PERPUSTAKAAN “REKSO PUSTOKO”

SEBAGAI SUMBER PENULISAN SKRIPSI SEJARAH

 

I Made Ratih Rosanawati

Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

 

ABSTRAK

Pemanfaatan perpustakaan dalam penyusunan penelitian sejarah, akan menuntun mahasiswa untuk berfikir kritis termasuk dalam menemukan ide baru guna mendukung penelitian sejarah. Pada penelitian sejarah bahan pustaka mempunyai peran yang sangat baik sebagai sumber primer, sehingga didapat sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Salah satu perpustakaan yang dapat memberi fasilitas untuk penelitian sejarah adalah perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran. Penelitian ini mendeskripsikan tentang sejarah berdirinya perpustakaan Rekso Pustoko, koleksi sumber sejarah di Rekso Pustoko yang dapat digunakan sebagai sumber penulisan skripsi sejarah, serta kemampuan mahasiswa dalam memanfaatkan sumber sejarah di Rekso Pustoko

Kata Kunci: Perpustakaan, Rekso Pustoko, Skripsi Sejarah

 

PENDAHULUAN

Jenjang pendidikan Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan sumber daya manusia yang handal karena mahasiswa dididik untuk lebih mandiri dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Tujuan pembelajaran di Perguruan Tinggi mengisyaratkan agar dalam proses pembelajaran mahasiswa mampu memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap yang disertai dengan cara berpikir ilmiah.

Penulisan skripsi merupakan salah satu karya ilmiah untuk melatih mahasiswa menerapkan pengetahuannya melalui pemecahan masalah ilmiah yang berkenaan dengan bidang ilmunya. Skripsi sebagai laporan hasil penelitian wajib menggunakan metode ilmiah, sehingga untuk menjawab permasalahan harus dilakukan melalui pengkajian secara teoretik maupun empirik.

Pemanfaatan perpustakaan dalam penyusunan penelitian sejarah, akan menuntun mahasiswa untuk berfikir kritis termasuk dalam menemukan ide baru guna mendukung penelitian sejarah. Pada penelitian sejarah bahan pustaka mempunyai peran yang sangat baik sebagai sumber primer, sehingga didapat sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Salah satu perpustakaan yang dapat memberi fasilitas untuk penelitian sejarah adalah perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan memfokuskan masalah yang berkaitan dengan ”Perpustakaan Rekso Pustoko Sebagai Sumber Penulisan Skripsi Sejarah”.

 

 

 

KAJIAN TEORI

Perpustakaan

Menurut pendapat Lasa HS (1994: 1), perpustakaan adalah kumpulan bahan informasi yang terdiri dari bahan buku / book materials dan bahan non buku / non book materials yang disusun dengan sistem tertentu, dipersiapkan untuk diambil manfaatnya / pengertiannya, serta tidak untuk dimiliki sebagian maupun keseluruhannya. Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontinyu oleh pemakainya sebagai sumber informasi (Muljani, 1983: 4).

Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka. Bahan pustaka yang dimaksud merupakan hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.

Fungsi perpustakaan pada umunya, yaitu sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Secara khusus, setiap jenis perpustakaan mempunyai fungsi masing-masing, yang berbeda antara yang satu dan lainnya.

      Sutarno (2003: 1) mengatakan bahwa perpustakaan sebagai rangkaian sejarah masa lalu merupakan hasil budaya umat manusia yang sangat tinggi. Melalui sumber bacaan dan ilmu pengetahuan di perpustakaan kita bisa meneruskan dan mengembangkannya. Dimana fungsi utamanya yaitu sebagai pusat sumber belajar, pusat dan sumber informasi, serta pusat bacaan rekreasi dan pengisi waktu senggang.

Skripsi

Pengertian Skripsi

Skripsi merupakan karya ilmiah akhir dari mahasiswa guna menyelesaikan program S1 (Sarjana). Skripsi sebagai bukti kemampuan akademis mahasiswa yang berhubungan dengan penelitian dan pemecahan masalah-masalah. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan bagi mahasiswa sebagai bagian persyaratan pendidikan akademik yang bertujuan melatih mahasiswa menerapkan pengetahuannya melalui pemecahan masalah yang berkenaan dengan bidang ilmunya. Menurut Manullang (2004: 1), skripsi adalah karya tulis yang disusun oleh mahasiswa berdasarkan hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana atau strata satu (S1). Skripsi merupakan suatu karya tulis yang berdasarkan pada hasil-hasil pemikiran, penelaahan, atau research yang harus dikomunikasikan agar hasilnya dapat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan perbaikan kehidupan umat manusia (Sutrisno Hadi, 1986: 1).

Dapat disimpulkan bahwa skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan bagi mahasiswa yang berhubungan dengan penelitian dan pemecahan masalah, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Skripsi Sejarah

Penulisan skripsi sejarah merupakan hasil penulisan sejarawan akademis yang menekankan pada kesinambungan dan perubahan, sehingga diperlukan kesadaran teoretik dan menggunakan metodologi sejarah dalam penulisan dan diselipkan imajinasi penyusun sehingga hasil karyanya enak dibaca (Kuntowijoyo, 2003: 8). Pendidikan sejarah ditingkat awal harus berupa pendidikan penalaran ilmiah. Kepustakaan sejarah ditulis oleh sejarawan akademis. Sejarawan akademis adalah mereka yang paling sadar tentang apa yang dikerjakan, mempunyai pendapat yang penuh pertimbangan tentang yang ditulis, kemudian mereka menjadi pengajar di universitas atau menjadi peneliti di lembaga-lembaga penelitian yang masih memelihara hubungan dengan induk akademis mereka (Kuntowijoyo, 2003: 3).

Dalam proses penulisan sejarah, bisa terjadi penggabungan antara naratif dan analisis. Sebab penulisan sejarah bertujuan memberikan makna dan penjelasan tentang faktor-faktor terjadinya suatu peristiwa dapat dilakukan secara implisit di dalam deskripsi, tetapi analisis berdasarkan konsep dan teori yang relevan juga dengan serta merta dilakukan bersamaan dengan deskripsi itu (Dudung Abdurrahman, 1999: 3).     

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Perpustakaan Rekso Pustoko Sebagai Sumber Penulisan Skripsi Sejarah” mengambil lokasi di perpustakaan Rekso Pustoko yang berada di Pura Mangkunegaran. Secara umum, pemilihan lokasi penelitian tersebut terkait dengan alasan strategis dan historis.

Metode Penelitian

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang artinya cara atau jalan. Sehubungan dengan cara ilmiah, maka metode menyangkut pula cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1986: 7). Sedangkan menurut Helius Sjamsuddin (1996: 2), metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis dalam penelitian suatu ilmu tertentu untuk mendapatkan suatu bahan yang diteliti. Dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara untuk berbuat atau berencana, suatu susunan atau sistem yang teratur. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian merekonstruksikan berdasarkan data yang diperoleh sehingga menghasilkan historiografi.

Sumber Data

Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang digali dari berbagai sumber, dirumuskan secara rinci berkaitan dengan jenisnya, apa dan siapa yang secara langsung berkaitan dengan jenis informasi (Sutopo, 2006: 180). Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1.     Informan atau nara sumber, yaitu pengunjung dan pegawai Rekso Pustoko

2.     Peristiwa, yaitu aktivitas pegawai Rekso Pustoko dan mahasiswa yang memanfaatkan Rekso Pustoko sebagai sumber penulisan skripsi.

Teknik Pengumpulan Data

            Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.   Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak dalam situasi formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama (Sutopo, 2006: 69).

2.   Observasi langsung

Observasi bertujuan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, tempat dan benda. Peneliti mengamati dan menggali informasi mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian menurut kondisi yang sebenarnya (Sutopo, 20006; 76).

3.   Mengkaji dokumendan arsip (content analysis)

Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Menurut Yin (dalam Sutopo, 2006), content analisis merupakan cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya.

Teknik Cuplikan

Dalam penelitian ini teknik cuplikan yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling memiliki kecenderungan peneliti untuk memilih informan yaitu mereka yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 20006: 64). Dalam hal ini, cuplikan yang diambil lebih bersifat selektif. Peneliti memilih informan berdasar posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya.

Kedalaman dan kelengkapan data tidak ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap (Sutopo, 2006: 63).

Validitas Data

Patton (dalam Sutopo, 2006: 92), menyatakan ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu: trianggulasi data, trianggulasi peneliti, trianggulasi metodologis, dan trianggulasi teoretis. Dari empat macam trianggulasi tersebut, hanya dua yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Hal ini supaya hasil yang diperoleh dari lapangan bisa diperoleh validitas data yang mendalam

1.   Trianggulasi data

Trianggulasi data disebut juga trianggulasi sumber, adalah teknik dimana dalam pengumpulan data wajib menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.

2.   Trianggulasi metode

Trianggulasi metode adalah teknik trianggulasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Di sini ditekankan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda tetapi diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapa informasinya. Dari teknik pengumpulan data tersebut, hasilnya kemudian dibandingkan dan ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya.

Teknik Analisis

Dalam penelitian kualitatif, proses analisis dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis dalam penelitian ini bersifat induktif yaitu teknik analisis yang tidak dimaksudkan untuk membuktikan suatu prediksi atau hipotesis penelitian, tetapi simpulan yang dihasilkan terbentuk dari data yang dikumpulkan. Sifat analisis induktif menekankan pentingnya apa yang sebenarnya terjadi dilapangan yang bersifat khusus berdasarkan karakteristik konteksnya. Dalam penelitian ini analisis induktif yang digunakan adalah teknik analisis interaktif, dengan analisis interaktif maka setiap unit data yang diperoleh dari beragam sumber data, selalu diinteraksikan atau dibandingkan dengan unit data yang lain untuk menemukan beragam hal yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitiannya (keluasaan, kesepadanan, perbedaan, bentuk hubungan keterkaitan antar unsurnya). Oleh karena itu proses analisis penelitian kualitatif juga sering disebut sebagai komparasi konstan (Sutopo, 2006: 107).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Berdirinya Perpustakaan Rekso Pustoko

Rekso Pustako didirikan pada tanggal 11 Agustus 1867 oleh Mangkunegoro IV. Pada awal berdiri, fungsi Rekso Pustako adalah mengurus serat-serat. Serat berarti layang (surat), namun serat dalam Bahasa Jawa juga berarti buku. Rekso artinya penjagaan, pengamanan, pemeliharaan, dan menyuruh mencatat adanya surat-surat. Pustoko artinya tulisan, surat-surat, dan buku. Pertama kali Rekso Pustoko adalah tempat arsip, sehingga Rekso Pustoko mempunyai arti mengadakan penjagaan, memelihara keamanan, mengadakan pemeliharaan serta mengadministrasikan adanya surat-surat (Sarwanta Wiryosuputro, 1984: 23).

Rekso Pustoko sebagai tempat arsip sudah berfungsi secara de facto mulai tahun 1860 ketika Raden Ngabehi Sumorejo diperintahkan untuk mengumpulkan dan menyusun surat-surat. Eksistensi Rekso Pustoko secara de jure yaitu setelah keluar Surat Peraturan Sri Mangkunegara IV tertanggal 11 Agustus 1867. Dengan peraturan itu diadakan pengorganisasian golongan-golongan yang diberi tingkatan sebagai Kawedanan. Adapun Kawedanan-Kawedanan ini membawahi bagian-bagian dengan Kemantren. Kemantren yang masuk golongan Among Praja ada tiga buah, yaitu: (1) Sastralukita, mengenai sekretariat, (2) Rekso Pustoko, mengenai kearsipan, (3) Pamongsiswa, mengenai pengajaran (Sarwanta Wiryosaputo, 1867: 23).

Pada jaman Sri Mangkunegara VII koleksi Rekso Pustako semakin banyak, baik yang berbahasa Jawa, maupun yang berbahasa asing terutama bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jerman. Sri Mangkunegara VII menyadari betul betapa pentingnya kebiasaan membaca bagi perkembangan pribadi agar bisa berwawasan luas. Rekso Pustoko merupakan perpustakaan yang terbuka bagi para pegawai, sedang untuk yang bukan pegawai tetapi tinggal di kompleks Pura Mangkunegaran disediakan Panti Pustoko, dan bagi rakyat yang tinggal di Kota Solo disediakan taman bacaan misalnya Sana Pustoko milik Kasunanan Surakarta (Harmanto, 1992: 29). Di samping itu terdapat perpustakaan pribadi Sri Mangkunegara VII. Setelah beliau wafat bukunya diserahkan kepada Perpustakaan Pertamina (namun kini sudah berada di Perpustakaan Nasional), dan beberapa buku diserahkan kepada Rekso Pustoko (wawancara dengan Bapak Supriyanto, tanggal 25 februari 2010). Pada buku-buku dari perpustakaan pribadi Sri Mangkunegara VII tersebut terdapat cap bertuliskan Daleman atau prive.

Koleksi Sumber Sejarah Di Rekso Pustoko Yang Dapat Digunakan Sebagai Sumber Penulisan Skripsi Sejarah

Koleksi Rekso Pustoko diletakkan di rak-rak buku dan almari kaca yang ditempatkan sesuai jenisnya, maksudnya untuk naskah (manuskrip) diletakkan di rak dan buku-buku tebal sebagai hasil penelitian dile­takkan di almari kaca sendiri, demikian juga buku-buku cetakan. Bagi pengunjung Rekso Pustoko tidak boleh mengambil sendiri naskah / buku yang diinginkannya, tetapi cukup dengan melihat buku katalog yang disediakan lalu meminta petugas perpustakaan untuk mengambilkan. Naskah yang dipinjam tidak boleh dibawa pulang, tetapi harus dibaca di ruang Rekso Pustoko. Naskah yang memungkinkan difoto copy, pegawai Rekso Pustoko juga bersedia mengcopykan, pengunjung tinggal memesan naskah apa yang perlu difoto copy dengan biaya Rp.300,- per lembar dan besoknya sudah dapat diam­bil.

Koleksi naskah dan buku di Rekso Pustoko berasal dari kolek­si pribadi dan sumbangan. Bagi kolektor yang menyumbangkan koleksinya tidak diberi imbalan uang, tetapi tanda penghargaan terima kasih berupa piagam. Naskah-naskah di Rekso Pustoko merupakan naskah yang tidak bersifat sakral, tetapi dinilai sesuai proporsi, sedangkan naskah tertua yang saat ini dimiliki oleh Rekso Pustoko adalah Serat Menak (berumur 1000 tahun) berasal dari Bali berbahasa Jawa, berhuruf Jawa, dan ditulis di atas lontar.

Jumlah keseluruhan koleksi naskah dan buku di Perpustakaan Rekso Pustoko saat ini adalah 5579 judul (buku peringatan 125 tahun berdirinya Rekso Pustoko, 1992: 33).

Kemampuan Mahasiswa Dalam Memanfaatkan Sumber Sejarah Di Rekso Pustoko

Dari katalog, buku, manuskrip, dan babad yang bisa digunakan untuk sumber penulisan skripsi mahasiswa adalah yang sudah ditranslate dalam bahasa Indonesia. Hal ini karena mahasiswa tidak dibekali mata kuliah Bahasa Sumber, sehingga untuk membaca referensi selain Bahasa Indonesia akan kesulitan. Salah satu kesulitan mahasiswa untuk menggunakan literatur (kuno) yang masih menggunakan bahasa Belanda adalah dirasa sangat kurang pemahamannya dalam bahasa Belanda, sebab dalam bahasa Belanda sendiri ada bahasa Belanda Baru dan ada bahasa Belanda Kuno yang lebih rumit. Oleh karena itu, tidak semua buku di Rekso Pustoko bisa digunakan sebagai sumber skripsi tetapi harus dipilih buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Untuk babad sendiri, juga harus dipilih babad yang sudah diterjemahkan, karena umumnya babad berupa lagu / gancaran sehingga meskipun sudah ditranslate dalam bahasa Indonesia tetapi kalau mahasiswa tidak tahu maknanya, babad tidak akan berarti apa – apa bagi penulisan skripsi sejarah.

Koleksi yang ada di Rekso Pustoko kebanyakan berbahasa Belanda kuno dan bahasa Jawa kuno, tidak semua yang telah ditranslate ke dalam bahasa Indonesia bisa dipakai sebagai sumber skripsi sejarah bagi mahasiswa. Ada beberapa buku yang tidak terbaca karena terjemahan itu masih berwujud tulisan tangan belum berupa naskah ketik, padahal pemahaman seseorang terhadap tulisan tangan orang lain itu kan bisa bermacam – macam.

Rekso Pustoko selalu mengadakan beberapa usaha untuk menjaga dan menambah koleksinya, hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan Rekso Pustoko kepada masyarakat terutama mahasiswa yang sedang mencari sumber-sumber guna mendukung penelitiannya. Diharapkan mahasiswa tertarik untuk berkunjung ke Rekso Pustoko, sehingga mereka bisa memilih topik Skripsi sejarah dengan sumber yang tersedia di Rekso Pustoko.

KESIMPULAN

Rekso Pustako didirikan pada tanggal 11 Agustus 1867 oleh Mangkunegoro IV. Rekso Pustoko sebagai tempat arsip sudah berfungsi secara de facto mulai tahun 1860 ketika Raden Ngabehi Sumorejo diperintahkan untuk mengumpulkan dan menyusun surat-surat. Eksistensi Rekso Pustoko secara de jure yaitu setelah keluar Surat Peraturan Sri Mangkunegara IV tertanggal 11 Agustus 1867. Dengan peraturan itu diadakan pengorganisasian golongan-golongan yang diberi tingkatan sebagai Kawedanan. Koleksi naskah dan buku di Rekso Pustoko berasal dari kolek­si pribadi dan sumbangan. Naskah-naskah di Rekso Pustoko merupakan naskah yang tidak bersifat sakral, tetapi dinilai sesuai proporsi, sedangkan naskah tertua yang saat ini dimiliki oleh Rekso Pustoko adalah Serat Menak (berumur 1000 tahun) berasal dari Bali berbahasa Jawa, berhuruf Jawa, dan ditulis di atas lontar. Rekso Pustoko selalu mengadakan beberapa usaha untuk menjaga dan menambah koleksinya, hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan Rekso Pustoko kepada masyarakat terutama mahasiswa yang sedang mencari sumber-sumber guna mendukung penelitiannya. Diharapkan mahasiswa tertarik untuk berkunjung ke Rekso Pustoko, sehingga mereka bisa memilih topik Skripsi sejarah dengan sumber yang tersedia di Rekso Pustoko

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal Ibrahim. 2001. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Jakarta: Balai Pustaka.

Gottschalk, Louis. 1983. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press.

Harmanto. 1992. Rekso Pustoko Mangkunegaran 125 tahun (1867 –1992). Surakarta: Rekso Budaya.

Helius Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogya: Tiara Wacana.

Muljani. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Sarwanta Wiryosuputro. 1984. Sri Mangkunegara IV dan Rekso Pustoko. Solo: Rekso Pustoko.

Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawaan, Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius.

Sulistyo Basuki. 1994. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.

Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sutopo, H.B. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Sosial Dan Budaya. Surakarta: UNS Press.

__________. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Sutrisno Hadi. 1986. Bimbingan Menulis Skripsi dan Thesis. Yogyakarta: Andi Offset.

Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Yin, R. K. 2008. Study Kasus: Desain dan Metode. Terjemahan: M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.