PENGARUH LAYANAN BIMIBINGAN KELOMPOK DENGAN

TEKNIK PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JAKENAN

 

Dwi Yuliani Lestari 1)

Tri Suyati 2)

Ismah 3)

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas PGRI Semarang

2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang (UPGRIS)

 

ABSTRACT

The background of this research is the low learning motivation of class XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan students. One alternative that can be given to increase students ‘learning motivation is to provide group guidance services with problem solving techniques to increase students’ learning motivation. The main problem being studied is whether group guidance with problem solving techniques can increase the learning motivation of students at SMA Negeri 1 Jakenan? The purpose of this study was to determine the effect of Group Guidance Service with Problem Solving Techniques on the Learning Motivation of Class XI IPS Students of SMA Negeri 1 Jakenan. This research method is experimental with a true-experimental design, namely pretest-posttest control group design. The population and the smapel in this study were students of class XI IPS 1 and XI IPS 2 who were selected using the Cluster Random Sampling technique. Collecting data using observation, interviews and questionnaires. The pre-test result of the mean score of learning motivation in the pre-test results of the experimental group was 63.9 while the control group was 65.7. After being given group guidance services with prolem solving techniques to students, students’ learning motivation increased from 63.9 after being given treatment to 82.4. Based on the hypothesis test using the t test t count 4,140. And t table is obtained with db (n1 + n2) – 2 = (10 + 10) – 2 = 18 with a significance level of 5% (0.05) of 1.734. Because the number of tcount 4,140> ttable 1,734 then Ho is rejected and Ha is accepted, so the hypothesis (Ha) says “there is an influence between group guidance services and problem solving techniques on the learning motivation of class XI IPS students of SMA Negeri 1 Jakenan” is accepted. Based on the results of this study, the suggestions that the researcher can convey are so that teachers can provide group guidance services with more creative problem solving techniques.

Keywords: Group guidance service with problem solving techniques, learning motivation.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa Kalas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan. Salah satu alternatif yang dapat diberikan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik pemecahan masalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Masalah pokok yang dikaji adalah apakah bimbingan kelompok dengan teknik pemecahan masalah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Jakenan? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Pemecahan Masalah terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan. Metode penelitian ini adalah eksperimental dengan true-eksperimental design yaitu pretest-posttest control group design. Populasi dan smapel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 yang dipilih dengan teknik Cluster Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan kuesioner. Hasil pre-test nilai rata-rata motivasi belajar pada hasil pre-test kelompok eksperimen adalah 63,9 sedangkan kelompok kontrol adalah 65,7. Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik pemecahan masalah kepada siswa, motivasi belajar siswa meningkat dari 63,9 setelah diberikan perlakuan menjadi 82,4. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji t t hitung 4,140. Dan t tabel diperoleh dengan db (n1 + n2) – 2 = (10 + 10) – 2 = 18 dengan taraf signifikansi 5% (0,05) sebesar 1,734. Karena jumlah thitung 4,140> ttabel 1,734 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis (Ha) berbunyi “ada pengaruh antara layanan bimbingan kelompok dan teknik pemecahan masalah terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1. Jakenan “diterima. Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah agar guru dapat memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik pemecahan masalah yang lebih kreatif.

Kata kunci:   Pelayanan bimbingan kelompok dengan teknik pemecahan masalah, motivasi belajar.

 

PENDAHULUAN

Berbicara perihal pendidikan pada era globalisasi seperti sekarang tidak pernah lepas kaitannya dengan aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Muhhibbin, (2019: 10) menyatakan bahwa pendidikan dapat diartikan dalam arti luas sebagai sebuah proses dengan metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Peserta didik sebagai pelajar harus mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi dalam dirinya serta memiliki pribadi yang mandiri, siswa yang efektif adalah pelajar yang produktif dan sebagai anggota masyarakat yang baik. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari proses belajar yang efektif dan efisien. Dimana proses pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlagsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang tidak, kadang dapat cepat menangkap apa yang kita pelajari dan terkadang juga teramat sulit. Proses dalam belajar merupakan faktor yang paling penting. Sering kita menemukan banyak sekali masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar. Seperti halnya tidak adanya motivasi belajar keadaan dimana peserta didik tidak dapat belajar serta malas belajar sebagaimana mestinya.

Menurut Khodijah, (2014: 150 ) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang mengubah energi dalam diri sesorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu atau kondisi psikologis seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu sedangkan motivasi belajar merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Sedangkan belajar menurut Hamalik, (2009: 27) menyatakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan atau energi yang memberikan dorongan kepada individu untuk bergerak melakukan kegiatan belajar dan memberikan arahan dalam kegiatan belajar agar memperoleh keterampilan dan sikap yang baru.

Permasalahan motivasi belajar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi menurut Saefullah, (2012: 292-293) ada faktor cita-cita atau aspirasi, kemampuan belajar, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru membelajarkan sisiwa. Untuk dapat mencapai hasil yang memuaskan dan kesuksesan dalam belajar maka sangat dibutuhkan suatu motivasi atau dorongan yang kuat dalam diri setiap siswa. Motivasi sangat diperlukan dalam melakukan setiap aktivitas. Apabila tidak ada motivasi, maka kegiatan yang dilakukan tidak akan mencapai hasil yang maksimal bahkan akan jauh dari tujuan yang ingin dicapai. Tanpa motivasi, individu tidak akan bergairah, akan melakukan kegiatan sekedarnya saja atau tidak bisa melakukan apapun karena tidak mempunyai motivasi.

Dalam kenyataan di lapangan banyak dijumpai kegiatan belajar mengajar terganggu karena ada peserta didik yang sibuk dengan kegiatannya sendiri ketika pelajaran berlangsung, ada yang tidur dikelas, sulit memahami mata pelajaran, tidak bisa mandiri dalam belajar, peserta didik yang tidak yakin dengan kemampuan mereka sehingga menjadi pesimis dan malas untuk belajar, dan tidak tekun dalam mengerjakan tugas. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Galuh Hartinah, (2016:155) memperoleh hasil survey yang telah dilakukan peneliti pada siswa kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sungai Kakap, menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Dari hasil menunjukkan bahwa rerata skor motivasi belajar siswa pada siswa sebelum perlakuan (pretest) adalah 12,5. Kurangnya motivasi belajar pada peserta didik hampir terjadi disemua sekolah.

Menurut Prayitno, (2015: 309-310) menyatakan bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan dalam suasana kelompok dengan pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok. Untuk menunjang layanan bimbingan kelompok yang digunakan, peneliti akan menggunakan sebuah teknik yaitu problem solving (pemecahan masalah). Menurut Romlah, (2001: 93) menyatakan bahwa teknik problem solving merupakan suatu proses yang kreatif dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungan, membuat pilihan-pilihan baru, keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya. Dengan demikian dapat dikatan bahwa teknik pemecahan masalah merupakan teknik yang pokok untuk hidup dalam masyarakat yang penuh dengan perubahan-perubahan.

Melalui layanan bimbingan kelompok dengan penggunaan teknik problem solving, peserta didik dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat yang berkenaan dengan sesuatu hal dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai sikap, tindakan yang nyata untuk mencapai hal-hal yang di inginkan sebagai mana terungkap dalam kelompok, serta dapat mengembangkan langkah-langkah mengenai permasalahan yang dibahas dalam kelompok.

Yang menunjukkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik problem solving (pemecahan masalah) terbukti efektif untuk mengatasi motivasi rendah pada peserta didik juga diperkuat dengan hasil penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Ardianti & Rustam, (2018) dengan judul “pengembangan model bimbingan kelompok melalui metode problem solving untuk meningkatkan motivasi belajar siswa” dengan hasil berdasarkan analisis proses kegiatan pengembangan model bimbingan kelompok melalui metode problem solving serta hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok membuktikan bahwa bimbingan kelompok dengan metode problem solving efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas X SMA Kota Pontianak. Maka dari itu dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik problem solving utuk meningkatkan motivasi belajar siswa sangat efektif.

Dari latar belakang masalah tersebut, peneliti imgin mengadakan penelitian dengan berjudul “ Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Problem Solving Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Jakenan”.

LANDASAN TEORI

Motivasi Belajar

Wahab, (2015:128), menyatakan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam siswa diri seseorang yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memeberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuannya dapat tercapai.

Sedangkan menurut Sardiman, (2007:21) belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar merupakan suatau energi atau kekuatan yang ada di dalam diri seseorang dimana dapat menggerakkan seseorang tersebut untuk bertindak melakuakan kegiatan belajar dan mendorong seseorang untuk mencapai tujuan dalam belajar.

Adapun ciri-ciri dari motivasi belajar menurut Sumantri, (2015: 385) menyatakan bahwa ciri-ciri motivasi belajar yaitu: (a) Tekun menghadapi tugas, (b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) (c) Menununjukkan minat terhadap bernacam-macam masalah, (d) Lebih senang bekerja mandiri (e) Dapat mempertahankan pendapatnya, (f) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, (g) Senang mencari dan memecahkan masalah.

Selaian itu ada beberapa jenis motivasi belajar menurut Sudirman, (dalam Saefullah, 2012:296), ada beberapa jenis motivasi belajar yaitu:

  1. Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
  2. Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Tentunya motivasi belajar memiliki fungsi agar peserta didik mengetahui pentingnya memiliki motivasi belajar yang tinggi Wahab, (2015:131) menyatakan motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Maka dari itu fungsi motivasi belajar yaitu: (a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan, (b) motivasi sebagai penggerak perbuatan, (c) motivasi sebagai pengarah perbuatan.

Faktor-faktor yang mempegaruhi motivasi belajar menurut Suprayitno, (2019:263) menjelaskan adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

  1. Faktor individual terdapat dalam diri organisme itu sendiri
  2. Faktor sosial merupakan faktor yang berasal dari luar diri individual

Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditunjukkan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan menggunakan berbagai media instruksional dan menerapkan konsep-konsep dinamika kelompok dengan tujuan untuk memotivasi dan mengembangkan interaksi kelompok, Maliki (2017:175).

Adapun tujuan dari layanan bimbingan kelompok menurut Tohirin (2015: 165-166) berpendapat bahwa tujuan layanan bimbingan kelompok meliputi:

Tujuan umum,

Bertujuan untuk pengembangan kemamuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa)

Tujuan khusus

Untuk medorong pengembangan pesrasaan, pikiran, presepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal dan nonverbal.

Tahapan dari layanan bimbingan kelompok menurut Hartinah, (dalam, Narti 2014:30-32) menyatakan ada beberapa tahapan dalam bimbingan kelompok yaitu:

  1. Tahap Pembentukan adalah pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri ke dalam suatu kelompok.
  2. Tahap Peralihan meliputi kegiatan: (1) mejelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutkanya, (2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalankan kegiatan pada tahap selanjutnya, (3) membahas suasana yang terjadi, (4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
  3. Tahap Kegiatan tahap ini meliputi kegiatan: (1) pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik (2) tanya jawab antar anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas menyakut topik yang sedang dibahas, (3) anggota membahas topik tersebut secara mendalam dan tuntas, (4) kegiatan selingan.
  4. Tahap pengakhiran pada tahap pengakhiran yang dilakukan adalah pemberitahuan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, kesimpulan, refleksi, rencana pertemuan selanjutnya, dan doa penutup.

Teknik Problem Solving

Teknik problem solving menurut Shohimin, (2014:68) menjelaskan problem solving adahah variasi dari pembelajaran atau layanan dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah.

Tujuan problem solving Menurut Hamdani, (2011:84) menyatakan bahwa teknik pemecahan masalah merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan memberikan dorongan pada siswa dalam mencari dan memecahkan suatu personal atau permalahan dalam rangka mencapai tujuan dalam layanan.

Tahapan dari teknik problem solving menurut Romlah, (2001: 93-95) menyatakan bahwa tahapan pelaksanaan teknik problem solving yaitu sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah
  2. Mencari sumber dan menentukan sebab-sebab masalah
  3. Mencari alternatif pemecahan masalah
  4. Memilih dan melaksanakan alternatif pemecahan yang tepat dan melaksanakannya.
  5. Mengadakan penilaian setelah cara pemecahan masalah dilaksanakan diadakan penilaian terhadap hasil hasilnya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen (Sugiyono, 2015:107) menyatakan bahwa metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Rancangan dalam penelitian ini menggunakan true eksperimental karena dalam desain ini dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperiment. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan penelitian) dapat menjadi tinggi ciri utama dati true eksperimental adalah bahwa sampel yang digunakan untuk ekperiment mauoun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dan populasi tertentu.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Menurut Sugiyono (2015:112) dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol. Kelompok eksperiment adalah kelompok yang nantinya akan diberikan treatment selama penelitian, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan treatment selama penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian yaitu dengan memberikan pre-test dan setelah diberikan treatmen bimbingan kelompok dengan teknik problem solving baru diberikan post-test. Pre-test dan post-test dilakukan dengan menyebarkan skala motivasi belajar yang sudah valid untuk mengetahui tinggi rendahnya skala motivasi belajar peserta didik. Selanjutnya skor yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test diklasifikasikan berdasarkan kategori tingkat motivasi belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil rekapitulasi pretest diperoleh skor pada kelompok eksperimen dengan 8 siswa dalam kategori rendah, 2 siswa dalam kategori sangat rendah, skor tertinggi 69, skor terendah 48, jumlah skor 639, dan dengan rata-rata 63,9. Jumlah skor tersebut dapat digolongkan dalam kategori tingkat morivasi belajar dengan presentase 100%.

Berdasarkan hasil rekapitulasi pretest diperoleh skor pada kelompok kontrol dengan 7 siswa dalam kategori rendah, 3 siswa dalam kategori tinggi, skor tertinggi 75, skor terendah 60, jumlah skor 657, dan dengan rata-rata 657. Jumlah skor tersebut dapat digolongkan dalam kategori tingkat motivasi belajar dengan presentase 100%.

Pada interval 28-48 dengan kategori sangat rendah ada 2 peserta didik dengan persentase 20% dan pada interval 49-69 dengan kategori rendah ada 8 siswa dengan persentase 80%.

Pada kelompok kontrol di atas pada interval 49-69 dengan kategori rendah ada 7 siswa dengan persentase 70% dan pada interval 70-90 dengan kategori tinggi ada 3 siswa dengan persentase 30%.

Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di atas dapat diketahui pada perbedaan hasil dalam kategori sangat rendah kelompok eksperimen 20% dan kelompok kontrol 0%, dalam kategori rendah kelompok eksperimen 80% dan kelompok kontrol 70%, dan dalam kategori tinggi kelompok eksperimen 0% dan kelompok kontrol 30%.

Berdasarkan hasil rekapitulasi posttest diperoleh skor pada kelompok eksperimen dengan 3 peserta didik dalam kategori sangat tinggi, 6 siswa dalam kategori tinggi, 1 siswa dalam kategori rendah, skor tertinggi 93, skor terendah 68, jumlah skor 824, dan dengan rata-rata 82,4. Jumlah skor tersebut dapat digolongkan dalam kategori tingkat morivasi belajar dengan presentase 100%.

Rekapitulasi Hasil Posttest Motivasi Belajar Kelompok Kontrol

Kode Responden Perolehan Skor Kategori
R 1 68 Rendah
R 2 71 Tinggi
R 3 69 Rendah
R 4 76 Tinggi
R 5 70 Tinggi
R 6 65 Rendah
R 7 66 Rendah
R 8 64 Rendah
R 9 70 Tinggi
R 10 72 Tinggi
Jumlah 691
Skor Tertinggi 76
Skor Terendah 64
Rata-Rata 69,1

 

Berdasarkan hasil rekapitulasi posttest diperoleh skor pada kelompok kontrol dengan 5 siswa dalam kategori rendah, 5 siswa dalam kategori tinggi, skor tertinggi 76, skor terendah 64, jumlah skor 691, dan dengan rata-rata 69,1. Jumlah skor tersebut dapat digolongkan dalam kategori tingkat motivasi belajar dengan presentase 100%. Adapun tabel kategori distribusi frekuensi tingkat motivas belajar posttest sebagai berikut:

Distribusi Frekuensi Posttest Tingkat Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen
Interval Kategori Frekuensi Persentase
91-112 Sangat Tinggi 3 30%
70-90 Tinggi 6 60%
49-69 Rendah 1 10%
28-48 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 10 100%

 

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi posttest pada kelompok eksperimen di atas pada interval 91-112 dengan kategori sangat tinggi ada 3 peserta didik dengan presentase 30%, pada interval 49-69 dengan kategori rendah ada 1 peserta didik dengan persentase 10% dan pada interval 70-90 dengan kategori tinggi ada 6 siswa dengan persentase 60%.

Distribusi Frekuensi Posttest

Tingkat Motivasi Belajar Kelompok Kontrol

 
Interval Kategori Frekuensi Persentase
91-112 Sangat Tinggi 0 0%
70-90 Tinggi 5 50%
49-69 Rendah 5 50%
28-48 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 10 100%

 

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi posttest pada kelompok kontrol di atas pada interval 49-69 dengan kategori rendah ada 5 siswa dengan persentase 50% dan pada interval 70-90 dengan kategori tinggi ada 5 siswa dengan persentase 50%.

Uji Normalitas

Berikut ini merupakan perhitungan dari hasil pre test yang di hitung dengan uji lilliefors, diperoleh hasil yaitu:

Uji Normalitas Awal

Kelas LO Ltabel Kesimpulan
Eksperiment 0,250 0,258 Berdistribusi Normal
Kontrol 0,175 0,258 Berdistribusi Normal

 

Berdasarkan tabel diatas pada uji normalitas awal menunjukkan sampel berdistribusi normal. Karena diketahui bahwa LO < Ltabel yaitu 0,250 < 0,258 pada kelompok ekperiment dan 0,175 < 0,258. Data dihitung dengan microsoft excel dan menggunakan uji Lilliefors.

Uji Normalitas Akhir

Kelas LO Ltabel Kesimpulan
Eksperiment 0,250 0,258 Berdistribusi Normal
Kontrol 0,157 0,258 Berdistribusi Normal

 

Berdasarkan tabel di atas pada uji normalitas akhir menunjukkan sampel berdistribusi normal. Karena diketahui bahwa LO < Ltabel yaitu 0,218 < 0,258 pada kelompok ekperiment dan pada kelompok kontrol 0,157 < 0,258. Data dihitung dengan microsoft excel dan menggunakan uji Lilliefors.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah varian-varian dari jumlah populasi sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas pada sampel yang digunakan uji Fhitung dengan kriteria jika Fhitung < Ftabel maka Ho ditermia, artinya sampel berasal dari populasi yang homogen dan jka Fhitung < Ftabel maka artinya Ho ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang tidak homogen. Pengujian homogenitas varian menggunakan uji F dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Uji Homogenitas Awal

Kelas Fhitung Ftabel Kesimpulan
Eksperiment 1,74 3,18 Homogen
Control

Berdasarkan tabel di atas diketauhi bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1,74 < 3,18 maka Ho diterima sehingga dapat disimulkan bahwa populasi berasal dari sampel yang homogen.

Uji Homogenitas Akhir

Kelas Fhitung Ftabel Kesimpulan
Eksperiment 2,66 3,18 Homogen
Control

 

Berdasarkan tabel di atas diketauhi bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 2,66 < 3,18 maka Ho diterima sehingga dapat disimulkan bahwa populasi berasal dari sampel yang homogen.

Uji Hipotesis Dengan Uji t

Selain uji persyaratan analisis maka data yang diperoleh akan di uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving yang diberikan kepada peserta didik. Adapun hasil uji hipotesis dengan Uji t sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 4,140 sementara ttabel dengan db (n1+n2) – 2 = (10+10) – 2 = 18 dengan taraf signifikansi 5% (0,05) sebesar 1,734. Karena jumlah thitung 4,140 > ttabel 1,734 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesisnya (Ha) berbunyi “ada pengaruh antara layanan bimbingan kelommpok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan” diterima. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “tidak ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan” ditolak pada taraf signifikansi 5%.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh layanan bimbinga kelompok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan karena memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari hasil perhitungan uji t.

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji-t ada pengaruh antara layanan bimbingan kelommpok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan. Berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 4,140 sementara ttabel dengan db (n1+n2) – 2 = (10+10) – 2 = 18 dengan taraf signifikansi 5% (0,05) sebesar 1,734. Karena jumlah thitung 4,140 > ttabel 1,734 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesisnya (Ha) berbunyi “ada pengaruh antara layanan bimbingan kelommpok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan” diterima. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “tidak ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan” ditolak pada taraf signifikansi 5%. Analisis dari hasil pre-test skor rata-rata motivasi belajar menununjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil pre-tes kelompok eksperimen 63,9 sedangkan kelompok kontrol adalah 65,7.

Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik prolem solving kepada peserta didik motivasi belajar peserta didik meningkat dari 63,9 setelah diberikan perlakuan menjadi 82,4. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji t thitung 4,140. Dan ttabel diperoleh dengan db (n1+n2) – 2 = (10+10) – 2 = 18 dengan taraf signifikansi 5% (0,05) sebesar 1,734. Karena jumlah thitung 4,140 > ttabel 1,734 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesisnya (Ha) berbunyi “ada pengaruh antara layanan bimbingan kelommpok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan” diterima.

KESIMPULAN

Bedasarkan hasil penelitian dari data pre-tes meunjukkan hasil skor rata-rata kelompok eksperimen 63,9 sedangkan kelompok kontrol adalah 65,7. Sedangkan hasil post-test menunjukkan hasil rata-rata kelompok eksperiement 82,4 sedangkan kelompok kontrol 69, 1 yang berarti terdapat perubahan antara hasil pre-test dan post-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil uji hipotesis untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Berdasarkan analisis uji hipotesis menggunakan uji-t terlihat bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik yang signifikan.

Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji t thitung 4,140. Dan ttabel diperoleh dengan db (n1+n2) – 2 = (10+10) – 2 = 18 dengan taraf signifikansi 5% (0,05) sebesar 1,734. Karena jumlah thitung 4,140 > ttabel 1,734 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesisnya (Ha) berbunyi “ada pengaruh antara layanan bimbingan kelommpok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan” diterima. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “tidak ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan” ditolak pada taraf signifikansi 5%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jakenan. Adapun perbedaan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, karena adnya perlakuan atau treatment layanan bimbingan kelompok dengan menggunkana teknik problem solving pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan guru pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianti, Novi, dan Rustam. (2018). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Melalui Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siawa. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia. 3(1). 11-15.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Hartinah, Galuh. (2016). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Menggunakan Metode Problem Solving. Jurnal Konseling Gusjigang. 2(2).

Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maliki. 2016. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Suatu Pendekatan Imajinatif. Jakarta: Kecana.

Syah, Muhibbin. 2019. Psikilogi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Narti, Sri. 2014. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prayitno, dan Eman Amti. 2015. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Penerbit Universitas Malang.

Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Sumantri, Mohamad Syaiful. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprayitno, Adi. 2019. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Jurnal Ilmiah Bagi Guru. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahab, Rohmanila. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.