MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING

UNTUK SISWA KELAS IX.B SMP NEGERI 2 MASARAN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Mikan

Guru SMP Negeri 2 Masaran Sragen

 

ABSTRACT

The aim of this research; 1) to improve learning activities, 2) to improve learning outcomes. This type of research is classroom action research (CAR), consisting of two cycles, in which each cycle consists of four stages, namely planning, acting, observing and reflection. The research subjects were the students of Class IX.B in SMP Negeri 2 Masaran with 32 students in the 2016/2017 academic year. Sources of data are taken from the direct observation by teachers and students. The Direct observation is carried out when the teacher teaches in the classroom by observing ongoing learning and notes everything related to student activities .Meanwhile the data from students is in the form of questionnaire and test results at the end of the subject matter. There are three kinds of methods used for data collection in this study, namely; (i) survey or observation method, (ii) documentation method, (iii) test method. From the results of the research it was found that the results of the test after the first cycle obtained an average value of 72.62. The test results after the second cycle obtained an average value of 79.19. So that the average of the student learning outcomes increased by 6.57. The average of students activity in the first cycle amounted to 73.75% and the average of students activity in the second cycle amounted to 86.88% so that it increased by 13.13%. From the results of the research concluded that: (1) When implementing Discovery Learning Method, each group member performs a different role according to his abilities. (2) Guidance and direction of the teacher to each group in the ongoing group discussion can make it effective. (3) Learning with the Discovery Learning Method can improve student learning outcomes in mathematics. (4) Learning with the Discovery Learning Method can improve student learning activities in mathematics.

Keywords: Student learning activities, student learning outcomes.

 

PENDAHULUAN

Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya. Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih metode pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk memilih metode dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Sampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam mempelajari matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.

Pada mata pelajaran matematika kelas IX sekolah menengah pertama terdapat kompetensi dasar bangun ruang sisi lengkung. Dari tahun ke tahun hasil belajar siswa untuk pokok bahasan tersebut di SMP Negeri 2 Masaran memperlihatkan hasil yang belum sesuai harapan, nilai rata-rata kelas masih di bawah 75 sebagai batas ketuntasan minimal, dan ketuntasan kurang dari 80%. Ketika peneliti mengadakan tes awal, dari 32 siswa yang mengikuti pembelajaran, hanya 68,5% yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 62,5.

Kurangnya minat belajar siswa, dapat diantisipasi dengan menerapkan metode Discovery Learning dengan media yang sesuai dalam pembelajaran. Media dan metode merupakan dua unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran sebab kedua hal tersebut saling berkaitan dan saling melengkapi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diajukan sebuah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Sejauhmana keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung? 2. Apakah metode Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar materi bangun ruang sisi lengkung siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017? 3. Apakah metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar materi bangun ruang sisi lengkung siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017?

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Teori Belajar Matematika Menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004:8) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan itu dipelajari dalam tahap-tahap sebagai berikut: a) Tahap enaktif, suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi yang nyata, b) Tahap ikonik, suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif, c) Tahap simbolik, suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikandalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik symbol-simbol verbal (misalkan huruf-huruf, kata-kata atau kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika maupun lambang-lambang abstrak lainnya (Hidayat, 2004:9).

Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan metode discovery learning karena dengan menggunakan metode pembelajaran ini dapat terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan kelompoknya.

Metode discovery learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam discovery learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientishistorin, atau ahli matematika. Discovery learning dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Karakteristik dari discovery learning: 1). Peran guru sebagai pembimbing; 2). Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan; 3) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran discovery learning adalah metode pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan memperoleh pengetahuannya sendiri tidak hanya dari pemberitahuan dari guru. Dalam hal ini, posisi guru adalah sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator.

KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir bertujuan untuk memperoleh kejelasan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penelitian. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya metode pembelajaran yang digunakan dan kemauan aktivitas siswa. Aktivitas memegang peranan penting pada kesuksesan belajar matematika siswa. Dengan aktivitas yang baik, kesulitan yang dihadapi siswa tak lagi dipandang sebagai hambatan. Timbulnya aktivitas dalam diri siswa terhadap pelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi lengkung akan dapat meningkatkan aktivitas belajar baik berupa aktivitas fisik maupun mental dan pada muaranya akan dapat meningkatkan hasil belajar.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah pembelajaran dengan metode discovery learning. Kaitan antara metode pembelajaran dengan prestasi siswa adalah bahwa prestasi belajar matematika merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar yang didesain oleh guru pada suatu materi pokok tertentu. Salah satu kelebihan metode discovery learning adalah siswa dapat berpikir, menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. Metode ini dapat melatih siswa untuk lebih banyak belajar mandiri. Pembelajaran saat ini memang menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Metode discovery learning adalah salah satu metode pembelajaran yang disarankan untuk digunakan. Di dalam metode discovery learning siswa dituntun untuk benar-benar aktif karena untuk memahami sebuah materi siswa harus berusaha menemukan konsepnya, baru setelah itu siswa bisa menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan.

Dengan melihat hubungan pada kerangka berpikir, maka dapat ditarik hipotesis tindakan, yaitu bahwa penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar bangun ruang sisi lengkung siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Masaran Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX.B SMPN 2 Masaran, kelas ini dipilih karena pertimbangan belum pernah diadakan penelitian sejenis, peneliti mengajar pada kelas tersebut dan memandang perlu diadakan penelitian tindakan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar matematika khususnya pada materi kompetensi dasar Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Siklus I pertemuan pertama pada tanggal 6 September 2016, dan pertemuan kedua tanggal 13 September 2016. Siklus II peremuan pertama tanggal 27 September 2016 dan pertemuan kedua tanggal 4 Oktober 2016.

Pada penelitian ini terdapat tiga golongan subyek penelitian, yaitu: 1) peneliti guru matematika kelas IX.B sebagai subyek pelaku tindakan, 2) seluruh siswa kelas IX.B semester I SMPN 2 Masaran tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 32 peserta didik sebagai subyek penerima tindakan, dan 3) seorang teman sejawat guru matematika kelas VIII sebagai mitra kolaborasi. Sedangkan obyek yang diteliti pada penelitian tindakan kelas ini ada dua hal yaitu peningkatan keaktifan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dan peningkatan prestasi atau hasil belajar matematika setelah peneliti menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran materi Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Penelitian ini didesain sebagai penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dengan menekankan pada proses perbaikan pembelajaran di kelas, yaitu untuk mengatasi permasalahan berupa rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya kompetensi dasar bangun ruang sisi lengkung.

     Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1) Tahap identifikasi masalah 2) Tahap perencanaan 3) Tahap pelaksanaan tindakan 4) Tahap observasi dan, 5) Tahap analisis dan refleksi.

Sumber data dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:1. Dokumentasi daftar nilai angkatan tahun-tahun sebelumnya. 2. Seluruh peserta didik/siswa kelas IX.B sebagai subyek penelitian, peneliti dan mitra kolaborasi sebagai informan. 3. Dokumentasi dan arsip berkaitan dengan proses tindakan berupa lembar observasi hasil penilaian kognitif 4. Perekaman dengan menggunakan kamera untuk mengetahui proses pembelajaran matematika dengan metode discovery learning.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes kognitif. a. Observasi, digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Observasi dilakukan selama siklus pembelajaran berlangsung. b. Tes pengetahuan, dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa, tes yang digunakan berupa butir-butir soal esai. c. Dokumentasi: dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa nama-nama peserta didik, jenis kelamin, dan hasil belajar peserta didik yang diambil dari nilai ulangan harian kelas IX.B SMP Negeri 2 Masaran.

Untuk mencari derajat ketepatan dan keterpercayaan dari data yang terkumpul dalam penelitian diperlukan sebuah pensahihan atau validasi data. Validasi data dilakukan dengan teknik trianggulasi sumber data. Trianggulasi sumber data, yaitu memeriksa kesahihan data dengan cara menguji kebenaran data yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Hal ini dilakukan untuk membandingkan dari sumber lain sehingga dihasilkan suatu kebenaran. Informan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah peneliti, mitra kolaborasi dan para siswa sebagai subyek utama penelitian.

Indikator keberhasilan perlu ditentukan sebelum pelaksanaan penelitian sebab merupakan tolok ukur dari keberhasilan tindakan yang telah direncanakan dan berguna untuk penentuan langkah selanjutnya, adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: 1. Rata-rata aktivitas siswa minimal 80%. 2. Jumlah siswa tuntas belajar secara klasikal ≥80%. 3. Nilai rata-rata kelas ≥75

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum diterapkan metode discovery learning pada pra tindakan dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, memberi contoh, memberi kesempatan bertanya secara klasikal, dan memberi tugas baik kelompok maupun tugas individu. Sehingga muncul permasalahan kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pencapaian hasil belajar yang kurang optimal. Hal ini menyebabkan hasil belajar rendah, yaitu siswa yang tuntas belajar hanya 68,5% dengan rata-rata nilai 62,5 dan suasana kelas belum kondusif yang disebabkan siswa kurang serius yang disebabkan sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, kurang merespon pertanyaan yang diberikan guru dalam apersepsi, membuat suasana kurang kondusif. Disamping itu,guru masih mengajar dengan metode ceramah dan kurang variasi dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. Selanjutnya ketika dilakukan tes awal berbentuk uraian, setelah dikoreksi hasilnya kurang memuaskan dan diketahui nilai siswa adalah sebagai berikut: 1). Nilai terendah 43,0 2). Nilai tertinggi 81,0 3). Nilai rata-rata kelas 62,5 4). Ketuntasan 68,5%.

Deskripsi Hasil Siklus I

Siklus I Pertemuan Pertama

Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan penggunaan metode Discovery Learning. Tahap perencanaan tindakan pada pertemuan pertama meliputi beberapa kegiatan, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi Bangun Ruang Sisi Lengkung, membuat instrumen penelitian terdiri dari instrumen untuk mengukur keaktifan siswa dalam pembelajaran berupa lembar observasi siswa, lembar observasi terhadap guru dan instrumen evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa tes tertulis berbentuk uraian.

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama

Materi yang disampaikan pada siklus I pertemuan pertama ini adalah luas permukaan sisi tabung. Sejak awal guru telah mempersiapkan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning sebagai berikut: 1) Kegiatan awal. Kegiatan awal yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa, mengondisikan suasana pembelajaran yang menyenangkan, mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari yaitu tentang luas sisi bangun datar, materi ini sebagai prasyarat untuk mempelajari materi yang akan dipelajari yaitu tentang luas sisi tabung. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai yaitu Luas Sisi Tabung dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan, menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan. 2). Kegiatan inti. Kegiatan guru pada kegiatan inti meliputi, guru membantu siswa membentuk kelompok, guru membimbing siswa dalam kerja kelompok. Dalam kegiatan inti guru menerapkan metode discovery learning dengan langkah-langkah sebagai berikut: a). Melaksanakan tahap 1 Persiapan. Setelah siswa siap dalam pembelajaran selanjutnya guru membentuk kelompok. Banyak siswa di kelas tersebut adalah 32 siswa, kelas dibagi dalam 6 kelompok dengan anggota seiap kelompok 5 sampai dengan 6 orang. Guru menyampaikan bahwa dalam pembelajaran hari ini siswa akan belajar menemukan luas sisi tabung, Kegiatan ini dilakukan secara kelompok dan setiap kelompok akan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. b). Melaksanakan tahap 2 Stimulasi/pemberian rangsangan.          Guru memberikan rangsangan bahwa banyak sekali benda-benda disekitar kita yang berbentuk tabung. Saat ini kita akan belajar bagaimana menentukan luas sisi tabung. Guru membagikan kepada setiap kelompok model tabung yang dibuat dari karton. Setiap kelompok dipersilahkan untuk mengamati unsur-unsur yang ada pada tabung. c). Melaksanakan tahap 3 Identifikasi masalah.            Siswa mengamati model tabung yang dibagikan oleh guru. Siswa menemukan bahwa tabung memiliki 3 sisi, satu sisi alas yang berbentuk lingkaran, satu sisi tegak berbentuk persegipanjang dan satu sisi atas yang disebut tutup berbentuk lingkaran. d). Melaksanakan tahap 4 Mengumpulkan data.     e) Melaksanakan tahap 5 Pengolahan data. Setelah memperoleh data bahwa sisi tabung terdiri dari sisi alas dan sisi tutup yang berbentuk lingkaran dan selimut tabung yang berbentuk persegi panjang, maka setiap kelompok mengolah data tersebut untuk menentukan luas sisi tabung. Setiap kelompok menuliskan hasil diskusinya pada selembar karton atau kertas plano yang telah disediakan oleh guru. Pada kegiatan ini guru berkeliling ke kelompok untuk mengamati proses pengolahan data. f). Melaksanakan Pembuktian. Untuk membuktikan kebenaran hasil kerja kelompok, beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Masing-masing kelompok diwakili oleh dua orang dalam mempresentasikan hasil karyanya. Setelah selesai presentasi kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi presentasi kelompok yang telah mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tersebut. g). Melaksanakan tahap 7 Menarik Kesimpulan.          Guru dan siswa menarik kesimpulan tentang pembelajaran hari ini yaitu tentang luas sisi tabung. Luas isi tabung adalah L = 2Ï€r(r + t). 2). Kegiatan Penutup. Kegiatan penutup ini guru membimbing peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan kegiatan pembelajaran yaitu tentang luas sisi tabung yaitu L = 2Ï€r(r + t), guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, guru mengucapkan terima kasih bahwa siswa telah belajar dengan baik, guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi bagi siswa yang mengalami kesulitan dan program pengayaan bagi siswa yang telah memperoleh hasil maksimal. Guru memberikan tugas baik tu­gas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, menyampaikan rencana pembelajaran pada per­temuan berikutnya

Observasi Pembelajaran

            Pada pelaksanaan pengamatan ini, guru bertindak sebagai peneliti, sedangkan guru mitrakolaborasi hanya bertindak sebagai partisipan yang bertugas menilai kinerja guru dalam pembelajaran dan pengamatan keaktifan siswa dilakukan oleh guru yang dibantu oleh guru mitrakolaborasi. Pada tahap observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Observasi terhadap guru. a. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran mencapai nilai 55 atau kriteria kurang. b. Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberi contoh yang benar mencapai nilai 62 atau kriteria kurang. c. Guru memotivasi siswa agar lebih serius dalam pembelajaran mencapai nilai 70 atau kriteria cukup. d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tantang kesulitan yang dihadapi mencapai nilai 65 atau kriteria kurang. e. Guru memberi tugas individu kepada siswa mencapai nilai 65 atau kriteria kurang. f. Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan refleksi bersama siswa mencapai nilai 67 atau kriteria cukup. g. Nilai rata-rata guru dalam pembelajaran sebesar 64 atau kriteria kurang. 2). Observasi terhadap Keaktifan Siswa. a. Siswa merespon apersepsi guru ada 18 siswa atau 56,25%, selebihnya kurang memperhatikan karena masih ngobrol dengan temannya bahkan ada yang mengganggu temannya. b. Siswa tenang dan teratur mengikuti pembelajaran ada 22 siswa atau 68,75% selebihnya masih belum siap. c. Siswa mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas hanya 15 siswa atau 46,88% selebihnya belum berani mengajukan pertanyaan. d. Siswa aktif terlibat diskusi hanya 17 siswa atau 53,13%. e. Siswa aktif menanggapi presentasi pekerjaan teman ada 20 siswa atau 62,50%. f. Rata-rata keaktifan siswa mencapai 57,50

Refleksi Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dalam pembelajaran menunjukkan bahwa kinerja guru belum sesuai dengan perencanaan, sehingga rata-rata kinerja guru hanya mencapai 64 atau kriteria kurang. Dari hasil observasi terhadap keaktifan peserta didik secara keseluruhan belum tampak aktif dalam pembelajaran sehingga rata-rata keaktifan siswa yang mencerminkan minat belajar hanya mencapai 57,50%. Sehingga secara individu belum memenuhi target indikator keberhasilan yaitu 80%.        Berdasarkan hasil observasi dan refleksi tersebut di atas perlu dilakukan tindakan yang kedua dengan materi Luas Sisi Kerucut.

Siklus I Pertemuan Kedua

Observasi Pembelajaran

Berdasarkan hasil tes siklus I dapat diketahui bahwa nilai terendah 50, nilai tertinggi sebesar 85, sedangkan ketuntasan mencapai 71,88%, nilai rata – rata kelas sebesar 72,63. Berdasarkan hasil belajar siswa terdapat kelemahan siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun kekurang pada siklus I karena siswa tampak kurang serius, malas, dan kurang aktif.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh temuan secara keseluruhan keaktifan belajar siswa dalam kriteria cukup. Sedangkan dari hasil tes diperoleh tingkat ketuntasan klasikal 71,88% dan nilai rata–rata siklus I sebesar 72,63 hasil ini menunjukkan telah terjadi peningkatan dibanding kondisi awal, namun masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, karena hasil tes siswa masih rendah yaitu tingkat ketuntasan klasikal dibawah 80%.

 Rendahnya hasil tersebut menunjukkan indikasi belum baiknya keaktifan siswa yang dapat dilihat dari skor rata – rata yang hanya 24 atau 73,75% sehingga perlu ditingkatkan. Agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa, maka sebelum pelaksanaan siklus II perlu direfleksi seluruh hasil praktek siklus I, kelemahan yang menonjol pada siklus I antara lain: a). Guru kurang cakap menyampaikan apersepsi dan tujuan pelajaran. b). Guru kurang cakap memotivasi siswa. c). Guru kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya. d). Guru belum memberikan kesempatan siswa menyimpulkan materi.

 Berdasarkan hasil refleksi siklus I tersebut maka perlu dilakukan langkah perbaikan dalam pembelajaran siklus II sebagai berikut: a). Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang jelas. b). Guru harus aktif memotivasi siswa. c). Guru menegur siswa yang kurang memperhatikan. d). Guru harus memberi kesempatan siswa menyimpulkan materi.

Deskripsi Hasil Siklus II

Siklus II Pertemuan Pertama

Dalam pelaksanaan pertemuan kedua ini, langkah-langkah pembelajaran sama dengan pertemuan pertama, yaitu: 1)perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi; dan 4) refleksi yang diuraikan sebagai berikut: Tahap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran langkah-langkahnya sama dengan langkah pada siklus I.

Observasi Pembelajaran

Pada tahap observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Observasi terhadap Guru. a). Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran mencapai nilai 84 atau kriteria baik. b). Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberi contoh yang benar mencapai nilai 82 atau kriteria baik. c). Guru memotivasi siswa agar lebih serius dalam pembelajaran mencapai nilai 84 atau kriteria baik. d). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tantang kesulitan yang dihadapi mencapai nilai 81 atau kriteria baik. e). Guru memberi tugas individu kepada siswa mencapai nilai 83 atau kriteria baik. f). Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan refleksi bersama siswa mencapai nilai 85 atau kriteria baik. g). Nilai rata-rata guru dalam pembelajaran sebesar 83,17 atau kriteria baik. 2). Observasi terhadap Keaktifan Siswa. a). Siswa merespon apersepsi guru ada 26 siswa atau 81,25%, selebihnya kurang memperhatikan karena masih ngobrol dengan temannya bahkan ada yang mengganggu temannya. b). Siswa tenang dan teratur mengikuti pembelajaran ada 27 siswa atau 84,38% selebihnya masih belum siap. c). Siswa mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas hanya 26 siswa atau 81,25% selebihnya belum berani mengajukan pertanyaan. d). Siswa aktif terlibat diskusi hanya 25 siswa atau 78,13%. e). Siswa aktif menanggapi presentasi pekerjaan teman ada 27 siswa atau 84,38%. f). Rata-rata keaktifan siswa mencapai 81,88%

Refleksi Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dalam pembelajaran menunjukkan bahwa kinerja guru belum sesuai dengan perencanaan, sehingga rata-rata kinerja guru hanya mencapai 83,17 atau kriteria baik. Dari hasil observasi terhadap keaktifan peserta didik secara keseluruhan belum tampak aktif dalam pembelajaran sehingga rata-rata keaktifan siswa yang mencerminkan minat belajar sudah mencapai 81,88%. Sehingga secara individu sudah memenuhi target indikator keberhasilan yaitu 80% tetapi perlu ditingkatkan lagi.  

Berdasarkan hasil observasi dan refleksi tersebut di atas perlu dilakukan tindakan yang kedua dengan materi volume tabung.

Siklus II Pertemuan Kedua

Observasi Pembelajaran

Berdasarkan hasil tes siklus II dapat diketahui bahwa nilai terendah 60, nilai tertinggi sebesar 95, sedangkan ketuntasan mencapai 87,50%, nilai rata – rata kelas sebesar 79,19. Berdasarkan hasil belajar siswa secara umum siswa berhasil dalam pembelajaran

 Hasil observasi, diperoleh temuan secara keseluruhan keaktifan belajar siswa dalam kriteria baik. Sedangkan dari hasil tes diperoleh tingkat ketuntasan klasikal 87,50% dan nilai rata–rata siklus II sebesar 79,19 hasil ini menunjukkan telah terjadi peningkatan dibanding kondisi siklus I, dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, karena hasil tes siswa sudah di atas batas yang ditentukan yaitu tingkat ketuntasan klasikal di atas 80%.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

 Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dimuka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Masaran dengan materi bangun ruang sisi lengkung. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Peningkatan keaktifan belajar siswa yang dilakukan guru dan mitra kolaborasi telah terjadi peningkatan 13,13%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Hasil peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran

NO

Aspek yang diamati

Siklus I

Siklus II

Pening

katan

∑

%

∑

%

1

 

Siswa merespon apersepsi guru

24

75,00

27

84,38

9,38

2

Siswa tenang dan teratur mengikuti pembelajaran

25

78,13

29

90,63

12,50

 

3

Siswa bertanya materi yang belum jelas

22

68,75

27

84,38

15,63

 

4

Siswa aktif terlibat diskusi

23

71,88

28

87,50

15,62

 

5

Siswa aktif menanggapi presentasi pekerjaan teman

24

75,00

28

87,50

12,50

 

Rata – rata

24

73,75

28

86,88

13,13

 

Berdasarkan tabel diatas tabel masing – masing indikator peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus 1 dan siklus 2 yaitu:

1)    Siswa merespon apersepsi guru pada siklus 1 = 75,00% meningkat pada siklus 2 = 84,38%.

2)    Siswa tenang dan teratur mengikuti pembelajaran pada siklus 1 = 78,13% meningkat pada siklus 2 = 90,63%.

3)    Siswa aktif bertanya materi yang belum jelas pada siklus 1 = 68,75% meningkat pada siklus 2 = 84,38%

4)    Siswa aktif terlibat diskusi pada siklus 1 =71,88% meningkat pada siklus 2 = 87,50%.

5)    Siswa aktif menanggapi presentasi pekerjaan teman pada siklus 1 = 75% meningkat pada siklus 2 = 87,50%.

Rata – rata keaktifan siswa pada siklus 1 = 73,75% dan pada siklus 2 = 86,88% mengalami peningkatan 13,13%.

2). Peningkatan kinerja guru. Peningkatan kinerja guru yang dilakukan guru dan mitra kolaborasi telah terjadi peningkatan sebesar 11,33. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 14 Hasil Peningkatan Kinerja Guru

No

Aspek yang diamati

Nilai

 Siklus I

Nilai

Siklus II

Peningkatan

1

 

Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran

72

88

16

2

 

Guru menjelaskan materi pelajaran

78

90

12

3

Guru memotivasi siswa

82

92

10

4

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

73

90

17

5

Guru memberi tugas individu

80

89

9

6

Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan refleksi bersama siswa

81

85

4

 

Rata- rata

77,67

89,00

11,33

 

Berdasarkan tabel di atas masing – masing indikator mengalami peningkatan kinerja guru dari siklus I dan siklus II yaitu:

1)    Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran siklus I = 72 meningkat pada siklus II = 88

2)    Guru menjelaskan materi pelajaran pada siklus I = 78 meningkat pada siklus II = 90.

3)    Guru memotivasi siswa pada siklus I = 82 meningkat pada siklus II = 92

4)    Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada siklus I = 73 meningkat pada siklus II = 90

5)    Guru memberi tugas individu pada siklus I = 80 meningkat pada siklus II = 89

6)    Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan refleksi bersama siswa pada siklus I = 81 meningkat pada siklus = 85

Rata – rata kinerja guru pada siklus I=77,67 meningkat pada siklus II=89 sehingga kinerja guru mengalami peningkatan 11,33.

3). Peningkatan hasil belajar. Berdasarkan hasil tes terjadi peningkatan hasil belajar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel 15: Peningkatan Hasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran

NO

Uraian

Siklus I

Siklus II

Peningkatan

1

Nilai terendah

50

60

10

2

Nilai tertinggi

85

95

10

3

Nilai rata-rata kelas

72,62

79,19

6,57

4

Ketuntasan

71,88

87,50

15,62

 

 Berdasarkan hasil keseluruhan dari 1). Peningkatan keaktifan siswa, 2). Peningkatan kinerja guru dan 3). Peningkatan hasil belajar, penelitian diakhiri sampai siklus II.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan yang dipaparkan dimuka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas IX. B SMP Negeri 2 Masaran semester gasal tahun pelajaran 2016/2017 dengan rincian sebagai berikut: Rata-rata keaktifan siswa pada siklus I: 73,75% dan pada siklus II: 86,88% mengalami peningkatan 13,13%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I: 72,62 meningkat pada siklus II: 79,19 sehingga rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 6,57. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I: 71,88 meningkat pada siklus II: 87,50 sehingga rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 15,62.

Saran yang dapat diberikan yaitu, dengan metode discovery learning materi bangun ruang sisi lengkung pada siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Masaran semester gasal tahun pelajaran 2016 / 2017 dapat meningkatkan ratarata hasil belajar siswa. Diharapkan siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan membentuk kelompokkelompok kecil untuk berdiskusi. Dengan metode discovery learning materi bangun ruang sisi lengkung pada siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Masaran semester gasal tahun pelajaran 2016/2017 dapat meningkatkan keaktifan siswa. Oleh karena itu diharapkan teman guru matematika berkenan mengajar dengan menggunakan metode tersebut. Metode discovery learning ternyata dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas IX.B SMP Negeri 2 Masaran semester gasal tahun pelajaran 2016/ 2017. Maka sekolah atau pengelola sekolah hendaknya memfasilitasi penerapan metode tersebut sehingga keaktifan dan prestasi siswa dapat meningkat. Pengelola perpustakaan sekolah hendaknya mengoleksi atau mendokumentasikan hasil hasil penelitian yang dilaporkan oleh para peneliti atau guru yang telah berhasil dalam penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas Dirjend Dikdasmen. 2003. Dasar-dasar Didaktik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.

Depdiknas Dirjend Dikdasmen. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.

_______________. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Direktorat PLP.

Mohamad Nur, Prima Retno Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Sardiman A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Tengah.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penyusunan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

 Suwandi, Sarwiji. 2008. Model Asesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Supardi. 2012. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Subyantoro. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Duta Publishing Indonesia.