok kecil (2) siswa mendeskripsikan gambar-gambar (3) menelaah dan menganalisis setiap gambar (4) mendiskusikan gambar-gambar tersebut (5) melakukan presentasi lisan (6) melaksanakan post tes berupa quiz dan soal-soal obyektif/subyektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pembelajaran dengan model PaSA dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Pada siklus 1 kelas VI yang berjumlah 34 siswa yang tuntas belajar adalah 20siswa ( 58,82%) sedangkan yang tidak tuntas 14 siswa ( 41,18% ).Pada siklus 2 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu dari 34 siswa yang tuntas belajar adalah 28 siswa (82,35%) sedangkan yang tidak tuntas adalah 6 siswa (17,65%). Pada siklus 3 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu dari 34 siswa yang tuntas belajar adalah 31 siswa (91,18%) sedangkan yang tidak tuntas adalah 3 siswa (8,82%). Perbaikan kualitas pendidikan dimulai dari perbaikan kualitas pengajaran, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai namun hal ini juga harus ditunjang dengan kualitas siswa. Komponen dalam sistem ini saling terkait dan terpadu mempengaruhi variabel-variabel peningkatan hasil pembelajaran. Penelitan ini bertujuan mencari bentuk pendekatan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran tertentu yang sesuai dengan karakteristik pelajaran PKn di SDN Bapangan.
Kata Kunci: peningkatan ranah kognitif dan afektif, CTL, Picture and Student Active
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Minat belajar siswa pada bidang PKn ini perlu mendapat perhatian khusus karena minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Di samping itu minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usahanya.Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain: 1)guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran; 2)sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas.
Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran PKn dalam hal ini siswa SDN Bapangan salah satunya dilatarbelakangi oleh faktor kurang kreatifnya guru, juga tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Dari data evaluasi hasil ulangan semester dan ujian blok semester I pada mata pelajaran PKn kriteria ketuntasan minimal adalah 70 kelas VI, kurang lebih 47.5% tidak tuntas, ini berdampak pada kontinuitas kualitas belajar siswa di SDN Bapangan.
Keadaan di atas akan membawa dampak yang tidak menguntungkan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran PKn dan semestinya dicarikan pemecahan alternatif yang paling efektif dan efisien atau solusi sebagai pelaksanaan perbaikan metode atau pendekatan pembelajaran beserta teknik dan bentuk yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dalam rangka peningkatan hasil belajar PKn dengan pendekatan pembelajaran efektif, efisien dan terpadu disesuaikan dengan proses dan kemampuan siswa diantaranya dengan mengadopsi model Picture to Picture dan Examples on Examples namun peneliti mencoba untuk menampilkan model pembelajaran dengan gaya Pictures and Student Active (PaSA.
Dalam pendekatan pembelajaran CTL metode Pictures and Student Active diharapkan siswa dapat menkonstruk secara kognitif, dan afektif dengan daya kreasi serta menganalisis secara kritis terhadap visualisasi. Konsep utama dari Picture and Student Active adalah Know How to Know (mengetahui bagaimana harus mengetahui) Dengan demikian muncul suatu pernyataan bahwa “Siswa akan lebih mudah memahami gambar peristiwa PKn daripada membaca, tetapi tanpa membaca akan sulit untuk mendeskripsikan gambar”
Rumusan Masalah
Rumusan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1)Apakah penggunaan metode Pictures and Student Active dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif?; 2)Apakah penggunaan metode Pictures and Student Active dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif?; 3)Bagaimakah minat siswa terhadap metode Pictures and Student Active?; 4)Bagaimanakah hasil belajar siswa terhadap uji kemampuan pemahaman analitis visualisasi (gambar-gambar)?.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian adalah: 1) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar ranah kogniti; 2)mendeskripsikan peningkatan hasil belajar ranah afektif; 3)mendeskripsikan peningkatan minat siswa terhadap metode Pictures and Student Activedan 4) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa terhadap uji kemampuan pemahaman analitis visualisasi (gambar-gambar).
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa membantu siswa mencapai kompentensi diri dalam menuntaskan materi pembelajaran PKn, membantu siswa meningkatkan hasil belajar ranah kognitif, afektif dalam pembelajaran PKn serta membangun keberanian mengungkapkan fakta PKn, kritis pada setiap peristiwa masa lampau
Manfaat bagi guru, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara komprehensif dengan berbagai pendekatan dan penilaian dan memotivasi untuk selalu exsplorasi dalam teknik, metode dan model pembelajaran yang kreatif serta inovatif dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran PKn
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Balitbang, 2002: 7).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu, masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Menciptakan masyarakat belajar bukanlah hal yang mudah apalagi jika ini dikaitkan dengan hasil pembelajaran di sekolah. Siswa bukan sebagai obyek dari transfer ilmu melainkan sebagai subyek yang harus menggali, mendapatkan serta menguraikan ilmu. Siswa dituntut mandiri dalam memecahkan masalah, menganalisis lingkungan, melakukan adaptasi sosial dan menjembatani setiap permasalahan dalam kehidupan. Proses pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa sendiri yang menemukan jawaban atas permasalahan ilmu. Komunikasi verbal, hafalan, daya ingat mungkin membantu dalam kehidupan nantinya tetapi tanpa dibekali, skill, ability dan inquiry dalam memecahkan masalah mustahil hidupnya akan bermakna.
Contexual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan proses belajar mengajar dalam rangka mencari produktifitas pembelajaran. Standarisasi kurikulum sebagai acuan atau rambu-rambu pembelajaran harus dukembangkan dengan strategi belajar yang baik artinya CTL senantiasa berkembang mengikuti trend sistem pendidikan. Pendekatan CTL adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki tujuh (7) komponen yaitu: (1) Constructivism, (2) Questioning, (3) Inquiry (4) Learning Community (5) Modelling (6) Reflection) dan Authentic Assessment (Kasbollah, 2002).
Pendekatan di atas adalah landasan membangun kerangka berfikir, dimulai dari fakta, data dan konsep. Siswa harus mampu mengkonstruk pikirannya melalui pengalaman ilmu dan pengamatan sosial terutama kegiatan pemecahan masalah. Siswa harus dapat menemukan jawaban dari setiap permasalahan dengan kreatif, inovatif membangun dirinya agar berguna bagi orang lain disekitarnya, seperangkat fakta, data dan konsep dirangkai menjadi kesatuan yang memiliki makna.
Siswa akan menjadi inovatif dengan ketrampilan ingin selalu mengetahui hal-hal yang tersamar. Guru senantiasa membimbing, mendorong serta membuat penilaian pola-pola pikir siswa, bagaimana siswa menggali informasi, apakah yang telah mereka ketahui dan yang belum diketahui. Ketrampilan dalam menemukan pengetahuan harus melibatkan orang lain terutama kerjasama di kelas.
Kerjasama di kelas dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi afektif dan psikomorik karena saling berkomunikasi, memperoleh informasi dan memberikan alternatif pemecahan masalah sehingga proses belajar dan pembelajaran tercapai dengan maksimal serta mengoptimalkan hasil yang diperoleh dengan merespon semua hal yang diketahui kemudian dikaryakan dalam bentuk hasil baik catatan, jurnal maupun pendapat sehingga bentuk penilaian terhadap siswa lebih akurat.
Visualisasi dalam Proses Belajar dan Pembelajaran PKn
Visual dalam seni rupa berarti penglihatan (Art and Design, 1995). Pandangan juga dapat berarti melihat, Visualisasi adalah upaya untuk mendeskripsikan bias menjadi nyata (Kuncoro, 2001) menerjemahkan keadaan semu menjadi suatu bentuk yang real, nyata dan dapat dirasakan. Penulis mencoba menterjemahkan visualisasi dalam proses belajar dan pembelajaran PKn mengandung pengertian sebagai bentuk cerita bergambar yang dimanifestasikan pada sebuah alur cerita dalam bentuk rangkaian gambar bermakna serta kronologis.
Fakta dan data PKn didapatkan dari berbagai sumber dan buku utama yang dapat dijadikan proyeksi PKn (Kartodirdjo, 1993). Sepengetahuan kita mulai dari tingkat dasar (SD) sampai tingkat atas (SMA) pelajaran PKn jarang menampilkan visualisasi yang kronologis padahal yang utama dari pembelajaran PKn adalah menampilkan seakurat mungkin data dan fakta.
Siswa harus dapat menghadirkan dokumentasi fakta dan data secara jelas, obyektif dan kronologis sehingga daya kritis terhadap permasalahan masa lampau menjadi lebih akurat. Gooschalk (1985) dalam bukunya Understanding History: a primer of historical method mengatakan bahwa PKn bukanlah imajinasi tetapi hasil dari kreasi bangunan fakta yang disusun berdasarkan alur peristiwa dan dikembangkan oleh sejarawan dalam berbagai bentuk diantaranya adalah cerita bergambar.
Konsep ”To Know How to Know” pada Pelajaran PKn
Ilmu PKn seperti ilmu-ilmu lainnya mempunyai unsur yang merupakan alat untuk mengorganisasi seluruh tubuh pengetahuannya serta merekontruksi pikiran yaitu metode PKn (Kartodirdjo, 1993). Konsep How to know pada PKn sebenarnya berkaitan dengan bagaimana orang memperoleh pengetahuan tentang PKn, tetapi pada konsep to know how to know berkaitan dengan cara mengetahui bagaimana harus mengetahui, jadi kita mengetahui PKn tetapi bagaimana PKn dapat kita ketahui. Contoh dalam mempelajari perjuangan bangsa Indonesia kita mengetahui tanggal, bulan dan tahun tersebut adalah hari kemerdekaan RI, tetapi kita juga harus mengetahui, memahami serta menganalisis, mengapa tanggal 17 Agustus dijadikan hari kemerdekaan.
Konsep To Know How to Know pada pembelajaran PKn akan lebih mampu melalukan eksplanasi daripada membatasi diri pada pengungkapan bagaimana sesuatu terjadi sebagai narasi fiktif (Kuntowijoyo, 1994). Suatu peristiwa harus dapat digambarkan secara lebih mendalam mengenai bagaimana terjadinya, latar belakang apa yang melandasi lahirnya peristiwa tersebut. Perkembangan ilmu PKn di Indonesia dipengaruhi oleh nation building yang menuntut rekontruksi PKn secara nasional dimana akan mewujudkan kristalisasi bangsa atau Indonesia-sentris (Kuntowijoyo, 1994).
Berfikir mengenai masa lalu secara obyektif tampaknya banyak diabaikan oleh orang karana mereka tidak mampu untuk menerima segala sesuatu begitu saja (taken for granted) sehingga unsur-unsur subyektifitas menyertai dalam setiap historiografi.Dalam menghadapi fenomena histories yang kompleks, setiap penggambaran PKn diperlukan pendekatan yang memungkinkan penyaring data dengan seleksi terhadap konsep, fakta dan kondisi obyektif saat ini, peta peristiwa digunakan sebagai analitis pembelajaran PKn yang kemudian digambarkan dalam model pembelajaran PKn secara terpadu (Panyarikan, 1998).
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi hasil Siklus I
Dari hasil observasi dan evaluasi bahwa pembelajaran model PaSA sudah baik dan menarik. Pada siklus 1 PTK dengan model PaSA (Pictures and Student Active) mengembangkan pola berfikir kreatif untuk menentukan letak negara-negara Asia Tenggara, disamping itu interaksi sosial antar teman sejawat dalam diskusi. Pola berfikir ini terlihat ketika siswa melakukan debat diskusi mengenai presentasi kelompok. Namun pada proses pembelajarannya masih diketemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yaitu: 1)Pembagian kelompok terlalu besar sehingga beberapa siswa cenderung kurang memperhatikan proses identifikasi dan presentasi kelompok; 2)
Model dan metode pembelajaran sudah sesuai dengan materi pelajaran yaitu kerjasama antar negara di Asia Tenggara; 3)Sistem presentasi yang dilakukan oleh tiap kelompok lebih difokuskan pada satu sub pokok bahasan, walaupun tiap kelompok diberikan materi yang berbeda-beda; 4)Pembahasan lebih didominasi oleh satu atau dua orang sedangkan anggota lain hanya mengikuti saja; 5)Pembuatan Asia Tenggara lebih baik dipergunakan skala supaya lebih akurat; 6)
Banyak siswa yang pasip karena pembagian lembar kerja tidak efektif; 7)Siswa kurang dalam mengajukan pertanyaan atau pendapat pada prentasi yang telah dilakukan kelompok lain.
Hasil persentase nilai ketuntasan siklus I dari 34 siswa yang tuntas belajar 20 siswa ( 58,82% ) sedangkan yang tidak tuntas 14 siswa ( 41,18% ).
Berdasarkan hasil observasi dan hasil belajar di atas maka perlu di diupayakan perbaikan untuk siklus 2 penelitian tindakan kelas yaitu; 1)minimalisasi jumlah anggota kelompok antara 4-5 siswa; 2)diberikan ciri fakta gambar, dibuatkan alur cerita bergambar; 3)supaya pembahasan diskusi melibatkan seluruh siswa dalam kelompok itu; 4)lembar kerja siswa disiapkan lebih rinci lagi; 5)peneliti supaya lebih antusias memberikan dorongan dan semangat siswa untuk bertanya, menjawab dan memberikan komentar dalam diskusi kelas
Dekrisipsi Hasil Siklus 2
Siklus 2, suasana pembelajaran semakin antusias, karena siswa ditantang untuk menguraikan cerita bergambar, siswa semakin siap dan aktif, hal ini disebabkan sumber belajar sudah mulai dipersipkan sejak dini. Jika dilihat dari format hasil penilaian belajar siklus 1 walaupun masih ada yang tidak tuntas namun secara umum model pembelajaran PaSA sedikit banyak telah berhasil untuk mendongkrak dominasi guru sebagai central klas. Pendekatan CTL dengan mencoba menggali kemampuan siswa terutama pada model pembelajaran picture and Student Active telah mampu membuka semangat belajar di kelas.
Dari hasil observasi dan evaluasi siklus 2 sudah ada perbaikan namun tetap diketemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian yaitu:1)gambar supaya diberikan keterangan misalnya dengan abjad atau angka yang bertujuan menghindari kesalahan dari siswa dan 2)penjelasan yang rinci dari lembar tugas siswa supaya tidak banyak menyita waktu bertanya.
Persentase ketuntasan siklus II juga mengalami peningkatan dimana dari 34 siswa yang tuntas belajar 28 siswa( 82,35% ) sedangkan yang tidak tuntas 6 siswa ( 17,65% ). Berdasarkan hasil reflesi siklus II maka perlu dilanjutkan ke siklus III dengan mempersiapkan media dan sumber belajar juga dilakukan di siklus 3 misalnya buku paket, atlas, visualisasi gambar dan lain-lain. Pada siklus 3 penelitian tindakan kelas tetap memakai observer (pengamat), maka dibuat juga format observasi untuk memudahkan pengamat melakukan penilaian dan refleksi.
Deskripsi Hasil Siklus III
Observasi dan Evaluasi
Pada siklus 3 ini penelitian tindakan kelas merupakan penyempurnaan atau perbaikan karena bertujuan mencari format baru dan reinforcement hasil peningkatan belajar PKn di kelas VI.
. Dengan model PaSA siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran, karena mereka melihat sesuatu yang baru yaitu cerita bergambar. Dari hasil observasi dan evaluasi siklus 3 sudah ada perbaikan namun tetap diketemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian yaitu gambar supaya diberikan keterangan misalnya dengan abjad atau angka yang bertujuan menghindari kesalahan dari siswa dan penjelasan yang rinci dari lembar tugas siswa supaya tidak banyak menyita waktu bertanya. Hasil persentase ketuntasan siklus III dari 34 siswa yangmendapat nilai tuntas 31 siswa ( 91.18% ) dan tidak tuntas 3 siswa ( 8,82% ). Berdasarkan hasil diskusi dengan observer karena baik proses dan hasil belajar sudah ada peningkatan maka tidak perlu dilanjutkan kesiklus berikutnya.
Pembahasan
Peningkatan Ranah Kognitif dan Afektif
Perbedaan pembelajaran klasikal dengan pembelajaran konstruktif terletak pada dinamika kelas yang produktif. Siswa menjadi lebih senang dan terfokus pada pokok bahasan. Model PaSA telah terbukti meningkatkan kemampuan berfikir, peka terhadap analisis lingkungan sekitar, mampu bekerjasama dalam kelompok serta dapat mengembangkan dasar-dasar visual yang diterjemahkan ke dalam rangkaian kronologis cerita. Utamanya adalah pelajaran PKn yang syarat akan peristiwa, fakta dan data masa lampau.
Pada siklus 1 PTK dengan model PaSA (Pictures and Student Active) mengembangkan pola berfikir kreatif untuk menentukan letak negara-negara Asia Tenggara, disamping itu interaksi sosial antar teman sejawat dalam diskusi. Pola berfikir ini terlihat ketika siswa melakukan debat diskusi mengenai presentasi kelompok. Siklus 1 walaupun semangat belajar dirasakan tidak sebesar siklus 2 hal ini disebabkan oleh kurangnya referensi dan sumber belajar yang memadai seperti peta dan gambar-gambar.
Siklus 2, suasana pembelajaran semakin antusias, karena siswa ditantang untuk menguraikan cerita bergambar, siswa semakin siap dan aktif, hal ini disebabkan sumber belajar sudah mulai dipersipkan sejak dini. Jika dilihat dari format hasil penilaian belajar siklus 1 walaupun masih ada yang tidak tuntas namun secara umum model pembelajaran PaSA sedikit banyak telah berhasil untuk mendongkrak dominasi guru sebagai central klas. Pendekatan CTL dengan mencoba menggali kemampuan siswa terutama pada model pembelajaran picture and Student Active telah mampu membuka semangat belajar di kelas.
Siklus 1 siswa belum merasa tertantang untuk menggali informasi, walaupun pada kenyataannya di lapangan banyak siswa yang senang dengan model PaSA. Dalam perkembangan penelitian tindakan kelas ini, utamanya adalah mencari solusi untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Pada siklus 2 setiap siswa dituntut untuk berani tampil mendeskripsikan temuannya, ini dapat kita lihat ketika kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Debat diskusi yang menarik terjadi pada siklus 2, karena siswa bukan berhadapan pada teks buku tetapi berhadapan pada gambar-gambar yang harus mereka tata ulang urutan ceritanya menjadi kisah yang menarik. Banyak siswa yang menyampaikan ceritanya dengan berbagai versi serta kemampuan. Tentunya disini pembelajaran PKn semakin menarik dan tidak membosakan.
Setelah refleksi pada siklus 1, terjadi perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran membuahkan hasil yang diharapkan, siswa menjadi lebih faham dalam menelaah materi pembelajaran .Siklus 1 siswa cenderung tidak dapat bebas mengemukakan pendapat karena keterbatasan buku dan referensi. Dalam kelompok yang minimal sumber buku, maka mereka kesulitan untuk memahami materi pembelajaran.
Sedangkan pada siklus 2 siswa bebas berekspresi dengan cerita bergambar. Hal ini dibuktikan dengan adanya ekspresi cerita, narasi pemikiran dari apa yang mereka lihat. Di dalam format gambar sehingga keragaman materi ini membuat siswa tertantang untuk mendalami materi. Dengan metode PaSA siswa tidak lagi sebagai penerima ilmu tetapi sebagai penterjemah ilmu, mereka melakukan pemahaman materi pembelajaran dengan bekal imajinasi dan rekayasa kreasi berdasarkan buku teks PKn dan referensi lainnya.
Hasil evaluasi pada siklus 1 belum maksimal kemudian diperbaiki pada siklus 2. Siswa diberikan pertanyaan secara langsung berupa pertanyaan quiz dengan tujuannya untuk mengetahui hasil belajar secara langsung dan untuk mengembangkan metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Sementara pada siklus 3 juga siswa diberikan pertanyaan quiz secara langsung dan ternyata hasilnya memuaskan karena adanya peningkatan hasil belajar. Dengan hasil yang signifikan antara siklus 1, siklus 2 dan siklus 3, peneliti di masa yang akan datang akan mencoba menggabungkan model-model pembelajaran dengan rangkaian model PaSA, harapannya adalah mencari titik temu yang valid metode pembelajaran yang paling efektif untuk pelajaran PKn.
Peneliti dengan pendekatan CTL model PaSA mencoba menghilangkan dominasi guru PKn sebagai pusat transfer ilmu. Siswa semakin kritis dan aktif, sebagai ilustrasi pada siklus 2, ketika mencoba mendeskripsikan kerjasama antar negara-negara Asia Tenggara, setiap kelompok memiliki argumen masing-masing, saling mempertahankan pendapatnya.
Hal yang perlu di garis bawahi adalah dengan adanya penelitian tindakan kelas maka guru akan lebih inovatif, memiliki kepedulian pendidikan, memiliki semangat membangun, memiliki daya kreasi optimal dan yang lebih penting lagi adalah kepada proses peningkatkan kualitas guru sebagai pendidik profesional.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, refleksi dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan melalui: 1)Penggunaan metode Pictures and Student Active dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif mata pelajaran PKn bagi siswa kelas VI SD Negeri Bapangan tahun pelajaran 2015/2016; 2)Penggunaan metode Pictures and Student Active dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif mata pelajaran PKn bagi siswa kelas VI SD Negeri Bapangan tahun pelajaran 2015/2016; 3)Penggunaan metode Pictures and Student Active dapat meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn bagi siswa kelas VI SD Negeri Bapangan tahun pelajaran 2015/2016.
Saran-saran
Saran penelitian bagi siswa membangun keberanian mengungkapkan fakta PKn, kritis pada setiap peristiwa masa lampau. Saran bagi guru mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara komprehensif dengan berbagai pendekatan dan penilaian dan memotivasi untuk selalu exsplorasi dalam teknik, metode dan model pembelajaran yang kreatif serta inovatif dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyono.1998.Memahami PKn dalam Pembelajaran. Malang: IKIP Malang
Halili, dkk. 2009. Wahana Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Kemmis,S&MC Taggart R.1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press
Kartodirdjo.S.1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi PKn. Jakarta: PT.Gramedia
Kasbollah, Kasihani.1999. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Sains. Malang: RUT VI LIPI.
Komalasari, Kokom. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Moleong, L,J.1994. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sari, Ika Kartika dkk. 2009. Aku Warga Negara Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Suryabrata, S.1992. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali