Kreativitas Remaja di Masa Pandemi
|
KREATIVITAS REMAJA DI MASA PANDEMI
Sapto Irawan
Arunawati
Program Studi BK-FKIP-UKSW
ABSTRAK
Pandemi Covid-19 telah memunculkan tantangan baru untuk diatasi oleh negara. Secara khusus, yaitu mengenai bagaimana negara merespons maupun berupaya mencegah dan menghentikan penyebaran virus. Banyak negara melakukan kebijakan yang diterapkan di dalam wilayahnya, seperti sistem kebijakan lockdown dan kebijakan menjaga jarak sosial atau social distancing terhadap masyarakatnya. Beberapa negara menunjukkan keberhasilan dari kebijakan ini. Artikel ini membahas mengenai bagaimana remaja menyikapi pandemi Covid-19 dengan tetap kreatif selama diberlakukannya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh wilayahnya masing-masing. Dengan tetap menjaga jarak sosial para remaja dapat menuangkan ide kreatifnya melalui hal-hal yang dapat dilakukan di rumah. Selain dapat menghilangkan kejenuhan selama masa pandemi yang mengharuskan para remaja untuk melakukan kegiatan pembelajaran melalui daring, hal positif yang didapatkan apabila remaja tetap mengasah kreativtasnya walaupun di masa pandemi yaitu dapat meningkatkan kualitas diri dan juga dapat membantu pemerintah dalam memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Kata kunci: kreativitas, remaja
Pendahuluan
Tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan seluruh negara, tanpa terkecuali Negara Indonesia. Hal itu disebabkan karena munculnya wabah virus Covid-19 yang bermula dari Kota Wuhan China, dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Awalnya pemerintah tidak mengikuti cara yang digunakan oleh beberapa negara lainnya terkait informasi yang diberikan mengenai virus Covid-19, yaitu dengan melakukan reaksi cepat sosialisasi pencegahan. Hal itu bertujuan agar masyarakat Indonesia tidak khawatir dengan isu yang meresahkan, selain itu untuk meminimalisir adanya berita hoax dari segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya wabah Covid-19 ini juga menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi masyarakat, karena banyak warga Indonesia yang terkena dampak penularan virus ini.
Oleh karenanya, pemerintah berinisiatif untuk mengambil kebijakan lockdown selama 14 hari guna mengantisipasi penularan wabah Covid-19 ini. Kebijakan ini berasal dari beberapa peraturan serta fenomena yang terjadi di lapangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa Indonesia sudah mengalami kondisi dimana kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19 cukup besar, sehingga diperlukan kebijakan pemerintah untuk melakukan lockdown, sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Sejak diberlakukannya lockdown maka seluruh aktivitas masyarakat sebisa mungkin dilakukan dari rumah. Dan ternyata kebijakan pemerintah yang memutuskan lockdown diberlakukan selama 14 hari masih tidak efektif untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang lockdown. Namun hal tersebut berdampak pada masalah baru yang timbul. Masyarakat Indonesia yang dibatasi gerak dan lingkup sosialnya mulai merasa jenuh setelah berbulan-bulan melakukan kegiatan hanya di lingkungan rumah saja. Adanya pandemi COVID 19 menyebabkan dampak di berbagai sektor kehidupan dan semua usia. Hal ini menyebabkan ketidaksiapan semua orang menghadapi situasi tersebut, salah satunya para remaja. Disatu sisi usia remaja merupakan salah satu usia yang seharusnya produktif di berbagai kegiatan dan aktivitas.
Begitu pula yang dialami remaja di masa pandemi seperti ini, mereka merasakan penat dengan kegiatan yang dilaluinya sepanjang 7 bulan terakhir semenjak virus Covid-19 menyerang pada Maret 2020. Pembelajaran melalui daring yang mengharuskan remaja untuk tetap berada di rumah merupakan salah satu hal yang membuat remaja merasa mudah jenuh, apalagi ditambah dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tidak sedikit pula remaja yang menginginkan keadaan kembali normal dan kegiatan belajar mengajar diberlakukan secara tatap muka, karena mereka rindu akan suasana kelas, bagaimana menyenangkannya berkumpul dengan teman-teman dan lain sebagainya. Namun dibalik kejenuhan yang dialami remaja tersebut justru banyak yang membuat inovasi untuk menghasilkan kreativitas sesuai dengan passion-nya masing-masing. Kreativitas remaja tersebut muncul seiring dengan keinginan yang akan dilakukannya. Remaja akan berfikir out of the box selama masa pandemi untuk menghilangkan kejenuhan. Oleh karena itu banyak remaja yang justru dapat menuangkan ide-idenya untuk berkarya selama di rumah saja.
Dalam permasalahan di atas, timbul beberapa pertanyaan diantaranya yaitu: apa alasan pentingnya kreativitas remaja di masa pandemi? seperti apa remaja kreatif dengan kreativitas yang berbeda? bagaimana caranya agar menjadi remaja yang kreatif selama masa pandemi? dan strategi apa saja yang bisa menumbuhkan kreativitas remaja di masa pandemi? Tujuan dari pembahasan tersebut adalah untuk menggali seberapa luas dan seberapa penting kreativitas yang dimiliki seorang remaja khususnya di masa pandemi, memahami remaja kreatif dengan kreativitas yang berbeda, cara agar menjadi remaja yang kreatif selama masa pandemi dan strategi yang bisa menumbuhkan kreativitas remaja di masa pandemi. Adapun manfaatnya adalah agar para pembaca khususnya remaja dapat memahami dan menumbuhkan kreativitasnya sesuai dengan inovasi masing-masing, tentunya agar tetap produktif dan enjoy di masa pandemi dengan tetap berada di lingkungan tempat tinggalnya.
Pembahasan
Kondisi yang datang tiba-tiba ini membuat masyarakat tidak siap menghadapinya baik secara fisik ataupun psikis (Sabir & Phil, 2016). Diantara kondisi psikologis yang dialami oleh masyarakat adalah rasa anxiety apabila tertular. Menurut American Psychological Association (APA), kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress dan ditandai oleh perasaan tegang, pikirang yang mebuat individu merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah dan lain sebagainya (Okazaki, 1997), (Beaudreau & O’Hara, 2009). Kartini Kartono bahwa anxiety adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas (Kartono & Andari, 1989). Senada dengan itu, Sarlito menjelaskan anxiety merupakan perasaan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya (Sarlito, 2012). Anxiety ini juga dialami oleh para remaja (Gozali, Tjahyo, & Vidyarini, 2018), karena usia remaja dapat dikatakan usia yang masih labil dalam menghadapi kondisi-kondisi yang tidak terduga (Tjukup, Putra, Yustiawan & Usfunan, 2020). Kondisi emosi remaja akan mudah terguncang seperti, anxiety yang berlebihan, ketakutan akan tertular virus ini dan sebagainya (Dani & Mediantara, 2020).
Anxiety yang dialami remaja ini akan berdampak kepada:
- Kurang tidur, anxiety dapat menyebabkan insomnia dan masalah tidur lainnya (Sohat, Bidjuni & Kallo, 2014). Semakin sedikit tidur maka semakin besar tingkat anxiety. Untuk mengatasi kuran tidur dapat dilakuka dengan fokus pada cara-cara untuk meningkatan kualitas tidur, dengan meningkatnya kualitas tidur maka dapat mengurangi
- Kesulitan untuk fokus, COVID-19 telah mengancam kesehatan fisik dan psikis dan cara hidup sehari-hari. Secara tidak sengaja setiap hari terus mendengar berbagai berita dan kemudian memikirkan cara-cara untuk melindungi diri dari virus. Masalahnya adalah, selama di rumah juga harus tetap fokus untuk belajar. Akibat pemberitaan COVID-19, pikiran menjadi tidak fokus dan sulit berkonsentrasi pada pelajaran (Hanifah, et al., 2020).
- Sering lupa, Alexandra Parpura, ahli gerontologi dan pendiri Aging Perspectives di Chevy Chase menjelaskan bahwa anxiety dapat mempengaruhi memori. Apa pun yang merilekskan tubuh akan membantu ingatan, karena relaksasi melibatkan sistem saraf parasimpatis. Kegiatan relaksasi yang baik seperti olahraga juga dapat merelaksasi ingatan. Melakukan permainan yang mengasah kemampuan untuk fokus seperti teka-teki silang, Sudoku, membuat kerajinan tangan, bermain games, atau bermain alat musik juga dapat membantu untuk mengurangi lupa.
- Meningkatnya iritabilitas dan mudah marah, anxiety dapat merubah emosi remaja seperti mudah marah. Anxiety yang dialami tiap orang berbeda-beda, tentu saja hal ini berkontribusi terhadap iritabilitas dan kemarahan.
Kondisi anxiety yang dialami remaja pada masa pandemi ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja (Harirah & Rizaldi, 2020). Untuk mengatasi anxiety pada remaja ini peran orangtua sangat dibutuhkan (Fuad & Budiyono, 2012), diantaranya selalu mendampingi, memotivasi, memberikan pengarahan mengenai hal-hal positif yang bisa dilakukan selama masa pandemi. Dalam sudut pandang apapun kreativitas akan sangat terasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Terlebih jika seseorang tengah berada dalam suatu masalah. Dalam sebuah permasalahan sesorang pasti akan berfikir bagaimana cara yang harus dilakukan untuk menghadapinya. Kemampuan berfikir itulah yang akan di kembangkan menjadi daya kreatif seseorang. Daya kreatif itu akan secara spontan akan muncul dari dalam diri seseorang yang bukan merupakan pemikiran dari orang lain. Kreativitas adalah sifat pribadi individu (bukan merupakan sifat sosial yang dihayati masysarakat) yang terlihat pada sikap yang muncul dari ide–ide baru. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengkreasi sesuatu yang baru, baik berupa pendapat maupun hasil nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas (divergen thinking) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berfikir menciptakan atau menghasilkan suatu yang baru, berbeda, belum ada sebelumnya yang berupa suatu gagasan, ide, hasil karya serta respon dari situasi yang tidak terduga. Kreativitas pada remaja adalah keterampilan yang dimiliki oleh anak di usia remaja untuk menghasilkan buah pikiran atau karya yang berhubungan dengan kehidupannya sebagai seorang remaja. Kreativitas perlu untuk dikembangkan sebab bermanfaat bagi peningkatan kualitas diri.
Dalam Munandar (1992:47) berpendapat tentang pengertian dan difinisi kreativitas menjadi beberapa rumusan sebagai berikut:
- Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berinovasi membuat kombinasi baru, berdasarkan data yang dimiliki, informasi-informasi atau unsur-unsur yang ada.
- Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen) adalah kemampuan seseorang berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan dapat menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
- Kreativitas dapat diasumsikan sebagai kemampuan seseorang yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, fleksibilitas dan originalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengolaborasi (mengembangkan, memperinci, memperkaya) suatu gagasan.
Kelancaran dan keluwesan seseorang dalam berfikir sangatlah tergantung dengan daya kreatif seseorang. Manusia mempunyai potensi kreatif sejak lahir, namun perkembangan kreativitas tergantung dari eksistensi dan kondisi yang mendukung terciptanya daya kreatif. Kreativitas dapat berkembang dengan baik apabila seseorang mampu mengekspresikan ide dan rangsang tanpa rasa takut, terbuka pada sesuatu yang tidak diketahui dan mudah menerima ketidaknyamanan (self-accepting). Beberapa ahli pendapat berfikir kreatif adalah sebuah kebiasaan yang harus dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan keinginan-keinginan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.Tanpa keterbiasaan atau latihan berfikir kreatif tidak akan berkembang bahkan akan menghilang.
Menurut Hulbeck (1945) dalam Utami Munandar (2012: 20) pada difinisi pribadi kreativitas adalah “Creative action is imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Menurut Elaine B. Johnson dalam Bunthas (2012:23) berfikir kreatif membutuhkan ketekunan, disiplin diri dan perhatian penuh yang meliputi beberapa aktivitas mental, antara lain adalah sebagai berikut:
- Berani mengajukan pertanyaan.
- Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.
- Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda.
- Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
- Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.
- Mendengarkan intuisi.
Dalam pendekatan difinisi pribadi kreativitas fokus pada segi pribadi seseorang. Rogers dalam (Utami Munandar, 2012:34) berpendapat bahwa ada tiga kondisi individu yang kreatif, yaitu:
- Seseorang memiliki keterbukaan dalam pengalamannya.
- Seseorang memiliki kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan kondisi pribadi dirinya sendiri (internal locus of evaluation) dan memupunyai kemampuan untuk berekperimen, untuk mencoba–coba “bermain” dengan konsep-konsep.
Dari difinisi yang disampaikan oleh para ahli dapat disimpulkan pengertian kreativitas adalah kemampuan dan metode yang digunakan seseorang yang digunakan untuk menyeleseikan masalah berupa gagasan, ide, karya-karya yang baru atau karya yang pernah ada kemudian diperbaharui, informasi dan unsur yang ada lainnya yang hasilnya dapat menggambarkan kelancaran, keluwesan, fleksibelitas dan originalitas dalam berfikir dan menyampaikan pendapat, serta kemampuan untuk menggabungkan (mengembangkan, memperinci, memperkaya) suatu gagasan.
Pentingnya kreativitas bagi remaja di masa pandemi:
- Dengan Kreativitas akan membuat hidup menjadi lebih indah karena akan dikelilingi oleh hal-hal yang bervariasi dan tidak monoton apalagi di masa pandemi.
- Meningkatkan motivasi dan semangat hidup.
- Semakin hari kreativitas dalam dunia usaha akan semakin diperlukan.
- Kreativitas menjadi langkah awal terjadinya inovasi (penemuan) perubahan-perubahan. Inovasi adalah hasil pendayagunaan kreativitas tertentu sehingga menjadi sebuah cara, proses, produk, atau sumber nilai baru, yang berbeda dari sebelumnya.
- Kreativitas berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia.
Berbagai jenis kreativitas yang bisa diterapkan remaja di masa pandemi:
- Bereksperimen Bereksperimen adalah bagian utama untuk membuat sebuah materi. Gunakan bahan-bahan murah dan barang-barang rumah tangga untuk membebaskan pikiran.
- Menjelajah untuk mengusir kebosanan, pelajari dan jelajahi sejarah pribadi di keluarga, hubungan, dan insiden yang pernah terjadi. Cara ini bisa bisa dibuat menjadi cerita di konten yang akan dibuat.
- Penelitian Ambil buku-buku yang berada di rak ‘Untuk Nanti’, dan dengarkan podcast dari penulis dan intelektual. Gali lebih jauh subjek dan masalah yang bisa mendorong Anda untuk merespons.
- Terhubung Jangan hanya jadi pemerhati, tetapi ikutlah berkontribusi di dalamnya. Usulkan topik untuk melakukan diskusi kelompok, tetapkan tugas harian untuk sesama penulis materi iklan, kemudian buat proyek kolaboratif.
- Dokumen Manfaatkan kesendirian untuk mengatur studi, sketsa, dan karya seni. Dapatkan pemahaman yang lebih baik tentang praktik yang akan dilakukan.
- Improvisasi Jika tidak memiliki akses ke alat dan peralatan yang akan digunakan, jangan biarkan hal itu menghentikan Anda. Berimprovisasilah dengan serangkaian sumber daya baru yang dapat menghasilkan pekerjaan baru.
- Berkontribusi Banyak kegiatan atau kompetisi berhadiah yang ditawarkan di luar sana, jangan ragu untuk mengikutinya jika merasa mampu. Anda tidak akan rugi dengan mengirimkan karya untuk kesempatan mendapatkan pengetahuan baru dan hadiah.
- Meningkatkan ketrampilan Dapatkan keterampilan baru untuk memperkuat hal yang akan dilakukan. Dunia virtual akan menjadi penghasil pendapatan penting bagi mereka yang menjual dan mengajar di bidang seni.
- Buat rencana Meskipun tidak yakin kapan kondisi kembali ke ‘normal’, tetapi bersiaplah untuk masa depan. Berkomitmen pada sasaran, perbaiki portofolio Anda, dan susun rencana untuk memasarkan diri.
Hambatan dalam memgembangkan setiap kreativitas remaja khususnya di masa pandemi:
- Takut terhadap kegagalan. Kegagalan merupakan suatu momok yang menakutkan bagi remaja, karena setiap remaja yang sudah mengalami kegagalan pasti akan takut untuk mengulangi kembali sesuatu yang telah terjadi.
- Lingkungan yang tidak mendukung. Lingkungan yang baik pasti akan membawa dampak baik bagi remaja, begitupun juga sebaliknya.
- Keadaan keluarga yang tidak harmonis. Keadaan keluarga sangatlah mendukung suatu kreativitas anak remaja. Karena keluarga menjadi dasar pembentukan suatu kreativitas anak. Jika keadaan keluarga kurang harmonis maka akan berdampak buruk bagi mental, kehidupan maupun kreativitas di masa mendatang.
Upaya untuk meningkatkan kreativitas sangatlah perlu dilakukan agar menghindari hambatan- hambatan dalam proses berkreativitas. Sebagai berikut:
- Memelihara rasa ingin tahu. Keingintahuan disini adalah keingintahuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, keingintahuan tentang cara kerja otak manusia. Rasa ingin tahu ini selanjutnya membawa menemukan berbagai petunjuk untuk memanfaatkan potensi otak. Kreativitaspun meningkat karena telah memiliki kemampuan meningkatkan penggunaan otak secara maksimal.
- Mencoba hal-hal baru. Kreativitas berkembang subur ketika gemar mencoba hal-hal baru yang masih terasa asing. Orang sering enggan mencoba hal-hal baru karena sudah merasa nyaman dengan hal yang telah biasa dilakukanya.
- Bersikap positif. Sikap negatif adalah sikap yang membunuh kreativitas. Bersikap positif berarti bersedia terbuka gagasan-gagasan yang dilontarkan orang lain. Banyak orang menolak sebuah ide baru karena orang tersebut tidak cukup pengetahuan, tetapi menganggap dirinya sudah cukup tahu. Dengan pengetahuannya yang terbatas, ia bersikap negatif terhadap ide-ide orang lain.
- Berani menghadapi risiko. Risiko adalah kejadian yang tidak kita harapkan terjadi karena ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Kehidupan kita tidak pernah luput dari risiko. Jadi, dalam upaya meningkatkan kreativitas ada risiko yang kita hadapi.
Penutup
Pada umur-umur tertentu individu mempunyai ciri-ciri atau karasteristik yang berbeda dalam kreativitas. Ciri-ciri kepribadian yang dimiliki orang yang kreatif adalah berdikari, bebas dan fleksibel. Sedangkan faktor yang mendorong adanya kreativitas adalah faktor yang menyatakan karya baru, faktor yang menghasilkan karya baru, faktor yang menolong menyatakan karya baru, faktor motivasi dan faktor lingkungan. Untuk mengaktualisikan kreativitas dalam kehidupan nyata dan bisa membawa kesejahteraan bagi umat manusia, diperlukan komitmen yang tinggi dari semua elemen pendidikan (keluarga, guru, masyarakat) dengan menciptakan kondisi psikologis yang positif dan kondusif, memberikan rasa aman dan kebebasan untuk berekspresi sehingga kreativitas bisa tumbuh. Masa remaja adalah gambaran akan masa mendatang “The Future”. Berfikir kreatif bukanlah suatu bakat, melainkan sesuatu yang perlu digali. Setiap orang berpotensi menjadi kreatif, tergantung kemauan, usaha dan kerja kerasnya. Maka dari itu berfikir kreatif sangat diperlukan, karena remaja yang kreatif ditandai dengan selalu mencari cara untuk melahirkan ide yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Beaudreau, S. A., & O’Hara, R. (2009). The association of anxiety and depressive symptoms with cognitive performance in community-dwelling older adults. Psychology and aging, 24(2), 507.
Harirah, Z., & Rizaldi, A. (2020). MERESPON NALAR KEBIJAKAN NEGARA DALAM MENANGANI PANDEMI COVID 19 DI INDONESIA. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia, 7(1).
Kamusbahasaindonesia.org. (2013). Kamus Bahasa Indonesia Online.
Masrul, M., Tasnim, J. S., Daud Oris Krianto Sulaiman, C. P., Purnomo, A., Febrianty, D. H. S., Purba, D. W., Ramadhani, Y. R. (2020). Pandemi COVID-19: Persoalan dan Refleksi di Indonesia. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Mona, N. (2020). Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona di Indonesia). Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 2(2).
Okazaki, S. (1997). Sources of ethnic differences between Asian American and White American college students on measures of depression and social anxiety. Journal of Abnormal Psychology, 106(1), 52.
Sarlito, W. S. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tjukup, I. K., Putra, I. P. R. A., Yustiawan, D. G. P., & Usfunan, J. Z. (2020). Penguatan Karakter Sebagai Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja (JuvenileDelinquency). KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa, 14(1), 29-38.
Widiyani, R. (2020). Latar Belakang Virus Corona, Perkembangan hingga Isu Terkini. Retrieved from detik News.
Wahyudin (2007). A to Z Anak Kreatif. Jakarta. Gema insanipress.