Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Melalui Supervisi Klinis
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU
DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA
BAGI GURU KELAS DI SD NEGERI PABELAN 01 KARTASURA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
MELALUI SUPERVISI KLINIS
Nuraini Handayani
SD Negeri Pabelan 01 Kartasura
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk:1) mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran IPA; dan 2) meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran IPA bagi guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 melalui supervisi klinis. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Penelitian dilakukan di SD Negeri Pabelan 01 Kecamatan KartasuraKabupaten Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016selama 2 (dua) bulan. Subjek penelitian adalah6 (enam) orangguru kelas di SD Negeri Pabelan 01. Kecamatan KartasuraKabupaten Sukoharjo.Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan;3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan supervisi klinis metode kelompok guna meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran pada guru kelas dilakukan melalui dua siklus tindakan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: a) Menyampaikan pengumuman kepada guru tentang akan dilaksanakannya kegiatan supervisi klinis guna meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran; b) Kepala sekolah mempersiapkan RKA (Rencana Kepengawasan Akademik); c) Mempersiapkan materi bimbingan berupa perencanaan, pembuatan, dan pemanfaatan media; d) Menyampaikan materi bimbingan tentang cara perencanaan, pembuatan, dan pemanfaatan media dengan benar; e) Melaksanakan kegiatan supervisi baik dengan cara office conference maupun kunjungan kelas; dan f) Melakukan tindak lanjut hasil Supervisi klinis metode kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran matematika bagi guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam setiap aspek penilaian kemampuan penggunaan media, pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil penilaian terhadap kemampuan pemanfaatan media pembelajaran IPA mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 65.75 pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 74.67 pada tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 83.17 pada tindakan Siklus II.
Kata Kunci: supervisi klinis, metode kelompok, pemanfaatan media pembelajaran
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran IPA adalah bahwa pembelajaran IPA dianggap sebagai pembelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini tidak terlepas dari salah satu karakteristik pembelajaran IPA di mana pembelajaran ini mempunyai objek yang bersifat teori dan praktikum. Cara guru mengajar selama ini yang masih menggunakan cara konvensional menyebabkan banyak siswa yang mengalami kesulitan karena mereka hanya menghafal sehingga mereka hanya memperoleh pengetahuan secara verbal.
Penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran sangat diperlukan terlebih-lebih bagi anak di jenjang Sekolah Dasar (SD). Usia anak SD yang menurut teori Piaget diklasifikasikan kedalam masa perkembangan kognitif pada kelompok operasional konkret, mengharuskan guru untuk menggunakan strategi khusus dalam pembelajaran yang dilakukan. Pada tahap perkembangan ini, anak belum mampu untuk berpikir formal maka dalam pembelajaran IPA sangat diharapkan bagi para pendidik mengaitkan proses belajar mengajar di SD dengan benda konkret. Siswa SD masih terikat dengan objek yang ditangkap dengan panca indra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran IPA, peserta didik lebih banyak menggunakan media sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Karena dengan penggunaan alat peraga dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa lebih cepat memahaminya. Banyak guru yang kurang menguasai penggunaan media dalam pembelajaran secara optimal sehingga berdampak pada kurang optimalnya hasil belajar siswa.
Hal yang sama juga terjadi pada guru di SD Negeri Pabelan 01 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Hal ini diindikasikan dengan belum berjalannya kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan media pembelajaran.Sebagian besar guru, terutama guru di kelas 4, 5, dan 6 hanya mengajar pembelajaran IPA dengan apa adanya. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman siswa konsepsi IPA tersebut.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPA masih di bawah 70%. Kenyataan tersebut didukung dengan kurang optimalnya pemanfaatan alat-alat peraga pembelajaran yang sebenarnya sudah tersedia. Sebagian besar alat peraga pembelajaran bahkan tetap tersimpan rapi di dalam almari. Kondisi tersebut tentu saja perlu dibenahi. Guru harus didorong untuk melaksanakan pembelajaran IPA. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran IPA secara optimal adalah dengan memberikan pembinaan. Pembinaan kepada guru tersebut dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah melalui Supervisi Klinis.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian tindakan ini peneliti melakukan penelitian tindakan kepengawasan dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA BAGI GURU KELAS DI SD NEGERI PABELAN 01 KARTASURA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016 MELALUI SUPERVISI KLINISâ€
Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran IPA bagi guru di SD Negeri Pabelan 01 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
2. Apakah supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran IPA bagi guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
TujuanPenelitian
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran IPA bagi guru di SD Negeri Pabelan 01 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2015/2016.
2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran IPA bagi guru kelas di SD Negeri Pabelan Kartasura 01 semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 melalui supervisi klinis.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Supervisi Klinis
Welles (dalam Purwanto, 2004) memberikan difinisi sebagai berikut: â€Supervisi Klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada perbaikan mengajar dengan menggunakan siklus yang sistimatis dalam perencanaan dan pengamatan serta analisis yang intensif dan tepat tentang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakanperubahan dengan cara yang rasional†Jadi fokus dari supervisi klinis adalah pada penampilan guru secara aktual di kelas dan guru sebagai peserta yang aktif dalam proses supervisi tersebut.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudrajat (2010: 1) yang mengatakan bahwa supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.
Tujuan Supervisi Klinis
Secara umum tujuan supervisi klinis, menurut Sudrajat (2010: 7) adalah untuk: 1) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran; 2) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran; 3) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran; 4) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran; dan 5) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Prosedur Supervisi Klinis
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut (Sudrajat, 2010: 37): A) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi. B) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan observasi. C) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.
Pengertian IPA
Dalam bahasa Inggris IPA atau Ilmu Pengetahuan alam dikenal denganistilah natural science merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum , berlaku kapan pun dan dimanapun. IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya.Hal ini berarti IPA memang ada di alam ,peristiwa dan gejala- gejala yang muncul di alam. IPA dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat obyektif. Jadi dari segi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat obyektif tentang alam sekitar beserta isinya. IPA atau Sains dalam arti sempit merupakan disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciense (Ilmu Fisika) danlife science (ilmu biologi) IPA dikenal juga dengan istilah sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu†Dalam bahasa inggris kata saince yang berarti pengetahuan.Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam bahasa indonesia dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)dan natural science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Pngetahuan alam (IPA) Dalam kamus fowler (1951),natural science dideinisikan sebagai systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observasion and induction (yang diartikan bahwa pengetahuan alam didefinidsikan sebagai pengetahuan yang sistimatis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alamyang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi)
Pengertian Media Pembelajaran
Secara harfiah kata media barasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari medium yang berarti alat, sarana dan perantara atau segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi antara sumber dan penerimaan pesan. Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver).Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yaitu guru, sedangkan penerima informasinya adalah siswa.
Media pendidikan dalam arti sempit terutama hanya memperhatikan dua unsur dari model kawasan keseluruhan yakni bahan dan alat, walaupun jugamemberi catatan bahwa persoalan yang dihadapi disekolah bukan hanya menyangkut kedua unsur tetapi juga melibatkan orang-orang yang menyediakan dan mengoperasikannya, masalah rancangan, produksi, pemanfaatan, pengorganisasian, dan pengelolaannya, sehingga bahan dan alat itu dapat berinteraksi dengan siswa.
Jenis-jenis Media
1. Model. Model adalah alat bantu mengajar yang berupa bentuk–bentukkhusus yang bersifat tiga dimensi yang merupakan tiruan dari unsur-unsurperistiwa atau kejadian.
2. Bagan waktu. Bagan waktu berfungsi memberikan kerangka kronologis dalam manaperistiwa dan unsur perkembangannya bisa ditunjukkan dengan jelas.Selain itu, bagan waktu juga bisa menggambarkan unsur-unsur sebabakibat dari peristiwa atau aktivitas dan bahkan saling hubungan antara peristiwa-peristiwadalam berbagai aspek kondisionalnya;
3. Peta. Penggunaan peta sebagai media pengajaran antara lain dalam pelajaran sejarah, merupakan bagianintegral dari materi pengajaran itu sendiri, disebabkan karena suatuperistiwa disamping unsur waktu juga punya unsur tempat atauruang;
4. Gambar. Gambar digunakan dan diperagakan disusun pada dinding peraga. Gambarharus cukup jelas, agar siswa dapat melihat dengan jelas.Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa. Oleh Bloom (dalam Rahmanto, 2003:14) mengemukakan bahwa kemampuan tersebut dikelompokkan menjadi tiga ranah (domain) yang kemudian dikenal dengan istilah “taksonomiâ€, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Media Gambar
Media gambar termasuk ke dalam media visual. Sama dengan media lain,media gambar berfungsi untuk menyalurkan pesan dan penerima sumber kepenerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Supaya proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar. Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menghiasi fakta yang mungkinakan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Media gambar berbentuk dua dimensi (grafis) karena hanya memiliki ukuran panjang dan lebar.Yang termasuk media gambar adalah gambar, foto,grafik, bagan atau diagram, kartun, komik, poster, peta dan lain-lain.Media gambar telah berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi sepertigambar fotografi. Gambar fotografi bisa diperoleh dari berbagai sumber: suratkabar, majalah, brosur, dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi, fotoyang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar pada tiap jenjang pendidikan danberbagai disiplin ilmu. (Sujana 2010: 78).
Ada beberapa syarat harus terpenuhi supaya gambar itu baik sebagai media pendidikan setidaknya gambar itu akan cocok dengan tujuan pendidikan. Gambar tersebut harus otentik, sederhana dan ukurannya relatif serta gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar juga hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai khususnya pada pembelajaran IPA bagi anak usia Sekolah Dasar.
Kerangka Pemikiran
Pembelajaran IPAbagi anak SD memerlukan strategi khusus, terutama dengan penggunaan media sebagai alat bantu untuk mengkonkretkan konsep. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Karakteristik siswa di Sekolah Dasar secara perkembangan kognitif termasuk dalam kategori perkembangan operasional konkret. Siswa SD belum mampu untuk berpikir formal maka dalam pembelaja IPA sangat diharapkan bagi para pendidik mengaitkan proses belajar mengajar di SD dengan benda konkret.
Berpijak dari pandangan tersebut, pembelajaran IPA SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Selanjut Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran IPA harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.
Siswa SD masih terikat dengan objek yang ditangkap dengan pancaindra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak, peserta didik lebih banyak menggunakan media sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Karena dengan penggunaan alat peraga dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa lebih cepat memahaminya.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian guru masih kurang optimal dalam memanfaatkan media ataupun alat peraga pembelajaran yang ada. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pemahaman dalam pemanfaatan media ataupun karena keengganan menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran.
Guna mengoptimalkan penggunaan pembelajaran IPA , diperlukan suatu dorongan dari kepala sekolah yang dilakukan melalui kegiatan supervisi. Melalui kegiatan supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut, guru diberi arahan dan bimbingan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga guru lebih menguasai pemanfaatan media pembelajaran dengan lebih baik.Dengan adanya tindakan perbaikan melalui supervisi klinis tersebut maka diharapkan kemampuan guru dalam pembelajaran matematika semakin meningkat.Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami IPA baik sebagai produk maupun sebagai proses.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran dan kajian teori di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: â€supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran IPA bagi guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura semester 1tahun pelajaran 2015/2016â€.
MetodE Penelitian
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu mulai bulanJuli 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 6 (enam) orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Sukoharjo.
Sumber Data
1. Data kemampuan memanfaatkan media pada pembelajaran IPA diperoleh dari 6 orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
2. Data pelaksanaan supervisi klinis dengan metode kelompok berasal dari Kepala Sekolah.
3. Dokumen RPP berasal dari dokumen hasil penyusunan RPP yang disusun dari 6 orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini terdiri dari teknik observasi, dan dokumen.
Berdasarkan hasil konversi prosentase ketercapaian dari skor ideal, kompetensi selanjutnya dikategorikan ke dalam 4 kategori sebagai berikut ini:
1) Kompetensi kategori Amat Baik (A) dengan ketercapaian dari skor ideal antara 85.00 – 100.00;
2) Kompetensi kategori Baik (B) dengan ketercapaian dari skor ideal antara75.00– <85.00;
3) Kompetensi kategori Cukup Baik (C) dengan ketercapaian dari skor ideal antara 65.00 – <75.00; dan
4) Kompetensi kategori Kurang Baik (D) dengan ketercapaian dari skor ideal <65.00.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari instrumen observasi untuk mengumpulkan data kemampuan guru dalam memanfaatkan media gambar. Kemampuan guru dalam memanfaatkan media pembelajaran diklasifikasikan kedalam 4 kategori, yaitu Amat Baik (A), Baik (B), Cukup Baik (C), dan Kurang Baik (D).
Validitas Data
Untuk mendapatkan data yang mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan penelitian, teknik validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Teknik Triangulasi yaitu mengecek keabsahan (validasi) data dengan mengkonfirmasikan data yang sama dari sumber yang berbeda untuk memastikan keabsahan (derajat kepercayaan) (Arikunto, 2010: 47). 2) Audit trail. yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian yang telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (guru dan siswa) (Arikunto, 2010: 48). 3) Expert Judgment.adalah pendapat para ahli, termasuk dalam hal ini adalah sumbangan saran pembimbing dalam penelitian dan pendapat para ahli dalam referensi tulisannya (Arikunto, 2010: 48).
Analisis Data
Prosedur analisisnya menggunakan model alur yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.D ata yang terkumpul dianalisis dengan deskripsi kualitatif dan kuantitatif disesuaikan dengan kriteria keberhasilan.
Indikator Kinerja
1. Guru dianggap sudah mempunyai kemampuan memanfaatkan media gambar dengan kategori Baik (B) apabila sudah memperoleh skor dengan ketercapaian antara 75.00 – <85.00 dari skor ideal;
2. Tindakan supervisi dianggap berhasil apabila skor ketercapaian rata-rata sudah mencapai kategori Baik, yaitu dengan rentang skor ketercapaian antara 75.00 – <85.00 dari skor ideal; dan
3. Tindakan supervisi dianggap berhasil apabila jumlah kepala sekolah dengan kompetensi kategori baik dan amat baik sudah mencapai >75.00 dari seluruh subjek yang ada;
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian dengan strategi yang dianggap terbaik untuk diterapkan adalah penelitian tindakan. Model dan strategi tindakan dalam penelitian ini mengacu pada model McKernan (Wiriaatmadja, 2006: 69) dengan dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan kurang optimalnya kemampuan guru memanfaatkan media pembelajaran. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Pengukuran kemampuan guru kelas menggunakan media dalam pembelajaran yang dilakukan diukur berdasarkan 3 (tiga) aspek penilaian. Ketiga aspek tersebut adalah aspek-aspek merencanakan media, pembuatan media, dan pemanfaatan media dalam pembelajaran. Skoring diberikan kepada guru dengan rentang skor antara 1 – 5.
Penilaian kemampuan guru menggunakan media dalam pembelajaran pada tahap pra tindakan dilakukan sebelum dimulai kegiatan supervisi klinis metode kelompok. Hasil Penilaian pada Aspek Merencanakan Media Pembelajaran
Penilaian terhadap aspek merencanakan media pembelajaran dilakukan terhadap 10 (sepuluh) indikator. Hasil penilaian terhadap 6 (enam) orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahap pra siklus tindakan menunjukkan bahwa skor terendah diperoleh sebesar 26, dan skor tertinggi sebesar 40. Skor rata-rata yang diperoleh guru adalah sebesar 33.
a. Hasil Penilaian pada Aspek Membuat Media Pembelajaran
Penilaian terhadap aspek pembuatan media pembelajaran dilakukan terhadap 10 (sepuluh) indikator. Hasil penilaian terhadap 6 (enam) orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahap pra siklus tindakan menunjukkan bahwa skor terendah diperoleh sebesar 25, dan skor tertinggi sebesar 38. Skor rata-rata yang diperoleh guru adalah sebesar 32.
b. Hasil Penilaian pada Aspek Memanfaatkan Media Pembelajaran
Penilaian terhadap aspek pemanfaatan media pembelajaran dilakukan terhadap 10 (sepuluh) indikator. Hasil penilaian terhadap 6 (enam) orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahap pra siklus tindakan menunjukkan bahwa skor terendah diperoleh sebesar 24, dan skor tertinggi sebesar 37. Skor rata-rata yang diperoleh guru adalah sebesar 31.
c. Hasil Penilaian pada Seluruh Aspek Penggunaan Media Pembelajaran
Penilaian terhadap seluruh aspek penggunaanmedia pembelajaran dilakukan terhadap 30 (sepuluh) indikator. Hasil penilaian terhadap 6 (enam) orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tahap pra siklus tindakan menunjukkan bahwa skor terendah diperoleh sebesar 75.00, dan skor tertinggi sebesar 115.00. Skor rata-rata yang diperoleh guru adalah sebesar 96.
Hasil skoring tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam nilai dengan menggunakan rumus (Jumlah skor / Skr Ideal) X 100. Berdasarkan hasil konversi nilai, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh guru adalah sebesar 50.00, nilai tertinggi diperoleh sebesar 86.00, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 65.75.Mengingat nilai rata-rata tersebut > 65.00, maka kemampuan guru dalam penggunaan media pada tahap pra siklus tindakan termasuk kategori Cukup Baik (C).
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Amat Baik (A) adalah sebanyak tidak ada orang guru atau 0%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Baik (B) adalah sebanyak 1 orang guru atau 16,67%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Cukup Baik (C) adalah sebanyak 2 orang guru atau 33,33%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Kurang Baik adalah sebanyak orang guru atau 50.00%.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka Kepala Sekolah selaku supervisor perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan media melalui kegiatan supervisi.Tindakan yang dilakukan kepala sekolah adalah berupa supervisi klinis dengan metode kelompok.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kemampuan guru dalam penggunaanmedia pembelajaran pada tahap pra siklus tindakan, selanjutnya dilakukan tindakan berupa supervisi klinis dengan metode kelompok. Tindakan yang dilakukan mencakup empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi hasil tindakan.
Pelaksanaan kegiatan supervisi tindakan Siklus I dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan. Kegiatan pertama berupa office conference yang dilakukan di ruangan kepala sekolah. Kegiatan kedua berupa kunjungan kelas, yaitu melakukan kunjungan di kelas ketika dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun kegiatan ketiga berupa wawancara paska-kunjungan kelas.
Pengamatan dilakukan terhadap hasil penilaian kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran dan aktivitas guru selama melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian kemampuan guru menggunakan media dalam pembelajaran pada Tindakan Siklus I dilakukan terhadap tiga aspek penilaian dengan 30 indikator.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap 6 (enam) orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 KartasuraKabupaten Sukoharjo pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa skor terendah diperoleh sebesar 94.00, dan skor tertinggi sebesar 129.00. Skor rata-rata yang diperoleh guru adalah sebesar 73.89.
Hasil skoring tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam nilai dengan menggunakan rumus (Jumlah skor/ Skr Ideal) X 100. Berdasarkan hasil konversi nilai, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh guru adalah sebesar 62.67, nilai tertinggi diperoleh sebesar 90.00, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 74.67. Mengingat nilai rata-rata tersebut terletak antara 65.00 – < 75.00, maka kemampuan guru dalam penggunaan media pada tindakan Siklus I termasuk kategori Cukup Baik (C).
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Amat Baik (A) adalah sebanyak 2 orang guru atau 25.00%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Baik (B) adalah sebanyak 2 orang guru atau 25.00%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Cukup Baik (C) adalah sebanyak 2 orang guru atau 25.00%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Kurang Baik adalah sebanyak 2 orang guru atau 25.00%.
Berdasarkan hasil tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan guru dari sebesar 65.75 pada tahap pra tindakan menjadi sebesar 74.67 pada tindakan Siklus I. Atas dasar data hasil pengamatan pada siklus I tersebut maka diperlukan perbaikan tindakan pada Siklus II.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Pelaksanaan supervisi tindakan Siklus II dilakukan selama 3 kali pertemuan masing-masing selama 2 X 40 menit. Kegiatan supervisi dilakukan dengan model office conference di ruang kepala sekolah maupun kunjungan kelas, dan pertemuan tindak lanjut.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap 6 (enam) orang guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa skor terendah diperoleh sebesar 106.00, dan skor tertinggi sebesar 143.00.Skor rata-rata yang diperoleh guru adalah sebesar 124.75.
Hasil skoring tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam nilai dengan menggunakan rumus (Jumlah skor/ Skr Ideal) X 100. Berdasarkan hasil konversi nilai, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh guru adalah sebesar 70.67, nilai tertinggi diperoleh sebesar 95.33, dan nilai rata-rata diperoleh sebesar 83.17.Mengingat nilai rata-rata tersebut terletak antara 75.00 – <85.00, maka kemampuan guru dalam penggunaan media pada tindakan Siklus II termasuk kategori Baik (B).
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Amat Baik (A) adalah sebanyak 3 orang guru atau 33.33%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Baik (B) adalah sebanyak 4 orang guru atau 50.00%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Cukup Baik (C) adalah sebanyak 1 orang guru atau 16.67%. Jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media dalam pembelajaran kategori Kurang Baik (D)sudah tidak ada atau 0.00%.
Berdasarkan hasil tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan guru dari sebesar 74.67 pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 83.17 pada tindakan Siklus I.
Atas dasar hal tersebut maka supervisi klinis sudah dianggap berhasil meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran.
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa â€supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran matematika bagi guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura semester 1 tahun pelajaran 2015/2016†terbukti. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil penilaian kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran matematika pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Pada tahap pra tindakan, kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaranbelum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor kemampuan yang diperoleh guru dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu dengan skor rata-rata sebesar 65.75. Pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dilakukan dengan menggunakan supervisi klinis dengan metode kelompok. Pembinaan tersebut dilakukan melalui kegiatan office conference di mana kepala sekolah memberikan pembimbingan yang dilengkapi dengan simulasi dan diperkuat dengan kunjungan kelas.
Upaya pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada tindakan Siklus I cukup berhasil dalam meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor yang diperoleh guru pada akhir tindakan, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 74.67. Hasil yang diperoleh dari kegiatan supervisi pada tindakan Siklus I dirasa belum optimal. Hal yang belum tercapai adalah berupa indikator banyaknya guru dengan kemampuan penggunaan media pembelajaran dengan kategori Amat Baik (A) dan Baik (B) sebesar > 80.00%, yaitu baru mencapai 50.00%. Atas dasar hal tersebut kepala sekolah melakukan perbaikan dengan fokus pada aspek penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaranpada kegiatan supervisi tindakan Siklus II.
Upaya perbaikan yang dilakukan kepala sekolah ternyata dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya skor kemampuan dalam penggunaan media pembelajaranpada setiap aspek pengukuran. Hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus II menunjukkan bahwa skor rata-rata diperoleh sebesar 83.17. Ditinjau dari kategori kemampuan, jumlah guru dengan kemampuan penggunaan media pembelajaran kategori amat baik (A) mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Adanya peningkatan dalam hal kemampuan guru dalam mengelola Media Pembelajaran pada setiap siklus tindakan menunjukkan bahwa supervisi yang dilakukan secara tepat akan lebih optimal. Langkah perbaikan yang dilakukan kepala sekolah pada setiap siklus tindakan yang dilakukan efektif dalam meningkatkan kemampuan guru sesuai fokus dan penekanan bimbingan yang dilakukan.
P E N U T U P
Simpulan
Supervisi klinis metode kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pada pembelajaran matematika bagi guru kelas di SD Negeri Pabelan 01 Kartasura Kabupaten Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan dengan meningkatnya kemampuan guru dalam setiap aspek penilaian kemampuan penggunaan media, pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil penilaian terhadap kemampuan pemanfaatan media pembelajaran IPA mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 65.75 pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 74.67 pada tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 83.17 pada tindakan Siklus II.
Saran
1. Kegiatan supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah bukanlah untuk mencari kesalahan guru, untuk itu disarankan kepada para guru agar dapat memanfaatkan kegiatan supervisi guna meningkatkan kemampuan dalam peningkatan profesionalisme mereka.
2. Disarankan kepada kepala sekolah agar dalam melakukan supervisi klinis dilakukan secara konstruktif dan mendukung peningkatan kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran.
3. Sekolah disarankan untuk mendorong para guru agar lebih optimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang dimiliki sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kualitas pembelajaran selalu meningkat ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008a. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Abdurrahan, Mulyono. 2003, Pendidnikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Bandung ,Rhineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.
Arsyad, Azhar. 2004. “Media Pembelajaranâ€. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Arsyad, Azhar. 2004. “Media Pembelajaranâ€. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Depdiknas. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Good, Thomas L., and Jere E. Brophy. 1998. Educational Psychology: A Realistic Approach. Fourth Edition. London: Longman.
Hamalik, Oemar. 2006. “Media Pendidikan“. Bandung: ALUMNI.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Meniptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sahertian, Piet A., 2004. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti. Diknas.
Sudjana, Nana. 2003. “Dasar-dasar Proses Belajar Mengajarâ€. Bandung: Sinar Baru.
Syaiful Bahri Dzamarah dan Aswan Zain, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta
Usman, Uzer dan Setiawati Lilis. 2003. “Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMT)â€. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Usman, Uzer dan Setiawati Lilis. 2003. “Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMT)â€. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya