PERAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

DALAM PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK

UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU PAI

DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017

 

Mugiyo

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik kepemimpinan transformasional dan supervisi akademik pengawas di kabupaten Wonogiri, mengetahui peran kepemimpinan transformasional seorang pengawas dan pelaksanaan Supervisi Akademik pengawas dalam rangka peningkatan kinerja Guru PAI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik Pengambilan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa; Pertama, praktik kepemimpinan transformasional dan pelaksanaan supervisi akademik pengawas berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Kedua, tipe kepemimpinan transformasional seorang pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kinerja guru PAI di Kabupaten Wonogiri. Ketiga, pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas terhadap guru PAI di kabupaten wonogiri memiliki dampak yang positif juga, karena bagi guru yang disupervisi dan pengawas yang mensupervisi akan mengetahui kelemahan atau hambatan-hambatan yang dialami seorang guru dalam proses pembelajaran dan akan mudah dalam memberikan solusi dari permasalahan atau hambatan yang dialaminya.

Kata Kunci: Kepemimpinan transformasional, supervisi akademik, kinerja guru.

 

PENDAHULUAN

Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.[1]

Menurut Djamarah guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah.[2] Guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai dan pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Hal ini diamanatkan dalam UU No 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen:

 â€œGuru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.[3]

Komponen-komponen dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan di antaranya adalah guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Guru dan kepala sekolah bersentuhan langsung dengan kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab menjamin layanan belajar bagi peserta didik sesuai standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Pengawas adalah orang yang diberi tugas dan tanggungjawab memberi bantuan kepada guru untuk mengatasi kesulitan mengajar dan membantu kepala sekolah mengatasi kesulitan manajerial sekolah untuk menjamin kegiatan akademik sesuai standar yang dipersyaratkan. Keterampilan yang dimiliki oleh pengawas sekolah meliputi; (1) keterampilan manajerial, karena bagian dari fungsi manajemen; dan (2) keterampilan akademik, penerapannya adalah pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan pembelajaran.[4]

Banyak hal yang turut mempengaruhi kinerja guru, di luar dari kompentensi guru itu sendiri. Hal-hal tersebut antara lain: kepemimpinan kepala sekolah dan pelaksanaan fungsi pengawasan pendidikan/supervisi, baik yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pengawasan interen maupun yang dilakukan oleh pengawas sekolah sebagai supervisor. Untuk mengatasi masalah belum optimalnya kinerja guru, maka penerapan kepemimpinan transformasional dan pelaksanaan supervisi merupakan solusi untuk meningkatkan kinerja guru.

Kepemimpinan transformasional merupakan faktor yang penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi termasuk sekolah.[5] Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja bersama atau melalui orang lain (pengikut) untuk mentransformasikan (mengubah) sumber daya organisasi secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan bersama. Tipe kepemimpinan transformasional merupakan tipe kepemimpinan yang memadu atau memotivasi pengikut mereka ke arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas. Pemimpin ini mencurahkan perhatian pada keprihatinan dan kebutuhan pengembangan dari pengikut individual, dengan mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan cara-cara baru dan mampu membangkitkan semangat untuk mencapai tujuan.[6]

Pentingnya supervisi akademik adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik serta membantu guru menciptakan lulusan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.[7]

Berdasarkan pengamatan penulis dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian guru yang telah lama melaksanakan tugas sebagai pengajar, menganggap pekerjaan mengajar sebagai rutinitas. Metode pembelajaran yang digunakan miskin variasi yang dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan situasi belajar di kelas gersang dan membosankan, layanan belajar yang diterima peserta didik menjadi tidak bermutu. Proses pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan sumberdaya manusia yang tidak bermutu, maka dampaknya adalah daya saing bangsa menjadi rendah dan kualitas kesejahteraan bangsa ini menjadi rendah pula.[8] Dalam Peraturan Menteri Agama PMA No. 2 tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Agama Pada Sekolah, Pasal 3 Ayat 2 menyebutkan bahwa:

Pengawas PAI pada Sekolah mempunyai tugas melaksanakan pengawasan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah. Pada pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa Pengawas PAI pada Sekolah mempunyai fungsi melakukan (a) penyusunan program pengawasan PAI, (b) pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru PAI, (c) pemantauan penerapan standar nasional PAI, (d) penilaian hasil pelaksaan program pengawasan, dan (e) pelaporan pelaksanaan tugas pengawasan.

Dengan demikian, diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengatasi hal tersebut, yaitu pengawas atau supervisor. Pengawas memiliki peran yang strategis dalam membantu guru untuk menjadi profesional. Pengawas atau supervisor perlu mengetahui makna kepemimpinan pengawas dalam pendidikan sehingga seorang supervisor bisa menjadi pemimpin yang ideal dan tauladan bagi guru-guru yang dibinanya.

METODE PENELITIAN

Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian ini termasuk katagori penelitian lapangan (field research), yang berarti sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif atau studi lapangan.[9] Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak bisa dipakai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi.[10]Secara umum penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pengamatan (observasi), wawancara, atau penelaahan dokumen atau pustaka.[11]

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergi. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat tertentu (place).[12] Peneliti menggunakan sampel sebagai objek yang dipelajari atau sebagai sumber data.[13]

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu pengumpulan dan penyusunan data, kemudian berusaha menganalisis dan menafsirkan data-data terebut.[14] Adapun langkah-langkah dari penelitian deskriptif antara lain:

a.     Deskriptif, yaitu dengan cara memaparkan konsep dan pemikiran kemudian dilakukan penafsiran dan penentuan data yang telah ada.[15]

b.     Interpretasi, yaitu mendalami buku-buku, untuk secepat mungkin mampu mengungkapkan arti dan makna uraian yang disajikan. Langkah ini digunakan untuk menelaah dan menafsirkan, kemudian menganalisis keseluruhan isi buku sehingga dapat dikelompokkan menjadi bab dan sub babnya.

c.     Content Analysis, yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan melakukan berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian ditarik kesimpulan sehingga dapat digeneralisasikan menjadi sebuah teori, ide atau gagasan baru.[16]

Setelah data terkumpul, penulis selanjutnya menelaah dan menganlisanya kemudian mengambil kesimpulan dengan metode deduktif. metode deduktif, yaitu proses berfikir yang diawali dengan pengamatan yang umum untuk kemudian diambil kesimpulan yang bersifat khusus.[17]

KAJIAN TEORITIS

Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional (transformational leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Seorang pemimpin transformasional harus mampu mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan. [18]

Secara operasional Bernard Bass,[19] memaknai kepemimpinan transformasional sebagai berikut: “Leadership and performance beyond expectations”. Sedangkan Tracy and Hinkin dkk, memaknai kepemimpinan transformasional sebagai “The process of influencing major changes in the attitudes and assumptions of organizationmembers and building commitment for the organization’s mission or objectives”. Kepemimpinan transformatif memiliki pengertian kepemimpinan yang bertujuan untuk perubahan.[20] Kepemimpinan transformatif itu merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan meningkatkan hubungan motivasi, dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut. [21]

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa esensi kepemimpinan adalah upaya seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan olehnya. Dalam rangka mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin mempunyai banyak pilihan gaya kepemimpinan yang akan digunakannya. Salah satu gaya kepemimpinan yang relatif populer adalah kepemimpinan transformasional.

 

 

 

Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional

Menurut Bass ciri-ciriatau karakteristik kepemimpinanTransformatif (transformasional) ada4 yaitu:[22]

a)    Idealized influence (or charismatic influence), mempunyai makna bahwa seorang pemimpin transformasional harus kharismatik yang mampu “menyihir” bawahan untuk bereaksi mengikuti pimpinan.

b)    Inspirational motivation, berarti karakter seorang pemimpin yang mampu menerapkan standar yang tinngi akan tetapi sekaligus mampu mendorong bawahan untuk mencapai standar tersebut.

c)     Intellectual stimulation, karakter seorang pemimpin transformasional yang mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan rasional.

d)    Individualized consideration, berarti karakter seorang pemimpin yang mampu memahami perbedaan individual para bawahannya.

Indikator pemimpin yang menerapkan kepemimpinan transformatif

Menurut Tichydan Dewantara[23] seorang pemimpin yang sudah menerapkan kepemimpinan transformatif, yaitu:

a.     Pemimpin menempatkan diris ebagai agent of change (agen perubahan)

b.     Mereka berani bertindak untuk melakukan perubahan, pemimpin berani menghadapi resistensi, menanggung resiko, dan berani menghadapi kenyataan.

c.     Pemimpinpercayakepadapengikutdengancaramengembangkankepercayaanmelaluimotivasi, kejujurandanpemberdayaan, peduliterhadapaspek-aspek humanistic

d.     Pemimpin transformatif menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan seperti mengembangkan rasa empati, simpati, saling menghargai, memperhatikan harkat dan martabat sesama, saling memperdulikan, ramah, bertindak secara santun, perduli terhadap aspek-aspek pribadi dan sosio-emosional

e.     Pemimpin selalu belajar sepanjang hayat

f.      Pemimpin mampu mengatasi permasalahan yang kompleks, tidak menentu, dan membingungkan

g.     Pemimpin memiliki pandangan jauh kedepan.

Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi tercapainya tujuan. Peran gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai perlu dipahami bahwa pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawainya, dan dia sendiri harus berbuat baik.[24]

Supervisi Akademik

Menurut M. Ngalim Purwanto, supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.[25] Supervisi juga diartikan sebagai usaha dari pengawas sekolah dalam membimbing guru-guru dan petugas lainnya dan pengajaran.[26] Supervisi juga diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing, memfasilitasi memotivasi, serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan profesi secara efektif.[27] Jadi inti dari supervisi pendidikan adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya sehingga para peserta didik dengan mudah melakukan proses pembelajaran.

Dari beberapa definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan supervisi akademik adalah suatu kegiatan yang berisi pembinaan, bimbingan dan pemberian motovasi yang direncanakan dengan tujuan untuk membatu guru atau pegawai sekolah lainnya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Tujuan Supervisi Akademik

Menurut Glickman dalam Metode dan Teknik Supervisi yang dikeluarkan Dep.Diknas, bahwa Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya. Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.[28]

Beberapa tujuan yang didapat dengan diadakannya kegiatan supervisi akademik oleh para supervisor menurut para ahli antara lain:[29] pertama, agar tercapainya tujuan pembelajaran yang direncanakan bagi murid-muridnya; kedua, diharapkan dapat meningkatkan kualitas akademik guru.

Dari tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu berfungsi mencapai multi tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru kearah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar yang lebih baik.

 

Prinsip Supervisi Akademik

Menurut Wijono secara umum prinsip supervisi pendidikan adalah dasar atau azas yang seharusnya menjadi pegangan dalam melaksanakan supervisi. Supervisi pendidikan dilaksanakan berdasarkan prinsip:[30]

a.       Prinsipilmiah (scientific), dimaksudkan bahwa supervisi hendaknya dilaksanakan secara ilmiah. Ciri ilmiah tersebut adalah: 1) sistematis, teratur, terprogram, dan kontinyu; 2) obyektif, berdasarkan pada data informasi; 3) menggunakan instrumen (alat) yang dapat memberikan data / informasi yang akurat, dapat dianalisis, dan dapat mengukur ataupun menilai terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar.

b.       Prinsip demokratis, dimaksudkan bahwa dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta menghargai dan sanggup menerima pendapat orang lain.

c.        Prinsip kooperatif, dimaksudkan bahwa dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

d.       Prinsipkonstruktifdankreatif, dimaksudkan bahwa dalam melaksanakan supervisi hendaknya dapat membina inisiatif guru serta mendorong untuk aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Teknik Supervisi Akademik

Teknik supervisi akademik merupakan suatu cara yang digunakan oleh supervisor dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru yang disupervisi. Teknik-teknik supervisi pendidikan dapat ditinjau dari banyaknya guru dan cara menghadapi guru.[31] Dalam Metode dan Teknik Supervisi Bagi Pengawas Satuan Pendidikan Depdiknas menyebutkan dalam supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik kelompok.

Kinerja Guru PAI

Kinerja artinya sama dengan prestasi kerja atau dalam bahasa Inggrisnya disebut performance. Secara etimologis kinerja (performance) berarti unjuk kerja. Kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam bukunya Mulyasa menyatakan bahwa kinerja adalah “…output drive from processes, human or otherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Hadari Nawawi, mengungkapkan bahwa istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya oleh seseorang. Artinya kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. [32]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja berkaitan dengan hasil kerja, prestasi kerja, atau pencapaian target yang telah ditentukan secara kuantitatif maupun kualitatif baik yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok atau organisasi.

Faktor yang mempengarui Kinerja Guru

Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Malthis dan Jackson, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja.Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:[33]

a.     Kemampuan mereka.

b.     Motivasi.

c.     Dukungan yang diterima.

d.     Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.

e.     Hubungan mereka dengan organisasi”.

Sedangkan menurut Menurut Gibson masih dalam Wikipedia menjelaskan ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja. Tiga faktor tersebut adalah:

a)    Faktor individu (kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang).

b)    Faktor psikologis (persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja).

c)     Faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan atau reward system)”.

Indikator Kinerja Guru

Indikator Kinerja Guru menurut pendapat Nana Sudjana[34] dkk, tentang kompetensi Kinerja guru, yaitu:

a.     Menguasai bahan yang akan diajarkan.

b.     Mengelola program belajar mengajar.

c.     Mengelola kelas.

d.     Menggunakan media/sumber pelajaran.

e.     Menguasai landasan-landasan kependidikan.

f.      Mengelola interaksi belajar mengajar.

g.     Menilai prestasi siswa.

h.     Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.

i.      Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

j.      Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dari tiga kali kegiatan observasi yang penulis lakukan terhadap praktik kepemimpinan pengawas yang dilakukan pada hari kamis, 8 Juni 2017, 20 Juli 2017, dan 10 Agustus 2017, ada beberapa hal yang dapat penulis catat selama observasi:

Pertama, ketika Bapak Pengawas, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada guru PAI, beliau menunjukkan performa sebagai seorang pengawas sekaligus pemimpin yang kharismatik, yang mana beliau memberikan respect dan trust terhadap bawahannya. beliau juga senantiasa memberikan motivasi kepada semua guru PAI agar “melek teknologi” dan mampu bersaing dengan guru-guru di luar guru PAI serta mampu memunculkan ide-ide strategi pembelajaran yang efektif seta berani tampil di depan baik ketika di sekolah maupun di masyarakat. Itu artinya bahwa guru PAI harus menjadi pelopor agen of change.

Kedua, Bapak Pengawas selalu update dalam memberikan informasi-informasi penting baik yang datang dari kantor Kementerian Agama maupun dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri. Beliau juga dengan sabar dalam memberikan bimbingan terhadap guru PAI yang mengalami kendala maupun permasalahan baik dalam hal peningkatan karir, kegiatan supervisi maupun dalam kegiatan belajar mengajar.

Ketiga, Bapak Pengawas, pandai dalam membangun komunikasi dan jaringan baik terhadap guru, kepala sekolah maupun dinas terkait, sehingga beliau cukup disegani ketika melakukan kegiatan supervisi maupun berkunjung ke sekolah – sekolah.

Dari beberapa catatan observasi penulis di atas, beliau Bapak Pengawas memiliki kriteria sebagai pengawas maupun pemimpin yang transformasional.

Dari wawancara yang penulis lakukan dengan beliau Bpk. Pengawas dapat penulis simpulkan bahwa dalam kegiatan supervisi dibutuhkan tipe kepemimpinan seorang pengawas yang dapat mengakomodir semua permasalahan yang dialami oleh setiap guru sekaligus mampu meningkatkan kinerja tanpa ada rasa intimidasi maupun diskriminasi. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan transformasional. Sejak beliau menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dalam kegiatan supervisi, beliau merasa lebih mudah dalam memberikan solusi sekaligus motivasi terhadap permasalahan yang dialami guru PAI.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi mengungkapkan bahwa keberhasilan guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya tidak akan lepas dari berbagai faktor, salah satunya adalah gaya kepemimpinan pengawas. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah style yang diterapkan dalam suatu kegiatan guna membangkitkan motivasi atau semangat guru dengan jalan memberikan inspirasi, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Oleh karena itu kepemimpinan pengawas merupakan faktor penting dalam menentukan kinerja guru.

Pentingnya peran pengawas sebagai pemimpin di lembaga pendidikan sudah banyak dibuktikan oleh para ahli pendidikan, salah satunya adalah Mulyasa, yang mengatakan bahwa kepemimpinan (pengawas) sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas guru dan produktivitas, sehingga dapat mendorong untuk pencapaian tujuan pendidikan.

Adapun kontribusi dari kepemimpinan transformasional pengawas PAI SD di kabupaten Wonogiri Abdul Latief antara lain; 1) beliau memiliki visi dan misi yang jelas, sehingga mampu mendapatkan komitmen guru-guru yang akan menjalankan visi yang sudah di tetapkan serta memiliki inovasi –inovasi baru yang berguna bagi guru-guru PAI di bawah binaannya, 2) meningkatnya motivasi guru – guru PAI SD dalam mengikuti kegiatan KKG PAI, dan dalam penggunaan media pembelajaran serta penggunaaan teknologi masa kini, 3) Tertanamnya budaya disiplin guru-guru PAI SD baik ketika mengikuti kegiatan KKG maupun dalam pembuatan administrasi guru serta dalam melaksanakan tugas harian, 4) terbentuknya komunikasi yang intens antara pengawas dan guru-guru PAI baik dalam penyampaian informasi-informasi maupun dalam sharing tentang pembelajaran maupun administrasi guru.

Dari beberapa kontribusi tersebut di atas, penulis mencoba mengkorelasikan dengan pendapat para ahli tentang indikator – indikator kinerja guru yang ada hubungannya dengan peran kepemimpinan transformsional yang dilakukan oleh beliau bapak Pengawas selaku pengawas guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri. Adapun korelasinya, antara lain:

1.     Meningkatnya mutu pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa baik dalam penggunaan metode maupun media pembelajarannya.

2.     Adanya motivasi yang tinggi dari guru-guru PAI SD untuk berinovasi baik dalam peningkatan kualifikasi akademik maupun pembelajaran.

3.     Tumbuhnya sikap semangat yang tinggi dan disiplin pada guru-guru baik dalam mengikuti kegiatan KKG PAI mapun dalam kegiatan supervisi.

4.     Terbentuknya komunikasi yang efektif dan intens baik antara pengawas dengan guru maupun guru dengan guru.

Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kontribusi dari gaya kepemimpinan transformasional seorang pengawas dalam melaksanakan kegiatan supervisi memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kinerja guru PAI. Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya motivasi guru-guru PAI SD dalam meningkatkan kemampuan mengajar maupun kegiatan supervisi.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya selain kepemimpinan transformasional dalam upaya meningkatkan kinerja guru adalah adanya kegiatan supervisi akademik yang berkala dan berkesinambungan. Dari kegiatan supervisi akademik pengawas yang penulis peroleh dari hasil observasi dan wawancara, ada beberapa kontribusi yang penulis tulis, diantaranya ; 1) guru mampu mengetahui kegiatan pembelajaran yang sudah sesuai dengan tujuan pengajaran, 2) guru mampu mengetahui kegiatan pembelajaranyang belum sesuai dengan tujuan pengajaran, 3) mampu memberikan keterangan atau penjelasan tentang apa yang perlu dibenahi terlebih dahulu (yang diprioritaskan) oleh guru yang bersangkutan, 4) mampu mengetahui buku-buku sumber belajar yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran, 5) guru mampu meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

Dari beberapa kontribusi tersebut di atas, penulis mencoba mengkorelasikan dengan pendapat para ahli tentang indikator – indikator kinerja guru yang ada hubungannya dengan peran supervisi akademik yang dilakukan oleh beliau bapak Pengawas selaku pengawas guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri. Adapun korelasinya, antara lain:

1.     Meningkatnya mutu pembelajaran dengan ditandai kemampuan guru dalam mengetahui kegiatan yang sudah sesuai maupun yang belum sesuaidengan tujuan pembelajaran.

2.     Motivasi yang tinggi dari guru-guru PAI SD untuk berinovasi baik dalam peningkatan kualifikasi akademik maupun pembelajaran, hal ini ditandai dengan kemampuan guru dalam memprioritaskan apa yang perlu dibenahi dalam administrasi guru maupun kegiatan pembelajaran.

3.     Tumbuhnya sikap semangat yang tinggi dan disiplin pada guru-guru, hal itu dibuktikan dengan menambah referensi sumber belajar serta kedisiplinan dalam mengajar.

Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kontribusi dari pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas dalam melaksanakan kegiatan supervisi adalah keberhasilan dalam menumbuhkan motivasi guru untuk meningkatkan kinerja guru.Indikator penilaian pelaksanaan supervisi akademik adalah: 1) merencanakan program supervisi, kegiatan ini terdiri dari: merumuskan tujuan dan teknik supervisi pembelajaran, menyusun program supervisi, menyususn instrument dan jadwal supervisi pembelajaran; 2) melaksanakan program supervisi, kegiatannya meliputi: melaksanakan program supervisi pembelajaran, membimbing guru dan siswa, mengajarkan wawasan/pengetahuan baru, melaksanakan umpan balik dari hasil supervisi, serta mendokumentasikan hasil supervisi; 3) menindaklanjuti program supervisi, kegiatan ini terdiri dari: menyususn rencana program tindak lanjut, mensosialisasikan hasil supervisi kepada guru-guru.

Dari penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa supervisi akademik yang bapak Pengawas lakukan sudah sesuai dengan prosedur dan dalam pelaksanaan dilapangan beliau pun mengedepankan prinsip-prinsip dalam supervisi akademik sehingga guru-guru merasa senang dan termotivasi untuk meningkatkan kinerja sebagai seorang guru. Sehingga bisa penulis simpulkan kegiatan supervisi akademik memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kinerja guru PAI.

Dari kedua analisis tersebut di atas, antara peran kepemimpinan transformasional dan supervisi akademik terhadap kinerja guru PAI, keduanya sama-sama memiliki pengaruh yang cukup signifikan, namun menurut pengamatan penulis dilapangan pelaksanaan supervisi akademik memiliki peran yang lebih signifikan dalam meningkatkan kinerja guru PAI dibandingkan peran kepemimpinan transformasional pengawas. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan dalam pelaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas serta adanya bukti fisik administrasi guru yang lebih lengkap dari sebelumnya. Dengan dilaksanakannya supervisi akademik secara rutin dan berkala, guru merasa diperhatikan oleh pengawas sekaligus sebagai sarana untuk berkonsultasi tentang kendala-kendala yang dialami selama proses kegiatan belajar mengajar.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pemaparan penulis di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, pertama Praktik kepemimpinan transformasional pengawas oleh Bapak Pengawas terhadap guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri sudah berjalan baik sehingga dapat menghilangkan anggapan bahwa pengawas itu galak dan menakutkan; kedua Praktik supervisi akademik yang dilakukan Bapak Pengawas selaku salah satu pengawas guru PAI SD di Kabupaten Wonogiri sudah sesuai dengan prosedur kepengawasan; Ketiga, Peran kepemimpinan transformasional seorang pengawas dalam melaksanakan kegiatan supervisi memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kinerja guru PAI. Disamping itu juga dapat mengakomodir semua permasalahan yang dialami oleh setiap guru sekaligus mampu meningkatkan kinerja tanpa ada rasa intimidasi maupun diskriminasi Serta menumbuh semangat untuk berinovasi dalam pembelajaran.

REFERENSI

Abd. Kadim Masaong. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung: Alfabeta, 2013.

Akdon. Strategic Management for Educational Management. Bandung: Alfabeta, 2011.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Cholid, Abdul. “Pemahaman Nilai Dasar Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keberhasilan Pendidikan Islam,” Attarbiyah, Volume 24, Number 2 (Juli 2014), 78-79.

Dirjen PMPTK. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Dirjen PMPTK, 2008.

Djamarah, S.B., Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usahan Nasional, 1994.

E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Efendi, Nur. Islamic Education Leadership. Sleman: Kalimedia, 2015.

Hendiyat Soetopo dan Easti Soemanto, Kepemimpinandan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1984

Lensufie. Tikno, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, Jakarta: Erlangga, 2010

Muhith. Abd. dan Bahar Agus Setiawan, Transformational Leadership: Ilustrasi di Bidang Organisasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 2013.

Muslim. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta, 2008.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penilaian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Purwanto, M Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Sagala, Syaiful. Supervisi Pengajaran; dalam profesi pendidikan.Bandung: Alvabeta, 2010.

Saifudin, Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Shodiq. Muhammad dan Imam Muttaqin, Dasar-dasarPenelitianKualitatif, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007.

Sudjana, Nana. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis. Jakarta: Binamita Pblishing, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen.

 



[1]     E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, 4.

[2]     Djamarah, S.B., Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usahan Nasional, 1994, 32.

[3]     Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

[4]     Syaiful Sagala, Supervisi Pengajaran (dalam profesi pendidikan), Bandung: Alvabeta, 2010, 138.

[5]     Nur Efendi, Islamic Educational Leadership.,…..194.

[6]     Abdul Cholid, “Pemahaman Nilai Dasar Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keberhasilan Pendidikan Islam”Attarbiyah, Volume 24, Number 2 (Juli 2014), 78-79.

[7]     Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Konstektual, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, 3.

[8]     Muhammad Fazis, “Konstribusi Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam”, Stutdia Akademika, Vol. VII, No. 1(Juni / 2009), 18.

[9]     AzwarSaifudin, MetodePenelitian, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2001, 21.

[10]    Muhammad Shodiqdan Imam Muttaqin, Dasar-dasarPenelitianKualitatif, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2007, 4.

[11]    Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, Bandung: RemajaRosdakarya, 2010,9.

[12]    Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012, 215.

[13]    Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatif,…,216.

[14]    Saeful Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, 6.

[15]    Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, 154.

[16]    Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid. I, Yogyakarta: tp, 1989, 47.

[17]    Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997, 3.

[18]    Mulyono, Educational Leadership:Mewujudkan Efektivitas Kepemimpinan Pendidikan, Malang. UIN Malang, 2009, 31.

[19]    Gill, A, et al., “The Relationship Between Transformasional Leadership and Employee Desire for Empowerment,International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 22 No. 2 (2003),263-273.

[20]    Abd Muhith dan Bahar Agus Setiawan, Transformational Leadership: Ilustrasi di Bidang Organisasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 2013, 24.

[21]    Tikno Lensufie, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, Jakarta: Erlangga, 2010, 81.

[22]    Peter G. Norhhouse, Kepemimpinan: Teoridan Praktik edisi keenam, penerjemah: Ati Cahyani, Jakarta: Indeks, 2013, 176.

[23]    Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: Kaukaba, 2012, 97.

[24]    E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, 118.

[25]    M. NgalimPurwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 76.

[26]    AA. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional Panduan Menuju PKKS, Yogyakarta: Deepublish, 2012, 88.

[27]    Abd.Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memperdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 3.

[28]    Dirjen PMPTK, Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas, Jakarta: DepDikNas, 2008, 11.

[29]    Jasmani Asf. Dan Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan; Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas dan Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2013, 35.

[30]    Lantip Diat Prasojo, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011, 88.

[31]    Hendiyat Soetopo dan Easti Soemanto, Kepemimpinandan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1984, 44.

[32]    Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1999, Cet. 13, 34.

[33]    Mathis. L. Robert dan Jackson. H. John, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Buku Kedua, 2001, 82.

[34]    Nana Sudjana, Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis, Jakarta: Binamita Publishing, 2011, 207.