KUNJUNGAN KELAS TANPA DIBERITAHU

(UNANNOUNCED VISITATION) DAN PERCAKAPAN PRIBADI

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU

DALAM MENGELOLA KELAS DI SD NEGERI 3 POJOK

KECAMATAN PULOKULON PADA SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Pujiati

Kepala Sekolah SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan ketrampilan guru dalam mengelola kelas melalui kunjungan tanpa diberitahu (unannomeed visitation) dan percakapan pribadi bagi guru di SD Negeri 3 Pojok, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Subjek penelitian sebanyak 4 guru. Waktu penelitian mulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2017. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan dokumentasi. Indikator keberhasilan apabila semua guru telah mencapai nilai kinerja dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 9.8 (> 9.8) kategori sangat baik, dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan guru melalui kunjungan tanpa diberitahu dan percakapan pribadi di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam mengelola kelas. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5.25 menjadi 8.50. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 8.50 menjadi 11.75. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat dari 5.25 menjadi 11.75. Prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus I, meningkat dari 40.38% menjadi 65.38%,. Prosentase ketercapaian indikator dari siklus I ke siklus II meningkat dari 65.38% menjadi 90.38%. Secara keseluruhan ketercapaian indikator dari prasiklus hingga siklus II meningkat dari 40,38% meningkat menjadi 90,38%. Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan kunjungan tanpa diberitahu dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan maksimal.

Kata kunci:    keterampilan guru, mengelola kelas, kunjunga tanpa diberitahu dan percakapan pribadi

 

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kemampuan yang di miliki oleh guru. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk meningkatkan mutu para lulusan. Tugas utama guru dalam melaksanakan pendidikan adalah mengelola pembelajaran dan mengelola kelas. Agar guru memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut, maka guru harus memiliki kompetensi seperti yang dipersyaratkan

Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan guru untuk memelihara dan menciptakan situasi kelas, dan iklim pembelajaran yang kondusif. Sehingga guru yang memiliki ketrampilan mengelola kelas yang baik, senantiasa dapat dengan cepat mengendalikan dan mengembalikan kelas ke dalam suasana pembelajaran yang tenang. Guru yang memiliki ketrampilan mengelola kelas, akan mampu bertindak untuk menghentikan tingkah laku siswa yang membuat kegaduhan di kelas dengan tidak menimbulkan efek bagi siswa yang bersangkutan, guru dapat memberikan semangat kepada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan baik dengan cara memberikan ganjaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa ketrampilan mengelola kelas merupakan ketrampilan yang menjadi syarat mutlak agar guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif, dengan cara mengagur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.

Menyadari pentingnya ketrampilan mengelola kelas tersebut, maka pada semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, ini selaku kepala SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon, mengagendakan kegiatan peningkatan ketrampilan tersebut. Hal ini atas pertimbangan, bahwa berdasarkan pengamatan akhir semester 1, tahun pelajaran 2016/2017 diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran sering kali terdengar gaduh, sehingga mengganggu kelas lain. Suasana demikian menunjukkan bahwa guru belum mampu mengelola kelas dengan baik. Hal ini didukung dengan hasil pengamatan awal yang dilaksanakan pada bulan Januari 2017, diketahui bahwa ketrampilan guru dalam mengelola kelas belum maksimal dengan nilai rata-rata sebesar 5,25 (kategori cukup).

Atas dasar permasalahan di atas, maka perlu adanya langkah perbaikan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kunjungan kelas tanpa diberitahu (Unannounced Visitation), yaitu suatu teknik supervisi dimana supervisor datang tiba-tiba ke kelas tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Dengan teknik ini maka ketrampilan guru akan dapat dilihat apa adanya, tanpa dibuat-buat, selain itu dengan teknik ini guru dilatih untuk selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya, walaupun tidak semua guru senang dengan teknik ini.

Mengingat tindakan ini merupakan upaya perbaikan terkait dengan kinerja guru, maka desain yang tepat adalah dengan melalui penelitian tindakan sekolah, dan sekaligus sebagai kegiatan pengembangan. Adapun judul yang sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu: Kunjungan Kelas Tanpa Diberitahu (Unannounced Visitation) dan percakapan pribadi Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Mengelola Kelas di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: Apakah teknik pembinaan kunjungan tanpa diberitahu (unannomeed visitation) dan percakapan pribadi dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam mengelola kelas bagi guru di SD Negeri 3 Pojok, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun Pelajaran 2016/2017?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan ketrampilan guru dalam mengelola kelas melalui kunjungan tanpa diberitahu (unannomeed visitation) dan percakapan pribadi bagi guru di SD Negeri 3 Pojok, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun Pelajaran 2016/2017.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Supervisi

Menurut Sukirman, dkk (2010: 105), supervisi sebagai suatu proses pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, pada akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang lebih baik yang disebut dengan supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan salah satu pendekatan dalam supervisi pendidikan. Supervisi klinis bertujuan membantu perkembangan profesional para guru khususnya dalam penampilan mengajar. Terry mendefinisikan supervisi sebagai suatu usaha mencapai hasil yang diinginkan dengan mendayagunakan bakat/kemampuan alami manusia dan sumber-sumber yang memfasilitasi, yang ditekankan pada bakat/kemampuan alami manusia (Mulianto, 2006:3).

Teknik Supervisi Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas juga dapat berarti kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar (Ngalim Purwanto, 2010: 120). Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar. Dengan data dan informasi tersebut, diantara guru dengan supervisor akan terjadi perbincangan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru untuk kemudian mencari alternatif pemecahannya dengan baik, sehingga situasi belajar mengajar dapat ditingkatkan menjadi lebih baik (Syaiful Sagala, 2010: 187).

Segi negatif bagi guru kehadiran seseorang yang bukan peserta didik dan selain dirinya, lebih-lebih seorang supervisor, akan berpengaruh pada suasana kelas dan akativitas kegiatan mengajar. dan kunjungan secara tiba-tiba ternyata kurang disukai guru, hal ini dapat dipahami karena kunjungan secara tiba-tiba itu mempunyai kecenderungan menghilangkan kepercayaan bahkan menimbulkan ketakutan dan sangat mungkin membuat seorang guru jadi binggung karena aktivitasnya akan dinilai dan dicari kesalahannya (Binti Maunah, 2007: 32).

Ketrampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan penciptaan disiplin belajar secara sehat. Mengelola kelas meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pebelajaran dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Dalam kaitan ini sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi) dan bina suasana dalam pembelajaran (Mulyasa, 2007: 65).

Kerangka Pemikiran

Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan guru untuk memelihara dan menciptakan situasi kelas, dan iklim pembelajaran yang kondusif. Berdasarkan pengamatan akhir semester 1, tahun pelajaran 2016/2017 diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran sering kali terdengar gaduh, sehingga mengganggu kelas lain. Suasana demikian menunjukkan bahwa guru belum mampu mengelola kelas dengan baik. Atas dasar permasalahan di atas, maka perlu adanya langkah perbaikan, berupa kunjungan kelas tanpa diberitahu (Unannounced Visitation) yang dilanjutkan dengan percakapan pribadi. Dengan teknik ini maka ketrampilan guru akan dapat dilihat apa adanya, tanpa dibuat-buat, selain itu dengan teknik ini guru dilatih untuk selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya, walaupun tidak semua guru senang dengan teknik ini.

Hipotesis Tindakan

Melalui kunjungan kelas tanpa diberitahu (unannounced visitation) dan percakapan pribadi mampu meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN TINDAKAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (School Action Research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini mengambil bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS) yaitu peningkatan kinerja guru melalui kunjungan kelas dalam rangka mengimplementasikan standar proses, yang terdiri dari 3 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari4 tahap yaitu: (1) tahap perencanaan program tindakan, (2) pelaksanaan program tindakan, (3) pengamatan program, (4) refleksi.

Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian (Suwandi, 2010: 87). Dalam penelitian tindakan sekolah ini yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah guru di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan sebanyak 4 guru. Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan keterampilan guru dalam mengelola kelas.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Ditetapkannya lokasi ini sebagai tempat penelitian, karena peneliti adalah kepala sekolah di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dan peneliti akan memperbaiki keterampilan guru dalam mengelola kelas. Penelitian ini dilaksanakan semester 2 tahun pelajaran 2016/2017, dimulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2017.

Jenis Data dan Sumber Data

Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka, yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini adalan narasi dari hasil penilaian ketrampilan guru dalam mengelola kelas. Data kuantitatif, adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah: skor hasil penilaian ketrampilan guru dalam mengelola kelas.

Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data yaitu: Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Guru di SD Negeri 3 Pojok, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumentasi kegiatan guru dan lembar observasi merupakan sumber data sekunder.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Teknik observasi, yaitu data yang diperoleh melelui pengamatan langsung terhadap kinerja guru dalam mengelola kelas. Teknik ini digunakan dalam rangka mengumpulkan nilai ketrampilan guru dalam mengelola kelas berdasarkan indikator penilaian yang telah ditetapkan. Teknik dokumentasi, yaitu teknik untuk memperoleh data melalui pengumpulan dokumen sebagai kelengkapan laporan penelitian, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksudkan adalah foto-foto kegiatan peneliti dan guru, dan ijin penelitian.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek yang diteliti. Berangkat dari pengertian tersebut, dapatlah dipahami bahwa populasi merupakan individu-individu atau kelompok atau keseluruhan subyek yang akan diteliti dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2010: 61). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SD Negeri 3 Pojok, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan yang berjumlah 4 (empat) orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Sedangkan mengenai jumlah sampel yang akan diambil, maka peneliti mendasarkan kepada pendapat Arikunto (2010: 98) yang menyatakan bahwa, “Apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya adalah populasi”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka semua populasi yang ada dijadikan sampel.

Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 134), instrumen penelitian atau alat pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observsi dengan mengacu pada penilaian kinerja guru (PK Guru), khususnya aspek keterampilan guru dalam mengelola kelas. Adapun pemberian skor pada tiap komponen ditentukan sebagai berikut: Skor 0 = jika komponen tidak dilakukan dan Skor 1          = jika komponen dilakukan.

 

 

 

Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh pada tiap-tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, yang satu sama lainnya saling berkesinambungan.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan keterampilan guru dalam mengelola kelas. Proses analisis dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai kinerja dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 9.8 (> 9.8) kategori sangat baik, dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Pengamatan prasiklus dilakukan oleh peneliti secara pribadi tidak dengan kolaborator, tindakan ini semata-mata untuk mengetahui kondisi awal yang sebenarnya. Hasil penilaian prasiklus, ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 5.25 (kategori cukup). Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari empat guru, masih terdapat satu guru tergolong kurang. Berdasarkan hasil penilaian, selanjutnya dilakukan perhitungan prosentase ketercapaian. Hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 40.38%. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan tindakan, penguasan guru terhadap indikator pengelolaan kelas sebesar 40,38% (kurang). Hal ini membuktikan bahwa sebelum dilakukan tindakan, guru belum memiliki ketrampilan mengelola kelas dengan baik. Berdasarkan hasil penilaian dan capaian indikator, maka perlu dilakukan tindakan, berupa supervisi teknik kunjungan tanpa diberitahu dan percakapan pribadi.

Siklus I

Untuk mengetahui perkembangan ketrampilan guru dalam mengelola kelas, peneliti melakukan observasi untuk menilai secara langsung. Observasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disusun, yaitu mulai tanggal 27 Februari sampai dengan 2 Maret 2017. Hasilnya dicatat pada lembar observasi (lampiran 2), berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya dibuat rekapitulasi data, hasilnya seperti terlampir (lampiran 3). Adapun ringkasan hasil penilaian ketrampilan guru dalam mengelola kelas siklus I, dapat diketahui bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas dibandingkan dengan prasiklus terjadi peningkatan, dengan skor rata-rata sebesar 8.5 (kategori baik). Berdasarkan hasil penilaian, selanjutnya dilakukan perhitungan prosentase ketercapaian. Hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 65,38%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan siklus I berupa kunjungan tanpa diberitahu dan percakapan pribadi, penguasan guru terhadap indikator pengelolaan kelas semakin baik yaitu sebesar 65,38%. Hal ini membuktikan bahwa setelah dilakukan tindakan, pemahaman guru terhadap langkah-langkah mengelola kelas semakin meningkat.

Beberapa indikator yang masih perlu mendapat perhatian guru, diantaranya adalah: (1) indikator 3, yaitu tentang perhatian guru dalam memusatkan perhatian kelompok, (2) indikator 5, tentang cara guru menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, indikator 7, yaitu tentang cara guru modifikasi tingkah laku, indikator 13, tentang sikap guru yang tidak pernah bersikap yang terlalu membingungkan, indikator 10, yaitu tentang cara guru menghindari campur tangan yang berlebihan, indikator 12, yaitu tentang cara guru memulai dan mengakhiri kegiatan tepat waktu, dan indikator 8, yaitu cara Guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok. Berdasarkan hasil penilaian indikator-indikator tersebut belum dukuasai oleh guru dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan prosentase ketercapaian yang beru mencapai 50%.

Berdasarkan hasil penilaian, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 8.50 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 65.38%. Jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, keterampilan guru dalam mengelola kelas telah mengalami peningkatan, namun jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan, ketrampilan guru belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, hal ini menunjukkan bahwa ketrampilan guru belum maksimal. Maka perlu adanya tindakan lanjutan pada siklus II, dengan melakukan tindakan kunjungan tanpa diberitahu yang dilanjutkan dengan percakapan pribadi dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan menerapkan percakapan pribadi teknik office conference (percakapan dilakukan di ruang kepala sekolah).

Siklus II

Observasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disusun, yaitu mulai tanggal 3 sampai dengan 8 April 2017. Hasilnya dicatat pada lembar observasi (lampiran 4), berdasarkan hasil penilaian tersebut, selanjutnya dibuat rekapitulasi data, hasilnya seperti terlampir (lampiran 5). Adapun ringkasan hasil penilaian ketrampilan guru dalam mengelola kelas siklus II, dapat diketahui bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas telah meningkat dibanding tindakan pada siklus I. Guru sudah semakin memahami dan dapat menerapkan langkah-langkah dalam melaksanakan tugas sebagai pengarah pembelajaran dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 11.75 (kategori sangat baik), dengan prosentasi penguasaan indikator mencapai 90.38%.

Berdasarkan hasil penilian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 11.75 (kategori sangat baik), dengan prosentasi ketercapaian indikator rata-rata sebesar 90.38%. Jika dibandingkan dengan hasil penilaian siklus I, maka telah terjadi peningkatan, nilai rata-rata maupun prosentsi ketercapaian indikator. Jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan hasilnya telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu nilai rata-rata telah melebihi (>9.8), dan prosentase ketercapian telah melebihi 85%.

 

 

PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Berdasarkan penilaian sebelum dilakukan tindakan (prasiklus), skor rata-rata ketrampilan guru dalam mengelola kelas sebesar 5,25 (kategori cukup). Hal ini menunjukkan bahwa ketrmpilan guru dalam mengelola kelas, masih terkendala dengan berbagai permasalahan. Rekapitulasi data per indikator, diketahui bahwa 13 indikator yang dinilai, 8 (delapan) indikator baru bisa dikuasai oleh guru sebesar 50%, sedangkan 5 (lima) indikator baru dikuasai oleh guru kurang dari 50%. Rendahnya penguasaan indikator ketrampilan guru dalam mengelola kelas tersebut mengindikasikan bahwa dalam mengelola kelas guru belum melaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang benar. Hal ini tercermin dari prosentasi ketercapaian indikator yang masih rendah.

Setelah dilakukan pembinaan melalui kunjungan tanpa diberitahu (Unannounced Visitation) yang ditindak lanjuti dengan percakapan pribadi teknik classroom conference (percakapan di dalam kelas), ketrampilan guru mulai menunjukkan adanya perkembangan, yang tadinya skor rata-rata sebesar 5,25 meningkat menjadi 8,5. Dengan prosentase ketercepaian penguasaan indikator meningkat menjadi 65,38%.

Peningkatan ketrampilan guru tersebut sebagai dampak dari pengalaman siklus I, yang tanpa sepengatahuan guru peneliti mengamati dengan cermah aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya ketrampilan mengelola kelas. Selain itu melalui percakapan pribadi yang dilakukan di kelas, guru merasa mendapat perhatian. Percakapan yang berdasarkan kenyataan yang ada, menyadarkan guru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Selain itu informasi tentang adanya penilaian sewaktu-waktu yang juga tanpa diberitahu mendorong guru untuk lebih siap dalam melaksanakan tugas, sehingga mendorong ketrampilan guru meningkat walaupun belum mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Tindakan yang dilakukan siklus I, menambah pemahaman guru dalam mengelola kelas. Tindakan siklus II yang dilakukan melalui percakapan pribadi dengan teknik office conference (di ruang kepala sekolah) untuk membicarakan ketrampilan guru dalam mengelola kelas hasil penilaian siklus I yang diperkuat dengan pengamatan saat kunjungan tanpa diberitahu siklus II menambah pengalaman baru bagi guru. Hasil penilaian siklus I yang digunakan sebagai dasar tindakan siklus II, menunjukkan bahwa kepala sekolah mempunyai perhatian yang kuat terhadap ketrampilan guru dalam mengelola kelas, sehigga mendorong guru untuk lebih memperhatikan dalam melaksanakan tugas mengelola klas. Percakapan yang dilakukan di ruang kepala sekolah, membuat suasana baru, walaupun terkesan formal, namun dengan penyampaian yang santai dan penuh bersahabat, namun melalui percakapan tersebut peneliti dan guru dapat saling bertukar pengalaman dalam hal mengelola kelas, sehingga guru memperoleh pengalaman baru.

Perbandingan Hasil Penilaian Keterampilan Guru Dalam Mengelola Kelas

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam mengelola kelas prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 3.25. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam mengelola kelas siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 3.25. Peningkatan terjadi pada lima guru. Sedangkan tiga guru belum mengalami peningkatan.

Perbandingan nilai keterampilan guru dalam mengelola kelas prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 6.50. Peningkatan terjadi pada semua guru.

Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator Prasiklus dengan Siklus I

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam mengelola kelas pada prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam mengelola kelas prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 25.00%.

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam mengelola kelas siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam mengelola kelas dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 25.00%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Perbandingan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam mengelola kelas prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator keterampilan guru dalam mengelola kelas dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 50.00%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.

Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui kunjungan tanpa diberitahu dapat meningkatkan keterampilan guru secara perorangan maupun kelompok. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa kunjungan tanpa diberitahu mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian keterampilan guru dalam mengelola kelas.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan guru melalui kunjungan tanpa diberitahu dan percakapan pribadi di SD Negeri 3 Pojok Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam mengelola kelas. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5.25 menjadi 8.50, atau meningkat sebesar sebesar 3.25. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 8.50 menjadi 11.75, atau meningkat sebesar 3.25. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat dari 5.25 menjadi 11.75, atau meningkat sebesar 6.50.

Prosentase ketercapaian indikator dari prasiklus ke siklus I, meningkat dari 40.38% menjadi 65.38%, atau meningkat sebesar 25.00%. Prosentase ketercapaian indikator dari siklus I ke siklus II meningkat dari 65.38% menjadi 90.38% atau meningkat sebesar 25%. Secara keseluruhan ketercapaian indikator dari prasiklus hingga siklus II meningkat dari 40,38% meningkat menjadi 90,38%, atau meningkat sebesar 50%. Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan kunjungan tanpa diberitahu dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan maksimal.

 

Implikasi

Jika pembinaan guru dilakukan dengan menerapkan teknik yang tepat seperti teknik kunjungan tanpa diberitahu (unannomeed visitation) yang ditindak lanjuti dengan pembinaan berikutnya berupa pembinaan teknik percakapan pribadi, maka akan pembinaan lebih terfokus pada permasalahan yang dihadapi oleh guru, dengan demikian maka pembinaan lebih efektif dibanding dengan pembinaan yang tidak didahului dengan kunjungan.

Saran

Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan

Sebaiknya pembinaan yang dilakukan oleh Pengawas, dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, terlebih dahulu didahului dengan kunjungan, sehingga pembinaan guru lebih spesifik.

Untuk Kepala Sekolah Lain

Sebaiknya pembinaan profesionalisme guru, dilakukan secara terus menerus, dengan menggunakan teknik yang tepat dan bervariasi.

Untuk Guru

Mengingat pengembangan profesionalisme guru merupakan kewajiban bagi guru, maka dalam rangka mengembangkan profesinya, sebaiknya guru selalu melakukan evaluasi diri, bila perlu minta bantuan teman sejawat untuk mengukur kinerjanya setiap saat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Binti Maunah, 2007, Supervisi Pendidikan Islam,Yogyakarta:Teras

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ngalim Purwanto, 2010, Atministrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono, 2010, Statiistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Sukirman, Hartati; B. Suryosubroto; Tatang M. Amirin; Sutiman dan Setya Raharja. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suwandi, Sarwiji. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka

Syaiful Sagala, 2010, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta