MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL MELALUI METODE CANTOL ROUDHOH PADA
|
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL
MELALUI METODE CANTOL ROUDHOH PADA PADA SISWA KELAS 1 SDN JANGGLENGAN 01 KECAMATAN NGUTER
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Tentrem
SD Negeri Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang paling mendasar yang harus dimiliki kelas-kelas awal. Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca awal akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Pada kenyataannya masih ada siswa yang belum mampu membaca kata dan kalimat dengan benarar. Oleh sebab itu, metode cantol Raudhoh sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca awal bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca awal pada SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 pada semester I. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pada siswa kelas I SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. jumlah sunjek penelitian 9 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan analisis data menggunakan metode deskriptif kuamtitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode cantol roudhoh mampu meningkatkan kemampuan membaca awal bergambar pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan sebelum tindakan ke Siklus I sebesar 18,06 % dan siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 11,66%, sehingga jumlah peningkatan pra siklus sampa siklus II sebesar 29,72%.
Kata Kunci: Cantol Roudhoh
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang paling mendasar yang harus dimiliki kelas-kelas awal. Kelas awal menurut KTSP adalah Kelas 1, kelas 2, kelas 3. Pada awal-awal persekolahan siswa-siswa Kelas 1 Sekolah Dasar (SD), sajian pembelajaran yang utama adalah membaca dan menulis. Pembelajaran untuk kedua jenis keterampilan ini dikemas dalam satu paket yang biasa disebut paket MMP (Membaca dan Menulis Awal).
Dijelaskan oleh Zahdi dan Budiasih (dalam Meitasari, 2012:4) bahwa kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca awal akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca memerlukan perhatian guru. Oleh sebab itu, guru penting melakukan persiapan-persiapan sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, masih ada 6 orang siswa dari 9 siswa yang belum mampu membaca kata dengan benar, seharusnya siswa dapat membaca kalimat sederhana dengan benar. Penulis sebagai guru kelas I mengamati di mana letak kesalahan-kesalahan pada saat membaca. Penulis mengasesmen pada aspek membaca. Dapat diambil kesimpulan bahwa untuk membaca dengan mengeja huruf, kemudian saat mengucapkan atau menggabungkan huruf tersebut menjadi kata masih banyak yang salah karena megganti, menambahkan dan mengurangi huruf-huruf pada kata tersebut. Dalam kegiatan membaca siswa sudah mengenal dan bisa menyebutkan huruf A sampai Z dengan benar. Akan tetapi pada saat membaca kata anak menambahkan (addisi) huruf pada beberapa kata seperti pepaya dibaca dengan “pepanya”, kebaya dibaca dengan kebanya”, kemiri dibaca dengan “kemiring”, kecapi dibaca “kecamapi”, gereja, dibaca “hegerega” keladi dibaca “keladin”, kemeja dibaca “kemejan”, mengganti (substitusi) huruf pada beberapa kata yang dibaca seperti kata wihara dibaca “wibara”, perahu “dibaca beratu”, menghilangkan huruf pada kata boneka dibaca “boka”, Maka diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa mengalami permasalahan pada membaca kata maupun kalimat.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka penulis mencoba menggunakan metode cantol Raudhoh sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca awal bagi siswa. Metode cantol Roudhoh adalah salah satu teknik menghafal yang dikembangkan dalam quantum learning. Karena dengan metode ini, selain dapat memfungsikan indra penglihatan, juga didukung oleh indra pendengaran untuk melatih anak membaca. Selain itu, metode ini juga mampu membangkitkan semangat anak untuk membaca tidak seperti metode lainnya karena dalam penerapannya metode ini berpadu dalam persamaan bunyi dan bentuk visual yang ada pada metode ini. Perpaduan ini, membuat anak lebih mudah menghafal setiap nama dan gambar benda yang mudah untuk diingat. Dalam mengajarkan membaca, teknik-teknik tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah anak dalam mengingat simbol-simbol huruf. Adapun metode yang cocok untuk memudahkan siswa mengingatkan kembali simbol-simbol huruf adalah dengan menggunakan Metode Cantol Roudhoh. Pengenalan membaca yang efektif adalah dengan mengenalkan seluruh bunyi suku kata dasar yang menjadi pembentuk kata dalam bahasa Indonesia.
Guna meningkatkan kemampuan membaca anak usia dini dalam hal membaca huruf vokal dan konsonan, membaca huruf yang dirangkai menjadi suku kata, membaca suku kata yang dirangkai menjadi kata, dan membaca kata yang dirangkai menjadi kalimat dikembangkan dengan metode cantol roudhoh. Alasannya, siswa kelas I membutuhkan suasana baru dalam belajar, tidak selalu diberikan kegiatan belajar yang monoton dan membosankan. Oleh karena itu, metode cantol roudhoh digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan kemampuan membacanya karena dengan digunakannya metode cantol roudhoh akan menimbulkan ketertarikan anak untuk belajar membaca.
Rumusan Masalah
Apakah metode cantol roudhoh mampu meningkatkan keterampilan membaca awal pada SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2014/2015?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca awal pada SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2014/2015.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sekolah sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan keterampilan membaca pada khususnya, sehingga sekolah mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa melalui model pembelajaran yang tepat. Manfaat bagi guru sebagai sumber informasi dan dapat dijadikan acuan dalam pemilihan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca anak.
KAJIAN TEORI
Pengertian Kemampuan Membaca
Tarigan (2008:133) berpendapat bahwa membaca adalah aktivitas pencarian informasi melalui lambang-lambang tertulis. Dengan membaca mencoba mendapatkan dan memproses informasi sehingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan mengembangkannya dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia.
Menurut Aulia (2011:5) membaca merupakan kemampuan yang kompleks, membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya. Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan makin baik jika pembaca mempunyai kemampuan lebih baik. Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya tulis yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Mountain dalam Rahim, 2005:2). Goodman (dalam Khusnin, 2008:1) menjelaskan bahwa membaca merupakan proses reseptif. Proses tersebut merupakan proses psikolinguistik yang dimulai dari pengenalan struktur permukaan bahasa yang disandikan oleh penulis sampai pada kontruksi makna teks itu. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca terdapat interaksi yang esensial antara bahasa dan pikiran.
Menurut Nurhadi (2004:11-14), tujuan membaca dirumuskan menjadi lima yaitu: (1) membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah). Tujuan membaca ini berguna apabila kita ingin memahami secara detail dan menyeluruh isi buku, menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara tepat, dan mendapatkan informasi tentang sesuatu; (2) membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan. Tujuan membaca ini menggunakan teknik membaca skimming, berguna apabila kita ingin menemukan informasi dari surat kabar, buku ensiklopedi; (3) membaca untuk menikmati karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan drama.
Membaca awal merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Pembelajaran membaca Awal diberikan di kelas 1 dan 2. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah dalam Andayani, Martono, dan Atikah. 2009).
Pembelajaran membaca awal merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan (Heru Subrata, 2009). Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca awal yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca Awal.
Beracuan dari teori-teori di atas, dapat diambil simpulan bahwa membaca menulis awal merupakan proses pembelajaran membaca dan menulis tingkat paling dasar dan paling awal bagi siswa pada pendidikan formal.
Pembelajaran membaca awal diberikan di kelas 1 dan 2. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan, memahami, dan menyuarakan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah dalam Heru Subrata, 2009).
Pembelajaran membaca awal merupakan pengajaran yang menekankan pada pengenalan simbol bahasa huruf yaitu pengenalan kata. Metode yang banyak digunakan di Indonesia terkenal dengan metode SAS (Struktural-Analitik-Sintetik). Melalui metode SAS, anak lebih dulu diperkenalkan pada unit bahasa terkecil atau kalimat. Kalimat itu dirinci menjadi kata-kata kemudian dipisah lagi menjadi suku kata-suku kata dan selanjutnya menjadi huruf. Dari huruf-huruf itu disintesakan kembali menjadi suku kata, kata, dan berakhir menjadi kalimat (dalam Heru Subrata, 2009).
Bertolak dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca awal merupakan salah satu kegiatan pokok yang harus dilaksanakan atau diberikan kepada siswa sekolah dasar khususnya kelas satu karena membaca awal merupakan keterampilan yang menjadi dasar untuk mempelajari keterampilan membaca lanjut.
Mulyasa (2006:215) mengungkapkan bahwa kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peranan penting dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta memberi petunjuka terhadap penilaian. Oleh karena itu, setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Sanjaya (2008: 170) mengemukakan bahwa standar kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Standar kompetensi untuk setiap mata pelajaran sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum yang dapat kita lihat dari Standar Isi (SI). Standar kompetensi mengupayakan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, minat, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya bangsa sendiri.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI untuk membaca yang terdapat dalam silabus KTSP adalah “mampu membaca dan memahami teks pendek dengan membaca nyaring” (BSNP, 2008: 15). Standar kompetensi tersebut diuraikan menjadi dua kompetensi dasar, yaitu: (1) siswa kelas 1 dituntut untuk membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat dan (2) membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Media Pembelajaran Membaca awal
Sanjaya (2008: 175) menjelaskan bahwa media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Penentuan media pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kondisi lingkungan. Suatu media yang digunakan tidak mungkin cocok untuk semua siswa. Heinich (dalam Munadi, 2008: 12) mengemukakan bahwa kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Sejalan dengan itu, Criticos juga menjelaskan bahwa media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Agar pemanfaatan media dapat banyak membantu peneliti, pemilihannya harus memperhatikan: (1) kesesuaian media pengajaran dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) kesesuaian karakteristik media dengan karakteristik pelajaran; (3) kecanggihan media pengajaran dibandingkan dengan tingkat perkembangan siswa; (4) kesesuaian media pengajaran dengan minat, kemampuan, dan wawasan anak; (5) kesesuaian karakteristik media dengan latar belakang sosial budaya; (6) kemudahan memperoleh dan menggunakan media pengajaran di sekolah; dan (7) kualitas teknisi media pengajaran yang membuat pelajaran yang disajikan menjadi lebih mudah dicerna siswa (Munadi, 2008: 20).
Andayani, Martono, dan Atikah (2009: 43) mengatakan bahwa pemilihan media ditentukan berdasarkan pada kebutuhan peneliti. Media pembelajaran yang digunakan kartu kata bergambar. Kartu merupakan salah satu ide untuk menyampaikan pendapat konsep dalam bentuk tertulis. Sedangkan gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat serta konkret dengan masalah yang digambarkannya.
Kartu kata bergambar termasuk dalam jenis media visual, yaitu penerima pesan (anak) akan menerima informasi melalui indra penglihatannya karena pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Aulia (2011: 84) mengatakan bahwa gambar memiliki kekuatan besar dalam merespon otak anak. Melalui media visualisasi (gambar), selain anak menangkap bunyi lafal dari suatu huruf atau nama tertentu, anak juga akan ingat bentuk dari nama-nama tersebut.
Metode Cantol Roudhoh
Musfiroh (2009: 29) menyatakan bahwa cantol roudhoh (CR) adalah model yang mendasarkan diri pada korespondensi bunyi-silabel. Berbeda dengan model tradisional, CR mengambil suku kata sebagai unsur dasar membaca. Selain berbasis pada suku kata, CR juga mendasarkan diri pada kesadaran grafofonemik dalam wujud suku kata sebagai pengait (cantol) agar anak mudah mengingat kata-kata yang akan dibaca. Suku kata tertentu memiliki pengait kata tertentu pula. Suku ca terkait dengan cabe, da terkait dengan dasi, dan ga terkait dengan gajah. Kata pengait dibuat semudah mungkin dan dikenal anak.
Simbolon, dkk., (2013: 246) berpendapat bahwa metode cantol roudhoh adalah salah satu teknik menghafal yang dikembangkan dalam quantum learning. Karena dengan metode ini, selain dapat memfungsikan indra penglihatan, juga didukung oleh indra pendengaran untuk melatih anak membaca.
Menurut Nurhasanah dan Kusnandar (2006: 3-4): “Metode cantol roudhoh adalah salah satu teknik menghapal yang dikembangkan dalam quantum learning. Dalam penerapannya metode ini berasosiasi (perpaduan) dalam persamaan bunyi dan bentuk visual. Itu adalah salah satu metode menghapal yang efektif untuk mengingat daftar”. Melalui metode ini anak bisa dengan mudah menghapal setiap suku kata yang ada disetiap cantolannya dan didukung dengan menunjukkan gambar yang sesuai dengan kata benda yang telah dimodifikasi berdasarkan permasalahan anak.
Simbolon, dkk., (2013: 246) menjelaskan bahwa metode CR mampu membangkitkan semangat anak untuk membaca tidak seperti metode lainnya karena dalam penerapannya metode ini berpadu dalam persamaan bunyi dan bentuk visual yang ada pada metode ini. Perpaduan ini, membuat anak lebih mudah menghafal setiap nama dan gambar benda yang mudah untuk diingat. Dalam mengajarkan membaca, teknik-teknik tersebut sangat diperlukan untuk mempermudah anak dalam mengingat simbol-simbol huruf.
Metode cantol roudhoh merupakan salah satu metode membaca dengan sistem bercerita, bermain dan bernyanyi. Metode ini memiliki 2 prinsip yaitu memaksimalkan kemampuan otak anak untuk menyerap informasi serta prinsip sistem menghapal cepat yaitu dengan sistem cantol roudhoh (Utami, 2011: 3).
Setyono (2010: 4) menjelaskan bahwa berdasarkan pada 2 prinsip yaitu penggunaan CR yaitu memaksimalkan kemampuan otak anak untuk menyerap informasi dan prinsip sistem menghapal cepat dijadikan dasar landasan dikembangkannya metode baca cantol roudhoh dengan sistem bernyanyi, bermain dan bercerita dengan menggunakan alat peraga. Dalam penerapannya, sistem bernyanyi dalam metode ini menggunakan lagu 21 cantolan suku kata ba-bi-bu-be-bo yang dicantolkan dengan kata baju dengan lirik dalam lagu itu terdapat suku kata ba,bi,bu,be,bo yang diulang-ulang pengucapannnya sampai dengan suku kata za-zi-zu-ze-zo yang dicantolkan dengan kata zahra dengan lirik dalam lagu tersebut mengandung suku kata za,zi,zu,ze,zo yang berulang-ulang.
Sistem bermain melalui permainan jam warna dengan membaca kartu kata yang terdiri dari kartu bergambar dengan dibubuhi variasi suku kata. Sistem bercerita yang menceritakan petualangan Zahra di pulau membaca dengan mengenalkan semua variasi suku kata serta cantolan-cantolan katanya.
Utami (2011: 4) berpendapat bahwa CR dikembangkan dari teknik menghafal yang dibuat semenarik mungkin. Metode yang sudah dikembangkan sejak tahun 2000 ini banyak diterapkan di TK dan RA. CR terdiri dari tiga paket, yakni paket A (20 kata), paket B (4 kelompok suku kata), dan paket C (1 kelompok untuk suku tertutup). CR selalu dikaitkan dengan referen dari kata yang dikenalkan pada anak. Pendek kata, sebelum dipajani kartu suku kata tertentu, anak dipajani gambar atau benda yang menjadi cantol-nya. Sebelum mengenal suku kata ca, misalnya, anak dipajani cabe atau gambar cabe.
Metode ini menggunakan media vcd cantol roudhoh yang berisi lagu 21 cantolan suku kata ba-bi-bu-be-bo sampai dengan za-zi-zu-ze-zo, vcd cantol roudhoh yang berisi cerita petualangan Zahra di pulau membaca dan permainan jam warna dengan membaca kartu kata. Anak usia dini membutuhkan suasana baru dalam belajar, tidak selalu disuguhkan kegiatan belajar yang monoton dan membosankan.
Kerangka Berpikir
Keterampilan membaca pada siswa SD sangat penting, mengingat pelajaran membaca pada siswa kelas I SD menjadi dasar untuk membaca lanjut di kelas-kelas selanjutnya. pada kenyataannya, masih banyak siswa kelas I SD yang belum mampu membaca kata dan kalimat dengan benar, seharusnya siswa dapat membaca kalimat sederhana dengan benar. Kemampuan siswa dalam membaca dengan mengeja huruf masih banyak yang salah karena megganti, menambahkan dan mengurangi huruf-huruf pada kata tersebut. Dalam kegiatan membaca siswa sudah mengenal dan bisa menyebutkan huruf A sampai Z dengan benar. Akan tetapi pada saat membaca kata anak menambahkan huruf pada beberapa kata atau menghilangkan huruf.
Salah satu metode yang dapat meningkatkan kemampuan anak membaca yaitu dengan metode cantol roudhoh. Pada metode membaca ini anak diarahkan untuk terlebih dahulu menguasai titian ingatannya. Anak akan mengetahui bunyi kelompoknya, cukup apabila ia mengetahui bunyi awal kelompok suku kata tersebut, yaitu ba, ca, da, dan seterusnya.
Guna memudahkan pembelajaran dengan metode cantol roudhoh dalam penelitian ini digunakan media kartu bergambar. Kartu disertai dengan gambar yang berwarna-warni dan tulisan yang jelas sehingga anak akan tertarik dan mudah menyerap tujuan dari pembelajaran. Selain itu, media ini juga mampu menunjukan pokok masalah karena gambar mempunyai sifat yang konkret, harganya murah dan mudah didapat.
Saat pembelajaran anak akan berperan aktif dan pembelajaran ini seperti kegiatan bermain sehinggga anak tidak cepat merasa bosan dan tujuan yang ingin dicapai dapat terserap oleh anak dengan optimal. Melihat kegunaan dan keuntungan yang dimiliki oleh media ini pada kegiatan pembelajaran, maka kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca Awal pada siswa kelas I. Siswa akan menjadi pembelajar yang aktif dan kemampuan-kemampuan membaca yang diajarkan peneliti dapat tercapai secara optimal karena anak akan merasa senang dan tertarik sehingga mereka tidak cepat merasa bosan.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan metode cantol roudhoh dapat meningkatkan kemampuan membaca awal pada siswa kelas I SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerja sama antara peneliti, peneliti, siswa, dan pihak-pihak lain yang terkait untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Menurut Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008: 62) PTK (Penelitian Tindakan Kelas) memiliki keunikan, di antaranya PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional peneliti, karena PTK mampu membelajarkan peneliti untuk berfikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan membelajarkan peneliti untuk menulis dan membuat catatan.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan September s.d November 2014. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas I di SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Jumlah subjek dalam penelitian ini 9 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi sehingga instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.
Validasi penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber dokumen, observasi dengan data yang diperoleh dari sumber informan. Setelah data terkumpul melalui pengamatan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif, yaitu perhitungan angka-angka dengan menggunakan rumus statistika dan dideskripsikan. Adapun langkah-langkah perhitungan data tes sebagai berikut: (1) merekap skor yang diperoleh siswa, (2) menghitung skor kumulatif dari semua aspek, (3) menghitung skor rata-rata, (4) menghitung presentase. Hasil perhitungan skor siswa kemudian dibandingkan antara hasil siklus I dan siklus II. Hasil perbandingan tersebut akan memberikan gambaran presentase peningkatan kemampuan membaca.
Indikator keberhasilan siswa adalah suatu target yang hendak dicapai dalam menentukan tindakan. Keberhasilan dalam penelitian ini akan tercermin dengan adanya peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan membaca anak. Penelitian dianggap berhasil apabila 75% atau lebih dari siswa SD N Jangglengan 01, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo dapat mengucapkan bunyi huruf vokal dan konsonan, membaca huruf yang dirangkai menjadi suku kata, membaca suku kata yang dirangkai menjadi kata dan kalimat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Tindakan
Pelaksanaan pra tindakan dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data observasi. Adapun indikator yang dinilai pada pra tindakan ialah mengucapkan bunyi huruf, membedakan huruf, dan melafalkan kata dengan jelas. Rekapitulasi hasil dari pra tindakan kemampuan membaca Awal pada siswa kelas I SD N Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo saat pra tindakan atau sebelum dilakukan tindakan kelas diperoleh rata-rata persentase 49,16%. Hanya ada dua siswa yang kemampuan membaca Awal memperoleh nilai 7,5, sehingga belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena masih ada beberapa anak yang bingung mengenali beberapa huruf abjad karena bentuknya hampir sama dan anak kurang mengetahui beberapa huruf seperti b, d, n, m, k, h, j, dan y. Biasanya anak membaca huruf-huruf tersebut setelah peneliti menuliskan beberapa kata dan anak mengeja satu per satu huruf tersebut secara bergantian di tempat duduk masing-masing. Hal ini biasanya membuat beberapa anak menjadi jenuh karena anak hanya duduk manis sambil menunggu gilirannya dan saat gilirannya anak tidak bisa konsentrasi dengan baik.
Berdasarkan masalah-masalah yang ada pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, maka peneliti berusaha mencari solusi dan melalukukan perbaikan saat kegiatan pembelajaran membaca. Hal ini dilakukan supaya kemampuan bahasa anak khususnya dalam membaca dapat meningkat. Peneliti ingin meningkatkan kemampuan membaca dengan menggunakan metode canthol roudhoh dengan media kartu kata bergambar dengan harapan kemampuan membaca anak pada siswa dapat meningkat dan kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi lebih menyenangkan dan berkesan serta mengalami perubahan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Deskripsi Siklus I
Kemampuan membaca pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada siklus I bahwa kemampuan membaca awal pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo setelah dilakukan tindakan pada siklus I yaitu anak yang memperoleh pencapaian persentase 76%-100% dalam kemampuan membaca Awal 3 anak atau dengan persentase rata-rata sebesar 67,22%.
Persentase yang dicapai tersebut sudah cukup baik dikarenakan ada peningkatan dari sebelum diadakan tindakan. Namun dalam siklus I ini masih ada beberapa siswa yang masih bingung dan masih ada kesulitan dalam mengenali beberapa huruf, masih tidak fokus saat peneliti menunjuk huruf dan anak kurang memperhatikan peneliti pada saat peneliti menjelaskan.
Data yang diperoleh melalui pengamatan digunakan sebagai pedoman peneliti dan peneliti untuk melakukan refleksi pada permasalahan yang muncul sehingga dapat mencari solusi terhadap masalah tersebut. Pencarian solusi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa menggunakan metode cantol roudhoh dan untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi ini, maka peneliti merencanakan kembali tindakan pembelajaran membaca awal menggunakan metode cantol roudhoh melalui media kartu kata bergambar untuk Siklus II karena belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan. Peneliti akan mengoptimalkan pada peningkatan kemampuan membaca Awal menggunakan media kartu kata bergambar sampai indikator keberhasilan yang telah ditentukan sehingga nantinya dengan menggunakan media ini pada Siklus II mampu meningkatkan kemampuan membaca Awal anak setelah dilakukan refleksi.
Deskripsi Siklus II
Kemampuan membaca anak menggunakan metode cantol roudhoh dengan kartu kata bergambar pada pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Siklus II bahwa kemampuan membaca awal pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo setelah dilakukan siklus II yaitu anak yang memperoleh pencapaian persentase 76%-100% dalam kemampuan membaca Awal naik menjadi 5 anak atau dengan persentase 78,88%.
Persentase yang dicapai tersebut sudah sangat baik dikarenakan terjadi peningkatan dari sebelum diadakan tindakan ke Siklus I dan sudah mencapai kriteria keberhasilan. Sebagian anak sudah fasih dan hafal dalam mengucapkan bunyi huruf dan anak sudah mampu membaca tanpa melihat gambar. Dalam kemampuan membedakan huruf, anak sudah mampu membedakan huruf dengan baik saat peneliti menunjuk huruf secara acak pada kartu dan anak menyebutkan bunyi huruf tersebut. Anak juga sudah mulai paham menyebutkan benda dengan benda yang mempunyai huruf awal sama sehingga dapat menyebutkan beberapa benda yang mempunyai huruf awal yang sama.
Pada penelitian tindakan Siklus II dilakukan peneliti dan peneliti dengan melihat perbandingan persentase jumlah anak yang berada di kriteria BSB atau pencapaian persentase 76%-100% antara data pra tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada Siklus I dan II. Peningkatan kemampuan membaca menggunakan metode cantol roudhoh pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada Siklus II dapat diketahui dengan cara membandingkan perolehan persentase sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada Siklus I dan II.
Adanya peningkatan dari data yang diperoleh sebelum tindakan ke sesudah pelaksanaan tindakan pada Siklus I serta peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Peningkatan sebelum tindakan ke Siklus I sebesar 18,06 % dan siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 11,66%, sehingga jumlah peningkatan pra siklus sampa siklus II sebesar 29,72%.
Kemampuan membaca anak mengalami peningkatan dari pra tindakan ke Siklus I sampai dengan Siklus II. Peningkatan dari pra tindakan ke Siklus I sebesar 18,06 % dan dari Siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,66%.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, peningkatan kemampuan membaca awal ini dipengaruhi oleh pembelajaran membaca menggunakan metode cantol roudhoh, sebab, dengan pembelajaran membaca awal menjadi lebih mudah, menyenangkan dan lebih menarik perhatian anak. Berdasarkan hasil refleksi, maka peneliti dan peneliti menghentikan tindakan pembelajaran membaca menggunakan metode cantol roudhoh melalui media kartu kata bergambar pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, sebab sudah mencapai indikator yang telah direncanakan oleh peneliti.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menarik kesimpulan yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode cantol roudhoh mampu meningkatkan kemampuan membaca awal bergambar pada siswa kelas I di SD Jangglengan 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dan dibuktikan dari adanya peningkatan persentase dari sebelum tindakan, setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan setelah dilakukan tindakan pada Siklus II. Peningkatan sebelum tindakan ke Siklus I sebesar 18,06 % dan siklus I ke siklus II peningkatannya sebesar 11,66%, sehingga jumlah peningkatan pra siklus sampa siklus II sebesar 29,72%.
Adapun keberhasilan tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mempersiapkan media dan mengkondisikan anak, (2) memberitahukan tema pembelajaran serta menjelaskan cara bermain dan memberi contoh serta membagi anak dalam 3 kelompok, (3) anak bergiliran untuk bermain dan mengacak kartu dengan posisi terbalik di kantung flannel dan satu per satu anak maju memilih 1 kartu dengan membaliknya, (4) anak bermain serta melakukan sesuai perintah dan contoh peneliti dalam pembelajaran kemampuan membaca pada indikator 1 sampai 6 sesuai yang direncanakan peneliti, dan (5) mendampingi dan memotivasi anak apabila ada yang mengalami kesulitan, sehingga peneliti dapat membantunya serta tidak memaksa anak untuk harus menjawab atau melakukan dengan benar.
Saran
Saran penelitian bagi guru dalam pembelajaran menggunakan media kartu kata bergambar ini, peneliti harus lebih mampu menguasai materi yang akan diajarkan dan mampu menggunakan dengan baik media yang digunakan. Dalam pembelajaran, peneliti harus mampu menciptakan suasana yang riang dan nyaman bagi anak serta selalu memberikan perhatian dan motivasi baik itu verbal, fisik, ataupun dengan hadiah atau reward. Peneliti juga bisa lebih memodifikasi kegiatan dengan kartu kata bergambar sehingga anak lebih aktif, antusias, dan cepat menangkap apa yang diajarkan. Saran penelitian bagi penelit diharapkan mampu untuk mengkreasikan media ini sehingga anak lebih tertarik. Pelaksanaan lebih dibuat bervariasi lagi melalui kartu kata bergambar ini sehingga anak menjadi aktif dan merasa mereka tidak seperti sedang belajar.
|
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Martono, dan Atikah. 2009. “Studi Teraputik Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan dengan Model Pendekatan Atraktif di Sekolah Dasar Kawasan Miskin”. Penelitian Hibah Bersaing. Surakarta: Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat UNS.
Arikunto, Suharsisni, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aulia. 2011. Mengajarkan Balita Anda Membaca. Yogyakarta: Intan Media.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Meitasari, Fida. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Kubaca Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok Usia 3-4 Tahun Di PPT Bunga Tanjung Surabaya. Universitas Negeri Surabaya: Skripsi tidak dipublikasikan.
Moleong, L.J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Munadi,Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press
Musfiroh, Tadkiroatun. 2009. Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Gramedia.
Nurhadi. 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca Suatu Teknik Memahami Literatur Yang Efisien. Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Nurhasanah, E dan Kusnandar, Y. 2006. Penuntun Penggunaan Metode Cantol Roudhoh. Bandung: Mumtaz Agency
Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembagan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Setyono, Indun Lestari. 2010. Studi Komparatif Metode Artikulasi Dan Metode Cantol Raudhoh Terhadap Kelancaran Membaca Pada Siswa SD kelas Satu di SDN Sekarwangi Bandung. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Simbolon Riana, Kasiyati, Irdamurni. 2013. Efektifitas Metode Cantol Roudhoh Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Volume 2 Nomor 3 Halaman: 244-260.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Utami, Rizky Budi. 2011. Pengaruh Metode Cantol Roudhoh Terhadap Kemampuan Membaca Anak Usia Dini Kelompok B di TK Cendekia Mulia Surabaya. Skripsi (tidak diterbitka). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.