KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK

 

Yasa Galuh Krispaty

Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta dilambari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing, dididik, dan bukan sebagai subjek semata ( Djamarah, 2004:1).

Kata Kunci: Cara berkomunikasi

 

PENDAHULUAN

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin “Communicatio” yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan penasaran melalui bahasa, baik verbal maupun non verbal, mendengar, berbicara, gerak tubuh dan ungkapan emosi. Dengan berkomunikasi kita juga bisa sebagai pertukaran informasi antara pengirim dan penerima, dan kesimpulan makna antara individu-individu yang terlibat.

Manusia sebagai makluk individu maupun makluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Sebab komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia.

Pada umumnya seseorang lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara. Sebab berbicara itu mudah, tetapi berkomunikasi dengan baik tidaklah mudah. Berbicara saja belum dapat menjamin apa yang dibicarakan itu dapat sampai kepada yang akan diharapkan memperolehnya.

Sifat-sifat Komunikasi

Komunikasi dapat ditinjau dari sifatnya yang dikelompokkan menjadi empat, yaitu (Effendi, 2003:53):

  1. Komunikasi Verbal (verbal communication):
  2. a) Komunikasi lisan (oral communication).
  3. b) Komunikasi tulisan / cetak (written communication).
  4. Komunikasi Nirverbal (nonverbal communication):
  5. a) Komunikasi yang mencakup komunikasi kial/ isyarat badan (body communication).
  6. b) Komunikasi gambar(pictorial communication).
  7. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication).
  8. Komunikasi bermedia (mediated communication).

Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi, komunikator pasti memiliki suatu tujuan tertentu. Tujuan dari komunikasi dibagi menjadi empat yaitu: (Effendy, 2003:55)

Sender Encoding Media Message Decoding ReceiverNoise Response Feedback

  1. Mengubah sikap (to change the attitude)
  2. Mengubah opini/pendapat (to change the opinion)
  3. Mengubah perilaku (to change the behavior)
  4. Mengubah masyarakat (to change the society)

Fungsi Komunikasi

Selain tujuan, komunikasi memiliki fungsi tersendiri. Sebuah kelompok atau organisasi, komunikasi memiliki empat fungsi utama, yaitu: (Robbins & Judge, 2011:5)

  1. Kontrol: Fungsi ini menjelaskan bahwa untuk mengontrol perilaku anggota dalam suatu organisasi diperlukan cara-cara dalam bertindak. Organisasi memiliki hierarki otoritas dan garis panduan formal yang patut ditaati oleh karyawan. Contohnya adalah ketika seorang karyawan diwajibkan untuk mengomunikasikan segala keluhan yang berterkaitan dengan pekerjaan kepada atasan langsung mereka atau saat karyawan diminta untuk mematuhi segala kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.
  2. Motivasi: Komunikasi menjaga motivasi dilakukan dengan cara menjelaskan kepada anggota mengenai apa yang harus dilakukan, seberapa baik pekerjaan mereka dan apa yang haru dilakukan untuk memperbaiki kinerja sekitarnya yang dinilai kurang baik.
  3. Ekspresi emosional: Fungsi komunikasi ini adalah sebagai jalan keluar dari perasaan-perasaan anggotanya dalam memenuhi kebutuhan sosial. Sebagai contoh bagibanyak karyawan, kelompok kerja mereka adalah sumber utama interaksi sosial yang merupakan sebuah mekanisme fundamental dimana melalui anggotanya mereka menunjukkan rasa frustasi dan rasa puas mereka.
  4. Informasi: Komunikasi mempunyai peran sebagai pemberi informasi yang dibutuhkan baik oleh individu maupun kelompok yang digunakan untuk mengambil keputusan dengan cara menyampaikan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada.

Manfaat Komunikasi

  1. Komunikasi Sosial: Sesuai dengan fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial yang dimana komunikasi sangatlah penting untuk membangun diri dan menjalin hubunngan dengan orang lain. Melalui komunikasi dapat saling mengenal dengan anggota keluarga, masyarakat, dan teman untuk mencapai tujuan bersama.
  2. Komunikasi Ekspresif: fungsi mengungkap atau menyampaikan perasaan. Menyampaikan perasaan bisa disampaikan secara verbal dan non verbal, seperti seorang ibu memberikan pelukan hangat kepada anaknya dan menyampaikan kasih sayang.
  3. Komunikasi Ritual: komunikasi ini dilakukan pada saat upacara atau moment penting yang dilaksanakan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, seperti pernikahan, upacara bendera, dan perayaan idul fitri dan natal. Hal tersebut untuk mengingatkan tradisi baik dalam keluarga, suku, bangsa, dan agama.
  4. Komunikasi Intrumental: berfungsi sebagai instrument untuk mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan baik jangka pendek dan jangka panjang.

Menjadi Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi menyebutkan orang tua adalah ayah dan ibu kandung. Orang Tua merupakan orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya), orang-orang yang dihormati atau disegani di kampung.

Hakekat seorang anak, bahwa dalam pertumbuhan dan perkembangannya, ia membutuhkan uluran tangan dari kedua orang tuanya. Orang tualah yang paling bertanggung jawab dalam memperkembangkan keseluruhan eksistensi anak, termasuk di sini kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang harmonis dan matang (Singgih, 1983: 151).

Dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang telah siap dan bertanggung jawab sebagai ayah dan ibu bagi anak yang telah dilahirkan dan menjadi individi yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat, dan kebiasaan sehari-hari.

Orang tua dan anak merupkan satu ikatan dalam jiwa yang tidak seorangpun dapat memisahkannya. Ikatan tersebut memiliki hubungan emosional antara anak dengan orang tuanya yang tercermin dalam perilaku, sehingga untuk menjadi orang tua yang baik, memerlukan kecerdasan emosinal untuk mengungkapkan perasaan secara seimbang. Dalam kehidupan diperlukan emosional yang sehat seperti kemampuan memotivasi diri sendiri, karena motivasi sebagai penggerak perilaku. Dari motivasi akan muncul perubahan-perubahan positif.

Komunikasi Orang Tua dan Anak

Komunikasi di dalam keluarga terjalin antara orang tua dan anak merupakan salah satu faktor penting dalam membentuk perkembangan individu, komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif. Peran orang tua dalam keluarga sangat penting untuk perkembangan fisik, intelegensi,, sosial sikap dan yang terutama adalah perkembangan berkomunikasi. Perkembangan kemampuan berbahasa anak sangat tergantung konteks sosialnya, terutama pada bentuk komunikasi yang diterima dari orang tuanya. komunikasi yang dalam dan efektif bisa menstimulasi perkembangan komunikasi anak.

Setiap anak pasti memiliki tahapan pertumbuhan dan perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa adalah proses dimana anak-anak memahami dan mengkomunikasikan bahasa selama masa kanak-kanak. Namun, perkembangan bahasa sejatinya tidak berhenti sampai di situ, karena kemampuan berbahasa seseorang akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia.

Perkembangan komunikasi pada balita bergantung dari perkembangan otak dan fungsi kognitifnya. Perkembangan ini juga berhubungan dengan kematangan atau kemampuan organ sensorik dalam menerima rangsangan atau stimulus internal maupun eksternal.

Perkembangan komunikasi pada balita juga dipengaruhi oleh kuatnya stimulus internal dan eksternal yang masuk dalam diri anak melalui reseptor pendengaran dan organ sensorik lainya. Salah satunya berkomunikasi melalui ekspresi wajah, misalnya senyum dan tawa, atau tangisan saat merasa tidak nyaman. Berkomunikasi dengan bayi merupakan sesuatu hal yang penting, karena semakin dini orang tua mengajaknya bicara, maka perkembangan kemampuannya seperti membaca, menulis, dan interpersonalnya semakin cepat berkembang, serta balita dapat mengerti arti umum apa yang orang tua katakan, dan juga menyerap nada emosional dari kata tersebut. Komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang sering mendapat kesulitan, karena harus membicarakan perasaan-perasaannya (Mundakir, 2006).

Caranya secara verbal dan non verbal:

Verbal

  1. Bermain

merupakan cara utama balita belajar bagaimana bergerak, berkomunikasi, bersosialisasi dan memahami sekitarnya. Berkomunikasi dengan balita dapat membangun kemampuannya untuk mendengarkan dan berkomunikasi. Balita belajar berbicara dengan meniru suara yang didengarnya dan memperhatikan gerak bibir saat mengucapkannya. Bila balita sering diajak berkomunikasi, maka akan mempercepat dalam menguasai kemampuanya, misalnya berinteraksi dengan orang lain, menghitung, dan membaca. Hal yang terpenting bagi orang tua adalah senantiasa berkomunikasi dengan bayi tiap hari.

  1. Melengkapi kalimat

Cara meminta anak menyempurnakan atau melengkapi kalimat

Non Verbal

  1. Menulis

Adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif, tidak saja dilakukan pada anak, tetapi juga pada remaja

  1. Menggambar

Meminta anak untuk menggambarkan terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, dan keinginnya.

Contohnya anak meminta gambar lingkaran untuk melambangkan orang-orang yang berada dalam lingkungan kehidupannya dan gambar bundaran-bundaran di dekat lingkaran menunjukkan keakraban.

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anak sering kali tidak berjalan selaras, sebab ketidakselarasan komunikasi dapat berdampak pada perilaku anak di masyarakat, seperti adanya perbedaan dunia anak dengan dunia orang dewasa. Berbagai pakar pendidikan mengatakan bahwa sebagian besar hal yang terjadi awalnya disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak, sehingga membuat anak merasa kurang diperhatikan sehingga mereka mencari sumber perhatian dan kasih sayang yang lain. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, karena akan mampu mengenali anak-anak dengan lebih baik lagi, mengetahui keinginan dan minat anak, dapat menjelaskan suatu pengetahuan, moral, dan agama, serta menjadi lebih percaya diri dalam berkomunikasi. Dengan demikian, pentingnya komunikasi bagi anak usia dini, akan mengembangkan kecerdasan bahasa dan sosial emosinal, serta mampu menjalin hubungan kekeluargaan dan lingkungan, dan meningkatkan kecerdasan berpikir anak untuk membedakan benar dan salah. Berkomunikasi dengan anak usia dini berbeda dengan remaja maupun orang dewasa, karena dengan pola pemikirannya cenderung lebih sederhana, kreatif, dan selalu berkembang. Untuk itu, orang tua perlu menyesuaikan cara berkomunikasi dengan anak-anak, agar membuat anak usia dini merasa nyaman saat berkomunikasi dengan orang tua. Oleh sebab itu, berkomunikasi dengan anak sedini mungkin dapat memudahkan dalam mendidik dan mengarahkan anak usia dini.

Pada masa remaja, mereka dihadapkan pada dua situasi yang bertentangan yaitu berpikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa. Masa ini merupakan masa yang penuh konflik dan dilema. Konflik yang terjadi berhubungan dengan perubahan dalam dirinya, sedangkan dilema terjadi saat berhubungan dengan perbedaan diri, persepsi, atau kenyakinan antara dirinya dengan orang dewasa.

Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat. Anak usia remaja sering kali merenungkan kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Sehubungan dengan perkembangan komunikasi yang dapat kita lakukan adalah mengizinkan remaja berdiskusi atau menyampaikan pendapat pada teman sebaya.

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada masa transisi, remaja banyak mengalami kesulitan yang membutuhkan kemampuan adaptasi. Seringkali remaja tidak mendapatkan tempat untuk mengekpresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini dapat mempengaruhi komunikasi remaja, terutama komunikasi dengan orang tua.

Terkait permasalahan di atas, sebaiknya orang tua menjadi sahabat bagi anaknya apalagi saat usia remaja. Pada saat remaja, mereka masih mencari jati dirinya. Biasanya remaja lebih senang berkumpul bersama teman sebaya dari pada dengan orang tua. Hal yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan remaja yakni:

  • menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan,
  • mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan dan pikiran,
  • jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar yang berlebihan pada saat anak menunjukkan sikap emosional,
  • memberikan dukungan atas segala permasalahan dan membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya,
  • menjadi sahabat bagi anak untuk menjadi tempat cerita suka dan duka,
  • memberikan pelukan hangat.

Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap hubungan yang makin baik dari tindakan ( Effendy, 2002: 8 ). Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh terhadap sikap, hubungan yang makin baik dari tindakan. Dengan demikian, pentingnya peran komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam pola pikir anak dan membangun karakter anak agar sesuai dengan harapan orang tua. Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga ( Kriswanto, 2005: 9 ). Komunikasi merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak, karena jika tidak ada komunikasi dalam keluarga akan timbul kenalan remaja. Kenalan remaja dapat menyebabkan anak mengalami depresi dan akan terjadi kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orang tua, karena dapat menurunkan nilai rohani dan moral kepada anak.

Lingkungan keluarga juga dapat memupuk kecerdasan emosional pada remaja. Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur suasana jiwa. Kecerdasan emo-sional tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia (Goleman, 1997).

Perkembangan komunikasi pada orang dewasa dan permasalahannya yang terjadi, agar tercapai komunikasi yang efektif. Berkomunikasi dengan dewasa sampai lansia, diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas. Orang dewasa hingga lansia melakukan komunikasi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri. Berkomunikasi pada orang dewasa hingga lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran.

Cara berkomunikasi dengan orang dewasa yaitu penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara, dengan menyampaikan secara lansgsung akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan. Kedua, melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung. Permasalahan lansia terkait dengan komunikasi, pada umumnya terjadi akibat kemunduran fisik, mental, sosial, kondisi penyakit, produktivitas kerja menurun, serta hubungan dan komunikasi terbatas. Adanya keterbatasan komunikasi pada a=lansia yang diakibatkan proses menua mengharuskan sebagai anaknya memahami kondisi tersebut.

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia, perubahan-perubahan akibat usia tersebut telah dapat diidentifikasi. Hal yang menyebabkan kseulitan komunikasi pada lansia adalah perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegen dan daya memori yang berkurang.

Gejala penolakan lansia yang menyebabkan gagalnya komunikasi dengan lansia:

  • Tidak percaya terhadap diagnosis,
  • Menolak membicarakan perawatan,
  • Menolak nasihat-nasihat yang dikasih.

Untuk mengurangi pengaruh negative atau mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi, diperlukan komunikasi yang efektif:

  • Pendekatan fisik
  • Pendekatan psikologis
  • Pendekatan sosial
  • Pendekatan spiritual

Menurut Widjaja (2000: 127) karakteristik komunikasi antar pribadi yang diungkapkan oleh Devito (1996), sebagai berikut:

  1. Keterbukaan (openness), yaitu sejauhmana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar pribadi, yaitu:
  • Adanya kesedian komunikator untuk membukakan diri pada orang yang diajak berinteraksi, mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
  • Kesediaan komunikator untuk berinteraksi jujur terhadap stimulus yang datang.
  • Menyangkut kepemilikan, perasaan dan pikiran.
  1. Empati (empathy) Empati adalah suatu persatuan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan oleh orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan penengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Empati akan membantu seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya.
  2. Dukungan (supportivenness)Hubungan antara pribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikapmendukung. Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dan melakukan aktifitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu keluarga. Individu memperlihatkan sikap dengan cara bersikap:
  • Deskriptifdan bukan evaluatif. Suasana yang bersifat deskriptifdan bukan evaluatifmembantu terciptanya sikap mendukung bila individu mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian kejadian tertentu, individu pada umumnya tidak merasakan ini sebagai ancaman. Sebaliknya, komunikasi yang bernada menilai seringnya membuat orang lain defensif.
  • Spontan bukan strategik. Orang yang sepontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam menguntarakan pikirannya, biasanyabereaksi dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka. Sebaliknya bila individu merasa bahwa seseorang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, bahwa mempunyai rencana tersembunyi, maka individu juga akan bereaksi secara defensif.
  • Provisional dan bukan sangat yakin. Bersikap provisional artinya bersikap tentative dan berpikiran terbuka, serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Hal inilah yang dinamakan provisionalisme, bukan keyakinanyang tidak tergoyahkan, dan dapat mambantu terciptanya suasana mendukung sehingga orang lai merasa setara.
  1. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Apabila seseorang berfikir positif tentang dirinya, maka akan berfikir positif juga terhadap orang lain, sebaliknya bila menolak diri sendiri, maka akan menolak orang lain. Hal-hal yang disembunyikan seseorang tentang dirinya seringkali adalah juga hal-hal yang tidak disukainya pada orang lain. Bila seseorang memahami dan menerima perasaan-perasaannya, maka akan lebih menerima perasaan-perasaan sama yang ditunjukkan orang lain. Rasa positif dapatditunjukkan dengan adanya ketertarikan terhadap komunikasi disertai dengan memberikan reinforcementterhadap perilaku yang diharapkan, seperti tepukan di bahu dan senyuman.
  2. Kesetaraan/kesamaan (equality) Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya setara, artinya harus ada pengakuan diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Untuk mencapai kesamaan pemahaman diperlukan usaha-usaha komunikatif antar anggota keluarga. Keakraban dan kedekatan keluarga orang tua dan anak membuat komunikasi dapat berjalan secara efektif. Kemampuan orang tua dalam melakukan komunikasi akan efektif jika orang tua dapat membaca dunia anaknya (selara,keinginan, hasrat, pikiran dan kebutuha

PENUTUP

Pada akhirnya, orang tua merupakan role model bagi anak, artinya sebagai contoh atau patokan bagi anak. Dengan memainkan peran orang tua dengan benar dan sebaik mungkin dalam mendidik dan mengasuh anak, anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Tak kalah pentingnya anak akan tumbuh berkarakter dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk dari luar, serta menjadikkan anak yang berkepribadian baik yang akan menjadi asset generasi penerus bangsa dimasa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Milla, Faradina (2019). Makalah Komunikasi https://www.kompasiana.com/faradinamillam/5d6f02e3097f36652145c492/makalah-komunikasi?page=all di akses pada 11 Desember 2020

Patricia, Ellen (2016). “Mendidik Anak Dengan Hati”, Cetakan pertama (2016)

Rozana, Salma dkk. (2016) “PENGARUH KOMUNIKASI PENGARUH KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI KB AL BAHRI DESA KOLAM KEC. PERCUT SEI TUAN KAB. DELI SERDANG” Vol. 2 No.1 https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjw6pPtrsftAhWfzzgGHSLtBN0QFjAFegQICRAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.pancabudi.ac.id%2Findex.php%2Fabdiilmu%2Farticle%2Fdownload%2F527%2F497%2F&usg=AOvVaw0V3w98m8k2o-3SK5I6Wnub di akses pada 12 Desember 2020

Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia https://kbbi.kemdikbud.go.id/ di akses pada 11 Desember 2020

Baharudin (2019) “PENGARUH KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ANAK PADA MIN I LAMNO DESA PANTE KEUTAPANG ACEH JAYA” Vol. 5 No. 1 https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjw6pPtrsftAhWfzzgGHSLtBN0QFjACegQIARAC&url=https%3A%2F%2Fjurnal.ar-raniry.ac.id%2Findex.php%2FPMI%2Farticle%2Fdownload%2F4207%2F3432&usg=AOvVaw3XJDJ8gfhth83gJADMcRk6 di akses pada 12 Desember 2020

  1. Adrian, Kevin (2017) “Pentingnya Berkomunikasi dengan Bayi” https://www.alodokter.com/benarkah-bayi-belum-dapat-berkomunikasi di akses pada 12 Desember 2020

Adrianto, Dedy (2011) “Komunikasi Dengan AUD” https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Dokumen/4015_2016-08-24/26%20KOMUNIKASI%20DENGAN%20ANAK.pdf

Kurniawati, Rizka dkk. (2012) “HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA – ANAK REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI 1 SALAMAN KABUPATEN MAGELANG” https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjg-KSekMjtAhV97XMBHdyeCcYQFjAFegQIDBAC&url=https%3A%2F%2Fjurnal.unimus.ac.id%2Findex.php%2Fpsn12012010%2Farticle%2Fdownload%2F1295%2F1348&usg=AOvVaw1vZsqbsySJaI5kXmn86GYL di akses pada 12 Desember 2020

Irianto, Agus dkk. (2018) “Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak Remaja serta Identitas” https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/view/38686 di akses pada 12 Desember 2020

Fajarwati, Mila (2011) “POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJADALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA” http://eprints.upnjatim.ac.id/1793/1/file1.pdf di akses pada 12 Desember 2020